Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 13
JURUSAN KEPERAWATAN
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P27820720030
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
judul Farmakologi Hormon Tiroid dan Anti Tiroid, telah memenuhi semua yang
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh Ibu dosen.
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………… 1
BAB 1
PENDAHULUAN .……………………………………………………… 6
Definisi …………………………………………………………….. 6
Sejarah …………………………………………………………….. 8
Patofisiologi ………………………………………………………. 10
Tujuan ………………………………………………………………….. 13
Umum ………………………………………………………… 13
Khusus …………………………………………………………… 13
Manfaat ………………………………………………………………… 13
BAB 2
PEMBAHASAN ………………………………………………………… 14
Farmakokinetik …………………………..……………………………... 15
Farmakodinamik …………………………..……………………………. 25
4
BAB 3
PENUTUP ………………………………………….…………………. 34
Kesimpulan ….……………………………………….…………………. 34
Saran ……………………………………………….…………………. 35
KATA PENGANTAR
Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmatnya dan
izinnya, kami dapat menyelesaikan makalah tenang Farmakologi Hormon Tiroid
dan Anti Tiroid.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada keluaraga,
sahabat dan dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.
Meskipun kami berharap isi dalam makalah ini sudah baik, namun selalu
ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun agar makalah yang akan kami kedepannya menjadi lebih
baik lagi.
Penulis
6
BAB I
PENDAHULUAN
karena lugol memiliki kadar iodin yang tinggi. Selain itu, lugol juga
dapat mengurangi vaskularisasi tiroid, dan mengurangi ukuran
kelenjar tiroid. Lugol pertama kali ditemukan oleh dokter
berkebangsaan Perancis, Jean Guillaume A. Lugol pada tahun 1829
sebagai terapi untuk tuberkulosis. Saat itu Jean Lugol menggabungkan
5% Iodin dengan 10% kalium iodida dengan air suling. Iodin lugol
pertama kali dibuat pada tahun 1829 oleh seorang fisikawan Perancis
yaitu Jean Lugol. Larutan ini termasuk dalam Daftar Obat Esesnsial
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization's List of
Essential Medicines), menjadikannya salah satu obat paling efektif
dan paling aman dalam penggunaannya terhadap kesehatan. Iodin
lugol juga tersedia sebagai obat generik maupun obat langsung
minum. Di Inggris, NHS membayar sebesar £9.57 per 500ml larutan.
Larutan lugol tersedia dalam berbagai tingkat konsentrasi iodin.
Konsentrasi iodin yang lebih dari 2,2% pada larutan dapat dikenakan
regulasi. Penggunaan obat antitiroid seperti propiltiourasil,
carbimazole, atau metimazole masih menjadi pilihan utama dalam
penatalaksanaan penyakit Graves. Namun, cure rate maupun relapse
rate dari terapi ini masih kurang baik. Saat ini, sudah tersedia
alternatif lain untuk terapi penyakit Graves berupa terapi radioiodine.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai cure rate, relapse rate dan
kejadian merugikan dari terapi radioiodine bila dibandingkan dengan
terapi obat antitiroid pada penatalaksanaan penyakit Graves.
1.1.3. Patofisiologi
Kelenjar tiroid adalah organ endokrin yang terletak di leher
manusia berfungsi mengeluarkan hormon tiroid. Hormon tiroid adalah
klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino
tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan
yodium. Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang
dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan
makanan. Hormon –hormon yang dikeluarkan mengawali
metabolisme manusi.
11
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2 Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 (empat) proses, yaitu
proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E).
16
Proses kerja obat yang dibahas dalam bidang Farmakokinetik ini secara
berurutan adalah absorpsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi. Keterangan untuk
masing-masing proses tersebut akan diterangkan sebagai berikut,
1. Absorbsi
Rute Pemberian Obat Sebelum membahas lebih jauh tentang absorbsi
obat, akan dibahas tentang rute pemberian obat, yang terkait dengan cara
masuknya obat ke dalam tubuh. Rute pemberian obat terutama ditentukan
oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek
terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan
parenteral.
a. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran
cerna.
17
1) Oral
Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang
paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati
sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama
oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per
oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi
absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu
pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam,
misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
penisilin atau obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat
sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam
dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi,
pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas
lambat.
2) Sublingual
penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi
kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini
mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati
dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
18
3) Rectal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan
rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah
penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung.
Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika
diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk
sediaan obat untuk pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan
ovula.
b. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya
buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak
stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk
pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan
kerja obat yang cepat.
Pemberian parentera memberikan kontrol paling baik terhadap
dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
1) Intravena
19
2) Intramuscular
Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa
larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat
dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam
larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung
lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-
lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang
lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
3) Subcutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan
suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil
epinefrinkadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk
20
2) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida
yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.
3) Intratekal/intraventrikular
21
4) Topical
a. Metode absorbsi
22
Transport aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat
dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan
konsentrasi oabat tinggi.
Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energy, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar
konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport
pasif dapat terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi
sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membrane seimbang.
b. Kecepatan absorbsi. Apabila pembatas antar obat aktif dan sirkulasi
sitemik hanya sedikit sel, maka absorbs terjadi cepat dan obat segera
mencapai level pengobatan dalm tubuh. Waktu untuk berbagai cara
absorbs adalah :
Detik s/d menit : IV inhalasi
Lebih lambat : oral, IM, topical kulit, Lapisan Intestinal, otot
Lambat sekali, berjam-jam, berhari-hari : per rectal/sustained
release
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat adalah :
Aliran darah darah ketempat absorbs
Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorbs
Waktu kontak permukaan absorbs
d. Kecepatan absorbsi dapat :
Diperlambat oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi
aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gester
Makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak dan padat akan
penghambat pengosongan lambung dan memperlambat absorbsi
obat
Faktor bentuk obat, absorbs dipenuhi formulasi obat seperti tablet,
kapsul, cairan, sustained relesase, dan lainnya
23
Kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain
dapat meningkatkan atau memperlambat absorbs tergantung jenis
obat.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sikulasi sistematik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang diabsorbsi tergantung
beberapa faktor yaitu :
a. Aliran darah
Setela obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi keorgan
berdasarkan jumah aliran darah. Organ dengan aliran darah terbesar
seperi jantung, hepar, ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak, dan otot lebih lambat.
b. Permealibitas kapiler
Distribussi obat tergantung pada stuktur kapiler dan struktur obat.
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan rotein dapat
terkait atau bebas. Obat yang dapat memberikan efek. Obat dikaitkan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terkait protein.
3. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh mengubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara yaitu:
a. menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan; dan menjadi metabolit
aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisadimetabolisme
lanjutan.
keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas
anastetik umum.
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik adalah sebagai berikut.
a. Waktu Paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu
paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.Waktu paruh penting
diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, dan durasi kerja obat. Onset adalah waktu dari saat obat
diberikan hingga obat terasa kerjanya. Waktu onset ini sangat tergantung
pada rute pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, adalah waktu di
mana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam plasma. Setelah tubuh
menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat sehingga mencapai konsentrasi puncak respon.
Durasikerjaobat adalah lama waktu obat menghasilkan suatu efek terapi
atau efek farmakologis
2.3 Farmakodinamik
Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Fase
farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau
mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh.Kebanyakan obat pada tubuh
bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi
obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.
Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia
berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara mengikat
(membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri.
Contohnya obat kolinergik.Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim
asetilkolinesterase. Enzimini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin
menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolinesterase dihambat, maka asetilkolin
tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.
Maksud dari kerja non-spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara
mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang
mengubah pH cairan tubuh, alcohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang
mengikat toksin, zat racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor
disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor
dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial).
diberi namaantagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara
bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang kebih kuat, maka dapat
menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis
non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat
yang sama dengan obat agonis.
1. Efek obat
Efek ialah perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat kerja
obat.
KERJA - EFEK (RESPON)
Sehubungan dengan obat, dikenal 2 macam efek, yaitu efek normal dan
efek abnormal.Efek normal ialah efek yang timbul pada sebagian besar
(kebanyakan individu); dan efek abnormal ialah efek yang timbul pada
sebagian kecil individu atau kelompok individu tertentu.Kedua macam efek
tersebut dapat terjadi pada dosis lazim yang dipergunakan dalam terapi.
a. Efek normal
Obat dalam dosis terapi dapat menimbulkan lebih dari satu macam
efek yang dibedakan menjadi:
1. Efek utama (primer) ialah efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan,
misal: morfin untuk menghilangkan rasa sakit, eter untuk menginduksi
anestesi
2. Efek samping ialah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan.
Efek ini dapat menguntungkan atau merugikan tergantung pada kondisi
dan situasi pasien, misalnya Antihistamin (difendramin) untuk melawan
kerja histamin.Antihistamin menimbulkan rasa kantuk. Apakah efek ini
menguntungkankah?Jawabannya dapat menguntungkan bagi pasien yang
membutuhkan istirahat, tetapi mungkin dapat juga merugikan bagi pelaku
pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan seperti pengemudi
kendaraan bermotor.
3. Efek utama dapat menimbulkan efek sekunder, yaitu efek yang tidak
diinginkan dan merupakan reaksi organisme (tubuh) terhadap efek primer
obat. Misalnya: tetrasiklin peroral dapat menimbulkan diare. Hal ini
28
1) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat
atau komposisi obat (invocatio)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
30
1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek.
3. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
4. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam
resep dengan obat paten.
5. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker dapat mengganti obat paten dengan obat generik atas
persetujuan pasien.
2. Tiroksin T4
Hormon tiroksin dibuat secara sintesis. Penggunaanya tidak ada
keuntungan di atas serbuk organ, kecuali dapat digunakan sebagai
injeksi resiko over dose dan eso lebih besar. Dosis oral pemula 2-3
kali/hari 5-10 mg yang berangsur-angsur dinaikan sampai 60-
100mcg/hari.
33
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak
di bagian pangkal leher, tepatnya di bawah jakun dan di atas tulang dada.
Kelenjar tiroid bertugas untuk menghasilkan hormon. Hormon yang
dihasilkan kelenjar tiroid ini juga memengaruhi kerja organ tubuh lainnya
seperti jantung, pencernaan, otot, dan sistem saraf. Hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid adalah triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Kedua
hormon ini memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan dan
memengaruhi semua aspek metabolisme. Untuk menghasilkan hormon tiroid,
kelenjar tiroid memerlukan iodium. Hormon tiroid dibentuk melalui
35
penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang
disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam
amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin.
Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid
dalam darah yaitu : Tiroksin (T4), triiodotironin (T3). Dua jenis hormon ini
dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) dan TRH
(Thyrotropin Releasing Hormone). Kelenjar tiroid yang menghasilkan
hormon lebih sedikit dari kebutuhan tubuh umumnya akan mengalami
Hipotiroid, kemudian kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon lebih banyak
atau terlalu aktif (hipertiroidisme) umumnya disebabkan oleh penyakit
Graves, gondok multinoduler toksik, adenoma toksik, dan berbagai penyakit
lainnya.
Hipotiroidisme adalah kondisi seumur hidup dimana kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid kurang dari kebutuhan tubuh. Bagi banyak
orang, obat kelenjar tiroid dapat membantu mengurangi atau meringankan
gejala. Hipertiroidisme adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar
hormon tiroid didalam darah berlebihan. Hipotiroid dapat diobati dengan
Hormon tiroid yaitu dengan menggunakan levothyroxine (Levothroid,
Levoxyl). Ini adalah obat kelenjar tiroid sintetis dari hormon T4 yang meniru
kerja hormon tiroid yang biasanya dihasilkan oleh tubuh. Obat ini dirancang
untuk mengembalikan kadar hormon tiroid yang seimbang ke darah. Obat
Antitiroid digunakan pada pengobatan hipertiroidisme, yaitu untuk persiapan
pengangkatan tiroid (thyroidectomy) atau untuk pengobatan jangka panjang.
3.2. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah
ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membagun dari para pembaca.
36
DAFTAR PUSTAKA
Siti nur destiana, septiani erliyani et.al. 2016. Tiroid Dan Anti Antiroid. Palembang.
https://id.scribd.com/document/366154483/Makalah-Hormon-Tiroid-Dan-Anti-Tiroid.
Jihan lutfiyah, Mia dwi rokhmaati et.al. 2020. Makalah Hormon Tiroid Dan Antitiroid.
Jakarta. https://www.coursehero.com/file/59788801/tugas-farmakologi-1docxdocx/.
Mahasiswa DIII Kebidanan. 2013. Hormon Tiroid Dan Anti Tiroid. Makassar.
https://www.academia.edu/7565491/MAKALAH_FARMAKOLOGI_KELMPK_6.