Anda di halaman 1dari 14

BIOKIMIA VETERINER I

MAKALAH HORMON KELENJAR TIROID

Dosen Pengampu :
Dwi Wahyudha Wira, drh., M.Si
Sarasati Windria, drh

Anggota Kelompok :
- Nida Nasywa S (130210180004) - Muhammad Atalla (130210180037
- Fauza Daffa N (130210180016) - Chandra Rizkia Putri (13021010038)
- Rizni Faznia (130210180017) - Astari Rasyida R (130210180041)
- Luthfiyyah Indah P (130210180026) - Faradillah Rizka R (130210180042)
- R.A Calya Pasa (130210180030) - Faza Saffana (130210180047)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah “Hormon Kelenjar Tiroid” dari
Mata Kuliah BIOKIMIA I tepat pada waktunya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Jatinangor, 8 Maret 2019


Daftar Isi
Kata Pengantar……………………………………………………………………………
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………….…4
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………....4
1.3 Tujuan.…………………………………………………………………………….4
BAB II ISI
2.1 Kelenjar Hormon Tiroid…………………………………………………………..5
2.1.1 Pengertian…………………………………………………………………...5
2.2 Pembentukan Hormon Tiroid……………………………………………………..5
2.3 Tiroksin dan Kalsitonin………………………………………………………...…6
2.4 Homeostatis............................................................................................................ 9
2.5 Gangguan Hormon Tiroid………………………………………………………...9
2.5.1 Hipotiroid dan Hipertiroid…………………………………………………..9
2.6 Penyebab Terjadinya Penyakit
Gondok…………………………………………………….……………………..12
BAB III Kesimpulan dan Saran
BAB IV Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang mempertahankan tingkat metabolisme di
berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel di tubuh, membantu mengatur
metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan
normal. Kelenjar tiroid tidak esensial bagi kehidupan, tetapi ketiadaannya
menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik, berkurangnya daya tahan
terhadap dingin, serta pada anak–anak timbul retardasi mental dan kecebolan.
Sebaliknya, sekresi tiroid yang berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah,
takikardia, tremor, dan kelebihan pembentukan panas. Fungsi tiroid diatur oleh
hormone perangsang tiroid dari hipofisis anterior. Sebaliknya, sekresi hormone ini
sebagian diatur oleh umpan balik inhibitorik langsung kadar hormone tiroid yang tinggi
pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui hipotalamus. Dengan cara
ini, perubahan–perubahan pada hipofisis serta hipotalamus dan sebagian lagi melalui
hipotalamus. Dalam hal ini perawat dituntut untuk dapat profesional dalam menangani
hal-hal yang terkait dengan hipotiroid misalnya saja dalam memberikan asuhan
keperawatan harus tepat dan cermat agar dapat meminimalkan komplikasi yang terjadi
akibat hipotiroid.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembentukan hormon tiroid?
2. Apa yang disebabkan oleh gangguan hormon tiroid?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian hormon tiroid
2. Mengetahui pembentukan hormon tiroid
3. Mengetahui fungsi dari hormon tiroid
4. Mengetahui gangguan yang disebabkan oleh hormon tiroid
BAB II
ISI
2.1 Kelenjar Hormon Tiroid
2.1.1 Pengertian

Tiroid adalah bagian dari sistim endokrin yang terdiri dari kelenjar yang menghasilkan,
menyimpan, dan melepaskan hormon ke dalam aliran darah sehingga hormone dapat mencapai
sel-sel tubuh. Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat dua hormon utama yaitu
triiodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Hipotalamus dan hipofisis menjaga keseimbangan T3
dan T4. Hipotalamus menghasilkan tiroid stimulating hormone (TSH) untuk memberikan sinyal
kepada kelenjar tiroid untuk memproduksi T3 dan T4 lebih banyak atau sedikit sesuai kebutuhan
tubuh. T3 dan T4 bergerak dalam aliran darah untuk menjangkau hampir setiap sel di dalam
tubuh. Hormon mengatur kecepatan kerja sel/metabolisme. Kelenjar tiroid, terletak tepat di
bawah laring pada kedua sisi dan di sebelah anterior trakea, merupakan salah satu kelenjar
endokrin terbesar, normalnya memiliki berat 15 samapai 20 gram pada orang dewasa. Tiroid
menyekresikan dua macam hormon utama, yakni tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Kedua
hormon ini sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Kekurangan sekresi tiroid total
biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di
bawah normal. Dan bila kelebihan sekresi tiroid sangat hebat dapat meningkatkan laju
metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal. sekresi kelenjar tiroid
terutama diatur oleh hormon perangsang tiroid (thyroid stimulating hrormone [TSH]) yang di
sekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Kelenjar tiroid juga menyekresi kalsitonin, hormon yang
penting bagi metabolisme kalsium.
2.2 Pembentukan Hormon Tiroid
Pembentukan hormon tiroid adalah perubahan ion iodida menjadi bentuk yodium yang teroksidasi,
baik yodium (nascent iodine) (I°) atau 𝐼3− ; yang selanjutnya mampu langsung berkaitan dengan
asam amino tirosin. Proses oksidasi yodium ini ditingkatkan oleh enzim peroksidase dan
penyertanya hidrogen peroksiade, yang menyediakan suatu sistem yang kuat yang mampu
mengoksidasi iodida. Enzim peroksiade terletak di bagian apikal membran sel atau melekat pada
membran sel, sehingga menempatkan yodium yang teroksidasi tadi di dalam sel tepat pada tempat
molekul tiroglobulin mula – mula di keluarkan dari badan Golgi dan melalui membran sel masuk
ke dalam tempat penyimpanan koloid kelenjar tiroid. Bila sistem peroksiade ini terhambat, atau
secara herediter tidak terdapat di dalam sel, maka kecepatan pembentukan hormon tiroid turun
sampai nol.

Proses Iodinasi Tirosin dan Pembentukan Hormon Tiroid – “Proses Organifikasi” Tiroglobulin.
Peningkatan yodium dengan molekul tiroglobulin disebut organifikasi tiroglobulin. Bahkan
sewaktu masih dalam bentuk molekul, yodium yang sudah teroksidasi ini akan berikatan langsung
dengan asam amino tirosin, tetapi lambat. Di dalam sel tiroid, yodium yang teroksidasi itu
berasosiasi dengan enzim tiroid peroksidase yang menyebabkan proses di atas dapat berlangsung
selama beberapa detik atau beberapa menit. Oleh karena itu, dengan kecepatan yang hampir sama
dengan kecepatan pelepasan molekul tiroglobulin dari aparatus golgi, atau seperti waktu disekresi
melalui bagian apikal membran sel kedalam folikel, yodium akan berkaitan dengan kira – kira
seperenam bagian dari asam amino tirosin yang ada di dalam molekul tiroglobulin.

Tirosin mula – mula diiodisasi menjadi monoiodotirosin dan selanjutnya menjadi diiodotirosin.
Kemudian, selama beberapa menit, beberapa jam, dan bahkan beberapa hari berikutnya, makin
lama makin banyak sisa iodotirosin yang saling bergandengan satu sama lainnya. Hasil reaksi
penggandengan ini adalah terbentuknya molekul tiroksin (𝑇4 ), yang terbentuk bila dua molekul
diiodotirosin bergabung; tiroksin tersebut kemudian tetap merupakan bagian dari molekul
tiroglobulin. Atau dapat juga terjadi penggandengan satu molekul monoiodotirosin dengan satu
molekul diiodotirosin sehingga terbentuk triiodotironin (𝑇3 ), yang merupakan kira – kira satu
perlima dari jumlah hormon akhir. Sejumlah kecil reverse 𝑇3 (𝑅𝑇3 ) Terbentuk dari gabungan
diiodotirosin dan monoiodotirosin, tapi 𝑅𝑇3 pada manusia tidak menunjukan fungsi yang berarti.
Hormon tiroid mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses metabolisme
(metabolisme protein, karbohidrat, lemak) dan aktivitas fisiologik pada hampir semua bagian
tubuh, kekurangan ataupun kelebihan hormon tiroid akan menggangu berbagai proses
metabolisme dan aktivitas fisiologis serta mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jaringan termasuk system saraf dan otak. Maka faktor pemicu dari pembentukan hormone
tiroid dikarenakan hormon tiroid sangat penting untuk tubuh.

2.3 Tiroksin dan Kalsitonin


a. Tiroksin

Pada manusia, Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar gondok/tiroid. Hormon ini
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme karbohidrat dalam tubuh.
Kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan mixoedema yaitu kegemukan. Sedangkan pada
hewan, tiroksin mengendalikan pertumbuhan hewan. Pada katak hormon ini merangsang
dimulainya proses metamorphosis.

Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolik seluler.
Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses metabolisme.
Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim
spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif
jaringan terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat
penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang kuat juga
diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolisme
seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal
sehingga mereka berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian
besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk
pertumbuhan dan pematangan normal.

Faktor-Faktor yang Meningkatkan dan Menurunkan kadar Tiroksin antara lain:

− TSH (Tiroid Stimulating Hormone) yang di hasilkan di hipotalamus


− Kadar Iodium, dimana iodium berikatan dengan monoiodotirosin dan berubah menjadi
diioditirosin, dan dari perubahan DIT ini tiroksin dihasilkan.
− Perubahan suhu
− Stress psikis maupun fisik
− Penyakit penyakit kelenjar tiroid

Mekanisme kerja hormone Tiroksin


Hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas yang tinggi di nukleus
sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada tempat dengan afinitas yang rendah dengan
reseptor spesifiknya. Kompleks hormone reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA,
menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi
gen. Dari transkripsi gen–gen ini timbul perubahan dari tingkat transkripsi mRNA mereka.
Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini. Protein ini
kemudian memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal sebagai modulator
tumbuh kembang penting pada usia balita

Sintesis T3 dan T4 tergantung thyroid-stimulating hormone (TSH) dan adanya iodida (I)
ditranspor secara aktif melewati membrana basalis di bawah pengaruh TSH. Masuknya iodida
dengan pompa menaikan konsentrasi iodida dalam sel folikuler tiroid. Dalam perjalanan ke tipe
apikal iodida dioksidasi atau diaktifkan ke bentuk reaktif yaitu iodin (I2). Peroksidase yang ada
dimikrovili sel mengaktifkan halogen. Bersamaan dengan itu, asam amino yang masuk ke dalam
sel disintesis menjadi polipeptida dalam RER. Glikosilasi polipeptida dalam golgi kompleks
menghasilkan glikoprotein dalam vesikel sekretorik yang kemudian ditranspor ke tepi apikal sel
ke dalam koloid. lodinasi atau organifikasi glikoprotein terjadi di dalam atau permukaan apikal sel
pada saat glikoprotein disekresikan. Organifikasi menyebabkan pembentukan tiroglobulin yaitu
glikoprotein dengan BM lebih dan 650.000 dalton. Tiroglobulin mengandung beberapa
karbohidrat / galaktose, manose, N-asetelil glukosamin, asam sialat dan asam iodoamin. Asam
iodoamin dapat berbentuk 3- monoiodotirosin (MIT), 3,5 diodotirosin (DIT), 3, 5, 3’-
triiodoterosin (T3), dan 3,5,3’, 5’ tetraiodoterosin (T4, tiroksin).

Hormon ini membutuhkan Iodium untuk aktifitas biologiknya. Pada kelenjar Thyroid terikat pada
thyroglobulin, tempat berlangsungnya biosintesa hormon ini. Pembebasan T3 dan T4 dari
thyroglobulin memerlukan enzim proteolitik yan distimulasi oleh TSH (atau cAMP) tetapi
dihambat oleh Iodium dan oleh Litium seperti Litium Karbonat hiperthyroidisme. yang digunakan
untuk terapi manik depresif .Efek ini dimanfaatkan dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi
b. Kalsitonin

Kalsitonin adalah hormon polipeptida terdiri dari residu 32 asam amino yg membentuk rantai
tunggal lurus. Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion kalsium plasma. Bila
kadar ion kalsium tinggi maka kadar hormon pun meningkat, dan sebaliknya. Hormon kalsitonin
kerjanya berlawanan dengan hormon paratiroid, berperan menurunkan kadar kalsium darah pada
puyuh. Hormon kalsitonin dikeluarkan oleh kelenjar ultimobranchial apabila kadar kalsium darah
terlalu tinggi ( Johnston and Ivey, 2002).
Hormon kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan fosfat dalam darah dengan jalan mengurangi
perombakan tulang. Namun demikian, bahwa daerah "ruffled borders" pada osteoklas tulang
medular menurun setelah pemberian hormon kalsitonin, yang berarti menurunnya perombakan
kalsium pada tulang tersebut. Dengan berkurangnya perombakan kalsium, maka menurun pula
kadar kalsium dalam darah (Dacke et al, 1993).
Adapun kerja kalsitonin di dalam tubuh adalah mamberikan efek pengurangan kerja absorpsi
osteoklas dan mungkin efek osteolitik dari membran osteositik di seluruh tulang, sehingga dapat
menggeser keseimbangan penimbunan kalsium sesuai dengan cepatnya pertukaran garam-garam
kalsium. Kalsitonin memberikan efek penurunan pembentukan osteoklas yang baru.

Mekanisme kerja hormon kalsitonin

Kalsitonin adalah hormon polipeptida terdiri dari residu 32 asam amino yang membentuk rantai
tunggal lurus. Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion kalsium plasma.
Hormon kalsitonin kerjanya berlawanan dengan hormon paratiroid, berperan menurunkan kadar
kalsium darah pada puyuh. Hormon kalsitonin dikeluarkan oleh kelenjar ultimobranchial apabila
kadar kalsium darah terlalu tinggi. Hormon kalsitonin menurunkan kadar kalsium dan fosfat dalam
darah dengan jalan mengurangi perombakan tulang. Adapun kerja kalsitonin di dalam tubuh adalah
mamberikan efek pengurangan kerja absorpsi osteoklas dan mungkin efek osteolitik dari membran
osteositik di seluruh tulang, sehingga dapat menggeser keseimbangan penimbunan kalsium sesuai
dengan cepatnya pertukaran garam-garam kalsium. Kalsitonin memberikan efek penurunan
pembentukan osteoklas yang baru.
Adapun fungsi kalsitonin terhadap tulang adalah :

a. Menurunkan kadar kalsium dengan menghambat resorpsi tulang.


b. Menghambat pelepasan kalsium dari tulang
c. Mempertahankan kepadatan tulang
d. Menjaga keseimbangan kalsium dalam darah. Bila kadar ion kalsium dalam darah
meningkat, kadar kalsitonin akan naik dan mengendapkannya dalam tulang
e. Kalsitonin memastikan bahwa kalsium di dalam tulang dipertahankan dan tulang
mempercepat penyerapan kalsium.
2.4 Homeostatis
Penting bahwa level T3 dan T4 tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Dua kelenjar di otak hipotalamus
dan hipofisis. Berkomunikasi untuk menjaga keseimbangan T3 dan T4. Hipotalamus menghasilkan TSH
releasing hormone (TRH) yang memberi sinyal pada hipofisis untuk memberitahu kelenjar tiroid untuk
menghasilkan lebih banyak atau lebih sedikit T3 dan T4 dengan cara meningkatkan atau mengurangi
pelepasan hormon yang disebut thyroid stimulating hormone (TSH).

 Ketika kadar T3 dan T4 rendah dalam darah, kelenjar hipofisis melepaskan lebih banyak TSH
untuk memberitahu kelenjar tiroid untuk menghasilkan lebih banyak hormon tiroid.
 Jika kadar T3 dan T4 tinggi, kelenjar hipofisis melepaskan lebih sedikit TSH ke kelenjar tiroid untuk
memperlambat produksi hormon-hormon ini.

2.5 Gangguan Hormon Tiroid

Terlalu banyak atau kekurangan hormon tiroid dalam darah dapat mengakibatkan kelainan
metabolic yang serius. Pada, manusia sekresi hormon tiroid yang berlebihan, dikenal sebagai
hipertiroidisme, dapat menyebabkan suhu tubuh yang tinggi, keringat berlebihan, kehilangan
berat, iritabilitas, dan tekanan darah tinggi. Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah
penyakit Graves. Pada kelainan autoimun ini, system kekebalan menghasilkan produk hormone
tiroid berkelanjutan. Mata yang menonjol, disebabkan oleh akumulasi cairan di belakang mata,
merupakan gejala yang khas. Hipotiroidisime, suatu kondisi terlalu sedikit fungsi tiroid, dapat
menghasilkan gejala-gejala seperi berat tubuh berlebih, rasa lemas, dan ketidak mampuan
menoleransi dingin pada orang dewasa
2.5.1 Hipotiroid dan Hipertiroid

Hormon tiroid berfungsi untuk mengatur produksi panas tubuh, metabolisme pertumbuhan tulang,
kerja tulang, syaraf, serta pertumbuhan dan perkembangn otak, meningkatkan aktivitas
metabolisme selular, meningkatkan jumlah aktivitas sel mitokondria. Gangguan dari hormon tiroid
pada manusia dapat menyebabkan banyak kelainan seperti hipotiroid kongenital sporadik,
hipotiroid dan hipertiroid maternal yang menjadi penyebab munculnya masalah dibidang
kesehatan, sosial, dan pendidikan misalnya cerebral palsy, retardasi mental, dan bermacam
kelainan fungsi susunan saraf dan perilaku. (Ahmad R.G., 2012b)

Penyakit dan kelainan kelenjar tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua setelah
diabetes mellitus. Kelainan tiroid memberikan pengaruh ke hampir seluruh tubuh karena hormon
tiroid mempengaruhi banyak organ. Untuk mempelajari dan mendiagnosis kelainan tiroid perlu
memahami sumbu Hipotalamus-Hipofisis-Tiroid, hormon- hormon yang bekerja pada sumbu
tersebut, serta pengaruhnya pada organ-organ lain, serta sebaliknya, pengaruh luar terhadap sumbu
tersebut
a. Hipotiroid

Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang diikuti tanda dan
gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya akibat penurunan
fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring perkembangan usia. Pada kondisi
hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan
peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon).

Hipotiroidisme adalah suatu sindroma klinis akibat dari defisiensi hormontiroid, yang kemudian
mengakibatkan perlambatan proses metabolik. Hipotiroidisme pada bayi dan anak-anak berakibat
pertambahan pertumbuhan dan perkembangan jelas dengan akibat yang menetap yang parah
seperti retardasi mental. Hipotiroidisme dengan awitan pada usia dewasa menyebabkan
perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada rongga intraselular,
terutama pada otot dan kulit,yang menimbulkan gambaran klinis miksedema. Gejala
hipotiroidisme pada orang dewasa kebanyakan reversibel dengan terapi (Anwar R, 2005).

Hipotiroid dapat dibedakan antara yang klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas (subklinis).
Hipotiroid subklinis didefinisikan sebagai keadaan dengan kadar TSH meningkat ringan dan kadar
fT3 dan T4 normal disertai dengan sedikit/tanpa gejala klinis. Hipotiroid klinis/overt atau tiroid
yang kurang aktif merupakan kelainan klinis yang paling umum, didefinisikan sebagai kadar TSH
tinggi dan fT4 rendah dalam serum. Penyebab utamanya adalah kadar yodium yang tidak cukup
atau asupan yodium yang rendah.

Hipotiroid juga bisa disebabkan karena kelainan genetik, dimana terjadi mutasi pada gen yang
menyandi Tyroglobulin (TG), gen Tyroidperoxidase (TPO), gen Dual Oxidase (DUOX) dan gen
Iodotyrosine Deiodinase (IYD) (Grasberger et al., 2011). Sedangkan definisi hipotiroid kongenital
adalah suatu penyakit defisiensi hormon tiroid bawaan sejak lahir. Pada orang yang menderita
hipotiroid kongenital timbul suatu kondisi yang biasa disebut kretinisme. Karena kadar hormon
tiroid yang mencukupi sangat essensial atau penting untuk pertumbuhan normal dan
perkembangan SSP, oleh karena itu kretinisme ditandai dengan tubuh cebol (dwarfism) dan
retardasi mental serta gejala gejala umum defisiensi tiroid. Retardasi mental dapat dicegah apabila
terapi segera diberikan, akan tetapi tidak dapat pulih kembali bila telah terbentuk selama beberapa
bulan setelah seseorang lahir walaupun kemudian diberi hormon tiroid (Sherwood, 2011).
Gejala dan tanda pada hipotiroid adalah sebagai berikut.
Tes laboratotium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme antara lain kadar tiroksin dan
triyodotironin serum yang rendah, Basal Metabolic Rate (BMR) yang rendah, dan peningkatan
kolesterol serum. Kadar TSH serum mungkin tinggi mungkin pula rendah, bergantung pada jenis
hipotiroidisme. Pada hipotiroidisme primer, kadar TSH serum akan tinggi, sendangkan kadar
tiroksin rendah. Sebalikya, kedua pengukuran tersebut akan rendah pada pasien dengan
hipotiroidisme sekunder (Price & Wilson, 2012).
b. Hipertiroid

Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas (subklinis).
Hipertiroid klinis atau tirotoksikosis ditandai dengan peningkatan kadar T3 dan T4 dan penurunan
kadar TSH serum. Penyebab tersering adalah penyakit Graves yang disebabkan oleh produksi
antibodi terhadap reseptor TSH yang merangsang pembentukan hormon tiroid berlebih. Gejala
pada hipertiroid adalah sebagai berikut.
2.6 Penyebab Terjadinya Penyakit Gondok

Yodium adalah bagian dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triidotironin (T3). Makanan juga
merupakan komponen esensial dalam makanan. Tiroksin mengandung banyak iodin. Apabila
kadar iodin dalam tiroksin menurun atau kekurangan iodin dalam waktu lama, dapat
mengakibatkan kelenjar tiroid mengalami pembengkakan (Utiger RD, 2006) kelenjar tiroid yang
membengkak ini diakibatkan oleh usaha yang dilakukan kelenjar tiroid untuk menghasilkan
lebih banyak tiroksin. Pembengkakan tiroid juga dikenal dengan penyakit gondok. Penyakit
gondok ini sering ditemui di daerah pegunungan atau perbukitan yang kekurangan iodin.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Tiroid adalah bagian dari sistim endokrin yang terdiri dari kelenjar yang menghasilkan,
menyimpan, dan melepaskan hormon ke dalam aliran darah sehingga hormone dapat mencapai
sel-sel tubuh. Tiroid menghasilkan hormone Tiroksin dan Kalsitonin. Hormon Tiroksin
memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme karbohidrat dalam tubuh.
Kekurangan hormon ini dapat mengakibatkan mixoedema yaitu kegemukan. Sedangkan pada
hewan, tiroksin mengendalikan pertumbuhan hewan. Pada katak hormon ini merangsang
dimulainya proses metamorphosis. Kalsitonin adalah hormon polipeptida terdiri dari residu 32
asam amino yg membentuk rantai tunggal lurus. Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi
oleh kadar ion kalsium plasma. Bila kadar ion kalsium tinggi maka kadar hormon pun
meningkat, dan sebaliknya. Hormon kalsitonin kerjanya berlawanan dengan hormon
paratiroid, berperan menurunkan kadar kalsium darah pada puyuh.

Terlalu banyak atau kekurangan hormon tiroid dalam darah dapat mengakibatkan kelainan
metabolik yang serius. Hipotiroid adalah suatu penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid
yang diikuti tanda dan gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor
penyebabnya akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau seiring
perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya penurunan konsentrasi
hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon).
Pada, manusia sekresi hormon tiroid yang berlebihan, dikenal sebagai hipertiroidisme, dapat
menyebabkan suhu tubuh yang tinggi, keringat berlebihan, kehilangan berat, iritabilitas, dan
tekanan darah tinggi. Bentuk hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves.

Saran

Melihat dari banyaknya kemungkinan penyakit yang terjadi akibat gangguan pada hormon
kelenjar tiroid, maka saran yang dapat diberikan kepada masyarakat ialah tetap menjaga pola
makan dan hidup sehat. Masyarakat juga harus memperhatikan zat gizi pada makanan,
seperti protein, yodium, selenium, vitamin D, kalsium, dan zinc. Masyarakat harus bisa
menyeimbangkan yodium, karena kelebihan atau kekurangan yodium akan menyebabkan
gangguan pada hormon kelenjar tiroid.
Daftar Pustaka

Dacke C.G, Arkle S, Cook D.J, Womstone I.M, Jones S, Zaidi M, and Bascal Z.A. 1993.
Medullary Bone and Avian Calcium Regulation. J.exp.Biol. 184:63-68.
Johnston M.S and Ivey S.E. 2002. Parathyroid and ultimobranchial glands : Calcium metabolism
in birds. Journal of Exotic Pet Medicine 11 (2): 84-93.
Ahmed, R.G., 2012b. Maternal-fetal thyroid interactions, Thyroid Hormone, Dr. N.K. Agrawal
(Ed.), , In Tech Open Access Publisher, Chapter 5, pp. 125-156.
Anwar R. (2005) Fungsi dan Kelainan Kelenjar Tiroid. Pertemuan Fertilitas Endokrinologi
Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi RSHS/FKUP Bandung. pp.1-64.
Sherwood, Laura Iee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC; 2012
Kementerian Kesehatan. 2015. Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Diakses dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-tiroid.pdf
pada Rabu, 6 Maret 2019
Ganong, W.F. (2008) Kelenjar Tiroid. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 331–346.
Listyawati, S. & Moeljono, M. (2001) Gambaran Histologis Kelenjar Tiroid. BioSMART:
Journal of. 3(April), 14–18.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2015) Situasi dan Analisis Tiroid. , 1–8.
Saraswati, T.R. (2017) Absorpsi dan Metabolisme Kalsium pada Puyuh (Coturnix-coturnix
Japonica) The Calsium Absorption and Metabolism of Quail (Coturnix-coturnix Japonica).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. 2, 178–186.
Diakses dari https://rihaaisyanas.mahasiswa.unimus.ac.id/2016/10/26/hormon-tiroksin/
pada rabu, 6 Maret 2019
Bridget B. 2018. Thyroid Gland: Overview. New Jersey: Endocrineweb
Isvarida. 2004. Pertumbuhan dan Kelulushidupan Benih Ikan Baung (Mystus nemurus)
Dengan Pemberian Hormon Tiroksin (T4). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau,Pekanbaru
Jurnalmka.fk.unand.ac.id/indeks.php/art/article/viewFile/82/79 diakses pada 7 Maret 2019
Utiger RD, 2006. Iodine Nutrition – More is Better. The New England Journal of Medicine

Anda mungkin juga menyukai