Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

“HIPOTIROIDISME”

DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 3 KELAS A

Ibrahim Yasin 841418022 Nurlin Arsyad 841418031


Fitrianisngsih Laiya 841418023 Deal M. Huntoyungo 841418032
Lis Sugiarti Yusup 841418024 Hartin S. Apia 841418033
Rayhan Binti Hasan 841418025 Rozianti H. Biya 841418034
Ni Wayan Sukariani 841418026 Ilman Asman 841418035
Widya Puspa Molou 841418027 Rahmatia Kadir 841418036
Zatul Hikmah Katili 841418028 Mohamad Amin Mosi 841418037
Fitriyanti Pohiyalu 841418029 Anggi Abdullah 841418048
Rezgina Mahmud 841418030 Safira R. Pagau 841418113

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................2

Kata Pengantar..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................................................5

BAB II KONSEP MEDIS........................................................................................................6

2.1 Definisi...............................................................................................................................6

2.2 Etiologi...............................................................................................................................6

2.3 Manifestasi Klinis...............................................................................................................8

2.4 Patofisiologi Hipotiroidisme...............................................................................................8

2.5 Penatalaksanaan/PemeriksaanPenunjang.........................................................................12

2.6 Komplikasi Hipotiroidisme..............................................................................................13

BAB III KONSEP KEPERAWATAN...................................................................................14

3.1 Pengkajian........................................................................................................................14

3.2 INTERVENSI...................................................................................................................18

BAB IV PENUTUP................................................................................................................40

4.1 Simpulan..........................................................................................................................40

4.2 Saran.................................................................................................................................40

Daftar Pustaka.........................................................................................................................41

2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini. asuhan
keperawatan ini terwujud berkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Tak ada gading yang tak retak begitu juga kami menyadari bahwa asuhan
keperawatan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun agar kami menjadi lebih baik lagi. Adapun harapan kami semoga
asuhan keperawatan ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema. Hipotiroidism terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
Kelainan ini kadang-kadang disebut miksedema. Hormon tiroid sangat penting untuk
metabolisme energi, nutrisi, dan ion organik,termogenesis serta merangsang pertumbuhan
dan perkembangan berbagai jaringan, Pada periode kritis juga untuk perkembangan
susunan syaraf pusat dan tulang.Hormon inimempengaruhi beberapa jaringan dan sel
melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis protein serta reseptor yang
mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas. Hormon tiroid berpotensiasi dengan
katekolamin (efek yang menonjol adalah hipertiroidisme), dan berefek pada pertumbuhan
somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan
IGF. Disfungsi tiroid pada masa bayi dan anak dapat berakibat kelainan metabolik yang
ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, karena
maturasi jaringan dan organ atau jaringan spesifik yang merupakan pengatur
perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga konsekuensi klinik
disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada masa bayi dan anak. Apabila
hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir tidak diobati, menyebabkan kelainan
intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa pentingnya
peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3 tahun ,
sebagian besar perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah
lengkap,hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan
keterlambatan maserasitulang, biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh pada
perkembangan kognitif danneurologik, sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi
dan terapi dini.(Hastuti et al. 2018)
Rendahnya kadar hormon tiroid dalam sirkulasi mengakibatkan hipotiroidisme klinis
dan menyebabkan berbagai proses metabolik turun. Untuk mempertahankan sintesis
hormon tiroid dan pelepasannya diperlukan suplai beberapa mineral yang adekuat.
Rendahnya kadar Zn dan Se merupakan faktor risiko tingginya kadar thyroid stimulating

4
hormone (TSH) sebagai penanda terjadinya hipotiroidisme. Dapat disimpulkan bahwa
rendahnya kadar beberapa mineral terutama Zn dan Se merupakan faktor risiko terjadinya
hipotiroidisme. Karena kadar TSH dalam serum tidak hanya dipengaruhi oleh kadar
mineral dalam tubuh, perlu dilakukan studi lebih lanjut dalam skala yang lebih besar
dengan pengukuran faktor perancu lain.(Hastuti et al. 2018)
Prevalensi hipotiroidisme di Indonesia pada tahun 2001 sebesar 0,6%6 , sementara di
Thailand sebesar 0,7%7 , dan di Turki sebesar 1,6%.8 Frekuensi hipotiroidisme di Iran
sekira 3,6% atau 2 per 1.000 kelahiran9 , sedangkan frekuensi kretinisme di daerah
hiperendemik karena defisiensi iodin di Bangladesh sebesar 0,6%.8. Ada beberapa faktor
pengganggu metabolisme hormon tiroid antara lain defisiensi selenium (Se), besi (Fe),
tembaga (Cu), dan zink (Zn), yang jika bersamaan dengan defisiensi iodin, berubah
manifestasi klinisnya. Defisiensi selenium menurunkan aktivitas enzim glutation
peroksidase. Gabungan defisiensi iodin dan turunnya sintesis hormon karena defisiensi
selenium menyebabkan timbunan hidrogen peroksida yang mengakibatkan kerusakan sel
dan kemudian menyebabkan gangguan tiroid. Selenium juga penting untuk aktivitas
enzim deiodinase, yang mengubah T4 menjadi T3. (Hastuti et al. 2018)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hipotiroidisme?
2. Apa penyebab dari Hipotiroidisme?
3. Apa saja manifestasi klinis dari hipotiroidisme?
4. Bagaimana patofisiologi atau perjalanan dari hipotiroidisme?
5. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul dari hipotiroidisme?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari hipotiroidisme?
7. Bagaimana Konsep keperawatan pada Hipotiroidisme?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Hipotiroidisme
2. Untuk mengetahui penyebab dari hipotiroidisme
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipotiroidisme
4. Untuk mengetahui patofisiologi atau perjalanan dari hipotiroidisme
5. Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin timbul dari hipotiroidisme
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari hipotiroidisme
7. Untuk mengetahui Konsep keperawatan Dari Hipotiroidisme

5
BAB II
KONSEP MEDIS

2.1 Definisi
Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang terletak
dileher bagian depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan lobus kiri). Panjang kedua
lobus masing-masing 5 cm dan menyusul digaris tengah, bentuknya seperti kupu-kupu.
Penyakit atau gangguan tiroid adalah suatu kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya
gangguan kelenjar tiroid, baik berupa perubahan bentuk kelenjar maupun berupa perubahan
fungsi (berlebihan, berkurang atau normal). Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid
yaitu tiroksin(T4) dan triodotironin(T3). Pembentukan hormone tiroid dipengaruhi oleh
mekanisme umpan balik yang melibatkan hormone thyroid stimulating hormone (TSH). Bila
produksi hormone tiroid meningkat maka produksi TSH menurun dan sebaliknya jika
produksi hormone tiroid tidak mencukupi kebutuhan maka produksi TSH meningkat (Pusat
data dan informasi KEMENKES RI 2015.
Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormontiroid dan akan menimbulkan
penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosaminoglikan di intersisial
terutama di kulit dan di otot yang dapat dipengaruhi oleh faktorgeografi dan lngkungan.
Sedangkan dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya
yang dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid atau terdapat defek pada
reseptornya. Hipotiroid atau hipotiroidisme, berarti kekurangan hormon akibat kelenjar
tiroid tidak dapat memproduksi dalam jumlah yang cukup. Hipotiroid lebih sering dialami
oleh wanita, terutama yang usianya lebih dari 60 tahun. Namun, tidak menutup
kemungkinan dialami oleh pria maupun wanita pada usia yang lebih muda.

2.2 Etiologi
Hipotiroidisme terjadi saat kelenjar tiroid tidak dapat memproduksi hormon tersebut
dalam jumlah cukup. Gangguan ini biasa disebabkan oleh beberapa hal berikut:

6
 Penyakit autoimun terutama penyakit Hashimoto, adalah penyebab hipotirodisme
paling umum. Pada penyakit ini, tubuh menghasilkan antibodi yang justru menyerang
kelenjar tiroid, sehingga fungsinya terganggu.
 Pengobatan pada kelenjar tiroid, Radioterapi pada area leher dapat merusak sel-sel
kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tersebut sulit untuk memproduksi hormon. Selain
itu, operasi tiroid juga dapat menjadi penyebab hipotiroidisme.
 Obat-obatan tertentu Penggunaan beberapa jenis obat, seperti lithium, amiodarone,
serta interferon, dapat menyebabkan hipertiroidisme. Obat-obatan ini digunakan
untuk gangguan mental, gangguan irama jantung, dan kanker.

Selain ketiga penyebab di atas, sejumlah kondisi berikut ini juga dapat menyebabkan
hipotirodisme walaupun potensi kejadiannya lebih jarang:

 Pola makan rendah yodium Yodium adalah mineral penting yang dibutuhkan oleh
kelenjar tiroid agar dapat memproduksi hormon. Kekurangan yodium bisa
menyebabkan hipotirodisme.
 Kelainan bawaan : Beberapa bayi lahir dengan kelenjar tiroid yang tidak
berkembang sempurna, bahkan tanpa kelenjar tiroid. Kondisi yang disebut
hipotiroidisme kongenital ini terjadi akibat beragam hal, mulai dari pola makan ibu
hamil yang rendah yodium hingga faktor genetik.
 Gangguan hormon TSH : TSH (thyroid-stimulating hormone) adalah hormon yang
diproduksi oleh kelenjar pituitari untuk membantu kelenjar tiroid dalam memproduksi
dan melepaskan hormon. Gangguan pada hormon TSH akan memengaruhi produksi
hormon tiroid.

Terdapat juga sejumlah kondisi yang bisa membuat seseorang lebih berisiko menderita
hipertiroidisme, di antaranya:

 Berjenis kelamin wanita dan berusia di atas 60 tahun.


 Memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit tiroid.
 Sedang hamil atau baru melahirkan dalam waktu 6 bulan terakhir.
 Menderita penyakit autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1, penyakit celiac,
atau multiple sclerosis.
 Menderita gangguan bipolar, sindrom Down, atau sindrom Turner.

7
2.3 Manifestasi Klinis
Kekurangan hormone tiroid mengakibatkan perlambatan proses metabolic didalam
tubuh manusia , tanda dan gejala gangguan tiroid khususnya hipotiroidisme menurut Pusat
data dan informasi KEMENKES RI 2015adalah sebagai berikut:

ORGAN TANDA DAN GEJALA


Otak Lemah, lelah, mengantuk ,depresi, kemampuan berbicara menurun,
intelektual menurun, gangguan ingatan, proses psikis pelan
mata Sakit kepala, gangguan pengelihatan, edema emperiorbital
THT Suara serak
Kelenjar Pembesaran tiroid/goiternoduler atau difusa
tiroid
Jantung dan Tekanan nadi berkurang(bradikardi), hipertensi diastolic, cardiac
pembuluh output berkurang
darah
Saluran Sulit buang air besar (konstipasi), berat badan naik atau gemukan
cerna
ginjal Fungsi ginjal menurun, retensi cairan
System Infertilitas, gangguan, menstruasi
reproduksi
Otot dan Kaku sendi, kesemutan, nyeri sendi, gerakan otot
saraf lemah(hipofleksia), edema non-pitting(miksedema), ataksia, kram
otot
kulit Tidak tahan dingin, produksi keringat berkurang

2.4 Patofisiologi Hipotiroidisme


Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis, atau
kelenjar tiroid yang semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan balik negatif
yang sama. Akan tetapi, gangguan pada hipotalamus dan hipofisis jarang menyebabkan
hipotiroidisme. Hipotiroidisme primer, yang merupakan gangguan kelenjar tiroid itu
sendiri paling sering di temukan.
Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi ketika
auto antibodi menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun kronis, yang
disertai penyakit gondok (goiter) dinamakan tiroiditis Hashimoto. Penyebab proses
autoimun ini tidak diketahui kendati hereditas memainkan peranan dan subtipe antigen
leukosit manusia yang spesifik dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.

8
Di luar kelenjar tiroid, antibodi dapat mengurangi efek hormone tiroid melalui dua
cara. Pertama, antibodi dapat menyekat reseptor TSH ( Thyroid Stimulating Hormone)
dan mencegah produksi TSH. Kedua, antibodi antitiroid yang sitotoksik dapat menyerang
sel-sel tiroid.
Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pasca partum
merupakan keadaan yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode
hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan
akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5% hingga 20% per tahun.

9
Pathway Hipotiroidisme

Disfungsi folikel tiroid distruksi

Penyerapan yodium menurun

Defisiensi yodium

Reaksi iodine dan tiroksin

T3 Dan T4 sulit terbentuk

Umpan balik negative


T3 dan T4 menurun
menurun

Stimulasi TRH hipotalamus


meningkat

Stimulasi TSH oleh hipofise


anterior

hipertiroid

Lama dan terus-menerus

Disfungsi folikel tiroid

Penyerapan yodium menurun

Tiroksin menurun
10

HIPOTIROID
TSH meragsang kelenjar Ketidaktahuan Laju BMR lambat Kardiovaskular
tiroid untuk mengsekresi terhadap penyakit
Kontuklitas jantun 
Produksi panas
menurun
Kelenjar tiroid Kekhawatiran/kece
menurun
membesar masan terhadap
Cardiac output
penyakit Hipotermia
menurun
Menekan struktur
leher dan dada Ansietas
Perfusi jaringan
menurun
Gangguan respirasi
Kelemahan
Depresi ventilasi Penurunan curah
jantung
Intoleransi
Pola nafas tidak
aktivitas
efektif

11
2.5 Penatalaksanaan/PemeriksaanPenunjang
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin sebelumnya, dilakukan
penilaian status fungsional tiroidnya.Selain dapat diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan laboratorium.Pada pasien yang baru dicurigai adanya
hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi FT4 dan TSH,
juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut ringan, sedang atau berat.Pada
hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma miksedema, gangguan status mental, gagal
jantung atau konsentrasi hormon tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi
ditunda sampai kondisi hipotiroidisme beratnya teratasi.
1. Terapi levotiroksin oral pada hipotiroidisme ringan dan sedang
Levotiroksin merupakan obat pilihan untuk pengobatan hipotiroidisme.Levotiroksin
bertindak sebagai reservoir untuk hormon tiroidaktif (T3).Penyerapan levotiroksin oral
sekitar 80% bila diminum pada perut kosong.Obat-obat dan makanan tertentu dapat
mengganggu bioavailabilitas dari levotiroksin melalui berbagai mekanisme.Obat ini
termasuk kalsium karbonat, garam besi, aluminium, dan antasida yang mengandung
magnesium. Dengan bertindak sebagai pro-hormon, levotiroksin tidak menghalangi
komponen lain dari aksis tiroid, sehingga memungkinkan bagi deiodinasi enzimu ntuk
berfungsi dengan baik.
Terapi hipotiroidisme dengan levotiroksin bertujuan untuk menghilangkan gejala
klinis serta mencapai atau mempertahankan kadar TSH pada paruh bawah rentang kadar
TSH normal atau sekitar 0,4-2,5 mU/L. Namun bila pasien telah merasa nyaman dengan
kadar TSH pada paruh atas rentang kadar TSH normal, dosis levotiroksin dapat dilanjutkan.
Secara umum dengan dosis levotiroksin 1,6 gr/kgBB/hari (100-125 mg/hari) dapat
mencapai keadaan yang eutiroid. Setelah perawatan levotiroksin dimulai, dosis harus
disesuaikan setiap 4-8 minggu sampai pasien menjadi eutiroid.Tujuan terapi tergantung
pada situasi klinis.

12
Pemberian dosis levotiroksin dosis pengganti harus berhati-hati pada pasien
hipotiroidisme usia lanjut (> 60 tahun) atau pada pasien-pasien dengan penyakit jantung
iskemik. Pada keadaan tersebut pemberian dosis levotiroksin dimulai dengan dosis kecil
(12,5 atau 25 mg/hari) yang dapat ditingkatkan tiap 3-6 minggu sampai tercapai keadaan
eutiroid (start low go slow). Dengan cara terapi tersebut ukuran-ukuran membaiknya fungsi
tiroid dan kardiovaskuler dapat diprediksi.

2. Terapi hormontiroid parenteral pada pasien hipotiroidisme berat atau pada operasi emergensi
Pasien hipotiroidisme mungkin memerlukan jalur alternatif yang lain untuk memasukkan
levotiroksin untuk mengembalikan kekeadaan eutiroid pada waktu perioperatif. Karena
penyerapan levotiroksin oral tidak sesempurna intravena, maka dosis levotiroksin intravena
harus dikurangi sekitar 20% sampai 40%. Terapi levotiroksin intravena memiliki efektifitas
yang sama dengan obat oral, tetapi tidak semua dari klinis hipotiroidisme ini dapat
diperbaikinya.
Pada pasien dengan hipotiroidisme berat namun memerlukan tindakan operasi
segera, maka diberikan suplementasi levotiroksin dan steroid intravena.Awalnya dosis
levotiroksin intravena diberikan loading dose 300-400 µg dilanjutkan 50 µg
perhari.Sayangnya preparat levotiroksin intravena belum tersedia di Indonesia.
3. Terapi tambahan lainnya
Keadaan insuffisiensi adrenal yang hadir bersamaan dengan hipotiroidisme yang
berat mungkin akan bermanifestasi dengan hipotensi, penurunan berat badan, yang dapat
diterapi dengan steroid atau kortisol bila diperlukan.
Pemberian steroid tidak diperlukan apabila sebelum onset koma tidak didapatkan
gangguan fungsi adrenal.Namun apabila status adrenalnya tidak diketahui maka sebaiknya
dilakukan tesstimulasicosyntropin.Setelah itu diberikan hidrokortison 100 mg intravena
dilanjutkan dengan 4 x 50 mg dan dilakukan tapering dosis sampai total 7 hari.Apabila
setelah itu diketahui konsentrasi kortisol plasma > 30 gr/dl atau hasil tes stimulasi
cosyntropin dalam batas normal, maka pemberian steroid dapat dihentikan.

2.6 Komplikasi Hipotiroidisme


Menurut (Z Milutinovic, dkk. 2017) Komplikasi hipertiroidisme yang dapat
mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang

13
secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar
tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi,
tremor, hipertermia ( sampai 106 oF ), dan apabila tidak diobati, akan terjadi kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati graves, dermopati Graves, dan infeksi.

Jika tidak diobati, hipotiroidisme dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius
dan bahkan dapat mengancam jiwa. Komplikasi hipotiroidisme yang parah berupa:
 Denyut jantung sangat lambat, sehingga pasien dapat mengalami koma
 Gagal jantung
 Depresi berat yang mengancam jiwa
 Koma
 Penyakit Alzheimer (risiko lebih tinggi pada perempuan)

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Jenis kelamin :
Pendidikan : -
Suku bangsa :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
No register :
Diagnose medis :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Hub. Dengan pasien :
Pekerjaan :
Alamat :
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Saat ini

14
1) Keluhan utama
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita :
2) Pernah Dirawat :
3) Alergi :
4) Kebiasaan( merokol,alcohol,dll) :
a. Riwayat Penyakit Keluarga
b. Diagnosa medis dan therapy

Pola Kebutuhan Dasar ( Bio-psiko-sosio-kultural-spritual)


a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan :
b. Pola nutrisi metabolik
- Sebelum sakit :
c. Saat Sakit : Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum Sakit :
-Saat Sakit :
2) BAK
- Sebelum Sakit :
-Saat Sakit :
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas :
2) Latihan
c. Pola kognitif dan presepsi
d. Pola presepsi-konsep diri
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola peran-hubungan
g. Pola seksual-reproduksi
h. Pola toleransi stress-koping
i. Pola nilai-kepercayaan
1. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum :
b. Tanda-tanda vital
- TB/BB :

15
- R :
- Suhu :
- N :
- TD :
c. Keadaan fisik
a) Kepala
b) Mata
c) Mulut
d) Leher
e) Dada/pernapasan
f) Jantung
g) Paru
h) Abdomen
i) Punggung
j) Ekstermitas
k) Genitalia
l) Integument
2. Pemeriksaan penunjang
1) Data Laboratorium :
2) Pemeriksaan radiologi:

16
17
3.2 INTERVENSI
No SDKI SLKI SIKI RASIONAL
1. Pola Napas Tidak Efektif 4. Pola napas (L.01004) 4. Manajemen Jalan 4. Manajemen Jalan Napas
(D.0005) Observasi
Kriteria Hasil Napas (I.01011)
1. Dengan memantau
Kategori : fisiologis Setelah dilakukan tindakan Definisi :
pola napas klien,
Subkategori : respirasi keperawatan selama 3x24 jam Mengidentifikasi dan
perawat dapat
Definisi masalah Nyeri akut mengelola
mengetahui
Inpirasi dan/atau ekspirasi yang diharapakan menurun dan kepatenan jalan
keefektifan tindakan
tidak memberikan ventilasi teratasi dengan indikator: napas.
adekuat yang diberikan
1. Dipsnea dari skala 1 Tindakan
sehingga perawat
Penyebab (meningkat) menjadi skala Observasi
4 (cukup menurun) dapat mengetahui
1. Depresi pusat pernapas 1. Monitor pola
2. Hambatan upaya napas 2. Penggunaan otot bantu perkembangan status
(mis.nyeri saat napas dari skala 1 napas
kesehatan klien.
bernapas, kelemahan (meningkat) menjadi skala
(frekuensi,
4 (cukup menurun) 2. Pernafasan bising,
otot pernapasan)
3. Pernapasan pursed-lip dari kedalaman,
3. Deformitas dinding dada ronki, mengi
4. Deformitas tulang dada skala 1 (meningkat) usaha napas)
menjadi skala 4 (cukup menunjukan
5. Gangguan neuromuskular 2. Monitor bunyi
6. Gangguan neorologis menurun) tertahannya
(mis.elektroensefalogram 4. Pernapasan cuping hidung napas tambahan
sekret/obstruksi jalan
[EEG] positif, cedera dari skala 1 (meningkat) (mis. gurgling,
menjadi skala 4 (cukup nafas sehingga
kepala, gangguan kejang) mengi,
7. Imaturitas neurologis menurun) perawat perlu
8. Penurunan energi 5. Ekskursi dada dari skala 1 wheezing,
memantau adanya
(memburuk) menjadi skala
9. Obesitas 4 (cukup membaik) ronkhi kering) bunyi napas tambahan
10. Posisi tubuh yang 6. Ventilasi semenit dari skala Terapeutik pada klien.
menghambat ekspansi 1 (memburuk) menjadi
paru skala 4 (cukup membaik) 1. Posisikan semi- Terapeutik
11. Sindrom hipoventilasi 7. Kapasitas vital dari skala 1 fowler atau 1. Pemberian posisi
12. Kerusakan inervasi (memburuk) menjadi skala
fowler semi-fowler atau
Diafragma (kerusakan 4 (cukup membaik)
saraf C5 keatas) 8. Diameter thoraks anterior- 2. Berikan minum fowler pada pasien
13. Cedera pada medula posterior dari skala 1 hangat gangguan pola napas
spinalis (memburuk) menjadi skala
14. Efek agen farmakologis 4 (cukup membaik) 3. Lakukan dapat membantu
15. Kecemasan 9. Tekanan ekspirasi dari fisioterapi dada, memfasilitasi
skala 1 (memburuk)
Gejala dan Tanda Mayor jika perlu pernapasan pasien.
menjadi skala 4 (cukup
Subjektif membaik) Edukasi Posisi tersebut juga
10. Tekanan inspirasi dari 1. Ajarkan teknik dapat membantu
1. Dipsnea skala 1 (memburuk)
menjadi skala 4 (cukup batuk efektif pengembangan paru
Objekif
membaik) Kolaborasi dan mengurangi
1. Penggunaan otot bantu
pernapasan 1. Kolaborasi tekanan dari abdomen
2. Fase ekspirasi pemberian pada diafragma.
memanjang
bronkodilaror, 2. Pemberian minum
3. Pola napas abnormal
(mis. Takipnea, ekspektoran, hangat pada pasien
bradipnea, mukolitik, jika dapat membantu
hiperventilasi,
kussmaul, chyne-stokes) perlu untuk mengencerkan
dahak
Gejala dan Tanda Minor
3. Fosioterapi dada

19
Subjektif adalah sejumlah terapi
1. Ortopnea yang digunakan dalam

Objektif kombinasi untuk


mobilisasi sekresi
1. Pernapasan kurset-lift
2. Pernapasan cuping pulmonaria.
hidung Fisioterapi dada
3. Diameter thoraks
anterior-posterior adalah harus diikuti
meningkat dengan batuk
4. Ventilasi semenit
efektifdan mencustion
menurun
5. Kapasitas vital menurun klien/pasien yang
6. Tekanan ekspirasi mengalami penurunan
menurun
7. Ekskursi dada berubah kemapuan untuk
batuk.
Kondisi klinis terkait
Edukasi
1. Depresi sistem saraf
pusat 1. Batuk efektif
2. Cedera kepala merupakan suatu
3. Trauma thoraks
metode batuk dengan
4. Gullian barre syndrome
5. Sklerosis multipel benar dimana energi
6. Myasthenia Gravis dapat dihemat
7. Stroke
8. Kuadrifplegia sehingga tidak mudah
9. Intoksikasi alkohol lelah dan mudah
mengeluarkan dahak

20
secara maksimal.
Kolaborasi
1. Dengan
mengkolaborasikan
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, dan/atau
mukolitik dapat
membantu untuk
mengencerkan dahak
dan melegakan
pernapasan pasien.
2. Penurunan Curah Jantung Curah Jantung (L.02008) Perawatan Jantung Perawatan Jantung
(D.0008) Setelah dilakukan tindakan (I. 02075) Tindakan
Observasi :
keperawatan selama 1x24 jam Definisi
Kategori: Fisiologi 1. Tanda dan gejala
masalah Penurunan Curah Mengidentifikasi, penurunan curah
Subktegori: Sirkulasi merawat dan jantung yaknitekanan
Jantung teratasi dengan membatasi
Definisi : darah rendah /
indikator : komplikasi akibat hipotensi, lemas,
Ketidakadekuatan jantung ketidakseimbangan bingung, mengantuk,
1. Kekuatan nadi perifer dari antara suplai dan
memompa daran untuk keringat dingin, sesak
skala 1 (menurun) menjadi konsumsi oksigen nafas dan pucat.
memenuhi kebutuhan miokard. Karena curah jantung
skala 4 (cukup membaik)
metabolisme tubuh. berkurang sehingga
2. Ejection fraction (EF) dari Tindakan : kebutuhan oksigen

21
Penyebab skala 1 (menurun) menjadi Observasi tubuh tidak terpenuhi.
1. Identifikasi Karena kekurangan
1. Perubahan irama jantug skala 4 (cukup membaik)
tanda/gejala oksigen maka
2. Perubahan frekuensi jantung 3. Palpitasi dari skala 1 primer kesadaran bisa
penurunan curah menurun dan
3. Perubahan kontraktilitas (menurun) menjadi skala
jantung potensial berbahaya.
4. Perubahan preload 4(cukup membaik) (meliputi 2. Tanda dan gejala
dispnea, penurunan curah
5. Perubahan afterload 4. Bradikardi dari skala 1
kelelahan, jantung yaknitekanan
Gejala dan Tanda Mayor (menurun) menjadi skala 4 edema, darah rendah /
Subjektif ortopnea, hipotensi, lemas,
(cukup membaik)
1. Perubahan irama jantung paroxysmal bingung, mengantuk,
1) Palpitasi 5. Takikardi dari skala 1 nocturnal keringat dingin, sesak
2. Perubahan preload dyspnea, nafas dan pucat.
(menurun) menjadi skala 4
1) Lelah peningkatan Karena curah jantung
3. Perubahan afterload (cukup membaik) CVP) berkurang sehingga
1) dispnea 2. Identifikasi kebutuhan oksigen
6. Gambaran EKG aritmia
4. Perubahan kontraktilitas tanda/gejala tubuh tidak terpenuhi.
1) Paroxysmal nocturnal dari skala 1 (menurun) sekunder Karena kekurangan
dyspnea (PND) penurunan oksigen maka
menjadi skala 4 (cukup
2) Ortopnea curah jantung kesadaran bisa
3) Batuk membaik) (meliputi menurun dan
peningkatan potensial berbahaya.
Objektif 7. Lelah dari skala 1
berat badan, 3. Tekanan darah
1. Perubahan irama jantung
(menurun) menjadi skala 4 hepatomegali, adalah ukuran
1) Bradikardia/takikardia
distensi vena seberapa kuatnya
2) Gambaran EKG eritmia (cukup membaik)
jugularis, jantung meompa
atau gangguan konduksi
8. Edema dari skala 1 palpitasi, ronkhi darah ke seluruh
2. Perubahan preload
basah, oliguria, tubuh Anda
1) Edema (menurun) menjadi skala 4
batuk, kulit 4. Intake cairan yaitu
2) Distensi vena jugularis
(cukup membaik) pucat) jumlah atau volume
3) Central venous pressure
3. Monitor tekanan kebutuhan tubuh
(CVP) 9. Distensi dari skala 1

22
meningkat/menurun (menurun) menjadi skala 4 darah (termasuk manusia akan cairan
3. Perubahan afterload tekanan darah per hari.
(cukup membaik)
1) Tekanan darah ortostatik, jika 5. Berat badan adalah
meningkat/menurun 10. Oliguria dari skala 1 perlu) ukuran tubuh dalam
2) Nadi perifer teraba lemah 4. Monitor intake sisi beratnya yang
(menurun) menjadi skala 4
3) Capillary refill time >3 dan output ditimbang
detik (cukup membaik) cairan dalam keadaan
4) Oliguria 5. Monitor berat berpakaian minimal
11. Pucat/sianosis dari skala 1
5) Warna kulit badan setiap hari tanpa perlengkapan
pucatdan/atau sianosis (menurun) menjadi skala 4 pada waktu yang apapun.
4. Perubahan kontraktilitas sama 6. Saturasi
(cukup membaik)
1) Terdngar suara jantung 6. Monitor saturasi oksigen adalah fraksi
S3 dan/atau S4 12. Paroxysmal nocturnal oksigen hemoglobin tak
2) Ejection frection (FE) 7. Monitor keluhan jenuh oksigen relatif
dyspnea (PND) dari skala 1
menurun nyeri dada (mis. terhadap hemoglobin
Gejala dan Tanda Minor (menurun) menjadi skala 4 intensitas, total (tidak jenuh +
Subjektif lokasi, radiasi, jenuh) dalam darah.
(cukup membaik)
1. Perubahan preload durasi, 7. Nyeri dada adalah
(tidak tersedia) 13. Ortopnea dari skala 1 presivitasi yang adanya rasa nyeri,
2. Perubahan afterload mengurangi sensasi seperti
(menurun) menjadi skala 4
(tidak tersedia) nyeri) ditusuk atau
3. Perubahan kontraktilitas (cukup membaik) 8. Monitor EKG tertimpa beban
(tidak tersedia) 12 sadapan berat, dan bahkan
14. Batuk dari skala 1
4. Perilaku/emosional 9. Monitor aritmia dapat menyebar ke
1) Cemas (menurun) menjadi skala 4 (kelainan irama lengan, rahang, dan
dan frekuensi) punggung, kondisi
2) Gelisah (cukup membaik)
10. Monitor nilai ini dapat disebabkan
Subjektif 15. Suara jantung S3 dari skala laboratorium oleh gangguan
1. Perubahan preload jantung (mis. beberapa organ,
1 (menurun) menjadi skala
1) Murmur jantung elektrolit, enzim tidak hanya jantung,
2) Berat badan 4 (cukup membaik) jantung, BNP, organ lain seperti
bertambah NTpro-BNP) paru-paru, tulang
16. Suara jantung S4 dari skala

23
3) Pulmonary artery 1 (menurun) menjadi skala 11. Monitor fungsi dan otot sekitar
wedge pressure alat pacu dada, kecemasan
4 (cukup membaik)
(PAWP) menurun jantung serta infeksi dapat
2. Perubahan afterload 17. Tekanan darah dari skala 1 12. Periksa tekanan menjadi penyebab
1) Pulmonary vascular darah dan nyeri dada.
(memburuk) menjadi skala
resistance (PVR) frekuensi nadi 8. Elektrokardiogram
meningkat/menurun 4 (cukup membaik) sebelum dan (EKG) adalah tes
2) Systemic vascular sesudah aktivitas sederhana untuk
18. Pengisian kapiler dari skala
resistance (SVR) 13. Periksa tekanan mengukur dan
meningkat/menurun 1 (mmburuk) menjadi skala darah dan nadi merekam aktivitas
3) Hepatomegali sebelum listrik jantung.
4 (cukup membaik)
3. Perubahan kontraktilitas pemberian obat 9. Aritmia adalah suatu
1) Cardiac index (CI) (mis. beta tanda atau gejala dari
menurun biocker, ACE gangguan detak
2) Left ventricular stroke inhibitor, jantung atau irama
work index (LVSWI) calcium channel jantung.
menurun blocker, 10. Hasil pemeriksaan
3) Stroke volume index digoksin) laboratorium
(SVI) menurun Terapeutik merupakan informasi
4. Perilaku/emosional 1. Posisikan pasien yang berharga untuk
(tidak tersedia) Semi-Fowler membedakan
atau Fowler diagnosis, mengkonfi
dengan kaki ke rmasi diagnosis,
bawah atau menilai status klinik
posisi nyaman pasien, mengevaluasi
2. Berikan diet efektivitas terapi dan
jantung yang munculnya reaksi obat
sesuai (mis. yang tidak diinginkan.
batasi asupan 11. Alat pacu jantung
kafein, natrium, adalah sebuah alat
kolesterol, dan kecil yang digunakan
makanan tinggi untuk membantu

24
lemak) jantung Anda
3. Gunakan berdetak lebih teratur
stocking elastic dan normal, tidak
atau pneumatic terlalu lambat atau
intermiten, cepat.
sesuai indikasi 12. Tekanan darah
4. Fasilitasi pasien adalah ukuran
dan keluarga seberapa kuatnya
untuk modifikasi jantung meompa
gaya hidup sehat darah ke seluruh
5. Berikan terapi tubuh Anda
relaksasi untuk 13. Tekanan darah
mengurangi adalah ukuran
stress, jika perlu seberapa kuatnya
6. Berikan jantung meompa
dukungan darah ke seluruh
emosional dan tubuh Anda
spiritual. Terapeutik
7. Berikan oksigen 1. Posisi Semi-Fowler a
untuk dalah posisi di mana
mempertahanka seorang pasien,
n saturasi biasanya di rumah
oksigen >94% sakit atau panti jompo
Edukasi diposisikan di
1. Anjurkan punggung mereka
beraktivitas fisik dengan kepala dan
sesuai toleransi badan diangkat antara
2. Anjurkan 15 dan 45
beraktivitas fisik derajat, walaupun 30
secara bertahap derajat adalah tempat
3. Anjurkan tidur yang paling
berhenti sering digunakan.

25
merokok 2. Diet sehat jantung
4. Anjurkan pasien bukanlah memakan
dan keluarga satu makanan atau
mengukur berat nutrisi tertentu,
badan harian melainkan makan
5. Anjurkan pasien secara teratur berbagai
dan keluarga variasi makanan sehat
mengukur intake dari waktu ke waktu.
dan output 3. Stoking kompresi
cairan harian (elastic compression
Kolaborasi stockings) kerap kali
1. Kolaborasi disarankan untuk
pemberian digunakan pada
antiaritmia, jika pasien-pasien dengan
perlu thrombosis vena
2. Rujuk ke dalam (deep vein
program thrombosis/DVT)
rehabilitasi 4. Gaya hidup sehat
jantung adalah sebuah
komitmen jangka
panjang untuk
menjaga atau
melakukan beberapa
hal agar mampu
mendukung fungsi
tubuh, sehingga
berdampak baik bagi
kesehatan
5. Relaksasi adalah salah
satu teknik yang dapat
digunakan untuk
mengurangi

26
ketegangan dan
kecemasan.
6. Dukungan emosi
Dukungan
emosi meliputi
ungkapan rasa empati,
kepedulian, dan
perhatian terhadap
individu
7. Oksigen adalah gas
unsur kimia yang
tidak berwarna, tidak
berbau, tidak berasa
yang muncul dalam
kelimpahan yang
besar di bumi,
terperangkap oleh
atmosfer.
Edukasi
1. Aktivitas fisik adalah
kegiatan dalam durasi
waktu tertentu yang
membutuhkan energi
dan pergerakan otot-
otot kerangka.
2. Aktivitas fisik adalah
kegiatan dalam durasi
waktu tertentu yang
membutuhkan energi
dan pergerakan otot-
otot kerangka.
3. Berhenti merokok

27
adalah proses untuk
menghentikan
kebiasaan merokok.
Rokok atau tembakau
membawa beberapa
efek buruk bagi tubuh,
terutama yang
disebabkan
kandungan nikotin
sehingga
menyebabkan rokok
menjadi sangat
adiktif. 
4. Berat badan adalah
ukuran tubuh dalam
sisi beratnya yang
ditimbang
dalam keadaan
berpakaian minimal
tanpa perlengkapan
apapun.
5. Intake cairan yaitu
jumlah atau volume
kebutuhan tubuh
manusia akan cairan
per hari.
Kolaborasi
1. Antiaritmia adalah
kelompok obat yang
digunakan untuk
menangani kondisi
aritmia

28
2. Rehabilitasi
jantung adalah
program yang
mencakup sejumlah
aktifitas untuk
memperbaiki kondisi
fisik, mental dan
social agar pasien
tetap sehat.
3. Hipotermia (D.0131) Termogulasi (L.14134) Manajemen Tindakan :
Setelah dilakukan tindakan Hipotermia (I.14507)
Kategori: Lingkungan Definisi : Observasi
keperawatan selama 1x24 jam
Subkategori: Keamana dan Mengidentifikasi dan 1. Suhu tubuh adalah
masalah Hipotermia teratasi mengelola suhu tubuh
Poteksi di bawah rentang ukuran dari
dengan indikator :
Definisi normal. kemampuan tubuh
1. Menggigil dari skala 1 Tindakan :
Suhu tubuh berada dibawah dalam menghasilkan
(meningkat) menjadi skala Observasi
rentang normal tubuh. dan menyingkirkan
4 (Cukup menurun) 1. Monitor suhu
Penyebab hawa panas.
2. Pucat dari skala 1 tubuh
1. Kerusakan hipotalamus 2. Penyebab hipotermia
(meningkat) menjadi skala 2. Identifikasi
2. Konsumsi alkohol yakni Terlalu lama
4 (Cukup menurun) penyebab
3. Berat badan ekstrem berada di tempat
3. Hipoksia dari skala 1 hipotermia (mis.
4. Kekurangn lemak subkutan dingin, Mengenakan
(meningkat) menjadi skala terpapar suhu
5. Terpapar suhu lingkungan pakaian yang kurang
4 (Cukup menurun) lingkungan
rendah tebal saat cuaca
4. Suhu tubuh dari skala 1 rendah, pakaian
6. Malnutrisi dingin, Terlalu lama
(memburuk) menjadi skala tipis, kerusakan

29
7. Pemakaian pakaian tipis 4 (Cukup membaik) hipotalamus, mengenakan pakaian
8. Penurunan laju metabolism 5. Suhu kulit dari skala 1 penurunan laju basah, Terlalu lama di
9. Tidak beraktifitas (memburuk) menjadi skala metabolism, dalam air, misalnya
10. Transfer panas (mis. 4 (Cukup membaik) kekurangan akibat kecelakaan
Konduksi, konveksi, lemak subkutan) kapal.
evaporasi, radiasi) 3. Monitor tanda 3. Tanda dan gejala
11. Trauma dan gejala akibat hipotermia yakni
12. Proses penuaan hipotermia Kulit pucat dan terasa
13. Efek agen farmakologi (Hipotermia dingin ketika
14. Kurang terpapar informasi ringan : disentuh, Mati rasa,
tentang pencegahan takipnea, Menggigil, Respons
hipotermia disartria, menurun, Gangguan
Gejala dan Tanda Mayor menggigil, bicara, Kaku dan sulit
Subjektif hipertensi, bergerak, Penurunan
(tidak tersedia) dieresis ; kesadaran, Sesak
Objektif Hipotermia napas hingga napas
1. Kulit teraba dingin sedang : aritmia, melambat, Jantung
2. Menggigil hipotensi, apatis, berdebar hingga
3. Suhu tubuh di bawah nilai koagulopati, denyut jantung
normal reflex menurun ; melambat.
Gejala dan Tanda Minor Hipotermia berat Terapeutik
Subjektif : oliguria, reflex 1. Untuk meminimalisir

30
(tidak tersedia) menghilang, terjadinya hipotermia
Objektif edema paru ; 2. Agar tidak terjadi
1. Akrosianosis asam-basa hipotermia
2. Bradikardi abnormal) 3. Untuk menghindari
3. Dasar kuku sianotik Terapeutik terjadinya hipotermia
4. Hipoglikemia 1. Sediakan 4. Untuk meminimalisir
5. Hipoksia lingkungan yang terjadinya hipotermia
6. Pengisian kapiler >3 detik hangat (mis. atur Untuk meminimalisir
terjadinya hipotermia
7. Konsumsi oksigen suhu ruangan,
meningkat incubator)
8. Ventilasi menurun 2. Ganti pakaian
9. Piloereksi dan/atau linen
10. Takikardi yang basah
11. Vasokonstriksi perifer 3. Lakukan
12. Kutis memorata (pada penghangatan
neonates). pasif (mis.
Kondisi Klinis Terkait selimut,
1. Hipotiroidisme menutup kepala,
2. Anoreksia nervosa pakaian tebal)
3. Cedera batang otak 4. Lakukan
4. Prematuritas penghangatan
5. Berat badan lahir rendah aktif eksternal

31
(BBLR) (mis. kompres
6. Tenggelam. hangat, botol
hangat, selimut
hangat,
perawatan
metode
kangguru)
5. Lakukan
penghangatan
aktif internal
(mis. infuse
cairan hangat,
oksigen hangat,
lavase peritoneal
dengan cairan
hangat)
Edukasi
1. Anjurkan
makan/minum
hangat
4. Intoleran Aktivitas (D.0056) 6. Toleransi Aktivitas (L.05047) 6. Manajemen Energi 6. Manajemen Energi
Kategori : Fisiologis Definisi (I.05178) (I.05178)
Respon fisiologis terhadap Definisi Observasi
32
Subkategori : Aktivitas/Istirahat aktivitas yang membutuhkan Mengidentifikasi dan 1. Gangguan kesehatan
Definisi : tenaga. mengelola mental dapat
Ketidakcukupan energi untuk Kriteria hasil : penggunaan energi menyebabkan
melakukan aktivitas sehari- setelah di lakukan tindakan untuk mengatasi kelelahan dan salah
hari. keperawatan selama 3x24 jam atau mencegah satu dari gangguan
Penyebab : masalah Toleransi Terhadap kelelahan dan kesehatan mental
1. Ketidakseimbangan Aktivitas dapat teratasi dengan mengoptimalkan berupa pola dan jalan
antara suplai dan indikator : proses pemulihan. tidur mencakup
kebutuhan oksigen. 1. Keluhan lelah dari skala 1 Tindakan kelatenan tidur,
2. Tirah baring (meningkat) menjadi skala Observasi terbangun pada dini
3. kelemahan. 4 (cukup menurun) 1. Identifikasi hari dan peningkatan
4. Imobilitas 2. Dispnea saat aktivitas dari gangguan fungsi jumlah tidur siang.
5. Gaya hidup monoton skala 1 (meningkat) tubuh yang Terapeutik
Gejala dan Tanda mayor menjadi skala 4(cukup mengakibatkan 1. Lingkungan yang
Subjektif menurun) kelelahan nyaman akan
1. Mengeluh lelah 3. Dispnea setelah aktivitas 2. Monitor pola mendukung pasien
Objektif dari skala 1 (meningkat) dan jalan tidur untuk meningkatkan
1. Frekuensi jantung menjadi skala 4 (cukup Terapeutik seseorang bisa
meningkat >20% dari menurun) 1. Sediakan memanajemen
kondisi istirahat. 4. Sianosis dari skala 1 lingkungan yang energinya dan dapat
Gejala dan Tanda minor (meningkat) menjadi skala nyaman dan membantu pengalihan
5(menurun) rendah stimulus atau menjauhi

33
Subjektif 5. EKG Iskemia dari skala 1 (mis. Cahaya, perhatian terhadap
1. Dipsnea saat/setelah (memburuk) menjadi skala suara, sesuatu yang sedang
aktivitas 4 (cukup membaik) kunjungan) dihadapi.
2. Merasa tidak nyaman 6. Tekanan darah dari skala 1 2. Berikan aktivitas Edukasi
setelah beraktivitas (memburuk) menjadi skala distraksi yang 1. Aktivitas fisik dapat
3. Merasa lemah 3 (sedang) menyenangkan meningkatkan daya
Objektif Edukasi tahan tubuh terhadap
1. Tekanan darah berubah > 1. Anjurkan penyakit infeksi,
dari 20% kondisi istrahat melakukan mengurangi strees dan
2. Gambaran EKG aktivutas secara meningkatkan
menujukan aritmia bertahap produktivitas kerja
saat/setelah aktivitas 2. Ajarkan strategi dan di bantu dengan
3. Gambaran EKG coping unruk adanya Strategi
menunjukkan iskemia mengurangi koping. Dimana
4. Sianosis kelelahan Strategi koping
Kondisi klinis terkait Kolaborasi merupakan suatu cara
1. Anemia 1. Kolaborasi untuk mengatasi atau
2. Gagal jantung kongestif dengan ahli gizi mengendalikan situasi
3. Penyakit jantung tentang cara atau masalah yang
kororner meningkatkan dialami dan
4. Penyakit katup jantung asupan dipandang sebagai
5. Aritmia makanan. hambatan.

34
6. Penyakit paru obstruktif Kolaborasi
kronis (PPOK) 1. Agar pemenuhan
7. Gangguan metabolik pasien dapat terpenuhi
sesuai energi yang
1. Gangguan dibutuhkan serta
muskuloskeletal sesuai juga dengan
obat-obatan yang
dikonsumsi pasien.
5. Ansietas (D.0080) 3. Tingkat Ansietas 3. Reduksi ansietas 3. Reduksi ansietas
Kategori : Psikologis (I.09314) Observasi
(L. 09093)
Subkategori : Integritas Ego Reduksi ansietas - Untuk mengetahui
Kriteria Hasil Definsi : perubahan seperti
Definisi : Meminimalkan kontak kondisi, waktu dan
Setelah dilakukan tindakan
Kondisi emosi dan pengalaman individu dan stressor
Subyektif individu terhadap keperawatan selama 3x24 jam pengalaman - Untuk dapat
objek yang tidak jelas dan subyektif terhadap mengetahui
masalah Ansietas teratasi
spesifik akibat antisipasi objek yang tidak perubahan dari
bahaya yang memungkinkan dengan indikator : jelas dan spesifik ansietas.
individu melakukan tindakan akibat antisipasi Terapeutik
1. Verbalisasikebingungan
untuk mengahdapi ancaman . bahaya yang - agar pasien dapat
dari skala 1 (meningkat) memungkinkan melekakukan
Penyebab : individu melakukan terapeutik dengan
menjadi skala 4 (Cukup
1. Krisis situasional tindakan untuk benar
2. Kebutuhan tidak menurun) menghadapi - agar perawat dapat
terpenuhi ancaman. mendengarkan
2. Verbalisasi khawatir akibat
3. Krisis maturasional Tindakan informasi dengan baik
4. Ancaman terhadap kondisi yang dihadapi dari Observasi dan akurat dari pasien
konsep diri - Identifikasi saat - agar perawat mudah
skala 1 (meningkat)
5. Ancaman terhadap tingkat ansietas dan tenang melakukan
kematian menjadi skala 4 (Cukup berubah (mis. tindakan terapeutik.
6. Kekhawatiran mengalami kondisi, waktu, Edukasi
35
kegagalan menurun) stressor) - Agar pasien
7. Disfungsi sistem keluarga - Monitor tanda- mengetahui apa yang
3. Perilaku Gelisah dari skala
8. Hubungan orang tua-anak tanda ansietas terjadi setelah
tidak memuaskan 1 (meningkat) menjadi (verbal dan melakukan terapeutik
9. Faktor keturunan nonverbal). - Agar pasien dapat
skala 4(Cukup menurun)
(Temperamen mudah memahami
teragitasi sejak lahir) 4. Perilaku tegang dari skala 1 pengobatan dari
10. Penyalahgunaan Zat Terapeutik tindakn yang akan
(meningkat) menjadi skala - Temani pasien
11. Terpapar bahaya dilakukan
lingkungan (mis. toksin, 4(Cukup menurun) untuk - Agar pasien dapat
polutan, dan lain-lain). mengurangi melakukan dengan
5. Keluhan pusing dari skala kecemasan, jika
12. Kurang terpapar informsi sendiri tehnik
Gejala dan tanda mayor 1 (meningkat) menjadi perlu. relaksasi ketika
Subjektif - Ciptakan tanda-tandanya mulai
skala 4 (Cukup menurun) suasana
1. Merasa bingung muncul
2. Merasa khawatir dengan 6. Anoreksia dari skala 1 terapeutik untuk Kolaborasi
akibat dari kondisi yang menumbuh - Agar tingkat
(meningkat) menjadi skala kepercayaan
di hadapi kecemasan ansietas
3. Sulit berkonsentrasi 4(Cukup menurun) - Dengarkan menurun dengan
Objektif dengan penuh diberikan obat
7. Palpitasi dari skala 1 perhatian
1. Tampak gelisah antansietas
2. Tampak tegang (meningkat) menjadi skala - Gunakan
3. Sulit tidur pendekatan
4 (Cukup menurun) dengan tenang
Gejala dan tanda minor
Subjektif 8. Diaforesis dari skala 1 dan meyakinkan
1. Mengeluh pusing Edukasi
(meningkat) menjadi skala - Jelaskan
2. Anoreksia
3. Palpitasi 4 (Cukup menurun) prosedur,
4. Merasa tidak berdaya termasuk sensasi
9. Tremor dari skala 1 yang mungkin
Objektif
1. Frekuensi napas (meningkat) menjadi skala dialami
meningkat - Informasikan
4(Cukup menurun)

36
2. Frekuensi nadi meningkat 10. Pucat dari skala 1 secara actual
3. TD meningkat mengenai
(meningkat) menjadi skala
4. Diaforesis diagnosis,
5. Tremor 4(cukup menurun) pengobatan dan
6. Muka tampak pucat prognosis
11. Konsentrasi dari skala 1
7. Suara bergetar - Latih tehnik
8. Kontak mata buruk (meningkat) menjadi skala relaksasi
9. Sering berkemih Kolaborasi
4 (cukup Menurun)
10. Berorientasi pada masa - Kolaborasi
lalu 12. Pola tidur dari skala 1 pemberian obat
Kondisi klinis terkait antiansietas, jika
(memburuk) menjadi skala
1. Penyakit kronis progresif perlu
(mis. kanker, penyakit 4 (Cukup membaik)
autoimun).
13. Frekuensi nadi dari skala 1
2. Penyakit akut
3. Hospitalisasi (memburuk) menjadi skala
4. Rencana operasi
4 (cukup membaik)
5. Kondisi diagnosis
penyakit belum jelas 14. Tekanan Darah dari skala 1
6. Penyakit neurologis
(memburuk) menjadi skala
7. Tahap tumbuh kembang
4 (Cukup membaik)
15. Kontak mata dari skala 1
(memburuk) menjadi skala
4 (Cukup membaik)
16. Pola berkemih dari skala 1
(memburuk) menjadi skala
4 (Cukup membaik)
17. Orientasi dari skala 1

37
(memburuk) menjadi skala
4 (Cukup membaik)

38
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid.Rendahnya kadar hormon tiroid dalam sirkulasi mengakibatkan
hipotiroidisme klinis dan menyebabkan berbagai proses metabolik turun. Untuk mempertahankan
sintesis hormon tiroid dan pelepasannya diperlukan suplai beberapa mineral yang adekuat.
Rendahnya kadar Zn dan Se merupakan faktor risiko tingginya kadar thyroid stimulating hormone
(TSH) sebagai penanda terjadinya hipotiroidisme.
Dapat disimpulkan bahwa rendahnya kadar beberapa mineral terutama Zn dan Se
merupakan faktor risiko terjadinya hipotiroidisme. Karena kadar TSH dalam serum tidak hanya
dipengaruhi oleh kadar mineral dalam tubuh, perlu dilakukan studi lebih lanjut dalam skala yang
lebih besar dengan pengukuran faktor perancu lain.

4.2 Saran
Peran perawat dalam penanganan hipotiroidisme dan mencegah terjadinya hipotiroidisme
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.Asuhan keperawatan yang tepat untuk
klien harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian hipotiroidisme.

39
Daftar Pustaka
(alodokter,https://www.alodokter.com/hati-hati-hipotiroid-dapat-dialami-semua-usia)
Soewondo P, Cahyanur R. Hipotiroidisme dan gangguanakibatkekuranganyodium. Dalam
:Penatalaksanaanpenyakit-penyakittiroidbagidokter. Departemenilmupenyakitdalam
FKUI/RSUPNCM. Jakarta. Interna publishing. 2008. 14-21
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Alih bahasa oleh Andry
Hartono. Jakarta: EGC
Rasic-Milutinovic Z, Jovanovic D, Bogdanovic G, Trifunovic J, Mutic J. Potential influence of
selenium, copper, zinc and cadmium on l-thyroxine substitution in patients with Hashimoto
thyroiditis and hypothyroidism. Exp Clin Endocrinol Diabetes. 2017;125(02):79-85.

40

Anda mungkin juga menyukai