Disusun Oleh:
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Tiada untaian kata yang lebih indah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT. yang
telah melimpahkan karunia, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga Makalah Kimia Bahan
Makanan ini dapat terselesaikan. Tidak lupa pula senantiasa kita panjatkan salawat serta salam
kepada junjungan dan panutan kita Nabi Muhammad SAW. Dalam tahap penyusunan makalah
ini, tidak terlepas dari berbagai kendala yang menghambat penyusunan. Namun, berkat bantuan
dari berbagai pihak, sehingga kendala dan halangan tersebut dapat teratasi.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kimia Bahan Makanan. Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada teman-teman, serta pihak-pihak lainnya yang telah membantu dalam
Dalam penyusunan makalah ini, disadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Walaupun demikian, kami
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL…………………………………………………………………………….......................
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...........................
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...........................
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………..
3.2 Saran……………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia tidak dapat
mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan. Dalam kaitan ini, penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 7 tahun 1996 tentang pangan, bahkan secara tegas menyatakan bahwa
‘’Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya merupakan has asasi setiap
rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup setiap waktu, aman, bermutu, bergizi, dan
Pangan yang tersedia haruslah pangan yang aman untuk dikonsumsi, bermutu dan bergizi
karena berhubungan dengan pertumbuhan yang erat kaitannya dengan kecukupan asupan nutrisi
dalam tubuh. Pertumbuhan tubuh membutuhkan nutrisi mikro dan makro. Nutrisi makro adalah
zat gizi yang dibuthkan dalam mumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk
kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan nutrisi mikro adalah
zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi
yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral, yang walaupun kuantitas
kebutuhannya relatif sedikit namun memiliki peranan yang sangat penting pada proses
metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ tubuh. Namun, selama penanganan,
penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya perubahan nilai
gizinya yang sebagian besar tidak diinginkan. Zat gizi yang terkandung dalam bahan pangan
akan rusak pada sebagian besar proses pengolahan karena sensitif terhadap pH, oksigen, sinar
dan panas atau kombinasi diantaranya. Zat gizi terutama tembaga dan zat besi serta enzim
kemingkinan sebagai katalis dalam proses tersebut. Kekurangan akan zat gizi mikro esensial
secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia, terutama di negara-negara
berkembang khususnya di Indonesia. Ada tiga masalah defisiensi zat gizi mikro utam di
Indonesia yaitu gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), anemia gizi besi (AGB) dan
Kekurangan zat gizi mikro harus diatasi salah satunya adalah teknologi pangan dalam
memperkaya kandungan gizi, salah satunya teknologi fortifikasi pangan. Fortifikasi pangan
(pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikronutrien pangan. Peran produk dari
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Fortifikasi
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) ke dalam suatu
bahan pangan, seperti vitamin dan mineral (Briawan dkk, 2008). Fortifikasi pangan umumnya
digunakan untuk mengatasi masalah gizi mikro pada jangka menengah dan panjang. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi populasi atau masyarakat.
Peran produk dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi, dengan demikan menghindari
terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian sosio ekonomi.
Namun demikian, fortifikasi pangan juga dapat digunakan untuk menghapus dan mengendalikan
defisiensi zat gizi dan gangguan yang ditimbulkannya (Cahyadi dkk, 2016).
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibituhkan dan keadaan ini
berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi
menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang
Zat gizi mikro (micronutrient) adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral yang walaupun
kuantitas kebutuhannya relatif sedikit namun memiliki peranan yang sangat penting pada proses
metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ tubuh. Kekurangan asupan dan absorbsi zat
gizi mikro dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain
(kognitif, sistem imunitas, reproduksi dan lain-lain). Salah satu zat gizi mikro yang terpenting
adalah zat besi (Fe). Zat besi memiliki peran yang sangat penting pada pembentukan hemoglobin
yakni protein pada sel darah merah yang berfungsi menghantarkan oksigen dari paru-paru ke
otak dan seluruh jaringan tubuh. Kekurangan zat besi dalam jangka panjang akan mengakibatkan
terjadinya anemia gizi besi. Secara umum, dampak yang ditimbulkan dari anemia gizi besi
adalah kelesuan sebagai akibat kurangnya pasokan oksigen dalam darah, lemahnya konsentrasi
Salah satu zat gizi yang dibutuhkan tubuh adalah mineral. Mineral memegang peranan
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi
tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme terutama
kebutuhan mineral pada manusia dapat diperoleh dengan cara mengonsumsi bahan pangan yang
Keberadaan mineral dalam pangan, yaitu (1) Alami ada di dalam bahan pangan, dimana
untuk pangan nabati berasal dari tanah, air ataupun pupuk, sedangkan untuk pangan hewani
dapat berasal dari pakan ataupun minumannya. (2) Mineral yang sengaja ditambahkan dalam
bahan pangan, penambahan tersebut karena program fortifikasi mapun karena proses. Sebagai
contoh fortifikasi iodium dalam garam, penambahan garam kalsium dalam pembuatan tahu. (3)
Kontaminan, yaitu yang berasal dari air, udara, alat-alat yang dipakai untuk memberantas hama
Iodium merupakan salah satu unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit
di dalam tubuh sehingga Iodium disebut sebagai mineral mikro. Walaupun jumlah yang
dibutuhkan sangat sedikit akan tetapi perannya sangat vital bagi kesehatan maupun
perkembangan tubuh dalam pembentukan hormon tiroid. Kebutuhan Iodium sehari-hari untuk
mencegah penyakit gondok adalah sebanyak 0,05-0,08 mikrogram atau 0,001 mikrogram per
kilogram berat badan. Kekurangan mineral dalam jangka panjang akan menyebabkan sejumlah
gangguan kesehatan yang dikenal dengan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Untuk
Salah satu cara penanggulangan kekurangan iodium adalah melalui fortifikasi garam
dapur dengan iodium. Fortifikan utama yang digunakan dalam fortifikasi iodium dalam garam
adalah kalium iodida (KI) dan kalium iodat (KIO3). Adanya zat-zat pengotor dalam garam seperti
Fe, Pb, Ca, Mn, dan Sr akan mempercepat terjadinya pelepasan I2. Iodium bebas akan mudah
iodium. Selain itu suhu dan kelembaban udara juga berpotensi untuk mengurangi kadar iodium
di dalam garam. Penyimpanan garam di tempat terbuka dan tertutup rapat dalam kemasan juga
Zat besi merupakan salah satu zat gizi esensial yang berperan dalam pembentukan sel
darah merah. Pada wanita usia subur, anemia sering terjadi akibat adanya siklus menstruasi yang
menyebabkan hilangnya darah dalam sewaktu (WHO, 2001). Anemia defisiensi besi dapat
mengganggu sistem imunitas dan fungsi kognitif pada berbagai tingkatan umur. Pada usia
sekolah akan mempengaruhi prestasi belajar, pada usia dewasa dapat menimbulkan kelelahan
dan penurunan produktivitas, dan pada ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur (Ruel,
2001). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan fortifikasi
zat besi. Fortifikasi merupakan penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk
BerdasarkanGlobal Nutrition (GNR) tahun 2018, Indonesia merupakan salah satu negara
yang mengalami beban ganda gizi.Untuk memperbaiki masalah gizi tersebut, pemerintah
melakukan fortifikasi pada sejumlah pangan di Indonesia. Menteri kesehatan RI mengatakan ada
penurunan stunting turun dari 37,2 % berdasarkan Riskesdas 2013 menjadi 30,8 % tahun 2018.
Namun, WHO tetap meminta di bawah 20 % bahkan presiden Joko Widodo mengharapkan
Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
Defisiensi Yodium dihasilkan dari kondisi geologis yang irreversiber itu sebabnya,
penganekaragaman makanan dengan menggunakan pangan yang tumbuh di daerah dengan tipe
tanah dengan menggunakan pangan yang sama tidak dapat meningkatkan asupan Yodium oleh
jangka panjang adalah fortifikasi pangan dengan Yodium. Sampai tahun 60an, beberapa cara
suplementasi yodium dalam dies yang telah diusulkan berbagai jenis pangan pembawa seperti
garam, roti, susu, gula, dan air telah dicoba Iodisasi garam menjadi metode yang paling umum
yang diterima di kebanyakan negara di dunia sebab garam digunakan secara luas dan serangan
oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah sederhana dan tidak mahal.fortifikasi yang
biasa digunakan adalah Kalium Yodida (KI) dan Kalium Iodat (KIO 3). Iodat lebih stabil dalam
'impure salt' pada penyerapan dan kondisi lingkungan (kelembaban) yang buruk penambahan
tidak menambah warna, penambahan dan rasa garam. Negara-negara yang dengan program
prevalensi GAKI.
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemia gizi besi,
fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi termurah untuk
pendekatanjangka panjang (Cook and Reuser, 1983).Fortifikasi Zat besi tidak menyebabkan efek
samping pada saluran pencernaan. Inilah keuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh
konsumen dan pemasaran produk-produk yang diperkaya dengan besi.Penetapan target penerima
fortifikasi zat besi, yaitu mereka yang rentan defisie zat besi, merupakan strategi yang aman dan
efektif untuk mengatasi masalah anemi besi (Ballot, 1989). Pilihan pendekatan ditentukan oleh
prevalensi dan beratnya kekurangan zat besi (INAAG, 1977).Tahapan kritis dalam
perencanaanprogram fortifikasi besi adalah pemilihan senyawa besi yang dapat diterima dan
dapat diserap (Cook and Reuser, 1983).Harus diperhatikan bahwa wanita hamil membutuhkan
zat besi sangat besar selama akhir trimester kedua kehamilan.Terdapat beberapa iortifikan yang
umum digunakan untuk fortifikasi besi seperti besi sulfat besi glukonat, besi laktat, besi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) ke dalam suatu
bahan pangan, seperti vitamin dan mineral. Jenis-jenis fortifikasi dibagi menjadi fortifikasi
mineral yakni fortifikasi besi, fortifikasi yodium, fortifikasi vitamin A, dll. Penerapan fortifikasi
yakni untuk memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan, meningkatkan kualitas gizi dari
Briawan, D., Hardinsyah, Setiawan B., Malrliyati S.A., dan Muhilal, 2008, Efikasi Suplemen
Besi-Multivitamin untuk Perbaikan Status Besi Remaja Wanita, Jurnal Gizi Indonesi,
30(1): 30-36.
Cahyadi, W., Garnida, Y., Primavera, N., 2016, Fortifikasi Ganda Zat Gizi Mikro (Iodium dan
Asam Folat) pada Produk Mie Kering Tepung Sukun.
Permatasari, S,M., Helmiyati, S., dan Iskandar, S., 2017, Stabilitas Kadar Iodium Dalam Garam
Fortifikasi Kalium Iodida(KI) Menggunakan NaFeEDTA, Darussalam Nutrition Journal,
1(1): 8-15,
Rachmat, D., Lubis. S., 2010, Prospek Teknologi Pembuatan Beras Bergizi Melalui Fortifikasi
Iodium, Pangan, 19(3): 265-274.
Ruel, M.T, 2001, Can Food-Based Strategies Help Reduce Vitamin A and Iron Deficiencies? A
Review of Recent Evidence, International Food Policy Research Institute, Washington DC.
Setyaningrum, C.H., Elizabeth, F., Nugrahedi, R.P.Y., 2017, Fortifikasi Guava (Psidium
guajava L.) Jelly Drink dengan Zat Besi Organik dari Kedelai (Glycine max L.) dan
Kacang Hijau (Vigna radiate L.), Jurnal Agroteknologi, 11(01).
WHO, 2001, Iron Deficiency Anaemia, Assessment, Prevention, and Control: A Guide for
Programme Managers, World Health Organization, Geneva.
WHO, 2006, Adolescent Nutrition: A Review of the Situation in Selected South-East Asian
Countries, WHO Region Office for South-East Asia, New Delhi.