Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU GIZI

Pengaruh Defisiensi Yodium Terhadap Kemungkinan Penyakit Hipotiroid

Kelompok 10

Ernawati Yuni R. 240210160001


Rula Alma A. 240210160017
Kezia Marvina 240210160032
Hajar Anggraeni Isma Rani 240210160037
Nurul Afifah 240210160050

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah “Pengaruh Defisiensi Yodium Terhadap Kemungkinan
Penyakit Hipotiroid ”. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
pemikirannya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Jatinangor, 1 Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
II. PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Penyakit Hipotiroid...................................................................................3
2.2 Gejala Penyakit Hipotiroid........................................................................4
2.7 Kebutuhan Yodium...................................................................................8
III. PENUTUP.....................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu


masalah gizi mikro di Indonesia yang mempunyai dampak baik secara langsung
ataupun tidak langsung pada kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya
manusia (Almatsier, 2004). Gangguan akibat kekurangan yodium adalah
sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh seseorang kekurangan
unsur iodium secara terus-menerus dalam waktu cukup lama (Depkes RI, 1997).
Hipotiroid adalah salah satu kelainan pada GAKI yang sering dijumpai. Bahkan
hipotiroid merupakan gangguan yang umum terjadi dan paling sering ditemui di
praktek dokter ahli endokrin. Hipotiroid lebih sering terjadi pada wanita usia
subu, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Prevalensi hipotiroid sepuluh kali
lebih banyak ditemukan pada wanita dibanding pria (Devdhar et al., 2007).

Iodium merupakan mineral yang terdapat di alam, baik di dalam tanah


maupun air. Mineral ini merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Apabila makanan dan air yang
dikonsumsi kurang mengandung iodium maka kelenjar tiroid akan bekerja keras
untuk mencukupi kebutuhan hormon tiroksin tubuh sehingga lama- kelamaan
akan terjadi pembesaran kelenjar tersebut, yang kita kenal sebagai penyakit
gondok. Hormon tiroksin berperan penting dalam metabolisme dan pertumbuhan.
Kurangnya yodium merupakan akibat kurangnya konsumsi yodium dalam
makanan dan minuman dimana jumlah yang dikonsumsi tidak mencukupi
kebutuhan kelenjar tiroid untuk menjalankan fungsinya dalam menghasilkan
hormon tiroid (tiroksin). Umumnya kekurangan yodium terjadi pada penduduk
miskin atau penduduk yang berada pada daerah pedalaman yang terisolasi,
khususnya daerah dataran tinggi atau pegunungan (Almatsier, 2004).

Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian GAKY adalah asupan yodium,


tingkat pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, cara perlakuan garam yodium seperti
penyimpanan dan pengolahan serta faktor lingkungan yaitu daerah dataran tinggi.
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam terbentuknya suatu
tindakan seseorang. Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan dalam pemilihan

1
makanan, apabila pengetahuan seseorang rendah maka akan menyebabkan
pemilihan makanan yang salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai gizi, maka
seseorang akan berkemampuan untuk menerapkan informasi yang telah
didapatkannya dalam kehidupan sehari-hari (Wardani, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu penyakit hipotiroid dan gejalanya ?


2. Apa yang terjadi dengan hipotiroid kronis?
3. Bagaimana cara mengobati dan mencegah penyakit hipotiroid?
4. Bagaimana mekanisme kerja yodium dalam tubuh dan berapa kadar yang
dibutuhkan oleh tubuh?

2
II. PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Hipotiroid

Penyakit hipotiroid atau hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar


tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid yang mencukupi kebutuhan
tubuh, sehingga menghambat proses metabolisme dan aktivitas fisiologi serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk
sistem saraf dan otak. Pada umumnya, penyebab hipotiroidisme adalah kurangnya
asupan gizi berupa  yodium. kekurangan iodium terjadi pada saat konsumsi iodium
kurang dari yang direkomendasikan dan mengakibatkan kelenjar tiroid tidak
mampu mensekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup. Berdasarkan disfungsi
organ yang terkena, hipotiroid dibagi dua yaitu hipotiroid primer dan hipotiroid
sentral. Hipotiroid primer berhubungan dengan defek pada kelenjar tiroid itu
sendiri yang berakibat penurunan sintesis dan sekresi hormon tiroid, sedangkan
hipotiroid sentral berhubungan dengan penyakit-penyakit yang mempengaruhi
produksi hormon Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) oleh hipothalamus atau
produksi tirotropin (TSH) oleh hipofisis (Roberts & Ladenson, 2004).

Pada anak-anak, terdapat dua jenis hipotiroid (kelenjar tiroid yang kurang
aktif) yang paling sering terjadi yaitu hipotiroid yang terjadi sejak lahir, disebut
hipotiroid kongenital dan hipotiroid yang terjadi seiring dengan bertambahnya
usia anak. Hipotiroidisme kongenital terjadi pada 1 dari 3000 bayi. Pada kondisi
ini, kelenjar tiroid tidak berkembang sama sekali, sementara pada anak lain,
kelenjar tidak tumbuh secara sempurna. Bayi dengan hipotiroid kongenital tidak
dapat menghasilkan cukup hormon tiroid yang dibutuhkan untuk perkembangan
otak dan tumbuh kembang dengan baik, sehingga dapat mengalami retardasi
mental. Penting sekali untuk memberikan pengobatan sedini mungkin pada bayi
dengan hipotiroid kongenital. Hipotiroid yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia anak disebabkan oleh sebuah kondisi yang dinamakan
Tiroiditis Hashimoto. Penyebabnya adalah sistem imun dalam tubuh
menghasilkan autoantibodi yang kemudian menyerang kelenjar tiroid dan
menghambat produksi hormon tiroid. Penyakit Tiroiditis Hashimoto seringkali

3
tidak memberikan gelaja yang khas dan tersamar dengan penyakit lain, dan
berkembang dengan sangat lambat (Counts et al., 2009).

Dampak dari penurunan fungsi tiroid, bila terjadi pada ibu hamil maka akan
melahirkan anak betin, ditandai dengan gangguan pertumbuhan fisik, bayi lahir
dengan panjang dan berat badan lahir rendah, anak cebol (Hetzel, 1996). Di sisi
lain, kekurangan iodium tersebut menyebabkan gangguan fungsi hormon tiroksin
dalam metabolisme zat-zat gizi, menyebabkan pembentukan organ dan fungsi
organ-organ penting terganggu, akibatnya proses tumbuh kembang terganggu,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisik dan kretin. Manusia memerlukan
hormon tiroid untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. Kekurangan
hormon tiroid pada saat kandungan berakibat penunrnan mental dan daya pikir
anak tersebut. Kekurangan hormon tiroid pada tingkat rendah pada orang dewasa
mengakibatkan hypotiroidism, atau sering disebut dengan istilah gondok, dengan
gejala-gejala seperti malas bergerak, kegemukan, dan kulit yang mengering.
Penyakit gondok biasanya dapat dilihat secara kasat mata dengan munculnya
pembengkakan pada leher bagian depan bawah, pada posisi dimana kelenjar tiroid
berada Pada bayi dan anak- anak gejala tambahan yang dapat dilihat adalah
gangguan tumbuh kembang dan kretinisme (Greenspan et al., 2000).

2.2 Gejala Penyakit Hipotiroid

Secara umum, gejala yang timbul akibat penyakit hipotiroid ini adalah :

1. Tanda-tanda fisik: lidah membesar, pusar menonjol


2. Bayi terlihat letih/mengantuk sepanjang waktu, sembelit, dan memiliki
masalah makan
3. Pada balita, gejala kelenjar tiroid yang kurang aktif dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi
4. Pada anak, pubertas pun dapat tertunda
5. Hipotiroidisme pada remaja perempuan dapat menyebabkan menstruasi
berlebih dengan frekuensi yang lebih sering

4
6. Gejala lain yang dapat muncul diantaranya kelelahan dan kelesuan, sering
mengantuk, jadi pelupa, kesulitan belajar, kulit kering dan kerontokan
rambut, meningkatnya sensitivitas terhadap rasa dingin, melambatnya
denyut jantung, meningkatnya berat badan atau retensi cairan (Wiseman et
al., 2011).

2.3 Penyakit Hipotiroid Kronis

Penyakit hipotiroid kronis dapat menyebabkan penyakit sebagai berikut:

1. Gondok

Stimulasi konstan pada tiroid yang memicu tubuh melepaskan lebih banyak
hormon dapat menyebabkan pembesaran kelenjar, kondisi ini yang akan dikenal
dengan gondok. Hypothyroidsm adalah salah satu penyebab gondok yang dapat
mengakibatkan gangguan saat menelan dan bernapas, tahap komplikasi dapat
mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan dan pernafasan

2. Sakit Jantung

Tingginya tingkat LDL (Low Density Lipoprotein) dapat terjadi akibat


kelenjar tiroid tidak aktif (hipotiroid), jika tak diobati maka akan terjadi
pembengkakan pada jantung dan berujung pada gagal jantung

3. Cacat Lahir

Bayi dengan ibu yang tidak diobati penyakit hipotiroidisme memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk mengalami cacat lahir dan kelainan lain seperti bibir
sumbing. Dan, penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan pada sistem tubuh
janin yang masih sangat rentan seperti ginjal, otot, dan jantung

4. Myxedema

Suatu kondisi langka yang mengancam jiwa ini dapat diakibatkan oleh
hipotiroidisme yang berkepanjangan, gejalanya akan diawali dengan intoleransi

5
dingin yang intens dan rasa kantuk diikuti kelesuan yang mendalam dan akibat
fatalnya akan menyebabkan ketidaksadaran.

2.4 Pengobatan Penyakit Hipotiroid

Hipotiroid merupakan kondisi yang terjadi ketika kelenjar tiroid tidak bisa
lagi menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang dibutuhkan tubuh. Gejala
awal penderita hipotiroid dapat diamati berdasarkan tanda-tanda seperti naiknya
berat badan, lelah tanpa alasan, kulit menjadi lebih kering, wajah pucat atau
bengkak, suara serak dan sembelit. Jika sudah timbul gejala awal tiroid lebih
disarankan untuk segera dilakukan pengecekan dengan dokter untuk segera
ditangani. Upaya yang dapat dilakukan untuk pengobatan hipotiroid diantaranya
adalah:

1. Lakukan terapi radiasi menggunakan yodium radioaktif disekitar leher dan


kepala.
2. Mengonsumsi obat tiroid dari dokter. Obat yang diberikan biasanya
mengandung tiroid sintesis yang disebut levotiroksin. Obat ini akan
mengembalikan kadar hormone tiroid pada keseimbangan yang tepat dan
mengembalikkan gejala hipotiroidisme.
3. Lakukan pengecekkan kadar TSH melalui tes darah. Pengecekkan ini
bertujuan untuk mengetahui kadar tiroid yang dibutuhkan agar kadar tiroid
dalam darah menjadi stabil.
4. Tidak meminum obat tiroid terlalu lama, atau berlebihan dari resep dokter.
Konsumsi tiroid yang berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis pada
tulang, dan jantung berdebar.
5. Hindari makanan yang mengandung yodium berlebih.
6. Operasi tiroid. Operasi tiroid dilakukan untuk menganagkat jaringan tiroid.

6
2.5 Pencegahan Penyakit Hipotiroid

Walaupun penyakit hipotiroid menjadi salah satu momok yang


menakutkan, tetapi terdapat beberapa cara untuk mencegah penyakit ini. Cara
alami dalam pencegahan hipotiroid diantaranya adalah dengan:

1. Menjalankan gaya hidup sehat.


2. Olahraga teratur
3. Mengonsumsi makanan yang sehat, dan mengandung banyak yodium,
seperti ikan laut, buah strawberry, kedelai, jamur dan jahe.
4. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi protein.
5. Mengurangi konsumsi alkohol dan rokok. Konsumsi rokok dan alkohol
dapat meningkatkan metabolism tubuh dan menghambat produksi enzim
tiroid.

2.6 Mekanisme Kerja Yodium dalam Tubuh

Yodium diabsorbsi dalam bentuk iodida. Konsumsi normal sebanyak 100-


150 µg/hari. Ekskresi dilakukan melalui ginjal dan jumlahnya berkaitan dengan
yang dikonsumsi. Di dalam darah, yodium terdapat dalam bentuk bebas dan
terikat protein. Manusia dewasa sehat mengandung 15-20 mg yodium, 70-80%
diantaranya berada dalam kelenjar tiroid. Di dalam kelenjar ini yodium digunakan
untuk mensintesis hormon-hormon triiodothyronin  (T3) dan tiroksin
atau tetraiodothyroni  (T4) bila diperlukan. Kelenjar tiroid harus menangkap 60 µg
yodium sehari untuk memelihara persediaan tiroksin yang cukup.

Penangkapan yodin oleh kelenjar tiroid dilakukan melalui transfer aktif


yang dinamakan pompa yodium. Mekanisme ini diatur oleh hormon yang
merangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone/TSH) dan hormon Thyrotropin
Releasing Hormonel (TRH) yang dikeluarkan oleh hipotalamus yang dikeluarkan
oleh kelenjar pituitari untuk mengatur sekresi tiroid. Hormon tiroksin kemudian di
bawa darah ke sel-sel sasaran dan hari, selanjutnya dipecah dan bila diperlukan
yodium kembali digunakan (Greenspan, 2001).

7
Hormon tiroid mengontrol kecepatan tiap sel menggunakan oksigen.
Hormon tyroid mengontrol kecepatan pelepasan energi dari zat gizi yang
dihasilkan energi. Tiroksin merangsang metabolisme sampai 30%. Kedua hormon
tersebut mengatur suhu tubuh, reprodusi, pembentukan sel darah merah, fungsi
otot dan syaraf. Yodium berperan pula dalam perubahan karotin menjadi bentuk
aktif vitamin A, sintesin kolesterol darah (Almatsier, 2002). Tiroglobulin
disintesis dalam sel folikel, masuk ke koloid dengan proses eksositosis dari
granula. Di dalam granula terdapat enzim tiroid peroksidase. Tiroglubulin yang
telah menjadi hormon tiroid masuk lagi ke dalam sel. Ikatan peptida dalam
tiroglobulin terhidrolisis melepas asam amino, T3 dan T4. Semua proses dibantu
oleh TSH.

Hormon tiroid disintesis dalam kelenjar tiroid dari thyroglobulin, suatu


glikoprotein iodinasi terkandung dalam koloid folikel tiroid. Setelah iodinasi,
thyroglobulin terkena enzim proteolitik pada kelenjar tiroid yang memecahnya
terutama untuk melepaskan T4 dan beberapa T3 ke dalam darah. Produksi T3 dan
T4 pada tiroid dikontrol oleh tingkat thyroid-stimulating hormone (TSH) juga
dikenal sebagai "Thyrotropin"-dalam sirkulasi. Ketika tingkat sirkulasi T 3 dan
T4 yang memadai, ada umpan balik pada hipofisis, yang mengatur produksi TSH.
Jika tingkat sirkulasi T4 dalam darah turun karena kekurangan yodium ringan,
maka sekresi TSH meningkat, yang pada gilirannya, mendorong penyerapan
yodium oleh tiroid dan meningkatkan output dari T 4 ke dalam sirkulasi. Pada
defisiensi yodium moderat, bagaimanapun, tingkat sirkulasi T4 akan jatuh, tetapi
tingkat TSH tetap tinggi. Dalam kondisi kekurangan yodium sangat parah, tingkat
T3 juga dapat menurun. Oleh karena itu, tingkat kedua T 4 dan TSH dapat
digunakan untuk mendiagnosa hipotiroidisme akibat defisiensi yodium (Hetzel
,S.B. dan Clugston, A.G. ,1999).

Setelah dalam sirkulasi, T4 dan T3 dengan cepat menempel pada protein


yang mengikat beberapa, khususnya transthyretin, tiroksin mengikat globulin dan
albumin. Hormon terikat kemudian memindahkan T3 ke jaringan target adalah
T4 dan deiodinated bentuk T3, aktif secara metabolik. Iodine yang
dilepaskan kembali ke kolam yodium serum atau diekskresikan dalam urin.

8
2.7 Kebutuhan Yodium

Memenuhi kebutuhan yodium sangatlah penting untuk mencegah


hipotiroid akibat kekurangan yodium. Kebutuhan yodium perhari sekirar 1-2
mikrogram/kg berat badan. Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar 4-120
mikrogram per hari untuk anak sampai sepuluh tahun dan 150 mikrogram perhari
untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan masing-
maisng 25 mikrogram dan 50 mikrogram perhari. (Kartono dan Soekarti, 2004).
Adapun angka kecukupan yodium yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (2004) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Kecukupan Yodium yang Dianjurkan


Golongan Umur AKI *(µg) Golongan Umur AKB(µg)
0-6 bl 90 Wanita : 120
7-11 bl 120 10-12 th 150
1-3 th 120 13-15 th 150
4-6 th 120 16-18 th 150
7-9 th 120 19-29 th 150
30-49 th 150
Pria : 120 50-64 th 150
10-12 th 150 ≥65 th 150
13-15 th 150
16-18 th 150 Hamil : +50
19-29 th 150
30-49 th 150 Menyusui :
50-64 th 150 0-6 bl +50
≥65 th 150 7-12 bl +50

(Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004 (Almatsier, 2010)

Asupan yodium untuk bayi 0-6 bulan didasarkan yodium dari ASI, sedangkan
umur 7-12 bulan selain dari ASI juga dari makanan pendamping ASI. Kadar
Yodium dalam ASI dipengaruhi oleh asupan yodium ibu selama menyusui.
Konsumsi yodium sangat bervariasi di semua belahan dunia. Adapun kecukupan
yodium menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi dibandingkan dengan
UNICEF/WHO/ICCIDD adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Kecukupan Yodium Menurut WNPG dengan RDA


No Kelompok Kecukupan Indonesia RDA (µ)

9
Usia (AKG) (UNICEF/WHO/ICCIDD)
1 0-9 Tahun 50-120 90-120
2 10-59 Tahun 150 120-150
3 Wanita Hamil 150 (+50) 220
4 Ibu Menyusui 150 (+50) 290

(Sumber: Risalah WNPG 2000 dan Food and Nutrition (FNB) Intitute of
Medicine 2001)

10
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit hipotiroid atau hipotiroidisme adalah kondisi di mana kelenjar
tiroid tidak mampu memproduksi hormon tiroid yang mencukupi kebutuhan
tubuh, sehingga menghambat proses metabolisme dan aktivitas fisiologi serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan termasuk
sistem saraf dan otak. Pada umumnya, penyebab hipotiroidisme adalah kurangnya
asupan gizi berupa  yodium. Pada anak-anak, terdapat dua jenis hipotiroid
(kelenjar tiroid yang kurang aktif) yang paling sering terjadi yaitu hipotiroid yang
terjadi sejak lahir, disebut hipotiroid kongenital dan hipotiroid yang terjadi seiring
dengan bertambahnya usia anak. Kekurangan hormone tiroid pada ibu hamil akan
berdampak pada kelainan fisik pada anak yang lahir.
Gejala penyakit hipotiroid dapat diketahui melalui tanga-tanda seperti
obesitas, kulit wajah mengering, hingga gangguan hormone seperti masa
menstruasi yang tidak teratur pada wanita. Pengobatan hipotiroid dilakukan
melalui konsumsi obat yang mengandung enzim tiroid sintesis. Penyakit tiroid
dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat dan teratur, serta rajin
berolahraga.
Dalam tubuh, yodium digunakan untuk mensintesis hormon-
hormon triiodothyronin  (T3) dan tiroksin atau tetraiodothyroni  (T4). Kelebihan
hormone tiroid dapat menyebabkan meningkatnya metabolism tubuh.

3.2 Saran

Untuk itu selain peran pemerintah, dibutuhkan juga peran masyarakat


untuk mengurangi dan mengatasi penyakit hipotiroid. Masyarakat harus memiliki
wawasan mengenai penyakit tersebut sehingga dapat melakukan pencegahan
seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung yodium sehingga
kadar yodium yang dibutuhkan dalam tubuh dapat terpenuhi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum.
Jakarta.

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Counts, D. and Varma, S.K. Hypothyroidism in Children. 2009. Pediatrics in


Review. 2009;30;251-258
Departemen Kesehatan RI. 1997. Buku Panduan Manajemen Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Tingkat Propinsi. Jakarta: Depkes RI.
Devdhar M., Ousman Y.H., Burman K.D. 2007. Hypothyroidism. Endocrinol
Metab Clin N Am. 36: 595-615.
Greenspan Francis S., Baxter John D, 2000. Endokrinologi Dasar dan Klinik.;
Edisi 4. Jakarta. EGC: 815,816.
Greenspan, FS. 2004. Treatment Guidelines for Patient with Hyperthyroidism and
Hypothyroidism. Standart of Care Committee, American Thyroid
Assosiation JAMA 273 : 808-812.
Hetzel. BS. 1996. For a Billion – The Nature and Magnitude of The Iodine
Deficiency Disorder. In Hetzel BS, Pandav CS (eds). The conquest of
iodine deficiency disorder. 2 ed. Oxford UNIV Press. p. 18
Hetzel ,S.B. Clugston, A.G.(1999) Iodine in undernnutrition in health and disease,
9 thed, Baltimore: Lippincott William& Willkins, pp 253-264.
Kartono, D. J., Soekarti, M. 2004. Angka Kecukupan Mineral: Kalsium, Fosfor,
Magnesium, Besi, Yodium, Seng, Selenium, Mangan, Flour. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta
Wardani. 2009. Riset Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wiseman SM, Jones SJ, Johner A, Griffith OL, Walker B, Wood L, et al. 2011.
Detection and Management of Hypothyroidism Following Thyroid
Lobectomy Evaluation of a Clinical Algorithm. Ann Surg Oncol.
18(9):2548-54.

12

Anda mungkin juga menyukai