Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HORMON TIROID
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.

Oleh :

Kelompok 2 A-1 2020

1. Alma Nisa’ul Haq (132011133010)


2. Nur Afifah (132011133011)
3. Tiffani Nur Widya Andari (132011133012)
4. Erika Irwana Safrina (132011133013)
5. Erina Dwi Septiana (132011133014)
6. Dhimas Satrio Nugroho (132011133015)
7. Regi Ayu Wandira (132011133016)
8. Aisyah Dinita Muzaqi (132011133017)
9. Nencya Fi Roudhotil Jannah (132011133018)
10. Angela Septia Putri (132011133019)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

i
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Hormon Tiroid” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak dosen
pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang Hormon Tiroid baik bagi kami selaku penulis
maupun bagi para pembaca.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes.
selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan I yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
materi ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung
kami dan memberikan kami sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar.

Kami menyadari makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun kami untuk
menyempurnakan makalah ini.

Surabaya, 20 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan Pembahasan 2

BAB II. ISI ……………………………………………………………………………...........3

2.1. Pengertian Hormon Tiroid 3

2.2. Anatomi dan Fisiologi Hormon Tiroid 3

2.3. Fungsi Hormon Tiroid 5

2.4. Dampak Dari Kelebihan dan Kekurangan Hormon Tiroid 6

2.5. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid 8

2.6. Mekanisme Kontrol Hormon Tiroid………………………………………….…..9

BAB III. PENUTUP 11

3.1. Kesimpulan 11

3.2. Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di


berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya menyebabkan
perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan terhadap dingin,
serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan. Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan kelebihan
pembentukan panas.

Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya ,
sekresi hormon ini sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar hormontiroid
yang tinggi pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan
cara ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus.

Pada umumnya, produksi berlebih dari hormon tiroid akan membuat segala sesuatu di
dalam tubuh berjalan lebih cepat dari seharusnya. Begitu pun sebaliknya, dampak kurang
baik juga akan dirasakan tubuh bila hormon tiroid diproduksi dalam jumlah yang terlalu
sedikit. Karena peranan hormon tiroid amat penting bagi tubuh, menjaga stabilitasnya
menjadi sangat penting untuk dilakukan. Salah satu kondisi yang dapat memengaruhi hormon
tiroid adalah hipertiroid.

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional
dalam menangani hal-hal yang terkait dengan hipotiroid pada pasien. Misalnya saja dalam
memberikan asuhan keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan
komplikasi yang terjadi akibat hipotiroid. Perlu ketelitian seorang perawat dalam mengatasi
permasalahan yang terjadi agar pasien dapat tertangani dengan baik.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari hormon tiroid?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi hormon tiroid?
3. Bagaimana fungsi hormon tiroid?
4. Bagaimana dampak yang terjadi jika kelebihan atau kekurangan hormon tiroid?
5. Bagaimana mekanisme kerja dari hormon tiroid?
6. Bagaimana mekanisme kontrol pada hormon tiroid?

1.3. Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui pengertian dari hormon tiroid
2. Untuk menambah wawasan terkait anatomi dan fisiologi hormon tiroid
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi-fungsi dari hormon tiroid
4. Untuk mengetahui apa saja dampak yang akan muncul jika kekurangan atau
kelebihan hormon tiroid
5. Untuk mengetahui mekanisme kerja dari hormon tiroid
6. Untuk menambah pengetahuan terkait mekanisme kontrol hormon tiroid

2
BAB II

ISI

2.1. Pengertian Hormon Tiroid

Hormon tiroid adalah zat kimia yang dibuat oleh kelenjar tiroid, letaknya di leher
bagian depan. Kelenjar ini menggunakan yodium sebagai bahan baku untuk membuat
hormon tiroid. Hormon tiroid memegang peranan penting untuk menunjang fungsi setiap sel
di dalam tubuh.

Tiroid memiliki dua hormon yang paling penting, yaitu thyroxine (T4) dan
triiodothyronine (T3). Kelenjar tiroid juga membuat hormon kalsitonin yang terlibat dalam
metabolisme kalsium dan merangsang sel-sel tulang untuk menambahkan kalsium ke dalam
tulang.

2.2. Anatomi dan Fisiologi Hormon Tiroid

 ANATOMI
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan berada di
anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu dari beberapa kelenjar endokrin terbesar
dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa. Kelenjar ini memiliki dua lobus yang
dihubungkan oleh ismus sehingga bentuk dan posisi anatomi tiroid memiliki peran fungsional
(Darmayanti et al., 2012). Masingmasing lobus mempunyai ukuran panjang 3 – 4 cm dan
lebar 2 cm (Chandra & Rahman, 2016). Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid
superior dan vena kelenjar tiroid yang memiliki beberapa bagian yaitu inferior, media, dan
superior. Vena tiroid superior akan mengalir kearah vena jugularis superior, vena tiroid media
mengalir langsung ke arah vena jugularis interna, dan vena tiroid inferior mengalir ke arah
vena jugularis interna atau vena brakiosefalika (Chandra & Rahman, 2016).

3
 FISIOLOGI

Kelenjar tiroid memiliki fungsi utama untuk mensuplai hormon tiroid untuk pengaturan
fungsi tubuh seperti metabolisme dan penggunaan energi. Kelenjar tiroid mensekresikan
hormon primer, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon-hormon tersebut
memiliki fungsi meningkatkan 10 kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Pada setiap
molekul T4 terdapat 4 atom yodium dan setiap molekul T3 terdapat 3 atom yodium. Kedua
hormon tersebut dirangsang pengeluarannya di lobus anterior kelenjar hipofisis oleh thyroid
stimulating hormon (TSH). TSH adalah hormon yang mengatur pertumbuhan dan fungsi
tiroid dari janin hingga dewasa (Nilsson & Fagman, 2017). Hormon T3 dan T4 dibentuk oleh
yodium sebagai bahan dasar yang dapat ditemukan pada beberapa jenis makanan dan
minuman (Darmayanti et al., 2012). Hormon tiroid merupakan iodinated hormone untuk
mengkonsentrasikan iodium dari sirkulasi dan membantu iodium agar dapat bersatu dengan
molekul hormone tiroid sehingga diperlukan fungsi dari kelenjar tiroid itu sendiri. Hormon
tiroid juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan sel, perkembangan tubuh dan
metabolisme energi. Hormon tiroid membantu regulasi metabolisme karbohidrat dan lipid
sehingga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh. Konsumsi O2

4
dirangsang oleh hormon tiroid pada kebanyakan sel di dalam tubuh. Hormon tiroid juga
mempengaruhi differensiasi jaringan di dalam tubuh dan ekspresi gen, regulasi reaksi
metabolik dan kecepatan metabolisme tubuh, berperan dalam pembentukan asam ribonukleat
(ARN), mengatur pembentukan panas, penyerapan usus terhadap glukosa, merangsang
pertumbuhan sel- sel somatis dan memiliki peran dalam perkembangan sistem saraf pusat
(Darmayanti et al., 2012). Produksi dan sekresi hormon tiroid diatur oleh mekanisme regulasi
yang kompleks. Fungsi kelenjar tiroid diatur oleh suatu mekanisme aksi stimulasi oleh Tiroid
Stimulating Hormon (TSH) di hipotalamus pada kelenjar pituitary anterior. 11 Modulasi
pelepasan TSH diatur oleh pengaruh hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) bebas yang
terdapat di perifer melalui umpan balik negatif (Kumorowulan & Supadmi, 2010).

2.3. Fungsi Hormon Tiroid

Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah :

a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan


metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini
pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testis
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan
cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat
dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah
menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf
dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung.
f. Merangsang pembentukan sel darah merah
g. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kebutuhan oksigen akibat metabolisme.
h. Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran
tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat
reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin
adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan

5
;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.

2.4. Dampak Dari Kelebihan dan Kekurangan Hormon Tiroid

Gangguan hormon tiroid yang dimaksudkan di sini adalah kekurangan dan kelebihan
hormon tiroid. Untuk itu, di sini akan dijelaskan secara rinci gejala klinis yang diakibatkan
oleh karena kekurangan maupun kelebihan hormon tiroid.

1. Kekurangan hormon tiroid (Hipotiroidisme)

Hipotiroidime terjadi bila kelenjar tiroid tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormon tiroid. Penyebab munculnya hipotiroidisme antara lain:

a. Tiroiditis hashimoto, pada kasus ini sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi yang
dapat merusak jaringan kelenjar tiroid. Akibatnya, kelenjar ini tidak dapat memproduksi
hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.

b. Kekurangan mengkonsumsi yodium dari makanan.

c. Pengangkatan kelenjar tiroid

d. Terapi radioaktif dengan yodium.

e. Infeksi bakteri dan virus.

f. Obat-obatan seperti lithium karbonat, amiodarone hidroklorida dan interferon alfa.

g. Adanya gangguan pada kelenjar pituitary atau hipotalamus yang mengontrol kerja kelenjar
tiroid.

h. Hipotiroidime yang terjadi pada masa kehamilan, yang berakibat pada kekurangan hormon
tiroid pada bayinya.

Secara garis besar, hipotiroidisme dapat bersifat primer maupun sekunder.


Hipotiroidisme primer terjadi bila didapatkan proses patologis yang merusak kelenjar tiroid.
Sedangkan hipotiroidisme sekunder dapat diakibatkan karena defisiensi sekresi TSH pada
hipofisis. Bila ditinjau dari permulaan munculnya, hipotiroidisme dapat terjadi sebelum masa
dewasa, bahkan sejak lahir, maupun setelah masa dewasa. Hipotiroidisme yang terjadi

6
sebelum masa dewasa atau sejak lahir, mengakibatkan kretinisme (kredil). Kretinisme adalah
kondisi akibat hipotiroidisme ekstrim yang diderita selama kehidupan janin, bayi dan anak-
anak. Kondisi ini ditandai dengan gagalnya pertumbuhan fisik dan mental. Kegagalan
pertumbuhan fisik (dwarfisme) disebabkan oleh karena kegagalan pertumbuhan tulang.
Sedangkan kegagalan pertumbuhan mental (retardasi mental) disebabkan karena gagalnya
otak untuk dapat berkembang secara penuh. Hal ini dapat terjadi karena gangguan
pertumbuhan kelenjar tiroid secara congenital, sehingga kelenjar tiroid gagal memproduksi
hormon tiroid akibat defisiensi genetik pada kelenjar, atau karena kurangnya iodium dalam
diet, dimana iodium diperlukan untuk sintesis hormon Tiroksin.

Hipotiroidisme yang terjadi pada bayi baru lahir, dapat memperlihatkan gejala-gejala
berupa nafsu makan rendah, sering tersedak saat menyusu, berat dan tinggi badan tidak
normal, sembelit, susah bernafas, tangis parau, kuning, lesu, perut buncit, pusat bodong, alat
kelamin, tangan dan kaki bengkak, dan kulit teraba dingin. Selanjutnya, penderita kretinisme
memiliki gejala klinis berupa warna kulit kekuning-kuningan, suhu tubuh rendah, rambut dan
kulit kering, bicaranya lamban, perut buncit, tubuh lesu, denyut jantung lambat, karena
metabolisme karbohidrat yang lamban. Penanganan dapat dilakukan dengan memberikan
tiroksin sejak dini secara teratur. Apabila pengobatan terlambat setelah gejala menjadi parah,
maka pengobatan tidak banyak memberikan hasil.

Hipotiroidisme yang terjadi pada usia dewasa menyebabkan suatu keadaan yang
disebut myxedem. Tanda-tandanya adalah wajah sembab dan bengkak, denyut nadi dan
jantung lambat, suhu tubuh rendah, mudah demam, rambut dan kulit kering, otot lemah,
tubuh lesu dan efek jangka panjangnya adalah pembesaran jantung akibat peningkatan kerja
jantung secara berlebihan. Penderita myxedem tidak mengalami kemunduran mental, tetapi
pada kasus yang lebih parah, penderita menjadi kurang aktif dan kurang responsif.

Keadaan hipotiroidisme pada masa dewasa ini seringkali disebabkan oleh karena
autoimunitas terhadap kelenjar tiroid, dimana kelenjar tiroid dirusak oleh sistem imunitas
tubuh. Pada awalnya kelenjar mengalami tiroiditis yang menyebabkan kemunduran pada
kelenjar itu, dan berlanjut pada terjadinya fibrosis pada kelenjar dan berakhir pada ketidak
mampuan kelenjar untuk mensekresi hormon tiroid. Gejala hipotiroidisme ini dapat dikurangi
dengan pengaturan hormon tiroid.

7
2. Kelebihan Hormon Tiroid (Hipertiroidisme)

Hipertiroidisme dikenal juga dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme dapat


didefinisikan sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik akibat peningkatan
hormon tiroid secara berlebihan. Bentuk tersering adalah penyakit grave (gondok
eksoftalmik). Pada penyakit grave tiroid membesar dan hiperplastik secara difus dan terjadi
penonjolan bola mata yang disebut eksoftalmus.

Hipertiroidisme terjadi bila terdapat sekresi tiroksin secara berlebihan. Kondisi ini
dapat menyebabkan pertumbuhan tubuh tidak dapat dikendalikan (pertumbuhan raksasa,
gigantisme). Apabila kelebihan hormon tiroksin terjadi setelah masa dewasa, maka akan
berakibat meningkatnya metabolisme tubuh, meningkatnya denyut jantung, gugup,
intoleransi terhadap panas, berkeringat banyak, berat badan berkurang, diare, kelemahan otot,
cemas dan kelainan psikis lainnya, mudah lelah, susah tidur dan tremor pada tangan.
Hipertiroidisme ini dapat dikurangi dengan pemberian obat anti tiroid, dengan cara
memberikan iodine radio aktif yang dapat menghancurkan sebagian sel-sel tiroid.

2.5. Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Hormon T3 dan T4 bersifat hipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma
semua sel, menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid
manusia terdapat paling tidak dalam tiga bentuk : hTR-α1 dan 2 serta hTR-α mengandung
asam amino 410 asam amino, mempunyai BM sekitar 47.000, dan gennya terletak pada
kromosom 17. hTR-β mengandung 456 asam amino dengan BM sekitar 52.000, gennya
terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daerah spesifik :

1. Suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktivitas reseptor


2. Suatu daerah pengikat DNA sentral denagn dua jari-jari sistein-seng
3. Suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil

Ada kemungkinan bahwa hTR-β1 dan hTR-α1 mwerupakan bentuk reseptor yang
aktif ssecara biologic. hTR –α2 tidak mempunyai kemampuan mengikat hormone tetapi
berikatan dengan unsur respon hormone tiroid (TRE) pada DNA dengan demikian dapat
bertindak pada beberapa kasus untuk menghambat T3. Mutasi titik pada gen hTR-β yang
menimbulkan reseptor T3 abnormal merupakan penyebab dari sindroma resistensi

8
generalisata terhadap hormone tiroid (sindroma refetotoff). (Greenspan F S MD, Baxter J D
MD, 1994)

Kompleks hormon reseptor selanjutnya menjalani reaksi aktivasi yang tergantung


pada suhu serta garam dan reaksi ini akan mengakibatkan perubahan ukuran, bentuk, muatan
permukaan yang membuat kompleks hormon tersebut mampu berkaitan dengan kromatin
pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berkaitan pada suatu region spesifik DNA yang
dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik. Dengan
memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA,
pembentukan protein spesifik. Protein ini kemudian memperantarai respon hormon tiroid dan
mempengaruhi proses metabolik hormon tiroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang
yang penting pada usia balita.

2.6. Mekanisme Kontrol Hormon Tiroid

T3 dan T4 menghambat peningkatan sekresi TSH pada kelenjar hipofisis. Bila sekresi
TSH meningkat, maka sekresi T3 dan T4 meningkat, dan ini akan mengakibatkan mekanisme
kerja tiroid juga akan menngkat. Tiroglobulin adalah precursor T3 dan T4. Protein ini
merupakan molekul berukuran besar yang disintesis di bagian basal sel, kemudian bergerak
ke tempat protein ini disimpan dalam tiroid ekstra sel, dan kemudian masuk kembali ke
dalam sel serta bergerak dari apical ke basal selama proses hidrolisisnya menjadi hormone T3
dan T4 yang aktif.

9
Semua tahapan ini ditingkatkan oleh hormone perangsang tiroid yang disebut TSH
(Tiroid Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar pituitary.
Peningkatan produksi TSH menyebabkan peningkatan jumlah tiroksin. Akan tetapi,
peningkatan jumlah tiroksin dalam aliran darah akan menekan produksi TSH. Sistem
homeostatis yang baik ini, menjamin suplai tiroksin yang mantap. Namun bila iodium dalam
makanan tidak cukup bagi tiroid untuk mensintesis tiroksin, mekanisme control ini terhenti.
Kelenjar pituitary tidak dihambat, dan dengan demikian menghasilkan jumlah TSH yang
lebih banyak. Hal ini selanjutnya merangsang kelenjar tiroid untuk bekerja lebih giat,
meskipun hanya mempunyai sedikit atau tanpa iodium. Akibatnya kelenjar menjadi besar dan
mengakibatkan gondok.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Hormon tiroid adalah zat kimia yang dibuat oleh kelenjar tiroid, letaknya di leher
bagian depan.

Kelenjar tiroid yang berfungsi normal dapat memproduksi sekitar 80% T4 dan sekitar
20% T3. Meskipun jumlahnya lebih sedikit, hormon T3 memiliki efek yang lebih kuat
daripada T4.

Hipotiroidime terjadi bila kelenjar tiroid tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan
hormon tiroid. Hipertiroidisme dikenal juga dengan tirotoksikosis. Hipertiroidisme dapat
didefinisikan sebagai respon jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik akibat peningkatan
hormon tiroid secara berlebihan.

Mekanisme sistem kerja tiroid akan meningkat bila sekresi TSH, T3, dan T4 juga
meningkat. Meningkatnya produksi TSH menyebabkan peningkatan jumlah tiroksin.
Sehingga kelenjar tiroid bekerja lebih giat. Akibatnya kelenjar menjadi besar dan
mengakibatkan gondok.

3.2. Saran

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui berbagai fungsi hormon tiroid.


2. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi hormon tiroid.
3. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan apa saja dampak yang ditimbulkan bila
kekurangan atau kelebihan hormon tiroid.
4. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang mekanisme kerja hormon tiroid.
5. Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang mekanisme kontrol hormon tiroid.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adelia Marista Safitri, S.K.M Safitri, Adelia Marista. 2019.Hormon Tiroid: Fungsi, Efek
Kelebihan dan Kekurangan. https://www.honestdocs.id/hormon-tiroid (diakses pada 20
September 2020)

Asiyah, Siti Nur  (2014) KULIAH PSIKOLOGI FAAL. http://digilib.uinsby.ac.id/15869/13/Bab


%2010.pdf . (diakses pada 20 September 2020)

Dw, Mathelda.2013.Anatomi dan Fisiologis. https://www.slideshare.net/Kampus-


Sakinah/anatomi-dan-fisiologis-tiroid (diakses pada 20 September 2020)

Sari, Mutiara Indah.2007.Hormon Tiroid.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1926/09E01868.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada 21 September 2020

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-thtkl466a3c887c2full.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai