Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FARMAKOLOGI

HORMON TIROID DAN ANTI TIROID

Dosen Pembimbing :

Dra. Kiaonarni Ongko Waluyo, Apt, M.M. Kes

Disusun Oleh :

Kelompok 13

1. Hana Marshadita Yowanda Sari (P27820720093) (Reguler B)


2. Moh. Fatoni (P27820720029) (Reguler A)
3. Nabila Ramadhani (P27820720030) (Reguler A)
4. Novia Rofiqoh Arifah (P27820720078) (Reguler B)

TINGKAT I SEMESTER 2 SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


2

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Makalah Farmakologi Hormon Tiroid dan Anti Tiroid

Disusun Oleh : Kelompok 13

NIM : P27820720030

Jurusan : Sarjana Terapan Keperawatan Soetomo Tingkat 1

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
judul Farmakologi Hormon Tiroid dan Anti Tiroid, telah memenuhi semua yang
syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh Ibu dosen.

Magetan, 12 April 2021

Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan

( Kelompok 13 ) ( Dra. Kiaonarni Ongko Waluyo, Apt, M.M. Kes)


3

DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………… 1

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………… 3

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. 5

BAB 1

PENDAHULUAN .……………………………………………………… 6

Latar Belakang ….………………………………………………………. 6

Definisi …………………………………………………………….. 6

Sejarah …………………………………………………………….. 8

Patofisiologi ………………………………………………………. 10

Rumusan Makalah ……………………………………………………. 13

Tujuan ………………………………………………………………….. 13

Umum ………………………………………………………… 13

Khusus …………………………………………………………… 13

Manfaat ………………………………………………………………… 13

BAB 2

PEMBAHASAN ………………………………………………………… 14

Mekanisme Obat …………………………..…………………………… 14

Hormon Tiroid …………………………..……………………………… 14

Hormon Anti Tiroid …………………………..………………………… 14

Farmakokinetik …………………………..……………………………... 15

Farmakodinamik …………………………..……………………………. 25
4

Sediaan Obat dan Dosis …………………………..……………………. 31

BAB 3

PENUTUP ………………………………………….…………………. 34

Kesimpulan ….……………………………………….…………………. 34

Saran ……………………………………………….…………………. 35

DAFTAR PUSTAKA ……………………………….…………………. 36


5

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

            Segala puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmatnya dan
izinnya, kami dapat menyelesaikan makalah tenang Farmakologi Hormon Tiroid
dan Anti Tiroid.

            Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Dan kami mengucapkan terimakasih kepada keluaraga,
sahabat dan dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini.

            Meskipun kami berharap isi dalam makalah ini sudah baik, namun selalu
ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan
saran yang membangun agar makalah yang akan kami kedepannya menjadi lebih
baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang telah


mendukung makalah ini, semoga hasil makalah kami bermanfaat dan diridhoi
Allah SWT. Aamiin.

Magetan, 12 April 2021

Penulis
6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Definisi
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu
yang terletak di bagian pangkal leher, tepatnya di bawah jakun dan di
atas tulang dada. Kelenjar tiroid bertugas untuk menghasilkan
hormon. Melalui hormon yang dihasilkannya, kelenjar tiroid berguna
untuk hampir semua proses metabolisme dalam tubuh. Selain itu,
kelenjar tiroid juga mengatur energi dalam tubuh, suhu tubuh, dan
pertumbuhan jaringan tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid
ini juga memengaruhi kerja organ tubuh lainnya seperti jantung,
pencernaan, otot, dan sistem saraf. Hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid adalah triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Kedua
hormon ini memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan dan
memengaruhi semua aspek metabolisme. Hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid di leher juga bertugas dalam mengatur penggunaan
lemak dan karbohidrat dalam tubuh, membantu mengendalikan suhu
tubuh Anda, memengaruhi denyut jantung Anda, dan membantu
mengatur produksi protein.
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid
memerlukan iodium. Hormon tiroid dibentuk melalui penyatuan satu
atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang disebut
tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam
amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut
iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua
jenis hormon tiroid dalam darah yaitu : Tiroksin (T4), triiodotironin
(T3). Dua jenis hormon ini dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid
Stimulating Hormone) dan TRH (Thyrotropin Releasing Hormone).
Tubuh memiliki mekanisme yang rumit untuk menyesuaikan kadar
7

hormon tiroid. Hormon tiroid berfungsi untuk mengendalikan


kecepatan metabolisme tubuh. Hipotalamus menghasilkan
Thyrotropin-Releasing Hormone, yang menyebabkan kelenjar hipofisa
mengeluarkan TSH. TSH merangsang kelenjar tiroid untuk
menghasilkan hormon tiroid dalam darah (Cooper, 2005). Kelenjar
tiroid yang menghasilkan hormon lebih sedikit dari kebutuhan tubuh
umumnya akan mengalami Hipotiroid, kemudian kelenjar tiroid yang
menghasilkan hormon lebih banyak atau terlalu aktif (hipertiroidisme)
umumnya disebabkan oleh penyakit Graves, gondok multinoduler
toksik, adenoma toksik, dan berbagai penyakit lainnya.
Hipotiroidisme adalah kondisi seumur hidup dimana
kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid kurang dari kebutuhan
tubuh. Bagi banyak orang, obat kelenjar tiroid dapat membantu
mengurangi atau meringankan gejala. Hipertiroidisme adalah suatu
keadaan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar hormon tiroid didalam
darah berlebihan. Hormon tiroid adalah zat kimia yang dibuat oleh
kelenjar tiroid, letaknya di leher bagian depan. Kelenjar ini
menggunakan yodium sebagai bahan baku untuk membuat hormon
tiroid. Hipotiroid dapat diobati dengan Hormon tiroid yaitu dengan
menggunakan levothyroxine (Levothroid, Levoxyl). Ini adalah obat
kelenjar tiroid sintetis dari hormon T4 yang meniru kerja hormon
tiroid yang biasanya dihasilkan oleh tubuh. Obat ini dirancang untuk
mengembalikan kadar hormon tiroid yang seimbang ke darah. Setelah
kadar hormon sudah normal, gejala hipotiroid cenderung menghilang
atau setidaknya menjadi jauh lebih mudah dikelola. Obat Antitiroid
digunakan pada pengobatan hipertiroidisme, yaitu untuk persiapan
pengangkatan tiroid (thyroidectomy) atau untuk pengobatan jangka
panjang. Karbimazol umum digunakan, propiltiourasil digunakan pada
pasien yang sensitif terhadap karbimazol. Mekanisme kerja kedua
obat tersebut terutama dengan mempengaruhi sintesis hormon-hormon
tiroid. Obat kelenjar tidroid untuk mengendalikan hipertiroid adalah
8

tirostatika. Obat antitiroid ini berfungsi untuk menghambat sintesis


hormon tiroid dan menekan efek autoimun.
1.1.2. Sejarah
Penyakit Graves merupakan penyakit gangguan sistem
kekebalan (sistem imun) tubuh yang menyebabkan kelenjar tiroid
menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid di dalam tubuh
(hipertiroidisme). Penyakit Graves merupakan penyebab
hipertiroidisme yang paling sering ditemukan. Selain itu,
hipertiroidisme dapat disebabkan juga oleh penyakit lain seperti
tiroiditis (radang tiroid), atau kelebihan yodium. Penyakit Graves
lebih sering ditemukan pada wanita berusia 40-60 tahun dan jika tidak
cepat ditangani dapat menyebabkan gejala-gejala yang lebih serius
meliputi penurunan berat badan, depresi, dan kelelahan mental atau
fisik. Penyakit Graves adalah salah satu jenis penyakit autoimun.
Artinya, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya bekerja melindungi
tubuh, secara keliru mengenali sel dalam tubuh sebagai musuh atau
benda asing sehingga berbalik menyerang. Dalam penyakit Graves, sel
pertahanan tubuh menyerang kelenjar tiroid dan menyebabkannya
menjadi terlalu aktif memproduksi hormon tiroid. Hormon tiroid
memiliki peran yang penting dalam berbagai proses kimia
(metabolisme) tubuh, sehingga ketika kadarnya melebihi normal,
proses-proses tersebut menjadi terganggu serta dapat memengaruhi
perkembangan dan pertumbuhan berbagai jaringan seperti sistem saraf
dan otak, menimbulkan gejala seperti jantung yang berdebar-debar,
atau suhu tubuh yang meningkat.
Penyakit Graves Disease Autoimmune Hyperthyroid
Penyakit Graves pertama kali ditemukan oleh Sir Robert Graves di
awal abad 19. Graves Desease Autoimmune Hyperteroid adalah salah
satu penyakit yang menyerang tiroid. Kondisi ini mengakibatkan
hiperteroidisme, yakni kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi.
Mayoclinic situs kesehatan internasional terpercaya menjelaskan,
gejala dari penyakit ini antara lain; detak jantung yang tidak teratur,
9

gondok, diare, gugup atau mudah marah, kelelahan, otot lemah,


tangan gemetar, sulit tidur, berat badan turun dan intoleransi terhadap
panas. Menurut para paker medis, multivitamin yang mengandung
yodium, serta makanan seperti rumput laut harus dihindari karena
seseorang yang mengidap penyakit Graves sensitif terhadap efek
samping dari yodium. Sementara, rumput laut sendiri dapat
memperburuk hipertiroidisme.
PG pertama kali dilaporkan oleh Parry pada tahun 1825,
kemudian Graves pada tahun 1835 dan disusul oleh Basedow pada
tahun 1840. Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit
hipertiroidi amat bervariasi dari berbagai klinik. Menurut beberapa
penulis lain puncaknya antara 30—40 tahun. Jumlah penderita
penyakit ini di seluruh dunia pada tahun 1960 diperkirakan 200 juta,
12 juta di antaranya terdapat di Indonesia. Angka kejadian hipertiroidi
yang didapat dari beberapa klinik di Indonsia berkisar antara 44,44%
— 48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok.
Di AS diperkirakan 0,4% populasi menderita PG, biasanya sering
pada usia di bawah 40 tahun. Penyakit Graves (PG) atau penyakit
Basedow atau penyakit Parry merupakan penyebab paling sering
ditemukan. PG adalah suatu penyakit multisistemik yang karakteristik
dengan adanya struma difusa, tirotoksikosis, oftalmopati infiltratif dan
kadang-kadang disgrtai dengan dermopati infiltratif. PG dikatakan
merupakan penyakit otoimun kelenjar tiroid, hal ini disokong dengan
adanya laperan-laporan tentang terdapatnya antibodi spesifik pada
penderita PG.
Solusi Lugol Iodin merupakan obat yang digunakan pada
tata laksana grave's disease dan thyroid storm. Lugol bermanfaat
sebagai obat berfungsi untuk kelenjar tiroid dan juga cairan antiseptik.
Pada kanker serviks, lugol iodin dapat digunakan pada proses
skrining. Lugol juga dapat digunakan sebagai antiseptik mulut atau
luka. Efek terapi pada kasus hipertiroid bekerja dengan cara
mengurangi produksi hormon dari kelenjar tiroid, hal ini terjadi
10

karena lugol memiliki kadar iodin yang tinggi. Selain itu, lugol juga
dapat mengurangi vaskularisasi tiroid, dan mengurangi ukuran
kelenjar tiroid. Lugol pertama kali ditemukan oleh dokter
berkebangsaan Perancis, Jean Guillaume A. Lugol pada tahun 1829
sebagai terapi untuk tuberkulosis. Saat itu Jean Lugol menggabungkan
5% Iodin dengan 10% kalium iodida dengan air suling. Iodin lugol
pertama kali dibuat pada tahun 1829 oleh seorang fisikawan Perancis
yaitu Jean Lugol. Larutan ini termasuk dalam Daftar Obat Esesnsial
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization's List of
Essential Medicines), menjadikannya salah satu obat paling efektif
dan paling aman dalam penggunaannya terhadap kesehatan. Iodin
lugol juga tersedia sebagai obat generik maupun obat langsung
minum. Di Inggris, NHS membayar sebesar £9.57 per 500ml larutan.
Larutan lugol tersedia dalam berbagai tingkat konsentrasi iodin.
Konsentrasi iodin yang lebih dari 2,2% pada larutan dapat dikenakan
regulasi. Penggunaan obat antitiroid seperti propiltiourasil,
carbimazole, atau metimazole masih menjadi pilihan utama dalam
penatalaksanaan penyakit Graves. Namun, cure rate maupun relapse
rate dari terapi ini masih kurang baik. Saat ini, sudah tersedia
alternatif lain untuk terapi penyakit Graves berupa terapi radioiodine.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai cure rate, relapse rate dan
kejadian merugikan dari terapi radioiodine bila dibandingkan dengan
terapi obat antitiroid pada penatalaksanaan penyakit Graves.
1.1.3. Patofisiologi
Kelenjar tiroid adalah organ endokrin yang terletak di leher
manusia berfungsi mengeluarkan hormon tiroid. Hormon tiroid adalah
klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino
tirosina yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan
yodium. Sel tiroid adalah satu-satunya sel dalam tubuh manusia yang
dapat menyerap iodin atau yodium yang diambil melalui pencernaan
makanan. Hormon –hormon yang dikeluarkan mengawali
metabolisme manusi.
11

Kelenjar tiroid menghasilkan 2 jenis hormon diantaranya untuk


tiroid pertumbuhan dan metabolisme energi yaitu tiroksin (T4) dan
triodotironin (T3) serta untuk pengaturan metabolisme kalsium yaitu
kalsitonin. Hormon-hormon lain yang berhubungan dengan fungsi
tiroid adalah TRH (thiroid releasing hormon) dan TSH (thiroid
stimulating hormon).
Fungsi hormon Tiroid adalah melakukan kontrol terhadap proses
pembakaran kalori yang dilakukan oleh tubuh. Kontrol metabolisme
ini dapat berdampak kepada kenaikan atau penurunan berat badan
seseorang. Mengontrol kecepatan pengolahan makannan dalam sistem
pencernaan. Membantu mengatur irama detak jantung dan tekanan
darah.
Fungsi hormon anti tiroid adalah kebalikan dari fungsi anti tiroid
digunakan untuk persiapan pengangkatan tiroid. Hormon anti-tiroid
biasanya didapatkan dari obat-obat kimia. Obat anti tiroid diberikan
untuk mencegah kelebihan produksi hormon T4 dan T3. Anti tyroid
menghambat sintesis hormon tiroid dengan jalan menghambat proses
peninkatan yodium pada residu tirosil dari trigolobulin. Cara kerjanya
dapat dijelaskan dengan adanya hambatan terhadap enzim peroksidase
sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil terganggu. Ada 2
jenis gangguan fungsi tiroid yang utama sebagai berikut.
a) Hipotiroidisme
Orang yang mengidap penyakit hipotiroidisme dengan
keadaan tidak mempunyai hormon tiroid yang cukup atau
kekuragan hormon tiroid. Hipotiroidisme adalah penurunan
poduksi hormon tiroid. Hal ini berkibat pada penurunan aktifitas
metabolik, konstipasi, letargi, reaksi mental terhambat dan
peningkatan simpanan lemak. Pada orang deasa kondisi ini
menyebabkan miksedema ditandai denganadanya akumulasi air
sehingga terlihat edema. Pada anak kecil hipotiroidisme
mengakibatkan retadalsi mental dan fisik.
b) Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
12

Hipertiroidisme adalah produksi hormon tiroid yang


berlebihan. Hal ini mengakibatkan aktifitas metabolik meningkat,
berat badan menurun, gelisah, tremor, diare, frekuensi jantung
meningkat, dan saat hipertiroidisme berlebihan gejalanya adalah
toksisitas hormon dan goiter eksftalmik atau penyakit grave. Dalam
hipertiroidisme terdapat penyebabnya sebagai berikut.
1. Graves disease
Di dalam badan menyebabkan tiroid membesar dan
mengeluarkan lebih hormon. Sebagian besar sel tiroid orang
yang mengidap penyakit ini mengeluarkan hormon
berlebihan.
2. Thyroiditis
Thyroiditis atau tiroid bengkak keadaan ini dapat terlihat
secara fisik, melalui perabaan, dan ada beberapa yang hanya
dapat diketahui melalui tes laboratrium.
3. Toxic nodule goitre
Toxic nodule goitre dimana terlalu banyak iodin di dalam
makanan yang dikonsumsi.
Ada beberapa gejala-gejala yang nampak pada penderita
hipertiroidisme sebagai berikut.
1. Bengkak dileher
2. Degupan jantung betambah
3. Gemetar dan gelisah
4. Haid tidak teratur
5. Kesuburan menurun
6. Mata menjadi besar (bulging)
7. Kejang otot
8. Oesteoporosis
9. Ekskresi kelenjar keringat meningkat
10. Suhu badan meningkat
11. Rambut rontok
12. Sulit bernafas, sulit tidur, dan lemah
13

13. Tekanan darah naik


14. Turun berat badan walaupun nafsu makan naik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hormon tiroid dan antitiroid?
2. Apa gangguan fungsi (patofisiologi) yang dapat terjadi pada hormon
tiroid?
3. Bagaimana cara kerja obat untuk masing-masing pengolongan obat?
4. Bagaimana farmakokinetik dan farmakodinamik yang terjadi pada anti
tiroid?
5. Apa saja sediaan obat dan dosisya?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
1. Untuk menjelaskan bagaimana pengertian hormon tiroid dan
antitiroid
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah atau latar belakangnya
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk memenuhi tugas farmakologi
2. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologinya
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja obat pada masing-masing
penggolongannya
4. Untuk mengetahui bagaimana farmakokinetik dan
farmakodinamiknya
5. Untuk mengetahui apa saja sediaan obat dan dosisnya
1.4. Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui obat-obatan yang terbuat dari hormon ini,
serta dapat mengetahui apa saja yang dapat digunakan dari hormon tersebut.
14

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Mekanisme Obat


2.1.1 Hormon Tiroid
Obat-obat tiroid mempunyai mekanisme kerja obat atau cara
kerja obat seperti hormon-hormon tiroid sebagai berikut.
T4 aktivitas T3 inaktivitas rT3 deaminasi,
dekarboksilasi
, konjugasi
glukuronat,
dan sulfat
Penjelasan mekanisme kerja hormon tiroid sebagai berikut.
1. T3 berinteraksi dengan reseptor pada membram plasma,
mitokondria, dan nukleus. Interkasinya menghasilkan berbagai
efek meliputi peningkatan sintesis protein dan metabolisme
energi.
2. Mekenisme kerjanya melalui inti sel dengan memodulasi
transkripsi gen dan sintesis protein
3. T4 dan T3 berikatan dengan reseptor yang sama, tapi T4 tidak
menyebabkan transkripsi gen, jadi T4 disebut sebagai prohormon.
2.1.2 Hormon Anti Tiroid
1. Golongan tioamida
Propiltiorosil, metimazol, karbimazol mencegah sintesis
hormon tiroid secara kompetitif menghambat reaksi katalisis
peroksidase tiroid sehingga menghambat organifikasi iodium.
Dengan memblok penggabungan iodotirosin. Propiltourasil bekerja
15

menghambat proses inkorporasi yodium pada residu tirosil dari


tiroglobulin da menghambat yodium membentuk yodotironin.
2. Golongan penghambat anion
SCN- menghambat uptake iodida melalui mekanisme secara
kompetitif menghambat transpor iodida.
3. Golongan iodida
Lauratn lugol dan larutan KI menghambat organifikasi iodida
dan proteolisis tiroglobulin. Mengurangi ukurn dan vaskularitas
kelompok tiroid yang hiperplastik.
4. Iodium radioaktif
Emisi sinar β akan merusak jaringan kelompok tiroid
sehingga produksi hormon berkurang. Penggunaan dibatasi untuk
pasien diatas 40 tahun.
5. Penghambat adrenoreseptor
Mengurangi gejala tirotoksikosis yang mirip dengan gejala
perangsangan simpatik.

2.2 Farmakokinetik

Keseluruhan proses atau kejadian yang dialami molekul obat mulai


saat masuknya obat ke dalam tubuh sampai keluarnya obat tersebut dari
dalam tubuh, disebut proses farmakokinetik.Jadi melalui berbagai tempat
pemberian obat, misalnya pemberian obat melalui alat cerna atau diminum
(peroral), otot-otot rangka (intramuskuler), kulit (topikal), paru-paru
(inhalasi), molekul obat masuk ke dalam cairan intra vaskuler setelah
melalui beberapa dinding (barrier) dan disebarkan ke seluruh tubuh serta
mengalami beberapa proses. Pada umumnya obat baru dikeluarkan
(ekskresi) dari dalam tubuh setelah mengalami biotransformasi di hepar.
Ekskresi obat dapat melalui beberapa tempat, antara lain ginjal (urin) dan
kulit (keringat).

Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau
efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 (empat) proses, yaitu
proses absorpsi (A), distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E).
16

Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk


aktif sebagai proses eliminasi obat.

Kimia Generik Paten-Merek


N-Acetyl-p-Aminophenol Parasetamol Panadol
Sanmol
Pamol
Paramol
Fenil-dimetilpirasolon- Antalgin (Metampiron) Novalgin
metilaminomethansulfenat Rapidon

(2S,5R,6R)-6-[(2R)-2- amino-2- Amoxicilin Moxil (Glaxo-Smith


(4- hydroxyphenyl)acetamido]- Kline) Deximox
3,3-dimethyl-7-oxo-4-thia1- (DexAa) Farmoxyl
azabicyclo[3.2.0]heptane2- (Fahrenheit)
carboxylic acid Intermoxil (Interbat)
Arcamox (Conmed)

Laboratorium Praktis Komersil

Proses kerja obat yang dibahas dalam bidang Farmakokinetik ini secara
berurutan adalah absorpsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi. Keterangan untuk
masing-masing proses tersebut akan diterangkan sebagai berikut,

1. Absorbsi
Rute Pemberian Obat Sebelum membahas lebih jauh tentang absorbsi
obat, akan dibahas tentang rute pemberian obat, yang terkait dengan cara
masuknya obat ke dalam tubuh. Rute pemberian obat terutama ditentukan
oleh sifat dan tujuan dari penggunaan obat sehingga dapat memberikan efek
terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian obat yang utama, enteral dan
parenteral.
a. Enteral
Enteral adalah rute pemberian obat yang nantinya akan melalui saluran
cerna.
17

1) Oral
Memberikan suatu obat melalui mulut adalah cara pemberian obat
yang paling umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang
paling rumit untuk mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di
lambung; namun, duodenum sering merupakan jalan masuk utama ke
sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya yang lebih besar.
Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke hati
sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama
oleh usus atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per
oral. Minum obat bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi
absorbsi. Keberadaan makanan dalam lambung memperlambat waktu
pengosongan lambung sehingga obat yang tidak tahan asam,
misalnyapenisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi.
penisilin atau obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat
sebagai salut enterik yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam
dan bisa mencegah iritasi lambung. Hal ini tergantung pada formulasi,
pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga menghasilkan preparat lepas
lambat.

2) Sublingual
penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi
kedalam anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke
dalam sirkulasi sistemik. Pemberian suatu obat dengan rute ini
mempunyai keuntungan obat melakukan bypass melewati usus dan hati
dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
18

3) Rectal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal;
jadi, biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan
rektal mempunyai keuntungan tambahan, yaitu mencegah
penghancuran obat oleh enzim usus atau pH rendah di dalam lambung.
Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi muntah ketika
diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah. Bentuk
sediaan obat untuk pemberian rektal umumnya adalah suppositoria dan
ovula.

b. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya
buruk melalui saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak
stabil dalam saluran cerna. Pemberian parenteral juga digunakan untuk
pengobatan pasien yang tidak sadar dan dalam keadaan yang memerlukan
kerja obat yang cepat.
Pemberian parentera memberikan kontrol paling baik terhadap
dosis yang sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.
1) Intravena
19

Suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan


sering dilakukan. Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering
tidak ada pilihan. Dengan pemberian IV, obat menghindari saluran
cerna dan oleh karena itu menghindari metabolisme first pass oleh hati.
Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan kontrol yang baik sekali
atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat yang terdapat
dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil
kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal.
Suntikan intravena beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui
kontaminasi, menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan karena
pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke dalam plasma dan
jaringan-jaringan.

2) Intramuscular
Obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa
larutan dalam air atau preparat depo khusus sering berpa suspensi obat
dalam vehikulum non aqua seperti etilenglikol. Absorbsi obat dalam
larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat depo berlangsung
lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-
lahan memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang
lebih lama dengan efek terapetik yang panjang.
3) Subcutan
Suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan
suntikan intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil
epinefrinkadang-kadang dikombinasikan dengan suatu obat untuk
20

membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja sebagai vasokonstriktor


lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari tempat
pemberian.
c. Lainnya
1) Inhasali
Inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati
permukaan luas dari saluran nafas dan epitel paru-paru, yang
menghasilkan efek hampir sama dengan efek yang dihasilkan oleh
pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan menyenangkan
penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke
tempat kerja dan efek samping sistemis minimal.

2) Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes
insipidus; kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida
yang digunakan dalam pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk
semprot hidung obat narkotik kokain, biasanya digunakan dengan cara
mengisap.

3) Intratekal/intraventrikular
21

Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung


ke dalam cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia
limfostik akut.

4) Topical

Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat


diinginkan untuk pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam
bentuk krem secara langsung pada kulit dalam pengobatan
dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung ke dalam mata
untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan
refraksi.
5) Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat
pada kulit, biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan
absorbsi sangat bervariasi tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada
tempat pemberian. Cara pemberian obat ini paling sering digunakan
untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat
antiangina,nitrogliserin.

Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam


tubuh, melalui jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada
level seluler, obat diabsorpsi melalui beberapa metode, terutama transport
aktif dan transport pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorsi obat
adalah sebagai berikut.

a. Metode absorbsi
22

 Transport aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat
dari daerah dengan konsentrasi obat rendah ke daerah dengan
konsentrasi oabat tinggi.
 Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energy, sebab hanya dengan
proses difusi obat dapat berpindah dari daerah dengan kadar
konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport
pasif dapat terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi
sepanjang membrane dan berhenti bila konsentrasi pada kedua sisi
membrane seimbang.
b. Kecepatan absorbsi. Apabila pembatas antar obat aktif dan sirkulasi
sitemik hanya sedikit sel, maka absorbs terjadi cepat dan obat segera
mencapai level pengobatan dalm tubuh. Waktu untuk berbagai cara
absorbs adalah :
 Detik s/d menit : IV inhalasi
 Lebih lambat : oral, IM, topical kulit, Lapisan Intestinal, otot
 Lambat sekali, berjam-jam, berhari-hari : per rectal/sustained
release
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan obat adalah :
 Aliran darah darah ketempat absorbs
 Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorbs
 Waktu kontak permukaan absorbs
d. Kecepatan absorbsi dapat :
 Diperlambat oleh nyeri dan stress, nyeri dan stress mengurangi
aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gester
 Makanan tinggi lemak, makanan tinggi lemak dan padat akan
penghambat pengosongan lambung dan memperlambat absorbsi
obat
 Faktor bentuk obat, absorbs dipenuhi formulasi obat seperti tablet,
kapsul, cairan, sustained relesase, dan lainnya
23

 Kombinasi dengan obat lain, interaksi satu obat dengan obat lain
dapat meningkatkan atau memperlambat absorbs tergantung jenis
obat.
2. Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sikulasi sistematik ke
jaringan dan cairan tubuh. Distribusi obat yang diabsorbsi tergantung
beberapa faktor yaitu :
a. Aliran darah
Setela obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi keorgan
berdasarkan jumah aliran darah. Organ dengan aliran darah terbesar
seperi jantung, hepar, ginjal. Sedangkan distribusi ke organ lain seperti
kulit, lemak, dan otot lebih lambat.

b. Permealibitas kapiler
Distribussi obat tergantung pada stuktur kapiler dan struktur obat.
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan rotein dapat
terkait atau bebas. Obat yang dapat memberikan efek. Obat dikaitkan
berikatan protein tinggi bila >80% obat terkait protein.
3. Metabolisme
Metabolisme atau biotransformasi obat adalah proses tubuh mengubah
komposisi obat sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar
tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara yaitu:
a. menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan; dan menjadi metabolit
aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisadimetabolisme
lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah


dimetabolisme baru menjadi aktif (prodrugs).Metabolisme obat terutama
terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di
24

cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah: dinding usus,


ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut
lemak) menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau
empedu. Dengan perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif,
tapi sebagian dapat berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi
toksik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme adalah sebagai berikut.


a) Kondisi Khusus. Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi
metabolisme, antara lain penyakit hepar seperti sirosis.
b) Pengaruh Gen. Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang
dapat memetabolisme obat dengan cepat, sementara yang lain lambat.
c) Pengaruh Lingkungan. Lingkungan juga dapat mempengaruhi
metabolisme, contohnya: rokok, keadaan stress, penyakit lama, operasi,
dan cedera
d) Usia.Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, yaitu usiabayi
versus dewasa versus orang tua.
4. Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi atau pembuangan obat dari tubuh.
Sebagian besar obat dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat
jugadapat dibuang melalui paru-paru, eksokrin (keringat, ludah, payudara),
kulit dan traktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi
melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi
dalam bentuk utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui
ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 (tiga) proses, yakni filtrasi
glomerulus, sekresi aktif di tubulus, dan reabsorpsi pasif di sepanjang
tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan, dan
setelah dewasa menurun 1% per tahun. Organ ke dua yang berperan penting,
setelah ginjal, untuk ekskresi obat adalah melalui empedu ke dalam usus dan
25

keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk eliminasi gas
anastetik umum.
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik adalah sebagai berikut.
a. Waktu Paruh. Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga
setengah dari obat dibuang dari tubuh. Faktor yang mempengaruhi waktu
paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.Waktu paruh penting
diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, dan durasi kerja obat. Onset adalah waktu dari saat obat
diberikan hingga obat terasa kerjanya. Waktu onset ini sangat tergantung
pada rute pemberian dan farmakokinetik obat. Puncak, adalah waktu di
mana obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam plasma. Setelah tubuh
menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat sehingga mencapai konsentrasi puncak respon.
Durasikerjaobat adalah lama waktu obat menghasilkan suatu efek terapi
atau efek farmakologis

2.3 Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah bagian dari ilmu Farmakologi yang mempelajari


efek biokimiawi dan fisiologi, serta mekanisme kerja obat. Tujuan mempelajari
Farmakodinamik adalah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons
yang terjadi.Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi
rasional dan berguna dalam sintesis (pembuatan) obat baru.

Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar efek


obat-obatan di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia berbagai
organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu di dalam tubuh manusia.
Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek obat
merupakan reaksi fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun,
tekanan darah turun, kadar gula darah turun. Kerja obat, seperti yang telah
26

dijelaskan sebelumnya, dapat dibagi menjadi onset (mulai kerja), merupakan


waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk menimbulkan efek terapi atau efek
penyembuhan atau waktu yang diperlukan obat untuk mencapai maksimum terapi;
Peak (puncak); duration (lama kerja), merupakan lamanya obat menimbulkan efek
terapi; dan waktu paruh.

Mekanisme kerja obat dipengaruhi oleh reseptor, enzim, dan hormon. Fase
farmakodinamik sendiri yang dipelajari adalah efek obat dalam tubuh atau
mempelajari pengaruh obat terhadap fisiologis tubuh.Kebanyakan obat pada tubuh
bekerja melalui salah satu dari proses interaksi obat dengan reseptor, interaksi
obat dengan enzim, dan kerja obat non spesifik.

Interaksi obat dengan reseptor terjadi ketika obat berinteraksi dengan


bagian dari sel, ribosom, atau tempat lain yang sering disebut sebagai reseptor.
Reseptor sendiri bisa berupa protein, asam nukleat, enzim, karbohidrat, atau
lemak. Semakin banyak reseptor yang diduduki atau bereaksi, maka efek dari obat
tersebut akan meningkat.

Interaksi obat dengan enzim dapat terjadi jika obat atau zat kimia
berinteraksi dengan enzim pada tubuh. Obat ini bekerja dengan cara mengikat
(membatasi produksi) atau memperbanyak produksi dari enzim itu sendiri.
Contohnya obat kolinergik.Obat kolinergik bekerja dengan cara mengikat enzim
asetilkolinesterase. Enzimini sendiri bekerja dengan cara mendegradasi asetilkolin
menjadi asetil dan kolin. Jadi ketika asetilkolinesterase dihambat, maka asetilkolin
tidak akan dipecah menjadi asetil dan kolin.

Maksud dari kerja non-spesifik adalah obat tersebut bekerja dengan cara
mengikat reseptor. Contoh dari obat-obatan ini adalah Na-bikarbonat yang
mengubah pH cairan tubuh, alcohol yang mendenaturasi protein, dan norit yang
mengikat toksin, zat racun, atau bakteri. Obat yang berikatan dengan reseptor
disebut agonis. Kalau ada obat yang tidak sepenuhnya mengikat reseptor
dinamakan dengan agonis parsial, karena yang diikat hanya sebagian (parsial).

Selain menimbulkan efek farmakologis, ketika reseptor diduduki suatu


senyawa kimia juga dapat tidak menimbulkan efek farmakologis. Zat tersebut
27

diberi namaantagonis. Jika nantinya obat antagonis dan agonis diberikan secara
bersamaan dan obat antagonis memiliki ikatan yang kebih kuat, maka dapat
menghalangi efek agonis. Antagonis sendiri ada yang kompetitif dan antagonis
non-kompetitif. Disebut antagonis kompetitif ketika obat itu berikatan di tempat
yang sama dengan obat agonis.

1. Efek obat
Efek ialah perubahan fungsi struktur atau proses sebagai akibat kerja
obat.
KERJA - EFEK (RESPON)

Sehubungan dengan obat, dikenal 2 macam efek, yaitu efek normal dan
efek abnormal.Efek normal ialah efek yang timbul pada sebagian besar
(kebanyakan individu); dan efek abnormal ialah efek yang timbul pada
sebagian kecil individu atau kelompok individu tertentu.Kedua macam efek
tersebut dapat terjadi pada dosis lazim yang dipergunakan dalam terapi.

a. Efek normal
Obat dalam dosis terapi dapat menimbulkan lebih dari satu macam
efek yang dibedakan menjadi:
1. Efek utama (primer) ialah efek yang sesuai dengan tujuan pengobatan,
misal: morfin untuk menghilangkan rasa sakit, eter untuk menginduksi
anestesi
2. Efek samping ialah efek yang tidak menjadi tujuan utama pengobatan.
Efek ini dapat menguntungkan atau merugikan tergantung pada kondisi
dan situasi pasien, misalnya Antihistamin (difendramin) untuk melawan
kerja histamin.Antihistamin menimbulkan rasa kantuk. Apakah efek ini
menguntungkankah?Jawabannya dapat menguntungkan bagi pasien yang
membutuhkan istirahat, tetapi mungkin dapat juga merugikan bagi pelaku
pekerjaan yang membutuhkan kewaspadaan seperti pengemudi
kendaraan bermotor.
3. Efek utama dapat menimbulkan efek sekunder, yaitu efek yang tidak
diinginkan dan merupakan reaksi organisme (tubuh) terhadap efek primer
obat. Misalnya: tetrasiklin peroral dapat menimbulkan diare. Hal ini
28

terjadi karena Tetrasiklin adalah antibiotik spektrum luas, dalam saluran


cerna membunuh flora normal usus yang membantu fungsi normal
pencernaan. Flora normal usus terbunuh maka fungsi normal saluran
cerna terganggu sehingga terjadi diare.
b. Efek abnormal
Efek abnormal daapat berupa toleransi atau intoleransi.
1. Toleransi ialah peristiwa yang terjadi jika dibutuhkan dosis yang lebih
tinggi untuk menimbulkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh
dosis terapi normal. Toleransi obat dibedakan menjadi toleransi semu,
toleransi sejati, toleransi alami. Toleransi semu timbul akibat obat
diberikan dengan cara tertentu, misalnya:
 seorang individu toleran terhadap obat (racun) jika diberikan secara
peroral, tetapi tidak toleran jika racun diberikan dengan cara lain misal
disuntikkan. Toleransi sejati timbul jika diberikan secara oral maupun
parenteral, dapat
 disebabkan perubahan disposisi obat yang berakibat berkurangnya
intensitas dan lamanya kontak kontak antara obat-jaringan sasaran
(reseptor) atau perubahan sifat dan fungsi sasaran sedemikian
sehingga jaringan kurang peka terhadap obat. toleransi sejati meliputi
toleransi alami dan toleransi yang diperoleh. Toleransi alami ialah
toleransi yang terlihat pada berbagai spesies hewan dan juga
 pada berbagai suku bangsa meliputi toleransi spesies dan toleransi
rasial.
2. Intoleransi. intoleransi adalah suatu penyimpangan respon terhadap dosis
tertentu obat, dibedakan menjadi intoleransi kuantitatif dan kualitatif.
Intoleransi kuantitatif. beberapa individu yang hiperresponsif terhadap
obat dapat
 merespon dosis obat yang lebih rendah dari dosis terapi Intoleransi
kualitatif. gejala dan tanda yang tampak sama sekali berbeda dari
gejala
 yang timbul setelah pemberian obat dosis toksik, meliputi idiosinkrasi,
anafilaksis, alergi idiosinkrasi merupakan efek abnormal danterjadi
29

secara individu, familial atau rasial. Contoh:primakuin umumnya


aman dikonsumsi, tetapi dapat menyebabkan hemodialisis pada
sekelompok orang kulit berwarna, sekelompok orang yunani dan
mediterania karena mereka mengalami kekurangan enzim glukosa-6-
fosfat dehidrogenase.Anafilaksis adalah reaksi alergi yang terjadi
dalam waktu singkat setelah pemberian obat, dapat menimbulkan syok
yang disebut syok anafilaksis yang dapat berakibat fatal.Alergi, adalah
respon abnormal dari sistem kekebalan tubuh. Orang-orang yang
memiliki alergi memiliki sistem kekebalan tubuh yang bereaksi
terhadap suatu zat yang biasanya tidak berbahaya di lingkungan.
Pemberian obat berikutnya akan terjadi reaksi antara obat (antigen)
dengan zat antibody yang akan melepaskan histamin yang dapat
menimbulkan gangguan pada kulit (gatal-gatal) dan asma bronkhial,
reaksi berlangsung lambat, contoh obat penisilin.
2. Resep obat
Membicarakan obat tentunya tidak lepas dari resep. berikut akan
dibahas secara singkat mengenai resep. Resep adalah permintaan tertulis dari
seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada apoteker untuk membuat
dan menyerahkan obat kepada pasien. Mereka yang berhak menulis resep
adalah:
a) Dokter
b) Dokter gigi, terbatas pd pengobatan gigi
c) & mulut. Dokter hewan, terbatas pengobatan hewan.

Kelengkapan suatu resep. Dalam resep harus memuat:

1) Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi, dan dokter
hewan.
2) Tanggal penulisan resep (inscriptio)
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap obat
atau komposisi obat (invocatio)
4) Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura)
30

5) Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dgn UU yg


berlaku (subscriptio)
6) Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep dokter
hewan.
7) Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yg mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.

Aturan pelayanan resep di apotek adalah sebagai berikut.

1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.
2. Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggung jawab apoteker pengelola
apotek.
3. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggung jawab dan
keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.
4. Apoteker tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis di dalam
resep dengan obat paten.
5. Bila pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,
apoteker dapat mengganti obat paten dengan obat generik atas
persetujuan pasien.

Tujuan penulisan resep adalah sebagai berikut.

1) Memudahkan dokter dalam pelayanan kesehatan di bidang farmasi.


2) Meminimalkan kesalahan dalam pemberian obat.
3) Untuk cross-check. 4) Apotek buka lebih lama dari praktek dokter.
4) Tidak semua obat dapat diserahkan langsung kepada pasien.
5) Pemberian obat lebih rasional.
6) Pelayanan berorientasi kepada pasien bukan kepada obat.
7) Sebagai medical record yang dapat dipertanggung jawabkan

Kode etik penulisan resep adalah sebagai berikut. Resep menyangkut


kerahasiaan jabatan kedokteran dan kefarmasian, karena itu resep hanya boleh
diperlihatkan kepada:

a. dokter yang bersangkutan,


b. pasien dan keluarga pasien,
31

c. tenaga medis yang merawat,


d. apoteker dan tenaga farmasis yang bersangkutan,
e. aparat pemerintah untuk pemeriksaan, dan
f. petugas asuransi untuk klaim pembayaran.

Berikut adalah Contoh Resep Dokter


32

Pada gambar 2 dapat dibaca bagian-bagian dari resep dokter pada


umumnya, yaitu:
1) Nama, alamat, nomor izin paktek dari Dokter, Dokter Gigi, atau
Dokter Hewan.
2) Tanggal penulisan Resep (inscription).
3) Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan Resep, nama setiap obat
atau komposisi obat (Prescriptio). 4) Aturan pakai obat (signature).
4) Tanda tangan/paraf Dokter penulis Resep (Subscriptio).

2.4 Sediaan Obat dan Dosis


2.4.1 Hormon Tiroid
1. Serbuk tiroid
Serbuk organ diperoleh dari tiroid binatang menyusui contohnya
domba, karena kadar hormon tinggi, yang telah dibebaskan dari lemak
dan jaringan-jaringan pengikatnya dan kemudian dikeringkan. Serbuk
ini mengandung T3 dan T4 dalam perbandingan tak tertentu, yang
aktivitasnya berhubungan erat dengan kadar iodin dari serbuk. Selama
resorpsi dari usus yang berlangsung perlahan, T 3 dan T4 dibebaskan
denganjalan enzimatis. Berhubungan adanya masa latensi, maka
efeknya baru nyata setelah 3-7 hari.
Biasanya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur
dinaikan hingga tercapai efek sampingan seperti kegelisahan.
Kemudian dosis dikurangi 25 mg dan digunakan untuk pemeliharaan.
Dosis oral pemula 12,5-50 mg, perlahan-lahan dinaikan sampai 150
mg/hari. Dosis dapat diberikan sebagai single dosis pada pagi hari,
tablet harus di kunya atau dilarutkan dalam air.

2. Tiroksin T4
Hormon tiroksin dibuat secara sintesis. Penggunaanya tidak ada
keuntungan di atas serbuk organ, kecuali dapat digunakan sebagai
injeksi resiko over dose dan eso lebih besar. Dosis oral pemula 2-3
kali/hari 5-10 mg yang berangsur-angsur dinaikan sampai 60-
100mcg/hari.
33

Atau bisa dibilang dosis 0,2-0,4 mg/hri, setelah dimulai dengan


dosis rendah 0,005-1 mg/hari yang berangsur-angsur dinaikan dan
dicampur 25% liotironin untuk meniru efek serbuk tiroid. Dosis
ekuivalen 0,1 mg tiroksin 50 mg serbuk tiroid 0,02 mg liotironin.
3. Liotironin (Triidtironin T3)
Hormon ini juga dibuat secara sintesis khasiatnya lebih kurang 5
kali lebih kuat daripada tiroksin, mulai kerjanya juga lebih cepat,
tetapi hanya singkat. Bahaya efek samping lebih tinggi, terutama
infark jantung maka hanya digunakan bila dibutuhkan kerja yang
pesat dan kuat misalnya myxdem.
4. Liotriks
Menganttikan T3 dan T4. Bila konversinya rendah abnorma,
litoriks dapat lebih berguna dari levotiroksin. Tidak ada toksisistas
pada kadar penggantian. Over dosis menyebabkan hipertiroid. Pada
pentakaran yang terlalu mendadak tinggi menyebabkan angina
pectoirs infark jantu. Guna menghindari hal ini dosis harus mulai
rendah sekali dan berangsur-angsur dinakikan sehingga semakin besa
keadaan hipotirosis semakin besar kepekaan organisme terhadap
hormon-hormon tiroid.
2.4.2 Hormon Anti Tiroid
1. Propitiourasil (PTU)
Nama dagang dari PTU adalah propitiouracil. Bentuk sediaannya
tablet 50 mg dan 100 mg. dosis untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau
150-200 mg/m2/hari, dosis setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam.
Untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari, untuk hipertiroidisme
ocasional memerlukan 600-900 mg/hari, dosis pelihara 100-150
mg/hari dalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis untuk lanjut usia
150-300 mg/hari. Efek sampingnya ruam pada kulit, nyeri sendi,
demam, nyeri tenggorokan,, sakit kepala, dengan menghambat
oksidasi dari iodin dan menghambat sintesis tiroksin dan
tirodothyronin.
2. Methimazole
Nama dagang tapazole. Tablet sediaan 5 mg, 10 mg, dan 20 mg.
untuk anak 0,4 mg/kg/hari 3 kali sehari, dosis pelihara 0,2 mg/kg/hari
34

3 kali sehari, dan maksimum 30 mg dalam sehrai. Untuk dewasa


hipertiroidisme ringan 15 mg/hari, sedang 30-40 mg/hari, berat 60
mg/hari dan dosis pelihara 5-15 mg/hari. Dengan efek samping sakit
kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri lambung, dan edema.
3. Karbimazole
Nama dagang neo morcazole. Dengan bentuk sediaan tablet 5
mg. dosis yang dipakai 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu
diturunkan menjadi 5-20 mg/hari biasanya terapi berlangsung 18
bulan. Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20-60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50-150 mg. sedangkan untuk anak-
anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disusiakan dengan respon.
4. Tiamazole
Nama dagang adalah thyrozol. Bentuk sediaan tablet sebesar 5
mg dan 10 mg. Dosis pakai untuk memblokir totl produksi hormon
tiroid 25-40 mg/hari, kasus ringan 10 mg 2 kali sehari, kasus berat 20
mg 2 kali sehari, setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis
pelahan-lahan diturunkan hingga dosis pemeliharaan 5-10 mg/hari.
Efek samping yang dikeluarkan alergi kulit, perubahan pada sel darah,
dan pembekakakn pada kelenjar ludah.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terletak
di bagian pangkal leher, tepatnya di bawah jakun dan di atas tulang dada.
Kelenjar tiroid bertugas untuk menghasilkan hormon. Hormon yang
dihasilkan kelenjar tiroid ini juga memengaruhi kerja organ tubuh lainnya
seperti jantung, pencernaan, otot, dan sistem saraf. Hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar tiroid adalah triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Kedua
hormon ini memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan dan
memengaruhi semua aspek metabolisme. Untuk menghasilkan hormon tiroid,
kelenjar tiroid memerlukan iodium. Hormon tiroid dibentuk melalui
35

penyatuan satu atau dua molekul iodium ke sebuah glikoprotein besar yang
disebut tiroglobulin yang dibuat di kelenjar tiroid dan mengandung asam
amino tirosin. Kompleks yang mengandung iodium ini disebut iodotirosin.
Dua iodotirosin kemudian menyatu untuk membentuk dua jenis hormon tiroid
dalam darah yaitu : Tiroksin (T4), triiodotironin (T3). Dua jenis hormon ini
dipengaruhi oleh hormon TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) dan TRH
(Thyrotropin Releasing Hormone). Kelenjar tiroid yang menghasilkan
hormon lebih sedikit dari kebutuhan tubuh umumnya akan mengalami
Hipotiroid, kemudian kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon lebih banyak
atau terlalu aktif (hipertiroidisme) umumnya disebabkan oleh penyakit
Graves, gondok multinoduler toksik, adenoma toksik, dan berbagai penyakit
lainnya.
Hipotiroidisme adalah kondisi seumur hidup dimana kelenjar tiroid
menghasilkan hormon tiroid kurang dari kebutuhan tubuh. Bagi banyak
orang, obat kelenjar tiroid dapat membantu mengurangi atau meringankan
gejala. Hipertiroidisme adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon
tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar
hormon tiroid didalam darah berlebihan. Hipotiroid dapat diobati dengan
Hormon tiroid yaitu dengan menggunakan levothyroxine (Levothroid,
Levoxyl). Ini adalah obat kelenjar tiroid sintetis dari hormon T4 yang meniru
kerja hormon tiroid yang biasanya dihasilkan oleh tubuh. Obat ini dirancang
untuk mengembalikan kadar hormon tiroid yang seimbang ke darah. Obat
Antitiroid digunakan pada pengobatan hipertiroidisme, yaitu untuk persiapan
pengangkatan tiroid (thyroidectomy) atau untuk pengobatan jangka panjang.

3.2. Saran
Kami menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah
ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang membagun dari para pembaca.
36

DAFTAR PUSTAKA
Siti nur destiana, septiani erliyani et.al. 2016. Tiroid Dan Anti Antiroid. Palembang.
https://id.scribd.com/document/366154483/Makalah-Hormon-Tiroid-Dan-Anti-Tiroid.
Jihan lutfiyah, Mia dwi rokhmaati et.al. 2020. Makalah Hormon Tiroid Dan Antitiroid.
Jakarta. https://www.coursehero.com/file/59788801/tugas-farmakologi-1docxdocx/.
Mahasiswa DIII Kebidanan. 2013. Hormon Tiroid Dan Anti Tiroid. Makassar.
https://www.academia.edu/7565491/MAKALAH_FARMAKOLOGI_KELMPK_6.

Anda mungkin juga menyukai