Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH DIETETIKA PENYAKIT INFEKSI DAN DEFISIENSI

“TERAPI DIET PADA PASIEN GAKY DAN KVA”

DOSEN PEMBIMBING :

Nurhamidah, M.Biomed

DISUSUN OLEH :

ANNISA PUTRI (1913211008 )

MEIZAHRA DINI AULIA (1913211032)

MIFTA ELVI KARIMA (1913211033)

MUTIARA HANIIFAH (1913211035)

RAHMAWATI (1913211041)

RITAHUL JANA (1913211043)

FERONIKA (1913211023

PRODI S1 GIZI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Terapi Diet Pada Pasien GAKY dan KVA” guna memenuhi Dietetika
Penyakit Infeksi dan Defisiensi.

Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari kami ialah semoga makalah ini dapat
bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca
makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Padang, 9 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi.............................................................................................................................i

Kata Pengantar..................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1

1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gaky...............................................................................................................6

2.2 Tinjauan Otologi Yodium............................................................................................6

2.3 Ekologi Kekurangan Yodium......................................................................................7

2.4 Tinjauan Aksiology Yodium.......................................................................................8

2.5 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah Gaky .........................................9

2.6 Macam-macam Gangguan Akibat Gaky...................................................................10

2.7 Dosis Pemberian Kapsul Yodium dan Kebutuhan Yodium .....................................11

2.8 Gejala Kekurangan Gaky dan Dampak Gaky............................................................12

2.9 Permasalahan, Pemecahan, dan Penanggulangan Masalah Gaky ............................17

2.10 Konsumsi Pangan Sumber Iodium..........................................................................20

2.11 Penilaian Masalah Gaky Di Indonesia.....................................................................21

2.12 Asuhan gizi pada pasien KVA..................................................................................22

ii
BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................................17

3.2 Kritik dan Saran.........................................................................................................17

Daftar Pustaka..................................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kekurangan konsumsi pangan bukanlah hal baru, namun masalah ini tetap
aktual  terutama di negara-negara berkembang  seperti halnya Indonesia. Kehidupan manusia
tidak dapat dipisahkan dari masalah kekurangan konsumsi pangan, sehingga kita sering
menemukan ketidakmampuan masyarakat dalam hal pengelolaan makanan yang baik sesuai
dengan standar gizi kesehatan. Ini yang menyebabkan kekurangan pangan dan defisiensi gizi.
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah peningkatan status gizi yang merupakan salah satu faktor
yang menentukan kualitas hidup dan produktivitas kerja. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY) khususnya Gondok telah lama dikenal di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya
patung-patung tokoh pewayangan yang ditampilkan dengan leher yang membesar
karena Gondok. Tidak hanya dalam pewayangan dalam kehidupan nyatapun di beberapa daerah
dengan mudah dapat di jumpai penderita Gondok.
GAKY adalah sekumpulan gejala yang timbul, karena tubuh seseorang kekurangan unsur
yodium secara terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. GAKY dapat menyerang siapa
saja baik perempuan, pria, anak-anak, dewasa maupun orangtua yang tinggal di daerah
kekurangan yodium. GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena
dapat menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain; Gondok,
Kretenisme, Reterdasi Mental dan lain-lain. Pengaruh atau dampak GAKY begitu luas, sejak
masih dalam kandungan, setelah lahir sampai dewasa. Yang sangat mengkhawatirkan akibatnya
pada susunan syaraf pusat, karena akan bepengaruh pada kecerdasan dan perkembangan sosial
masyarakat dikemudian hari.

4
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu definisi GAKY?
2. Bagaimana ekologi kekurangan yodium?
3. Bagaimana tinjauan aksiology yodium?
4. Jelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah GAKY!
5. Jelaskan macam-macam gangguan akibat GAKY!
6. Bagaimana dosis pemberian kapsul yodium dan kebutuhan yodium!
7. Bagiamana gejala kekurangan GAKY dan dampak GAKY!
8. Jelaskan permasalahan,pemecahan masalah,dan penanggulangan masalah GAKY!
9. Bagaimana konsumsi pangan sumber yodium?
10. Bagaimana penilaian masalah GAKY di Indonesia?

1.3  TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi GAKY
2. Untuk mengetahui bagaimana ekologi kekurangan yodium
3. Untuk mengetahui tinjauan aksiology yodium
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah GAKY
5. Untuk mengetahui macam-macam gangguan akibat GAKY
6. Untuk mengetahui bagaimana dosis pemberian kapsul yodium dan kebutuhan yodium
7. Untuk mengetahui gejala kekurangan GAKY dan dampak GAKY
8. Untuk mengetahui permasalahan,pemecahan masalah,dan penanggulangan masalah
GAKY
9. Untuk mengetahui bagaimana konsumsi pangan sumber yodium
10. Untuk mengetahui bagaimana penilaian masalah GAKY di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Gaky
Gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang mempunyai nilai sangat penting
untuk dikonsumsi oleh tubuh.Yodium adalah sejenis mineral yang terdapat di alam, baik di tanah
maupun di air. Yodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Yodium diperlukan tubuh dalam pembentukan hormon
tiroksin  untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa.
Garam Beryodium adalah suatu garam yang telah diperkaya dengan KIO 3(Kalium Iodat)
sebanyak 30-8- ppm.
GAKY merupakan suatu masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat
kekurangan Yodium  ini dapat menimbulkan penyakit, salah satu yang sering kita kenal dan
ditemui dimasyarakat adalah Gondok.

2.2   Tinjauan Ontologi  Yodium


Iodium ditemukan pada tahun 1811 oleh Courtois. Iodium merupakan sebuah anion
monovalen.  Keadaannya dalam tubuh mamalia hanya sebagai hormon tiroid.  Hormon-hormon
ini sangat penting selama pembentukan embrio dan untuk mengatur kecepatan metabolis dan
produksi kalori atau energi  disemua kehidupan. Jumlah iodium yang terdapat dalam makanan 
sebanyak jumlah ioda dan untuk sebagian kecil secara kovalen mengikat asam amino.  Iodium
diserap sangat cepat oleh usus dan oleh kelenjar tiroid di gunakan untuk memproduksi hormon
thyroid.  Saluran ekskresi utama iodium adalah melalui saluran kencing (urin) dan cara ini
merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium.  Tingkat ekskresi
(status iodium) yang rendah (25 – 20  mg I/g  creatin) menunjukan risiko kekurangan iodium dan
bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukan risiko yang lebih berbahaya (Brody, 1999).
Dalam saluran pencernaan, iodium dalam bahan makanan dikonversikan menjadi Iodida yang
mudah diserap dan ikut bergabung dengan pool-iodida intra/ekstraseluler.  Iodium tersebut
kemudian memasuki kelenjar tiroid untuk disimpan.  Setelah mengalami peroksidasi akan
melekat dengan residu tirosin dari tiroglobulin.   Struktur cincinhidrofenil dari residu

6
tirosin adalah iodinate ortho pada grup hidroksil dan berbentuk hormon dari kelenjar tiroid yang
dapat dibebaskan (T3 dan T4) (Linder, 1992).   Iodium adalah suatu bagian integral dari
hormon tridothyronine tiroid (T3) dan thyroxin (T4).  Hormon tiroid kebanyakan menggunakan,
jika tidak semua, efeknya melalui pengendalian sintesis protein.  Efek-efek tersebut adalah
efek kalorigenik,kardiovaskular,metabolisme dan efekinhibitor pada pengeluaran thyrotropin
oleh pituitary (Sauberlich, 1999).
Kebanyakan Thyroxine (T4) dan Triidothyronine (T3) diangkut dalam bentuk terikat-plasma
dengan protein pembawa.  Thyroxine-terikat protein merupakan pembawa hormon tiroid utama
yang beberapa di antaranya juga terikat dengan thyroxin-terikat prealbumin (Sauberlich, 1999).
Tingkat bebasnya hormon-hormon tersebut dalam plasma dimonitor oleh hipotalamus yang
kemudian mengontrol tingkat pemecahan proteolitis T3 dan T4 daritiroglobulin dan
membebaskannya ke dalam plasma darah, melalui tiroid stimulating hormon (TSH).  Kadar
T4 plasma jauh lebih besar dari pada T3,  tetapi T3 lebih potensial dan “turn overnya” lebih
cepat.  Beberapa T3 plasma dibuat  dari T4 dengan jalandeiodinasi dalam jaringan non-tiroid. 
Sebagian besar  dari kedua bentuk terikat padaprotein plasma, terutama thyroid-binding-
globulin (TBG), tetapi hormon yang bebas aktivitasnya pada sel-sel target.  Dalam sel-sel target
dalam hati, banyak dari hormon tersebut didegradasi dan iodidat dikonversikan untuk digunakan
kembali kalau memang dibutuhkan (Linder, 1992).
Menurut Ganong (1989) apabila mengkonsumsi iodium 500 mg/hari, hanya sebagian iodium
(120 mg) yang masuk ke dalam kelenjar tiroid, dan dari kelenjar tiroid disekresikan sekitar 
80 mg yang terdapat dalam T3 dan T4, yang merupakan hormon tiroid.  Selanjutya T3 dan T4 
mengalami metabolisme dalam hepar dan dalam jaringan lainnya.  Sehingga dari hepar
dikeluarkan sekitar 60 mg ke dalam cairan empedu, kemudian dikeluarkan ke dalam lumen usus
dan sebagian mengalami sirkulasi yang lepas dari reabsorbsi akan diekskresikan bersama feses
dan urin.   

2.3  Ekologi Kekurangan Yodium


Sebagian besar yodium berada di samudera / lautan, karena yodium (melalui pencairan salju
dan hujan) pada permukaan tanah, kemudian dibawa oleh angin, aliran sungai, dan banjir ke laut.
Kondisi ini, terutama di daerah yang bergunung-gunung di seluruh dunia, walau dapat juga
terjadi di lembah sungai.

7
Yodium yang berada di tanah dan lautan dalam bentuk yodida. Ion yodida dioksidasi oleh
sinar matahari menjadi elemen yodium yang sangat mudah menguap, sehingga setiap tahun kira-
kira 400.000 ton yodium hilang dari permukaan laut. Kadar yodium dalam air laut kira-kira 50
mikrogram/liter, di udara kira-kira 0,7 mikrogram/meter kubik.
Yodium yang berada dalam atmosfer akan kembali ke tanah melalui hujan, dengan kadar
dalam rentang 1,8 - 8,5 mikrogram/liter. Siklus yodium tersebut terus berlangsung selama ini.
Kembalinya yodium ke tanah sangat lambat dan dalam jumlah sedikit dibandingkan saat
lepasnya. Proses ini akan berulang terus menerus sehingga tanah yang kekurangan yodium
tersebut akan terus berkurang kadar yodiumnya. Di sini tidak ada koreksi alamiah, dan defisiensi
yodium akan menetap. Akibatnya, populasi manusia dan hewan di daerah tersebut yang
sepenuhnya tergantung pada makanan yang tumbuh di daerah tersebut akan menjadi kekurangan
yodium

2.4  Tinjauan Aksiology  Yodium


Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah sekumpulan  gejala atau kelainan yang
ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan iodium secara terus – menerus dalam waktu
yang lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan
hewan) (DepKes RI, 1996).  Makin banyak tingkat kekurangan iodium yang dialami makin
banyak komplikasi atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan
berbagai stadium  sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme (Chan et al,
1988).
Kodyat (1996) mengatakan bahwa pada umumnya masalah ini lebih banyak  terjadi di daerah
pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya sangat tergantung dari produksi makanan
yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh pada kondisi tanah dengan kadar iodium
rendah.  
Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Iodium  (GAKI) merupakan masalah yang serius
mengingat dampaknya secara langsung  mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas
manusia.  Kelompok masyarakat yang sangat rawan terhadap masalah dampak defisiensi iodium
adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu hamil ; anak balita dan anak usia sekolah (Jalal, 1998).

8
2.5 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Masalah GAKY
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKY antara lain :
a) Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini disebabkan
karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium
dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak
usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain
oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana
pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara
drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986). Iodium Excess terjadi apabila iodium yang
dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido
(Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses
coupling (Djokomoeldjanto, 1994).

b) Faktor Geografis dan Non Geografis


Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan letak
geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan
seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di
pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil
pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar
iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut
akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo,
1997).

c)   Faktor Bahan Pangan Goiterogenik


Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat
dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang
bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan

9
bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat
iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan
metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.Goiterogenik adalah zat yang
dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium
dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium
dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat
(Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok
Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ;
kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan
kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).

d) Faktor Zat Gizi Lain


Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon dari
kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein
dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein
akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada
TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

2.6  Macam-macam Gangguan Akibat GAKY


1) Pada Fetus
 Abortus
 Steel Birth
 Kelainan Kematian Perinatal
 Kretin Neuroligi
 Kretin Myxedematosa
 Defek Psikomotor

2) Pada Neonatal (Bayi)


 Hipotiroid
 Gondok Neonatal

10
3) Pada  Anak dan Remaja
 Juvenile Hipothyroidesm
 Gondok Gangguan Fungsi Mental
 Gangguan Perkembangan Fisik
 Kretin Myxedematosa dan Neurologi

4) Pada Dewasa
 Gondok dan segala Komplikasinya
 Hipotiroid
 Gangguan Fungsi Mental

2.7 Dosis Pemberian Kapsul Yodium dan Kebutuhan Yodium


Dosis Pemberian Kapsul Yodium yaitu :
1) Anak SD (daerah endemik berat) : 1 kapsul/tahun
2) Daerah endemik sedang dan berat :
 Wanita Usia Subur Wus  : 2 Kapsul/tahun 200 mg
 Ibu hamil                         : 1 Kapsul /tahun
 Ibu Menuyusui                 : 1 Kapsul selama menyusui
Mengingat dalam garam beryodium terdapat unsur natriun, maka konsumsi garam
beryodium harus dibatasi. Kelebihan mengkonsumsi natrium dapat memicu timbulnya
Stroke yaitu pecahnya pembuluh darah pada otak yang dapat  menyebabkan kematian.  

       Kebutuhan Yodium
Menurut Hetzel (1989) dalam keadaan normal intake harian untuk orang dewasa berkisar 100
– 150 mg perhari.  Iodium diekskresikan melalui urin dan dinyatakan dalam mg I/g kreatinin. 
Pada tingkat ekskresi lebih kecil daro 50 mg/g kreatinin sudah menjadi indikator
kekurangan intake.  Konsumsi iodium sangat bervariasi antar berbagai wilayah di dunia,
diperkirakan sekitar 500 mg per hari di USA (sekitar 5 kali RDA).  Adapun kecukupan iodium
yang dianjurkan untuk orang Indonesia antara lain : 
1.    Bayi (12 bulan pertama) 50 mikrogram/hari

11
2.    Anak (usia 2-6 tahun) 90 mikrogram/hari
3.    Anak usia sekolah (usia 7-12 tahun) 120 mikrogram/hari
4.    Dewasa (diatas usia 12 tahun) 150 mikrogram/hari
5.    Ibu hamil 175 mikrogram/hari
6.    Ibu menyusui 200 mikrogram/hari

Khusus bagi kelompok ibu hamil tambahan tersebut sebagian dapat dipergunakan untuk
keperluan aktivitas kelenjar tiroid dan sebagiannya lagi untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin khususnya perkembangan otak.  Bagi ibu hamil yang mengkonsumsi iodium tidak
mencukupi  kebutuhan maka bayi atau janin yang dikandung akan mengalami gangguan
perkembangan otak (berat otak berkurang), gangguan perkembangan fetus dan pasca lahir,
kematian perinatal (abortus) meningkat, kemudian setelah bayi dilahirkan mempunyai berat lahir
rendah (BBLR) dan terdapat gangguan pertumbuhan tengkorak serta perkembangan skelet,
sedangkan bagi tubuh ibu hamil akan mengalami gangguan aktivitas kelenjar tiroid.  Pada
kondisi ini tubuh akan mengalami penyesuaian yang pada akhirnya akan mengalami pembesaran
kelenjar tiroid yang dikenal dengan sebutan gondok (Djokomoeldjanto, 1993 dan WHO, 1994).

2.8 Gejala Kekurangan GAKY dan Dampak GAKY


Gejala yang sering tampak sesuai dengan dampak yang ditimbulkan , seperti :
 Reterdasi mental
 Gangguan pendengaran
 Gangguan bicara
 Hipertiroid (Pembesaran Kelenjar Tiroid/Gondok)
 Kretinisme biasanya pada anak-anak

Dampak GAKY
1) Terhadap Pertumbuhan
 Pertumbuhan yang tidak normal.
 Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
 Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
 Tingkat kecerdasan yang rendah

12
 Mulut menganga dan lidah tampak dari luar
2) Kelangsungan Hidup
·    - Pada Neonatus (bayi) dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan
fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi tepat
mutlak perlu untuk manifestasi yang ‘sempurna’ di kemudian hari.Perkembangan fetus ibu
hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang
disebabkan karena defisiensi yodium.
Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang. Sumbangan pengetahuan
di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di daerah
dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih mekanisme terjadinya
kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya
pencegahan.

   - Pada Janin
Kekurangan yodium pada janin akibat Ibunya kekurangan yodium. Keadaan ini akan
menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati, abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya
dapat dikurangi dengan pemberian yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang
kekurangan yodium adalah kretin endemic.
Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe nervosa, ditandai dengan
retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada kedua tungkai. Sebaliknya yang agak
jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai dengan kekurangan hormon tiroid dan
kerdil.Penelitian terakhir menunjukkan, transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat
penting untuk perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal
kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid janin berfungsi.
Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon tiroid ibu pada trimester
pertama kehamilan, kalau ibu kekurangan yodium maka akan berakibat pada rendahnya kadar
hormon tiroid pada ibu dan janin. Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah
dapat membuat hormon tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka
juga akan berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat
hipotiroidisme pada janin.

13
    - Pada Saat Bayi Baru Lahir
Yang sangat penting diketahui pada saat ini, adalah fungsi tiroid pada bayi baru lahir
berhubungan erat dengan keadaan otak pada saat bayi tersebut lahir. Pada bayi baru lahir, otak
baru mencapai sepertiga, kemudian terus berkembang dengan cepat sampai usia dua tahun.
Hormon tiroid pembentukannya sangat tergantung pada kecukupan yodium, dan hormon ini
sangat penting untuk perkembangan otak normal.
Di negara sedang berkembang dengan kekurangan yodium berat, penemuan kasus ini dapat
dilakukan dengan mengambil darah dari pembuluh darah balik talipusat segera setelah bayi lahir
untuk pemeriksaan kadar hormon T4 dan TSH. Disebut hipotiroidisme neonatal, bila didapatkan
kadar T4 kurang dari 3 mg/dl dan TSH lebih dari 50 mU/mL.
Pada daerah dengan kekurangan yodium yang sangat berat, lebih dari 50% penduduk
mempunyai kadar yodium urin kurang dari 25 mg pergram kreatinin, kejadian hipotiroidisme
neonatal sekitar 75-115 per 1000 kelahiran. Yang sangat mencolok, pada daerah yang
kekurangan yodium ringan, kejadian gondok sangat rendah dan tidak ada kretin, angka kejadian
hipotiroidisme neonatal turun menjadi 6 per 1000 kelahiran.Dari pengamatan ini disimpulkan,
bila kekurangan yodium tidak dikoreksi maka hipotiroidisme akan menetap sejak bayi sampai
masa anak. Ini berakibat pada retardasi perkembangan fisik dan mental, serta risiko kelainan
mental sangat tinggi. Pada populasi di daerah kekurangan yodium berat ditandai dengan adanya
penderita kretin yang sangat mencolok.

  - Pada Masa Anak


Penelitian pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan
prestasi sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal
dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan yodium
mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang dikerjakan di daerah
kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan yodium dapat menyebabkan kelainan
otak yang berdimensi luas.Dalam penelitian tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi
yodium akan memperbaiki prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3
kelenjar hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum, sebaliknya terjadi pada
hati, ginjal dan otot. Kadar T3 otak yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang

14
kekurangan yodium, didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila
dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya.
Keadaan ini disebut sebagai hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal
ini merupakan tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali
normal bila diberikan koreksi yodium, namun lain halnya bila keadaan yang terjadi di otak. Ini
terjadi pada janin dan bayi yang otaknya masih dalam masa perkembangan, walaupun diberikan
koreksi yodium otak tetap tidak dapat kembali normal.

- Pada Dewasa
Pada orang dewasa, dapat terjadi gondok dengan segala komplikasinya, yang sering terjadi
adalah hipotiroidisme, bodoh, dan hipertiroidisme. Karena adanya benjolan/modul pada kelenjar
tiroid yang berfungsi autonom. Disamping efek tersebut, peningkatan ambilan kelenjar tiroid
yang disebabkan oleh kekurangan yodium meningkatkan risiko terjadinya kanker kelenjar tiroid
bila terkena radiasi.

3) Perkembangan Intelegensia
·      Setiap penderita Gondok akan mengalami defisit IQ Point sebesar 5 Point dibawah normal.
Terjadinya defisit IQ Point pada gilirannya akan berdampak pada program wajib belajar 9 tahun,
karena banyak anak usia sekolah yang tidak dapat mengikuti pelajaran dan mengalami drop out.
Setiap Penderita Kretinisme akan mengalami defisit sebesar 50 Point dibawah normal.
Iodium diperlukan khususnya untuk biosintesis hormon tiroid yang beriodium.quot;; Iodium
dalam makanan diubah menjadi iodida dan hampir secara sempurna iodida yang dikonsumsi
diserap dari sistem gastrointestinal. Yodium sangat erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan
anak. Dampak yang ditimbulkan dari kekurangan konsumsi yodium yang berada dalamtubuh,
akan sangat buruk akibatnya bagi kecerdasan anak, karena bisa menurunkan 11-13 nilai IQ
anak.. Di antara penyakit akibat kekurangan iodium adalah gondok dan kretinisme. Ada dua tipe
terjadinya kretinisme, yaitu kretinisme neurology seperti kekerdilan yang digolongkan dengan
mental, kelumpuhan dan buta tuli. Ada pula kretinisme hipotiroid Lokasi dan struktur tiroid
(gondok) di mana kelenjar tiroid yang terletak di bawah larynx sebelah kanan dan kiri depan
trakea mengekskresi tiroksin, triiodotironin dan beberapa hormon beriodium lain yang
dihubungkan dengan pertumbuhan yang kerdil dan retardasi mental yang lambat. Selama masa

15
pertumbuhan dan perkembangan, kebutuhan tubuh akan yodium memang harus selalu dipenuhi.
Karena kalau tidak, hipotiroidisme akan terus ‘mengancam’. Baik bayi, anak, remaja, bahkan
dewasa muda tetap mempunyai peluang terserang penyakit gondok, gangguan fungsi mental dan
fisik, maupun kelainan pada system saraf.
Semua penyakit dan berbagai kelainan lainnya yang disebabkan oleh defisiensi unsur kimia
berlambang “I” ini , kini disebut dengan GAKY ( Gangguan Akibat Kekurangan Yodium ).
Selain akan mempengaruhi tingkat kecerdasan anak, yang kita tahu selama ini, kekurangan
yodium akan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok. Padahal, banyak gangguan lain yang
juga bisa muncul. Misalnya saja, kekurangan yodium yang dialami janin akan mengakibatkan
keguguran maupun bayi lahir meninggal, atau meninggal beberapa saat setelah dilahirkan.
Bahkan, tidak sedikit bayi yang terganggu perkembangan sistem sarafnya sehingga
mempengaruhi kemampuan psikomotoriknya.

4) Pertumbuhan Sosial
Dampak social yang ditimbulkan oleh GAKY berupa terjadinya gangguan perkembangan
mental, lamban berpikir, kurang bergairah sehingga orang semacam ini sulit dididik dan di
motivasi.

5) Perkembangan Ekonomi
GAKY akan mengalami gangguan metabolisme sehingga badannya akan merasa dingin
dan lesu sehingga akan berakibatnya rendahnya produktivitas kerja, yang akan mempengaruhi
hasil pendapatan keluarga.

2.9 Permasalahan, Pemecahan Masalah, dan Penaggulangan Masalah GAKY


Permasalahan
a) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan garam beryodium
b) Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan manfaat garam beryodium
c) Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
d) Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang beryodium dengan garam
non yodium.

16
e) Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara menyeluruh dan terus
menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam non yodium.
f) Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk daerah-daerah
terpencil.

Pemecahan Masalah
a) Peningkatan penyuluhan secara berkala tentang manfaat garam beryodium di masyarakat.
b) Adanya pengawasan mutu terhadap produksi garam beryodium oleh instansi terkait.
c) Meningkatkan kerjasama lintas sektoral tentang perlunya penggunaan garam beryodium
dalam rumah tangga.
d) Pemberitahuan kepada masyarakat oleh petugas kesehatan tentang cara pengolahan
makanan yang mengandung yodium.
e) Pendristribusian garam-garam beryodium ke daerah terpencil secara merata  oleh instansi
terkait dalam hal ini dinas perindustrian.
f) Melakukan pelacakan kasus dan survey desa bermasalah secara cepat jika ditemukan
kasus gondok.

Penanggulangan
a) Memberikan kapsul Yodium bagi ibu hamil terutama daerah endemik gondok.
b) Penyuluhan tentang Yodium secara kontinue.
c) Kerjasama Lintas sektoral tentang pembagian garam yodium secara gratis di daerah
endemik gondok.
d) Peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung yodium seperti sayuran dan ikan
laut.
e) Cek up secara teratur bagi penderita gondok jika mempunyai permasalahan dengan
pembesaran kelenjar tiroid.
f) Pemberian suntikan larutan minyak beryodium kepada penderita kekurangan yodium.

17
Cara menyimpan garam yodium yang benar :
 Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup rapat.
 Letakkan di tempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar
matahari langsung.
 Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam.
 Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.

Cara untuk mengetahui apakah garam yang dibeli beryodium :


 Pada kemasan garam beryodium harus tertera tulisan garam beryodium.
 Pengujian mutu garam beryodium menggunakan cairan uji Iodina.
 Pengujian mutu garam beryodium secara sederhana menggunakan cairan iodina test dan
tradisional menggunakan ; singkong segar, garam yang akan diuji, asam cuka 25%.

Agar penggunaan garam bisa terserap oleh tubuh dengan baik, yang harus dilakukan yakni
mengetahui bagaimana cara mengunakan garam beryodium dengan benar :
1) Konsumsi garam yodium dengan cukup
“Kekurangan garam beryodium tidak hanya menyebabkan penyakit gondok, tetapi juga
mempengaruhi kecerdasan otak anak, untuk itu konsumsi garam yodium dengan cukup,” jelas
ahli gizi yang betugas di Puskesmas Peneleh sejak tahun 2007 itu.Lanjut ia jelaskan bahwa,
tubuh manusia membutuhkan zat KIO3 (Kalium Iodat) dengan ukuran 30-80ppm. Akibat
kekurangan zat itu bisa mengakibatkan GAKY (Gangguan Akibat Kekurangan Yodium). GAKY
merupakan masalah gizi yang serius karena dapat mengakibatkan penyakit gondok dan kreatin
(ganguan pada pertumbuhan anak), serta kekurangan unsur yodium dalam makanan sehari-hari
dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan seseorang.
Untuk memenuhi garam yodium dapat dilakukan dengan beberapa cara. Selain
mengkonsumsi garam yang beryodium setiap hari juga mereka wajib minum kapsul yodium
sesuai dosis yang dianjurkan. Dosis pemberian kapsul yodium untuk bayi berumur 0-1 tahun
cukup ½ kapsul setiap tahunnya, laki-laki berumur 6-20 tahun cukup dengan 2 kapsul pertahun.
Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui konsumsi 1 kapsul dalam satu tahun dan pada
wanita usia 6-35 tahun minum 2 kapsul setiap tahunnya.

18
2) Konsumsi yodium tidak berlebih
Namun ahli gizi yang menamatkan pendidikan di Politeknik Kesehatan (Poltekes) Malang ini
mengungkapkan bahwa konsumsi yodium yang berlebih bisa mengakibatkan hiperteroid.
Hiperteroid yakni kondisi suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan hormon-hormon
tiroid yang beredar dalam darah dalam jumlah yang berlebihan.“Garam beryodium terdapat
unsur natrium, maka konsumsi garam beryodium pun harus dibatasi. Kelebihan konsumsi
natrium dapat memicu timbulnya mudah lelah, karena hormon tiroidnya berlebih. Gejala lain
yang kerap terjadi, keringat berlebihan, pergerakan usus besar meningkat, gemetaran, kehilangan
berat badan serta aliran darah menstruasi tidak teratur,” jelasnya pada tim ehealth.
Untuk menghindari pengaruh efek samping dari konsumsi garam beryodium yang berlebihan,
maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram garam atau 2 ½ gram tiap
1.000 kilo kalori, atau satu sendok teh setiap hari.

3) Pastikan garam mengandung yodium


Cara untuk menilai mutu garam beryodium tidak sulit, yaitu dengan test kit yodina yang telah
tersedia di Puskesmas dan apotik. Ambil garam, kemudian tetesi dengan cairan yodina. Warna
yang timbul dibandingkan dengan petunjuk warna yang ada pada kit. Garam yang bermutu baik
akan menunjukkan warna biru keunguan. Semakin berwarna tua, semakin baik mutu
garam.“Tetapi untuk lebih simpel, gunakan tepung kanji yang dicampur dengan garam lalu
teteskan dengan jeruk nipis, jika warnanya berubah menjadi keunguan , itu artinya mengandung
yodium,” ucap laki-laki yang akrab disapa Edo ini.
Selain itu, pengujian dapat dilakukan dengan mengunakan singkong parut caranya sebagai
berikut : singkong (ubi kayu) segar dikupas, diparut dan diperas tanpa diberi air. Tuang 1 sendok
teh perasan singkong parut ke dalam gelas bersih. Tambahkan 4-6 sendok teh munjung garam
yang akan diperiksa. Tambahkan 2 sendok teh cuka makan berkadar 25%. Aduk sampai rata, dan
tunggu beberapa menit. Apabila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut
mengandung yodium. Semakin berwarna pekat, semakin baik mutu garam. Sebab, garam yang
tak beryodium tidak akan mengalami perubahan warna setelah diperiksa dengan cairan yodina
maupun cairan singkong parut.

19
4) Menyimpan garam di tempat aman
Garam beryodium sebaiknya disimpan dalam wadah yang tertutup tidak tembus pandang.
Tujuannya untuk melindungi zat yodium agar tidak terpapar dengan matahari. Kandungan
yodiumnya bisa menguap jika terpapar dengan matahari. Juga perhatikan tempat garam
sebaiknya tutup dengan rapat, jika membiarkan tutup terbuka, maka yodium bisa menguap.

5) Cara memasak garam yodium dengan benar


Cara yang biasa dilakukan oleh para ibu ketika memasak makanan garam yang dibubuhkan ke
dalam makanan saat panas mendidih. Alasannya jika tidak begitu masakan kurang sedap. Namun
cara yang sudah dilakukan oleh para ibu-ibu tersebut salah, karena zat yodium garam akan hilang
ketika terkena panas mendidih tersebut.

2.10  Konsumsi Pangan Sumber Iodium


Konsumsi pangan merupakan faktor utama  untuk memenuhi kebutuhan gizi   seseorang
(Harper, Deaton and Driskel, 1985).  Dengan demikian diharapkan  untuk mengkonsumsi pangan
yang beraneka ragam sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh kerja
tubuh.  Di negara-negara berkembang  konsumsi  iodium paling banyak diperoleh  dari makanan
yang berasal dari laut  mengingat air laut mengandung iodium  cukup tinggi.  Menurut Nurlaila,
dkk (1997) rumput laut dapat digunakan sebagai bahan subtitusi dalam pengembangan produk
sumber iodium antara lain barupa 1) kelompok produk makanan selingan / makanan jajanan ; 2)
kelompok produk lauk-pauk ; 3) kelompok produk sayur-sayuran.
Tingkat konsumsi pangan hasil laut terus meningkat dari tahun 1968, 1978, 1988 dan 1993
berturut-turut 9.9 ; 11.6 ; 15.4 ; dan 17 kg sedangkan target nasional  yang harus dicapai sebesar
18.6 kg per kapita per tahun.  Hal ini menandakan bahwa tingkat konsumsi ikan di Indonesia
masih rendah atau di bawah tingkat konsumsi ikan tersebut.  Tetapi masih terdapat beberapa
wilayah di Indonesia seperti Sumatera Barat, Sulawesi Tenggara,  Maluku, Kalimantan Tengah
dan Timur mempunyai tingkat konsumsi pangan hasil laut tinggi melebihi dua kali jumlah
konsumsi target nasional (Muhammad dan Guntur, 1996).
Di  USA dan Kanada peningkatan konsumsi iodium adalah dengan suplementasi, misalnya
dengan garam dapur (garam beriodium) dan juga dalam medikasi dan zat-zat pendiagnosis.  Di

20
Indonesia garam termasuk dalam sembilan bahan pangan pokok yang diperlukan oleh
masyarakat dan oleh karena itu merupakan bahan makanan penting.  Secara normal jumlah
garam yang dikonsumsi per orang per hari adalah sekitar 5 – 15 gram sedangkan yang dianjurkan
yaitu tidak melebihi 6 gram atau satu sendok teh setiap hari.  Hal ini disebabkan karena apa bila
konsumsi garam berlebihan dapat memicu timbulnya berbagai penyakit lain seperti tekanan
darah tinggi atau hipertensi (DitJen Pembinaan Kesehatan  Masyarakat, 1995).

2.11 Penilaian Masalah Gaky Di Indonesia


Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di
Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun TGR
wanita hamil selalu lebih tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan) belum
menjamin bahwa wanita hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini diperlukan
tolok ukur tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk endemi berat.
Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama masih tetap defisiensi
yodium.

2.12 Asuhan Gizi Pada Defisiensi Vitamin A (KVA)

a. Patofisiologi
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang penting bagi tubuh dan mempunyai
banyak manfaat bagi tubuh. Sifat kimia vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning
dan larut dalam lemak atau pelarut lemak. Dalam makanan biasanya vitamin A terdapat dalam
bentuk ester retinil yaitu terikat dalam asam lemak rantai panjang. Di dalam tubuh, vitamin A
berfungsi dalam dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu retinol (bentuk) alkohol, retinal
(aldehida), dan asam retinoat (bentuk asam).Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat pada pangan
hewani. Pangan nabati mengandung karotenoid yangmerupakan prekursor (provitamin) A.
Karotenoid di alam hanya dalam bentuk alfa, beta dan gama serta kriptosantin. Vitamin A yang
ada di makanan, sebagaian besar dalam bentuk ester retinil, bernama karotenoid bercampur
dengan lipida lain di dalam lambung.Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis
oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada

21
daripada ester retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta karoten di dalam sitoplasma sl
mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.Retinol didalam kukosa usus halus bereaksi dengan
asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan empedu menyeberangi sel-sel vili
dinding usus halus untuk kemudian diangkut oleh cilomikron melalui sistem limfe ke dalam
aliran darah menuju hati. Apabila konsumsi lemak cukup, yaitu mengandung 80-90 % ester
retinil, maka hanya 40-60 % karotenoid yang diabsrpsi tubuh. Hati berperan sebagai tempat
menyimpan utama vitamin A.
Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A dalam hati bertahan sampai 6 bulan,
sedangkan bila tubuh mengalami kekurangan konsumsi vitamin A, asam retinoat diabsorpsi
tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif
dalam deferensiasi sel dan pertumbuhan.
Bila tubuh memerlukan vitamin A , maka vitamin A di mobilisasi dari hati dalam bentuk
retinol yang diangkut oleh retinol binding protein(RBP) yang disintesis di dalam hati.
Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada reseptor pada permulaan membran
yang yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian
diikatkan pada cellular retinol binding protein(CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam
sel mata retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

Fungsi vitamin A adalah :

a) Penglihatan normal pada cahaya remang.


Fungsi vitamin A dapat dirasakan pada saat kita masuk dari ruangan dengan cahaya
terang ke ruangan dengan cahaya remang, dimana untuk adaptasi cahaya tersebut dibutuhkan
vitamin A. Apabila mata tidak dapat beradaptasi pada situasi tersebut, maka hal ini sebagai tanda
awal kekurangan vitamin A yang sering disebut sebagai buta senja.

b) Deferensiasi sel.
Deferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan sifat maupun fungsi
semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari kekurangan
vitamin A yang dapat terjadi pada tiap perkembangan tubuh, seperti pada tahap pembentukan
sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh, pertumbuhan dan

22
perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua. Diduga vitamin A berperan
dalam bentuk retinoat berperan aktif dalam kegiatan inti sel, sehingga merupakan faktor penentu
keturunan/gen yang berpengaruh terhadap sintesis protein.
Fungsi ini akan terlihat saat tubuh kekurangan vitamin A, maka terjadi gangguan fungsi sel-
sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering
(keratinized). Kulit menjadi kering, kasar danbila ada luka sukar sembuh. Membran mukosa
tidak dapat mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudh terserang bakteri
(infeksi). Tanda khas kekurangan vitamin A ini dapat dilihat adanya keratinisasi konjungtiva
mata (selaput yang melapisi kelopak mata dan bola mata).
Dapat disimpulkan bahwa ada dua fungsi vitamin A dalam deferensiasi sel yaitu:
 Peranan vitamin A dalam sintesis glikoprotein khusus yang terlihat dalam pembentukan
membran sel yang mengontrol deferensiasi sel, dan
 Fungsi yang komplek vitamin A-CRBP saat masuk ke nukleus sel sehingga
mempengaruhi DNA.

c) Fungsi kekebalan.
Vitamin A berpengaruh terhadap kekebalan tubuh manusia dan hewan, dimana retinol
tampaknya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B (leukosit yang
berperan dalam proses kekebalan humoral. Disamping kekurangan vitamin A menurunkan
respon antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan dalam kekebalan tubuh) dan
pada kondisi terjadi infeksi dalam tubuh, akan memperburuk kekurangan vitamin A. Fungsi ini
dapat dilihat bahwa ada hubungan antara kekurangan vitamin A dengan infeksi saluran
pernafasan, kekurangan vitamin A dengan penyakit diare dan kekurangan vitamin A pada
penderita campak akan menyebabkan komplikasi yang berakibat kematian.

d) Pertumbuhan dan perkembangan


Vitamin A berpengaruh pada sintesis protein, sehingga akan nerpengaruhu pada
pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan pada perkembangan tulang dan sel epitel yang
membentuk email untuk pertumbuhan gigi. Apabila kekurangan vitamin A maka pertumbuhan
tulang akan terhambat dan bentuk tulang menjadi tidak normal. Pada anak-anak yang
kekurangan vitamin A akan terjadi kegagalan dalam pertumbuhannya.

23
e) Pencegahan kanker dan penyakit jantung
Vitamin A dalam bentuk retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan mampu
meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh. Hal ini diduga berpengaruh dalam pencegahan
kanker terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara dan kantung kemih. Disisi lain
beta karoten bersama vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan yang diduga dapat
mencegah kanker paru-paru.

Selain itu, defisiensi vitamin A mempengaruhi penurunan nafsu makan, dimana terjadi
karena perubahan jonjot rasa pada lidah.Selain itu vitamin A juga berperan dalam pembentukan
sel darah merah kemungkinan melalui interaksi dengan zat besi.

Tanda dan gejala Kekurangan Vitamin A


Tanda adanya kekurangan vitamin A yang berdampak pada fungsi mata untuk melihat
atau dikenal dengan Xeroftalmia, menurut WHO diklasifikasikan menjadi:
1) Xn: Rabun senja Kondisi ini sebagai tanda awal adanya kekurangan vitamin A, yang
menyebabkan gangguan pada batang retina, dimana mata sulit beradaptasi pada ruang
yang kurang cahaya seperti senja hari sehingga penglihatan menurun pada senja hari,
dikenal dengan istilah buta senja.
2) X1 A: Xerosis konjungtiva (kekeringan pada konjungtiva)

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1) Iodium merupakan salah satu unsur mineral mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
walaupun dalam jumlah yang relative kecil.  Namun apabila diabaikan dapat menimbulkan efek
atau dampak yang cukup berpengaruh dalam kehidupan  semua orang.

2) GAKY merupakan masalah gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit gangguan seperti Gondok, kreatinisme dan keterlambatan pertumbuhan dan kecerdasan.

3) Dosis pemberian yodium adalah sebagai berikut :


a. Anak SD (daerah Endemik Berat) : 1 kapsul/tahun
b. Daerah endemik   Sedang dan Berat : 
 Wanita Usia Subur (WUS) : 2 kapsul/tahun @ 200 mg
 Ibu Hamil  : 1 kapsul/tahun
 Ibu Menyusui : 1 kapsul/tahun

4) Penanggulangan yang paling baik untuk gangguan akibat kekurangan yodium adalah dengan
pencegahan, salah satunya dengan penyebaran informasi tentang pentingnya mengkonsumsi
garam beryodium, pemberian kapsul pertahun pada masyarakat yang terkena penyakit Gondok.

5) Kebutuhan Yodium orang dewasa diperkirakan 150 mikrogram/hari, bagi wanita hamil sekitar
75 mikrogram/ hari dan kebutuhan Yodium bagi ibu menyusui mencapai 200 mikrogram/hari

3.2 SARAN
1) Diharapkan adanya peran serta aktif masyarakat dalam menggunakan garam yodium.
2) Diharapkan adanya penyebaran informasi tentang pentingnya garam beryodium oleh
tenaga kesehatan kapada masyarakat.
3) Peran aktif mahasiswa dalam pelaksanaan program yodiumnisasi

25
DAFTAR PUSTAKA

DEPKES RI,Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Jakarta 1996.


Lisdiana, Ir, Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi, Trubus Agriwidaya, Bandar
Lampung 1998.
Notoatmodjo Soekidjo,Prof.Dr, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta,Jakarta 1996.
Nyoman I Dewa  dkk, Penilaian Status Gizi,EGC Jakarta 2002.
Sr.Alfonsine C.B, B.Sc, Pengantar Ilmu Gizi, Intan, Jakarta 1984.

26

Anda mungkin juga menyukai