“ T3 (Triidothyronine), T4 (Tiroksin),
DI SUSUN OLEH :
HASRIANI (1943700345)
MARTINI (1943700274)
Penulis
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kelenjar Tiroid
2.2 Fungsi dan Efek Hormon Tiroid
2.3 Metabolisme iodium
2.4 Nilai Normal
2.5 Patofisiologi Kelenjar Tiroid
2.6 Gangguan Tiroid (Goitre)
2.7 Diagnosis Gangguan Tiroid
2.8 Penatalaksanaan dan terapi
2.9 Kehamilan dengan tiroid
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan tepat dibawah kartilago
krikoid disamping kiri dan kanan trachea atau juga dibawah laring. Pada orang
dewasa beratnya lebih kurang 18 gram, kelenjar ini terdiri atas 2 logus yaitu logus
kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus masing-masing logus kelenjar ini
mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-
tiap lobus mempunyai lobuli yang dimasing-masing lobuli terdapat folikel dan
parafolikuler. (Tim Medikal Mini Notes. 2019)
Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti
sejumlah besar gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim
protein, protein struktural, protein transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil
akhirnya adalah peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh.
Hormon tiroid meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara
meningkatkan aktivitas dan jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor
aktif ion-ion melalui membran sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang
umum juga spesifik terhadap pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini
adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan
janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir (Guyton and Hall, 2007).
Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik meliputi
peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak, peningkatan kebutuhan vitamin,
meningkatkan laju metabolisme basal, dan menurunkan berat badan. Sedangkan
efek pada sistem kardiovaskular meliputi peningkatan aliran darah dan curah
jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, dan peningkatan kekuatan jantung.
Efek lainnya antara lain peningkatan pernafasan, peningkatan motilitas saluran
cerna, efek merangsang pada sistem saraf pusat (SSP), peningkatan fungsi otot,
dan meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain.
Fungsi T3 adalah mengatur metabolisme karbohidrat dan protein didalam
semua sel, karena itu perubahan T3 dapat mempengaruhi semua organ tubuh,
terutama kardiovaskuler, saraf, imun dan reproduksi.
Fungsi T4 adalah mengatur metabolisme tubuh, memelihara fungsi dan
kerja jantung, menjaga fungsi otak, menjaga fungsi organ reproduksi, merangsang
produksi hormon pertumbuhan.
TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3
melalui reseptornya yang ada di permukaan sel tiroid. Sintesis dari TSH ini
dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh
hypothalamus bila didapatkan kadar hormon tiroid yang rendah di dalam darah
(Guyton and Hall, 2007).
2.3 Metabolisme iodium
Iodium merupakan bahan mentah yang penting untuk sintesis hormon
tiroid. Iodum kita dapatkan dari makanan, lalu diubah menjadi iodide dan
kemudian diabsorbsi oleh tubuh. Tiroid menyekresi 80 mg/hari iodium dalam
bentuk T3 dan T4 yang kemudian dimetabolisme di hati dan jaringan lain dan
melepaskan 60 mg per hari ke CES. Beberapa turunan hormone tiroid
disekresikan melalui empedu dan sebagian iodium di dalamnya diserap ulang
(sirkulasi enterohepatik). Iodium yang kita konsumsi 20% akan masuk ke kelenjar
tiroid dan 80% akan disekresikan melalui urin.
2.4 Nilai Normal
2. Hipotiroid
Hipotiroid adalah tingkat kekurangan hormon tiroid (tiroksin), keadaan dimana
kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan sedikit tiroksin, hal ini dapat
menyebabkan fungsi metabolisme tubuh bekerja sangat lambat.
Organ Gejala Dan Tanda
Otak Lemah, lelah, mengantuk, depresi, kamampuan
berbicara menurun, intelektual menurun, gangguan
ingatan, proses psikis pelan
Mata Sakit kepala, gangguan penglihatan, edema periorbital
Telinga, hidung dan tenggorokan Suara sesak
Jantung dan pembuluh darah Tekanan nadi berkurang (bradikardi), hipertensi
diastolik, kardiak output berkurang
Saluran Cerna Sulit buang air besar (konstipasi), berat badan naik
/gemuk
Ginjal Fungsi ginjal menurun, retensi cairan
Sistem reproduksi Intertilitas, gangguan menstruasi
Otot dan saraf Kaku sendi, kesemutan, nyeri sendi, gerakan otot lemah,
(hipofleksia) edema non pitting (miksedema), ataxia,
kramp otot.
Kulit Tidak tahan dingin, produksi keringat berkurang
3. Eutiroid
Keadaan Tiroid yang berbentuk tidak normal tapi fungsinya normal.
Berdasarkan Kelainan bentuknya:
1. Difus
Pembesaran kelenjar yang merata, bagian kanan dan kiri kelenjar sama-sama
membesar disebut struma difusa (tiroid difus)
2. Nodul
Terdapat benjolan seperti bola, bias tunggal (mononodosa) atau banyak
(multinodosa), bias padat atau berisi cairan (kista) dan bias berupa tumor
jinak/ganas.
Terapi hipotiroid
Tiroksin dosis rendah (50μg/hari) ditingkatkan sampai dosis pemeliharaan
maksimal 150 μg/hari.
Kekurangan hormone tiroid dapat diberikan suplemen hormone tiroid dalam
bentuk tablet.
2.9 Kehamilan dengan tiroid
Hipertiroid
Insidensi kehamilan dengan gejala klinik tiroroksikosis atau hipertiroidisme
adalah1: 2000 kehamilan. Kehamilan normal akan menimbulkan keadaan
klinik yang mirip dengan kelebihan tiroksin (T4), sehingga tirotoksikosis yang
ringan mungkin akan sulit terdiagnosis. Beberapa gejala yang sering
ditemukan adalah takikardi pada kehamilan normal, nadirata-rata waktu tidur
meningkat, toromegali, eksoftalmus, dan berat badan tidak bertambah
walaupun cukup makan. Gambaran laboratorium memperlihatkan kadar
serum T4 bebas meningkat, sedangkan kadar tirotropin menurun. Kadar
tirotropin bias terdeteksi sampai kadar kurang dari 0,1mU/l, sehingga akan
menyebabkan ditemukannya keadaan hipertiroid subklinis (sekitar1%).
Keadaan subklini sini dapat ditemukan dan terdeteksi dengan pemeriksaan
tirotropin. Tirotoksikosis yang terjadi pada kehamilan hampirselalu dapat
dikontrol denganobat-obatan jenis thiomide. Beberapa klinisi memilih PTU
karena obat ini sebagian menghambat perubahan T4 menjadi T3 dan lebih
sedikit melewati sawar plasenta bila dibandingkan dengan methimazole. Pada
wanita yang tidak mendapat pengobatan, atau pada mereka yang tetap
hipertiroid meskipun telah mendapat pengobatan akan meningkatkan resiko
terjadinya preklampsia, gagal jantung dan keadaan perinatal yang buruk.
Sebagian besar janin bias dalam keadaan eutiroid dan sebagian kecil lainnya
bias hiperatauhipotiroid. Kedua kondisi ini dapat terjadi seiring dengan ada
tidaknya goiter.
Hipotiroid
Sebagian besar penyakit hipotiroid pada orang dewasa disebabkan oleh proses
dirusakannya kelenjar tiroid oleh oto anti bodi, khususnya anti bodi anti
thyroid peroxidase. Oleh karena itu, gangguan-gangguan hipotiroid juga
berhubungan dengan tirotoksikosis Graves.
Insidensi kejadian hipotiroid adalah sekitar 2,5%. Defisiensi kelenjar tiroid
klinik ditemukan pada 1,3per 1000 dan sub klinik 23 per 1000 orang. Efek
hipotiroid sub klinis pada hasil akhir kehamilan dapat menyebabkan
penghambatan perkembangan neuro fisiologi janin serta peningkatan resiko
terjadi prematur, solusio plasenta dan perawatan bayi NICU. Hipotiroid
kongenital insidensinya sekitar 1:4000-7000 bayi 75% bayi dengan hipotiroid
memiliki kondisi agenesis kelenjar tiroid atau dishormomogenesis, sedangkan
10% lainnya menderita hipotiroidtrasnien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi,
membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormone lainnya.
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berukuran besar yang terletak di dalam leher,
menempel pada trakea di bawah laring.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormone yang mempengaruhi metabolisme
L-tiroksin ( levotiroksin = T4) dan triiodtironin (liotironin = T3). Penetapan diagnosis
gangguan fungsi terkait tiroid memerlukan uji laboratorium. Penetapan diagnosis
tersebut memerlukan beberapa pengujian tiroid dan gabungan hasil ujinya yang tidak
lazim memerlukan pertimbangan persyaratan penyerta untuk penetapan diagnosis
gangguan tiroid yang tepat.
Dalam menafsirkan hasil uji tiroid perlu mempertimbangkan beberapa factor
yang dapat menginterferensi hasil seperti : cara menguji, jenis penyakit yang
mendasari, umur, kehamilan dan keberadaan antibody heterofil maupun auto
antibody.
3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pemilihan obat – obat yang tepat untuk pengobatan
dalam gangguan tiroid.
DAFTAR PUSTAKA