Kelompok 10
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah “Pengaruh Defisiensi Yodium Terhadap Kemungkinan
Penyakit Hipotiroid ”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
pemikirannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
II. PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Penyakit Hipotiroid...................................................................................3
2.2 Gejala Penyakit Hipotiroid........................................................................4
2.7 Kebutuhan Yodium...................................................................................8
III. PENUTUP.....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
makanan, apabila pengetahuan seseorang rendah maka akan menyebabkan
pemilihan makanan yang salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai gizi, maka
seseorang akan berkemampuan untuk menerapkan informasi yang telah
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wardani, 2009).
2
II. PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Hipotiroid
Pada anak-anak, terdapat dua jenis hipotiroid (kelenjar tiroid yang kurang
aktif) yang paling sering terjadi yaitu hipotiroid yang terjadi sejak lahir, disebut
hipotiroid kongenital dan hipotiroid yang terjadi seiring dengan bertambahnya
usia anak. Hipotiroidisme kongenital terjadi pada 1 dari 3000 bayi. Pada kondisi
ini, kelenjar tiroid tidak berkembang sama sekali, sementara pada anak lain,
kelenjar tidak tumbuh secara sempurna. Bayi dengan hipotiroid kongenital tidak
dapat menghasilkan cukup hormon tiroid yang dibutuhkan untuk perkembangan
otak dan tumbuh kembang dengan baik, sehingga dapat mengalami retardasi
mental. Penting sekali untuk memberikan pengobatan sedini mungkin pada bayi
dengan hipotiroid kongenital. Hipotiroid yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia anak disebabkan oleh sebuah kondisi yang dinamakan
Tiroiditis Hashimoto. Penyebabnya adalah sistem imun dalam tubuh
menghasilkan autoantibodi yang kemudian menyerang kelenjar tiroid dan
menghambat produksi hormon tiroid. Penyakit Tiroiditis Hashimoto seringkali
3
tidak memberikan gelaja yang khas dan tersamar dengan penyakit lain, dan
berkembang dengan sangat lambat (Counts et al., 2009).
Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan
melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir
dengan panjang dan berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi
lain, kekurangan iodium tersebut menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin
dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan pembentukan organ dan fungsi
organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang terganggu,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin. Manusia memerlukan
hormon tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan
hormon tiroid pada saat kandungan berakibat penunrnan mental dan daya pikir
anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat rendah pada orang dewasa
mengakibatkan hypotiroidism, atau sering disebut dengan istilah gondok, dengan
gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering.
Penyakit gondok biasanya dapat dilihat secara kasat mata dengan munculnya
pembengkakan pada leher bagian depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid
berada Pada bayi dan anak- anak gejala tambahan yang dapat dilihat adalah
gangguan tumbuh kembang dan kretinisme (Greenspan et al., 2000).
Secara umum, gejala yang timbul akibat penyakit hipotiroid ini adalah :
4
6. Gejala lain yang dapat muncul diantaranya kelelahan dan kelesuan, sering
mengantuk, jadi pelupa, kesulitan belajar, kulit kering dan kerontokan
rambut, meningkatnya sensitivitas terhadap rasa dingin, melambatnya
denyut jantung, meningkatnya berat badan atau retensi cairan (Wiseman et
al., 2011).
1. Gondok
Stimulasi konstan pada tiroid yang memicu tubuh melepaskan lebih banyak
hormon dapat menyebabkan pembesaran kelenjar, kondisi ini yang akan dikenal
dengan gondok. Hypothyroidsm adalah salah satu penyebab gondok yang dapat
mengakibatkan gangguan saat menelan dan bernapas, tahap komplikasi dapat
mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan dan pernafasan
2. Sakit Jantung
3. Cacat Lahir
Bayi dengan ibu yang tidak diobati penyakit hipotiroidisme memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk mengalami cacat lahir dan kelainan lain seperti bibir
sumbing. Dan, penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh
janin yang masih sangat rentan seperti ginjal, otot, dan jantung
4. Myxedema
Suatu kondisi langka yang mengancam jiwa ini dapat diakibatkan oleh
hipotiroidisme yang berkepanjangan, gejalanya akan diawali dengan intoleransi
5
dingin yang intens dan rasa kantuk diikuti kelesuan yang mendalam dan akibat
fatalnya akan menyebabkan ketidaksadaran.
Hipotiroid merupakan kondisi yang terjadi ketika kelenjar tiroid tidak bisa
lagi menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang dibutuhkan tubuh. Gejala
awal penderita hipotiroid dapat diamati berdasarkan tanda-tanda seperti naiknya
berat badan, lelah tanpa alasan, kulit menjadi lebih kering, wajah pucat atau
bengkak, suara serak dan sembelit. Jika sudah timbul gejala awal tiroid lebih
disarankan untuk segera dilakukan pengecekan dengan dokter untuk segera
ditangani. Upaya yang dapat dilakukan untuk pengobatan hipotiroid diantaranya
adalah:
6
2.5 Pencegahan Penyakit Hipotiroid
7
Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen.
Hormon tyroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang
dihasilkan energi. Tiroksin merangsang metabolisme sampai 30%. Kedua hormon
tersebut mengatur suhu tubuh, reprodusi, pembentukan sel darah merah, fungsi
otot dan syaraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karotin menjadi bentuk
aktif vitamin A, sintesin kolesterol darah (Almatsier, 2002). Tiroglobulin
disintesis dalam sel folikel, masuk ke koloid dengan proses eksositosis dari
granula. Di dalam granula terdapat enzim tiroid peroksidase. Tiroglubulin yang
telah menjadi hormon tiroid masuk lagi ke dalam sel. Ikatan peptida dalam
tiroglobulin terhidrolisis melepas asam amino, T3 dan T4. Semua proses dibantu
oleh TSH.
8
2.7 Kebutuhan Yodium
Asupan yodium untuk bayi 0-6 bulan didasarkan yodium dari ASI, sedangkan
umur 7-12 bulan selain dari ASI juga dari makanan pendamping ASI. Kadar
Yodium dalam ASI dipengaruhi oleh asupan yodium ibu selama menyusui.
Konsumsi yodium sangat bervariasi di semua belahan dunia. Adapun kecukupan
yodium menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dibandingkan dengan
UNICEF/WHO/ICCIDD adalah sebagai berikut:
9
Usia (AKG) (UNICEF/WHO/ICCIDD)
1 0-9 Tahun 50-120 90-120
2 10-59 Tahun 150 120-150
3 Wanita Hamil 150 (+50) 220
4 Ibu Menyusui 150 (+50) 290
(Sumber: Risalah WNPG 2000 dan Food and Nutrition (FNB) Intitute of
Medicine 2001)
10
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hipotiroid atau hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar
tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid yang mencukupi kebutuhan
tubuh, sehingga menghambat proses metabolisme dan aktivitas fisiologi serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk
sistem saraf dan otak. Pada umumnya, penyebab hipotiroidisme adalah kurangnya
asupan gizi berupa yodium. Pada anak-anak, terdapat dua jenis hipotiroid
(kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang paling sering terjadi yaitu hipotiroid yang
terjadi sejak lahir, disebut hipotiroid kongenital dan hipotiroid yang terjadi seiring
dengan bertambahnya usia anak. Kekurangan hormone tiroid pada ibu hamil akan
berdampak pada kelainan fisik pada anak yang lahir.
Gejala penyakit hipotiroid dapat diketahui melalui tanga-tanda seperti
obesitas, kulit wajah mengering, hingga gangguan hormone seperti masa
menstruasi yang tidak teratur pada wanita. Pengobatan hipotiroid dilakukan
melalui konsumsi obat yang mengandung enzim tiroid sintesis. Penyakit tiroid
dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat dan teratur, serta rajin
berolahraga.
Dalam tubuh, yodium digunakan untuk mensintesis hormon-
hormon triiodothyronin (T3) dan tiroksin atau tetraiodothyroni (T4). Kelebihan
hormone tiroid dapat menyebabkan meningkatnya metabolism tubuh.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
12