Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FARMAKOTERAPI ENDOKRIN DAN HORMON

HORMON TIROID

NAMA KELOMPOK:

AHMAD TAUFIK

BAIQ ADE EMA FATHMA

DWI JAYANTI

IRA RESKI ROSITA DEWI

LATIFATUL AKHFA

MIZHUL HABI

ROSALINA AYUDIA UTAMI

RYAN AZMI

PROGRAM STUDI : S1 FARMASI EKSTENSI

TAHUN AKADEMIK : 2021/2022

SEMESTER : 1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Farmakoterapi Endokrin dan Hormon, dengan
judul “Hormon Tiroid”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan

Bagu, 09 Desember 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................ 3
C. TUJUAN.................................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. TIROID
1. Anatomi Hormon Tiroid.................................................................................... 4
2. Fisiologi Kelenjar Tiroid................................................................................... 4
3. Gangguan Fungsi Hormon Tiroid...................................................................... 5
a. Hipertiroid ( tiroksikosis ) .......................................................................... 5
b. Hipotiroid..................................................................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hormon adalah zat kimiawi yang berfungsi mengirimkan berbagai pesan ke
seluruh tubuh. Hormon meyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah sebagai pesan
apa yang harus dilakukan masing-masing organyang dituju.
Hormon sangat penting bagi tubuh. Hanya perubahan jumlah yang kecil saja, bisa
mempengaruhi seluruh tubuh. Maka dari itu sangat penting untuk menjaga keseimbangan
hormon di dalam tubuh.
Tiroid merupakan kelenjar endokrin terbesar dalam tubuh manusia yang terletak
di leher bagian depan. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian, yakni lobus kanan dan lobus
kiri. Panjang dari masing-masing lobus ini adalah 5 cm dan menyatu di garis tengah,
dengan bentuk menyerupai kupu-kupu (Depkes, 2015).
Kelenjar tiroid berfungsi untuk menghasilkan hormon tiroid yaitu tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Pembentukan hormon-hormon tersebut disebabkan oleh pengaruh
mekanisme umpan balik yang melibatkan hormon Thyroid Stimulating Hormon (TSH).
Apabila terjadi peningkatan pada hormon tiroid maka produksi TSH akan menurun.
Begitupun sebaliknya, apabila produksi hormon tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka
akan terjadi peningkatan produksi TSH (Depkes, 2015). Hormon tiroid memliki peran
yang sangat penting dalam proses metabolisme dan aktivits fisiologik pada hampir semua
organ tubuh manusia. Kadar hormon tiroid yang berlebih maupun yang kurang dapat
mempengaruhi tidak hanya proses metabolisme dan aktifitas fisiologik melainkan juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan tubuh (Mexitalia et al.,
2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hormon Tiroid?
2. Apa jenis obat dan dosis obat yang digunakan untuk terapi pada hormon tiroid?
C. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan hormon tiroid
2. Mengetahui jenis obat dan dosis obat yang digunakan untuk terapi pada hormon tiroid

BAB II
3
PEMBAHASAN

A. Tiroid
1. Anatomi hormon tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan berada
di anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu beberapa kelenjar endokrin
terbesar dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa. Kelenjar ini memiliki dua
lobus yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentuk dan posisi anatomi tiroid
memiliki peran fungsional ( Darmayanti et al., 2012 ). Masing-masing lobus
mempunyai ukuran panjang 3-4 cm dan lebar 2 cm ( Chandra & Rahman, 2016 ).
Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiorid dan vena kelenjar tiroid yang
memiliki beberapa bagian yaitu inferior, media, dan superior, vena tiroid media
mengalir langsung kea rah vena jugularis, dan vena tiroid inferior mengalir ke arah
vena legendaris interna atau vena brakiosefalika ( Chandra & Rahman, 2016 ).

2. Fisiologi kelenjar tiroid


Kelenjar tiroid bentuknya mirip kupu-kupu, memperoduksi hormon tiroksin yang
berfungsi memelihara tingkat metabolism jaringan yang optimal untuk fungsi normal sel
dan tubuh seutuhnya. Hormon tiroksin yang mengandung iodium ( I )merangsang
konsumsi O2 sel-sel tubuh, dan mengatur metabolism lemak dan karbohidrat yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh. Hormon tiroksin
relative tidak esensial menyebabkan kemunduran dan melambatnya proses mental dan
fisik, individu menjadi tidak tahan dingin, dan pada anak menyebabkan retardasi mental
dan kekerdilan. Sebaliknya kelebihan ( akses ) sekresi tiroksin akan menyebabkan dan
kelebihan produksi panas sehingga sering berkeringat.
Fungsi kelenjar tiroid dikontrol oleh hormon tropic TSH ( thyroid stimulasing
Hormon atau thyrotropin) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Sebaliknya
hormon tropic ( Y : trophic = memberi makan ) ini sekresinya juga dikontrol sebagian
oleh TRH ( thyropin releasing hormon ) yang disekresikan oleh hipotalamus. Sebagian
jiga dikontrol melalui mekanisme umpan balik negative oleh hormon tiroksin bebas yang
beredar di dalam darah yang menghambat kerja hipofisis anterior dan hipotalamus.

4
3. Gangguan Fungsi Hormon Tiroid
Ada dua gangguan fungsi utama tiroid yaitu sebagai berikut :
a. Hipertiroid ( tiroksikosis )
Gangguan ini bercirikan hiperaktivitas kelenjar trioid dan dapat
ditimbulkan oelh banyak sebab. Yang paling sering ( 70%-80% ) adalah
akibat penyakit graves dan orang di atas 50 tahun oelh hiperfungsi ( TMG
toxic multinodular goiter ). Di samping itu, juga oleh hiperfungsi akibat
adanya adenoma ( tumor ) atau peradangan tiroid ( tiroditis ).

1) Penyakit Graves
Gangguan ini diakibatkan oleh suatu proses auto imun, pada masa
antibodies IgG mengikat pada reseptor untuk TSH di tiroid. Efeknya
adalah stimulasi produksi T4, jadi sama dengan aktivitas oleh TSH.
Mungkin pembentukan antibodies tersebut dipicu oleh infeksi suatu
kuman gram negative ( antara lain E, colli, Yersina dan lain-lain ) yang
memiliki titik pengikatann TSH. Autoimun ini juga muncul pada usia
muda / menengah dan wanita 5X lebih sering dari pada pria.
Gejala yang sering ditimbulkan : bola matab menonjol
( exhpthalamus ) dengan pemebesarn tiroid ( struma difus 60% ) dan
tireotoxicosis ( tachycardia, atriumfibrilasi, tremor, badan menjadi
kurus ). Gejala ini dapat di tanggulangi dengan prednisone 40mg atau
lebih, yang berkhasiat menekan proses auto- imun seluler dan humoral
( imunosopresif ). Dosis prednisone yang tinggi tersebut berangsur-
angsur dikurangi sampai dosis pemeliharaan 5-10 mg.
2) Struma multi-nodular ( TMG )
Penyakit ini jarang memperlihatkan remisi spontan ( terhentinya
atau berkurangnya gejala untuk sementara ) dan juga ditangani dengan
kombinasi. Tetapi segera setelah terapi dihentikan penyakit umumnya
kambuh lagi, sehingga terapi perlu dilanjutkan seumur hidup. Ini juga
berlaku bagi adenoma tunggal. Kemungkinan lain setelah dicapai nilai
hormon normal ( euthyreoidie) langsung langsung dimulai penanganan

5
dengan iod 131. Cara ini memebrikan keuntungan tambahan bahwa
strauma dapat menyusut. Bila strauma snagat besar dapat langsung
dilakukan pemebadahan.
3) Tirodits
Radang tiroid disebabkan oleh infeksi virus atau kuman. Gejalanya
berupa leher membengkak, dengan rasa sakit yang menjalar lke telinga
atau rahang, demam dan malaise umum. Pengobatannya dilakukan
dengan analgetika bisa menggunakan prednison jika terlalu parah atau
antibiotika.
Terapi obat yang digunakan
1) Karbimazol
Derivate tiomidazol ini ( 1950 ) berkhasiat antirioid kuat dan paling sering
digunakan. Resopsinya dari usus cepat dan langsung diubah dengan lengkap
menjadi metabolit aktifnya tiamizol.
 Indikasi : hipertiroidisme
 Efek samping : muntah, gangguan pencernaan ringan, sakit
kepala, ruam kulit dan pruiritis, nyeri sendi, miopati,
alopesia, supresi sumsum tulang ( pansitopenia dan
agranulosit
 Pada wanita hamil hamil hanya dapat diberikan karbimazol
dan tiroistatika lainnya dengan pengawasan dosis yang
seksama untuk menghindari strauma dan aplasia cutis
congenital pada bayi bila dosis terlampau tinggi. Obat ini
dapat diserap ke dalam ASI. Oleh karena itu, obat ini tidk
digunakan selama menyusui.
 Dosis : dosis awal 15 – 60 mg per hari, dikonsumsi 2 – 3
kali. Dosis akan dikurangi secara bertahap setelah fungsi
kelenjar tiroid kembali normal. Dosis perawatan adalah 5 –
15 mg per hari. Anak : usia 3-17 tahun dosis awal 15 mg
per hari dan akan disesuaikan dengan respon terhadap obat.
 bentuk sediaan : tablet.

6
2) Propiltiurasil ( PTU )
Propiltiurasil ( PTU ) dapat menurunkan produksi hormon tiroid dari
kelenjar. Hal ini menyebabkan gejala tirotoksikosis menurun dalam waktu 3 –
4 minggu. Penurunan produksi ini terjadi melalui penghambatan proses
iodinasi residu tirosil di trioglobin.
 Indikasi : untuk pasien dengan hipertiroid akibat graves disease
atau strauma multinodular toksik
 Efek samping : mual, muntah sakit perut, nyeri sendi, atau otot.
 Kontra indikasi : pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitiviitas terhadap kandungan atau komponen obat. Pasien
dengan riwayat gangguan hepar atau beresiko mengalami supresi
sumsum tulang memerlukan perhatian khusus selama penggunaan
PTU.
 Dosis: tiroid berat diberikan 400 mg/hari. Pada kasus tertentu dosis
dapat mencapai 600 – 900 mg perhari. Dosis pemeliharaan yang
digunakan 100 – 150 mg perhari. Dosis maksimal untuk dewasa
adalah 900 mg per hari atau 1200 mg per hari untuk kasus – kasus
berat. PTU diberikan 3 kali sehari atau setiap 8 jam per hari.
 Bentuk sediaan : tablet

3) Tiamizol
 Indikasi : untuk pengobatan hipertirodisme, terutama pada
pembengkakan yang sedikit atau besar ( goiter ) pada pasien usia
muda. Persiapan untuk operasi segala macam hipertiroidisme.
 Efek samping : reaksi gatal pada kulit, mual muntah nyeri
epigastrik, artrlgia, parestesia, kehilangan indera pengecap, rambut
rontok, melgia, sakit kepala, pruiritis, mengantuk, neuritis, edema,
vertigo, pigmenasi, kulit.
 Dosis : 15 – 30 mg per hari dan dosis maksimal dibeikan 120 mg
per hari, selama 6 – 8 minggu pemeliharaan 5 – 30mg per hari.

7
4) Kaliumiodida
Garam ini adalah obat pertama yang digunakan pada strauma dan
hipertirosis. Sesduah diserap dengan baik oleh usus, Iodida diabsorpsi secara
selektif oleh tiroid dan dipekatkan disini sampai 25 kali. Mulai kerjanya cepat,
dalam 1- 2 hari, tetapi bersifat sementara, setelah ±2 minggu sering kali tidak
efektif lagi dan gejala memburuk.
Penggunaan bervariasi, yaitu untuk :
 Premedikasi untuk memadatkan kelnejar 10 – 14 hari sebelum
pembedahan
 Profilaksis kalium iodide 130 mg memberi perlindungan untuk 24
– 48 jam terhadapiod radioaktif.

Efeknya kompleks terhadap tiroid dan tergantung dari dosis serta


keadaan organ. Pada orang sehat kelebiihan iodide dapat
mengakibatkan struma . sebaliknya kekeurangan iodide juga dapat
menimbulkan struma. Kebutuhan tubuh akan iodide berjumlah sekitar
150 mcg per hari. Garam dapur mengandung ±60 mg KJ/kg, garam
roti ±60 mg/kg untuk profilaksis gondok. Pada hipertirosis dosis
sedang KJ berkhasiat meningkatkan produksi hormoin berkat
peranannya sebagi bahan dasar untuk sintesis T3 dan T4 tetapi dosis
tinggi cepat menghambat pelepasan hormone dan memadatkan serta
memperkecil kelenjar. Mekanisme kerja efek ini belum dapat
dijelaskan.

Efek samping agak sering terjadi dan lazimnya berupa reaksi alergi
seperti iod-acne, urtikaria, juga udema dan selesma. Dosis tinggi dan
penggunaan lama bias menimbulkan hipotirosis atau struma, juga
depresi, nerfositas, sukar tidur, impotensi dan misuderma.

8
Wanita hamil dan selama lactase tidak berikan iodide karena
senyawa ini melintasi plasenta dan mencapai ASI denga resiko
terjadinya struma pada janin dan bayi.

5) Iod 131
Merupakan radiofarmaka kelompok obat yang digunakan dalam ilmu
kedokteran nukleat untuk terapi dan diagnosis, berkat dayanya melepaskan
sinar-sinar ionisasi.
 Iod radioaktif
Setelah resorpsi, iod 131 secara selektif diserap oleh tiroid
dan mulai radiasinya. Terutma memproduksi sinar beta dengan
penetrasi ringan (±2 mm) dan sedikit sinar gama yang pentrasi nya
lebih dalam. Efeknya panjang dengan masa paruh ±8jam, sehingga
lebih disukai dari pada isotop iod lainnya yang kerjanya lebih
singkat atau lebih lemah.
 Penggunaannya dalam bentuk natrium radio iodida ( = NaI dengan
I 131 ), antara lain pada hipertirosis. Terapi dengan tiroistatika
harus dihentikan dua hari sebelumnya. Efeknya dapat disamakan
dengan pemotongan sebagian kelenjar pada pembedahan.
Disamping itu, radioiod juga digunakan untuk diagnosis fungsi
tiroid atau kanker tiroid.
 Efek samping : peradangan tiroid dan sementara memburuknya
kelenjar hipertirosis. Efek yang lebih serius adalah resiko kecil
terjadinya leukemia dan kanker tiroid yang dapat timbul 20 – 30
tahun kemudian. Karena itu, radioiod pada dasarnya hanya
diberikan pada pasien diatas usia 40 tahun. Wanita hamil dan
menyusui tidak boleh menggunakan radioiod.
 Dosis : oral atau Iv : 925-1850 MBq sebagai larutan natriumiodida
I 131.

6) Propranolol

9
 Indikasi : untuk mengobati berbagai gangguan yang berkaitan dengan
jantung dan pembuluh darah.
 Mekanisme kerja : memblokade susunan saraf simpatis dengan
mengurangiefek tiroksin dijaringan perifer.
 Efek samping :bradikardia, Hipotensi,mual muntah, konstipasi, diare .
 Dosis : Dewasa: 10–40 mg, 3–4 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
sampai 240 mg sehari.
 Anak-anak: 0,25–0,5 mg/kg BB, 3–4 kali sehari.

b. Hipotiroid
Hipotiroid adalah penurunan produksi hormone tiroid atau tiroid yang
bekerja terlalu lamban menimbulkan kekurangan T3 dan T4 dan penurunan
metabolism umum yang dapat menimbulkan sejumlah gejala. Gejala yang
sangat khas adalah keadaan mental mundur, lesu dan mengantuk, berat badan
meningkat, obesitas bradikardi, muka pucat dan suara mendalam, kulit menbl
rambut kering, sembelit dan perasaan dingin.
1) Kekerdilan
Bila hipotiroid terjadi sejak lahir pertumbuhan mental dan fisik akan
terhambat. Tubuh tetap kerdil dan sering kali dengan struma
( gondok ) dileher akibat membesar tiroid.
2) Mixudema
Mixudema adala juga sutau penyakit hipofungsi tiroid, yang berciri
kan infiltrasi dan pengembangan kulit oleh lender ( mucus ), yang
terutama jelas pada kelopak mata dna bibir. Gejala lain adalah proses
metabolic mundur, terdapat kecendurungan obesitas, juga gerakan cara
berfikir bicara dan denyut nadi lamban, kulit menebal dan kering, serta
rambut rontok. Pada wanita sering kali suara serak dan haid
berlangsung lebih deras.
Penyebab hipotiroid bisa bermacam-macam misalnya, karena tidak
ada iod dalam bahan makanan atau air minum. Atau karena tubuh

10
tidak mampu memebentuk tubuh mono dan diiodtirosin, ataupun tidak
dapat mempersenyawakannya menjadi T3 dan T4.
Untuk menghindari peristiwa ini dibanyak Negara iodide
dibubuhkan pada garam dapur atau garam untuk pembuatan roti ( 2,5 –
6 mg/kg ), terutma didaerah dimana gondok terdapat secara endemic.
Pengobatannya berupa terapi substitusi dengan tiroksin yang pada
dasarnya perlu dijalani seumur hidup.
Terapi obat yang digunakan
1) I- Tiroksin : levothyroxine Na, tetraiodtironin, T4, thyrax,
euthyrox
Hormone ini dibuat secara sintetik dan telah menggantikan
serbuk tiroid yang kerjanya kurang konstan dan penakarnnya
kurang seksama. Tiroksi ini berfungsi sebagai prohormon
untuk liotironin yang lebih aktif.
 Indikasi : untuk digunakan terapi hipotirodisme
 Dosis : oral pemulaan 25mch per hari dinaikkan
setelah dua minggu sekali dengan 25 mcg
 Pada lansia dan pasien jantung : permulaan 12,5
mcg perhari.
 Efek samping : nyeri angina, aritmia, palpitasi, kram otot
skelet, takikardi, diare, muntah, tremor, gelisah, bergairah,
insomnia, sakit kepala, muka merah, berkeringat, demam,
intoleransi terhadap panas, berat badan turun drastis, otot
lemah.
 Mekanisme kerja : menggantikan kadar serum
normal T4 dan T3 ( T4 dikonversi menjadi T3 oleh
deyonisasi di perifer ).
 Reasorpsi : di usus tidak menentu ( 50 – 80% ) dan
tergantung pada adanya makanan, maka sebaiknya
diminum pada lambung kosong setengah jam
sebelum makan pagi. Makanan berserat mengurangi
reasorpsi, demikian juga penggunaan waktu

11
senyawa-senyawa yang mengandung besi dan obat-
obat pengikat asam.
2) Liotironin : T3, triiodtironin, cytomel
Hormone ini juga dibuat secra sintetetis, khasiatnya ±5 kali
lebih kuat dari tiroksin. Mulai kerjanya lebih cepat ( setelah
beberapa jam ) , tetapi hanya singkat. Efek maksimalnya
dicapai setelah 2-3 hari dan terapi bertahan sampai 3 hari
setelah penghentian. Bahaya efek Smping lebih tinngi,
terutama pada infark jantung, maka hanya digunakan bila
dibutuhkan kerja yang pesat dan kuat, missal pda coma
myxudem.
 Mekanisme kerja : menggantikan T3
 Indikasi : digunakan pada pasien hipotiroid yang sulit
mengabsorpsi levotiroksin.
3) Kalsitonin : salcatonin ( salmon ), miacalcic
Polipeptida sintetik ( 1972 ) adalah identic dengan
kalsitonin yang berasal dari ikan salem 9 ( salcatonin ).Berdaya
menginaktifkan osteoclast dan perombakan tulang, jiuga
menhambat resorpsi kembali kalsium di tubuli ginjal, yang
berdampak turunnya kadar kalsium darah. Disamping itu
berkhasiat analgetik.
 Efek samping : kerap kali terjadi berupa mual dan
flushing, lebih jarang diare, sakit perut, polyuria dan
reaksi kulit ditempat injeksi.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan berada
di anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu beberapa kelenjar endokrin
terbesar dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa. Kelenjar ini memiliki dua
lobus yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentuk dan posisi anatomi tiroid
memiliki peran fungsional ( Darmayanti et al., 2012 ).
Kelenjar tiroid bentuknya mirip kupu-kupu, memperoduksi hormon tiroksin yang
berfungsi memelihara tingkat metabolism jaringan yang optimal untuk fungsi normal
sel dan tubuh seutuhnya. Hormon tiroksin yang mengandung iodium ( I )merangsang
konsumsi O2 sel-sel tubuh, dan mengatur metabolism lemak dan karbohidrat yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh.
Pada keadaan hiperfungsi tiroid justru terdapat overproduksi hormon-hormon
tiroid. terapi hipertirosis ditunjukkan terhadap mengurangi aktivitas tiroid, yakni
dengan menegluarkan atau merusak sebagian besar kelanjar ( operasi atau
radioaktif ), atau dengan mengurangi produksi hormonnya dengan tiroistatika.
Tiroistatika adalah zat yang berkhasiat menekan produksi hormone-hormon tiroid dan
digunakan pada keadaan-keadaan hiperfungsi tiroid ( hipertirosis 0. Terdapat pula
sejumlah obat yang dapat menyebabkan penuruna hormone tiroid seperti derivate
iodide, propilyiurasil, karbimazol ( neo-mecrazol), dan tiamizol ( metimazol ).

13
DAFTAR PUSTAKA

Cooper DS. Antithyreoid drugs. N Engl J Med 2005; 352: 905-17


Tjay, tan Hoan, rahardja kirana. 2015 Obat-obat penting hal: 778.
Olson, james M.D., Ph.D. 2003. Belajar mudah farmakologi
Weetman AP. Graves’disease. N Engl J Med 2000;343: 1236-48

14

Anda mungkin juga menyukai