Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEBUTUHAN GIZI MAKRO

DAN GIZI MIKRO

Muhammad Naufal Al Fajri 227053195

Josafat Ricard Delfranc Oley 227053169

Elson Tambunan 227053167

Muhammad Rifki Maulana 227053193

Muhammad Aulia Fathan Ali 227053184

Muhammad Sapdah 227053147

Nur Ihsan Ramadhani 227053181


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa. Atas segala rahmat
dan karunia-nya,kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah manajemen
risiko tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul ”KEBUTUHAN GIZI MAKRO DAN MIKRO” dapat


diselesaikan karena bantuan banyak pihak, kami berharap makalah tentang penilaian risiko ini
dapat menjadi referensi pada pihak yang tertarik. Selain itu,kami juga berharap agar pembaca
mendapat sudut pandang baru setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari makalah bertema penilaian risiko ini masih memerlukan


penyempurnaan. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan
makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Zat Gizi atau Nutrisi ialah zat pada makanan yang dibutuhkan oleh
organisme untuk pertumbuhan dan perkembangan yang dimanfaatkan secara
langsung oleh tubuh yang meliputi protein, vitamin, mineral, lemak dan air. Zat
gizi diperoleh dari makanan yang didapatkan dalam bentuk sari makanan dari
hasil pemecahan pada sistem pencernaan. Zat gizi dibagi menjadi dua yaitu zat
gizi organik dan zat anorganik. Zat-zat gizi organik seperti lemak, vitamin,
karbohidrat dan protein. Sedangkan zat gizi anorganik ialah terdiri dari air dan
mineral dan tidak itu saja. Zat gizi dikelompokkan atas beberapa macam seperti
macam-macam zat gizi berdarkan sumbernya, macam-macam zat gizi
berdasarkan jumlahnya dan berdasarkan fungsinya.
pengertian gizi ialah sesuatu yang mempengaruhi proses perubahan semua
jenis makanan yang masuk ke dalam tubuh yang dapat mempertahankan
kehidupan (Tuti Sunardi). Chairinniza K. Graha mengemukakan tentang
pengertian gizi yang berarti gizi merupakan unsur yang terkandung dalam
makanan dimana unsur-unsur dapat memberikan manfaat bagi tubuh yang
mengkonsumsinya sehingga menjadi sehat.
Sejarah perkembangan ilmu gizi berdiri tahun 1926, oleh Mary Swartz
Rose saat dikukuhkan sebagai profesor ilmu gizi di Universitas Columbia, New
York, AS. Pada zaman purba, makanan penting untuk  kelangsungan hidup.
Sedangkan pada zaman Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang
menyatakan bahwa makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia, artinya
manusia butuh makan.
Beberapa penelitian menegaskan bahwa ilmu gizi sudah ada sejak dulu.
Penelitian tentang Pernafasan dan Kalorimetri pertama dipelajari oleh Antoine
Lavoisier  (1743-1794). Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan  penggunaan
energi makanan yang meliputi  proses pernafasan, oksidasi dan kalorimetri.
Kemudian berkembang hingga awal abad 20, adanya  penelitian tentang
pertukaran energi dan sifat-sifat bahan  makanan pokok. Penelitian Tingkat
Molekular dan Selular. Penelitian ini dimulai tahun 1955, dan diperoleh
pengertian tentang struktur sel yang rumit serta peranan kompleks dan vital zat
gizi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel. Setelah tahun 1960, penelitian
bergeser dari zat-zat gizi esensial ke inter relationship antara zat-zat gizi, peranan
biologik spesifik, penetapan kebutuhan zat gizi manusia dan pengolahan makanan
terhadap kandungan zat gizi. Keadaan sekarang muncul konsep-konsep baru
antara lain, pengaruh keturunan terhadap kebutuhan gizi, pengaruh gizi terhadap
perkembangan otak dan perilaku, kemampuan bekerja dan produktivitas serta
daya tahan terhadap penyakit infeksi. Pada bidang teknologi pangan ditemukan
cara mengolah makanan bergizi, fortifikasi bahan pangan dengan zat-zat gizi
esensial, pemanfaatan sifat struktural bahan pangan, dan sebagainya. FAO dan
WHO mengeluarkan Codex Alimentaris (peraturan food labeling dan batas
keracunan).
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja
pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah
setiaporang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat
(ILO, 2005). Untuk membangun suatu bangsa diperlukan sumber daya baik alam
maupunmanusia. Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam proses
keberhasilan suatu pembangunan (Puji Yanti, 2005).
Masalah kesehatan masyarakat di Indonesia adalah masalah gizi kurang
dan gizi lebih. Pola pertumbuhan dan status gizi merupakan indikator
kesejahteraan. Oleh karena itu, perlu adanya program gizi yang berguna untuk
mendorong kedua hal tersebut.

Gizi dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas kerja.
Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk
pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian
yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja,
hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum
kurang gizi akan menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja (Linda T.,
2003). Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja
yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat
mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja.
Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling
tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam
melakukan kerja, kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya
apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam
penggunaanya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena
kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan.

Masalah gizi menyebabkan kualitas SDM menjadi rendah. Adapun tujuan


program pangan dan gizi yang dikembangkan untuk mencapai Indonesia Sehat
2010 adalah meningkatkan ketersediaan komoditas pangan pokok dengan jumlah
yang cukup, kualitas memadai dan tersedia sepanjang waktu melalui peningkatan
produksi dan penganekaragaman serta pengembangan produksi olahan.
Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga. Meningkatkan pelayanan gizi untuk
mencapai keadaan gizi yg baik dengan menurunkan prevalensi gizi kurang dan
gizi lebih. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi
untuk mencapai hidup sehat.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud gizi makro dan gizi mikro?

2. Apa fungsi dan kebutuhan dari gizi makro dan mikro?

3. Apa saja macam-macam gizi makro dan gizi mikro?


1.3. TUJUAN

Adapun tujuan pembelajaran yang dapat diambil dari rumusan masalah diatas
adalah:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud gizi makro dan gizi mikro.

2. Untuk mengetahui macam-macam gizi makro dan gizi mikro.

3. Untuk mengetahui fungsi dan kebutuhan masing-masing zat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan
fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta
mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2011). Bila dikelompokkan, ada tiga
fungsi zat gizi dalam tubuh:

1. Memberi Energi

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan
protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
melakukan kegiatan/aktivitas. Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung
karbon yang dapat dibakar. Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam
bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembakar.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan Jaringan Tubuh

Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karenaitu,
diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak.
Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembangun.

3. Mengatur Proses Tubuh

Protein, mineral, air, dan vitamin diperlukan untuk mengatur proses tubuh.
Protein mengatur keseimbangan air di dalam sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya
memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang
bersifat infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk kedalam tubuh. Mineral dan
vitamin diperlukan sebagai pengatur dalam proses- proses oksidasi, fungsi normal saraf
dan otot serta banyak proses lain yang terjadi di dalam tubuh termasuk proses menua. Air
diperlukan untuk melarutkan bahan- bahan di dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan
pencernaan, jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan
sisa-sisa/ekskresi dan lain-lain proses tubuh. Dalam fungsi mengatur proses tubuh ini,
protein, mineral, air dan vitamin dinamakan zat pengatur (Almatsier, 2001).

Dalam melaksanakan fungsinya di dalam tubuh, zat-zat gizi saling berhubungan


erat sekali, sehingga terdapat saling ketergantungan. Gangguan atau hambatan pada
metabolisme sesuatu zat gizi akan memberikan pula gangguan atau hambatan pada
metabolisme zat gizi lainnya (Achmad, 2010). Zat gizi berdasarkan banyaknya yang
diperlukan oleh tubuh dikeolmokkan menjadi 2, yaitu zat gizi makro (karbohidrat,
protein, dan lemak) dan zat gizi mikro (vitamin, mineral, dan air).
BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gizi Makro

Zat gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar.
Kelompok yang disebut juga dengan makronutrien ini terdiri atas karbohidrat, lemak, dan
protein. Ketiganya menyediakan energi agar dapat beraktivitas dan menjalankan
fungsinya. Berdasarkan jumlah kebutuhan bagi tubuh, nutrisi ini sebenarnya
dibagi menjadi dua bagian, yaitu nutrisi makro dan nutrisi mikro. Sebab, tubuh
membutuhkan berbagai jenis nutrisi ini dengan jumlah yang berbeda-beda.
Sebagaimana namanya, nutrisi makro adalah jenis zat gizi yang tubuh perlukan
dalam jumlah yang besar. Biasanya kebutuhan ini bisa dalam satuan gram atau
orang atau hari. Kelompok dari zat gizi ini terdiri dari karbohidrat, lemak, dan
protein. Selain itu, makronutrien (sebutan lain dari nutrisi makro) sama-sama
menyediakan energi bagi manusia agar bisa beraktivitas dan menjalankan
fungsi-fungsinya. Artinya, tubuh membutuhkan ketiga nutrisi di atas dalam
jumlah yang besar setiap harinya.

Kegunaan dari nutrisi makro ini tentu saja bergantung pada jenis-jenis
gizi yang ada pada pada nutrisi tersebut. Mulai dari karbohidrat, protein, dan
lemak. Walaupun ketiganya sama-sama memberikan energi, tetapi mereka masih
memiliki fungsi masing-masing yang berbeda.

1. Karbohidrat

Karbohidrat adalah zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi utama
bagi sel-sel dalam tubuh untuk menjalankan fungsinya secara normal. Tubuh akan
mengubah karbohidrat menjadi glukosa yang dapat digunakan langsung maupun
dijadikan cadangan energi. Terdapat dua jenis karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks
dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks diperoleh dari sayuran, buah-buahan,
maupun kacang-kacangan dan dianggap lebih sehat karena tidak meningkatkan gula
darah secara drastis. Sementara itu, karbohidrat sederhana kurang disarankan bagi
penderita penyakit tertentu, seperti diabetes, karena dapat meningkatkan gula darah
dengan cepat. Jenis karbohidrat ini umumnya terkandung dalam nasi putih, roti tawar,
kue panggang, permen, dan minuman maupun makanan kemasan.

Zat gizi karbohidrat adalah komoponen nutrisi yang tersusun oleh atom
karbon (C), hidrogen (H), dan okesigen (O). Karbohidrat juga masih terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Jenis
zat gizi makro ini mensuplai energi yang paling utama untuk tubuh manusia.
Artinya, karbohidrat ini menjadi bahan bakar manusia agar dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari. Selain itu, juga menghilangkan rasa lapar. Sumber
karbohidrat ini biasanya menjadi makanan pokok di Indonesia karena
memberikan rasa kenyang dan berharga murah. Contohnya adalah nasi, serelia,
umbi-umbian, jagung, kentang, dan lain sebagainya. Selain berfungsi sebagai
sumber energi, karbohidrat masih memilki fungsi lainnya, yaitu memberi rasa
manis, mengatur metabolisme lemak, menghemat protein, dan membantu BAB.

2. Protein

Zat gizi lainnya yang dibutuhkan dalam jumlah besar adalah protein. Zat gizi
makro ini dicerna menjadi asam amino yang berperan dalam pembentukan jaringan
dalam tubuh. Ada sekitar 20 jenis asam amino yang penting bagi tubuh Anda, tetapi 9 di
antaranya tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh dan hanya bisa diperoleh dari makanan
seperti daging, ikan, telur, serta olahan susu. Kesembilan asam amino tersebut dikenal
dengan asam amino esensial.

Protein, Nama protein ini sebenarnya berasal dari bahasa Yunani,


yaitu Proteos yang berarti “yang utama”. Protein adalah komponen terbesar
kedua yang menjadi zat penyusun tubuh setelah air, yaitu 17% dari jumlah
keseluruhan. Jenis nutrisi ini sangat berperan penting pada komponen fungsional
maupun struktural pada semua sel tubuh. Oleh karena itu, protein ini sangat
penting untuk sistem yang ada pada tubuh untuk menjalankan fungsi-fungsinya.
Komponen dari protein sendiri hampir sama dengan karbohidrat, tetapi terdapat
tambahan atom nitrogen (N). Beberapa jenis protein juga dapat mengandung
sulfur, zat besi, cobalt, dan fosfor. Fungsi dari zat gizi makro protein yang
paling utama dan khas adalah menjadi zat pembangun dan pemelihara sel-sel
pada jaringan tubuh. Kegunaan protein yang lainnya adalah berperan dalam
sekresi, mengatur keseimbangan air, membentuk antibodi, transportasi gizi, dan
lain-lain. Selain itu, protein juga dapat menjadi sumber energi cadangan ketika
tubuh sudah kehabisan energi yang berasal dari karbohidrat.

3. Lemak

Zat yang kerap dihindari oleh banyak orang ini sebenarnya termasuk dalam
kelompok zat gizi makro yang diperlukan oleh tubuh. Apabila dikonsumsi dalam jumlah
yang wajar, lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh, serta
berperan dalam pengaturan suhu. Lemak dapat dibedakan menjadi lemak jenuh dan
lemak tak jenuh. Lemak jenuh terkandung dalam daging maupun produk olahan susu dan
diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular apabila
dikonsumsi secara berlebihan. Sementara itu, konsumsi lemak tak jenuh justru bisa
mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Anda bisa memperoleh lemak tak
jenuh dari daging tanpa lemak, ikan, telur, alpukat, dan kacang-kacangan.

Lemak, Komponen utama dalam lipida atau lemak ini sama dengan
karbohidrat, hanya saja proporsi oksigen di dalamnya lebih kecil. Sehingga
dalam proses metabolismenya, lemak membutuhkan banyak oksigen. Energi
yang dihasilkan dari lemak pun juga lebih banyak jumlahnya daripada
karbohidrat atau protein. Sedangkan lemak yang kita kenal pada kehidupan
sehari-hari adalah triliserida atau bisa disebut dengan lemak netral. Lemak
merupakan salah satu zat gizi yang ditakuti banyak orang karena bisa
menyebabkan berbagai penyakit. Padahal lemak ini mempunyai fungsi yang
penting untuk tubuh. Beberapa fungsi lemak ini adalah sebagai sumber energi,
membawa vitamin larut, sumber asam lemak esensial, pelindung organ-organ
vital, memberikan rasa kenyang, dan memelihara suhu tubuh.
2.2 Pengertian Gizi Mikro

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia.
Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga
menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan
kebodohan dan keterbelakangan. Berbagai masalah yang timbul akibat gizi buruk antara
lain tingginya angka kelahiran bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah(BBLR) yang
disebabkan jika ibu hamil menderita KEP akan berpengaruh pada gangguan fisik, mental
dan kecerdasan anak, juga meningkatkan resiko bayi yang dilahirkan kurang zat besi.
Bayi yang kurang zat besi dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan sel-sel otak,
yang dikemudian hari dapat mengurangi IQ anak.

Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti
kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi,
cacat bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan
pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain
selain faktor kesehatan, masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan
rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi
buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.

Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil
penyerapan zat-zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan
energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya dapat
diukur.  Terdapat tiga konsep pengertian status gizi, sebagai berikut:

1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran
organisme di lain pihak.

2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan untuk
pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat pada
variabel tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi seseorang perlu
disebutkan.

Ada beberapa jenis atau unsur zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Unsur-unsur tersebut adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan air. Enam
unsur tersebut dapat dikelompokkan lagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:

1. Unsur gizi pemberi energi, yaitu: karbohidrat, protein, dan lemak.

2. Unsur gizi pembangun sel-sel jaringan tubuh, yaitu: protein, mineral, dan air.

3. Unsur gizi pengatur fungsi faal tubuh, yaitu: mineral, vitamin, dan air.

Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan “Empat


Sehat Lima Sempurna” sangat diperlukan karena dapat menjamin kesehatan dan gizi
yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir semua negara yang
mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya disusun Nutritional
Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi Internasional di Roma, Itali pada
tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya berbagai masalah gizi

Ada beberapa kandungan yang termasuk kedalam zat gizi mikro,zat-zat yang
termasuk dalam gizi mikro adalah sebagai berikut:

A. VITAMIN

Funk dalam bukunya The Etiology of Deficiency Disease yang diterbitkan pada
tahun 1912 mengusulkan nama vitamine untuk faktor-faktor zat aktif tersebut. Vita
berarti esensial untuk kehidupan, sedangkan faktor anti beri- beri yang diduga berperan
tersebut adalah suatu ikatan amine. Pada tahun 1920 istilah vitamine diganti menjadi
vitamin karena zat-zat antifaktor tersebut ternyata tidak selalu dalam bentuk ikatan amine.
Usul perubahan nama ini datang dari Drummond, yang juga mengusulkan pemberian
nomenklatur menurut abjad. Penemuan vitamin A oleh McCollum dan Davis pada tahun
1913 menandakan eravitamin dalam penelitian gizi. Vitamin kemudian diakui sebagai zat
gizi yang esensial untuk kehidupan dan kesehatan, yang mudah diperoleh dari susunan
makanan yang bervariasi.

Vitamin diberi nama menurut abjad (A, B, C, D, E, dan K). Vitamin ternyata
terdiri dari beberapa unsur vitamin. Penelitian-penelitian kemudian membedakan vitamin
dalam dua kelompok; (1) vitamin larut dalam lemak(vitamin A, D, E, dan K) dan (2)
vitamin larut dalam air (vitamin B dan C).

a. Vitamin Larut Lemak

- Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas,
vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologi sebagai retinol.
Vitamin A bagus untuk pengelihatan kita. Jika kita mengalami defisit vitamin A, kita
akan mengalami yang namanya rabun senja atau istilah medisnya xeroftalmia. Sumber
vitamin A banyak pada buah dan sayur yang berwarna terang seperti wortel dan apel.

Sumber vitamin A adalah hati, kuning telur, dan mentega. Sumber lainnya yaitu
sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan yang berwana kuning-jingga, seperti daun
singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung
kuning, pepaya, mangga, nangka masak, dan jeruk. Gejala-gejala mata pada defisit
vitamin A disebut xeroftalmia.

- Vitamin D

Vitamin D mencegah dan menyembuhkan riketsia, yaitu penyakit di manatulang


tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk tubuh dengan bantuan
sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar matahari konsumsi vitamin D melalui
makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat disintesis didalam tubuh, vitamin D dapat
dikatakan bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak mendapat cukup sinar
matahari, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan. Bahan makanan yang kaya akan
vitamin D ialah susu. Defisit vitamin D memberikan penyakit rakhitis (rickets) atau
disebut pula penyakit Inggris karena mula-mula banyak terdapat dan dipelajari di negara
Inggris.

- Vitamin E

Berbagai biji-bijian merupakan sumber kaya vitamin E. Khususnya bij iyang


sudah berkecambah dikenal mengandung vitamin E dalam konsentrasi tinggi.
Kekurangan vitamin E pada manusia menyebabkan hemolisis eritrosit, yang dapat
diperbaiki dengan pemberian tambahan vitamin E. Vitamin E merupakan vitamin yang
bagus untuk kulit dan untuk kesuburan. Sumber utama vitamin E bisa kita dapatkan pada
kacang-kacangan atau kecambah. Defisit vitamin E bisa mengakibatkan kemandulan.

- Vitamin K

Sumber utama vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau, kacang
buncis, kacang polong, kol dan brokoli. Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi
kandungan vitamin K-nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin K dalam
jumlah lebih kecil adalah susu, daging, telur, serealia, buah-buahan, dan sayuran lain.
Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila ada
luka atau pada operasi terjadi pendarahan.

b. Vitamin Larut Air

- Vitamin C

Pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah
terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dantomat, vitamin
C juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. Defisit vitamin C
memberi gejala-gejala penyakit skorbut. Kerusakan terutama terjadi pada jaringan rongga
mulut, pembuluh darah kapiler dan jaringan tulang. Vitamin C bisa di dapatkan dari
buah-buahan seperti jeruk, nanas, dan buah dengan rasa asam lainnya. Defisit vitamin C
menyebabkan penyakit skorbut atau sering kita bilang sariawan.

- Vitamin B

Sumber utama vitamin B adalah beras dan serealia. Defisit vitamin


Bmenyebabkan penyakit beri-beri. Vitamin B bisa kita dapatkan dari beras atausereal.
Pada beras, vitamin B ada pada selaputnya. Itulah alasannya kenapa kalaukita mencuci
beras jangan terlalu bersih, karena kandungan vitamin B yang ada pada beras akan
hilang. Defisit vitamin B mengakibatkan terjadinya beri-beri.

A. AIR DAN CAIRAN TUBUH

Tubuh dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa makanan, tapi hanya


beberapa hari tanpa air. Air atau cairan tubuh merupakan bagian utama tubuh, yaitu 55-
60% dari berat badan orang dewasa atau 70% dari bagian tubuh tanpa-lemak (lean body
mass). Angka ini lebih besar untuk anak-anak. Pada proses menua manusia kehilangan
air. Kandungan air bayi pada waktu lahir adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia
tua menjadi 50%. Kehilangan inisebagian besar berupa kehilangan cairan ekstraselular.

Kandungan air tubuh relatif berbeda antar manusia, bergantung pada proporsi
jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung relatif lebih banyak otot
mengandung lebih banyak air, sehingga kandungan air atlet lebih banyak daripada
nonatlet, kandungan air pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan, dan kandungan
air pada anak muda lebih banyak daripada orang tua. Sel-sel yang aktif secara metabolik,
seperti sel-sel otot dan visera (alat-alat yangterdapat dalam rongga badan, seperti paru-
paru, jantung, dan jeroan) mempunyai konsentrasi air paling tinggi, sedangkan sel-sel
jaringan tulang dan gigi paling rendah. Air mempunyai berbagai fungsi dalam proses
vital tubuh, yaitu:

- Pelarut zat-zat gizi yang diperlukan tubuh dan mengangkut sisa metabolisme

- Katalisator dalam berbagai reaksi biologi dalam sel

- Pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh

- Fasilitator pertumbuhan atau sebagai zat pembangun

- Pengatur suhu karena kemampuan air menyalurkan panas

- Peredam benturan dalam mata, jaringan saraf tulang belakang, dan

dalamkantung ketuban melindungi organ-organ tubuh dari benturan.

A. MINERAL
Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peran penting dalam
pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari
hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormontiroksin. Di samping itu
mineral berperang dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam
aktivitas enzim-enzim.

Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengatur


pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa,membantu transfer
ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf
terhadap rangsangan. Mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari antara lain
besi, seng, iodium, selenium, flour, molibdenum dan kobal. Jumlah mineral mikro dalam
tubuh kurang dari 15 mg. Hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap
esensial. Jumlah ini setiap waktu bisa berubah.

KEBUTUHAN ZAT GIZI MIKRO UNTUK TENAGA KERJA

Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting
dalam peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak,
terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu
sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Rendahnya produktivitas kerja dianggap
akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja.

Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat penting dalam
upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi serta meningkatkan
produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya
waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja,
sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan
fisiologis yang berartiatau sebaliknya. Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan,
sedang dan berat) berdasarkan proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pengelompokan aktivitas atau beban kerja

Kelompok Jenis kegiatan Faktor Contoh aktivitas


aktivitas aktivitas
Ringan 75% dari waktu yang 1.58 Aktivitas kantor tanpa olahraga. Aktivitas
Laki – laki digunakan untuk duduk 1.45 fisik yang tidak menguras tenaga, duduk
Perempuan atau berdiri dan 25% untuk memotong kedua ujung batang
kegiatan berdiri dan rokok(perempuan).berdiri di depan mesin
berpindah memasukan seng kedalam mesin pembuat
tutup kaleng(laki-laki)
Sedang 25% waktu yang digunakan 1.67 Bekerja naik turun tangga,olahraga
Laki-laki adalah untuk duduk atau 1.55 ringan,pekerjaan rumah tangga.berdiri
perempuan berdiri dan 75% adalah mengisikan batang korek api(perempuan).
untuk kegiatan kerja khusus Mengambil kotak berisi pentul korek api &
dalam bidang pekerjaanya berjalan memindahkannya kesekitar
mesin(laki-laki).
Berat 40% dari waktu yang 1.88 Pekerjaan lapangan, kuli bangunan, driller,
Laki-laki digunakan adalah untuk 1.75 memecah batu(perempuan), berderi
Perempuan duduk atau berdiri dan 60% mengangkat balok kayu dan memasukan ke
untuk kegiatan kerja khusus dalam mesin(laki - laki)
dalam bidang pekerjaanya.

MEMAKSIMALKAN GIZI KERJA

1. Makanlah aneka ragam makanan

Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga,
pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung,
gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie. Makanan sumber zat
pembangun merupakan makanan yang berasal dari pangan nabati dan hewani. Pangan
nabati, seperti kacang-kacangan, tempe, tahu dan pangan hewani, seperti telur, ikan,
ayam, daging, susu serta hasil olahannya, sedangkan makanan sumber zat pengatur, yaitu
seluruh sayur - sayuran dan buah-buahan (Depkes, 2005).

Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari. Setiap kali
hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan sumber zat tenaga, satu
jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis pangan sumber zat pengatur (Depkes
2005). Makan - makanan yang beragam dapat memelihara kesehatan karena kecukupan
sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang dibutuhkan tubuh terpenuhi.
Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka ragam jenis bahan makanan untuk mencapai
konsumsi zat gizi secara lengkap dan seimbang (Depkes 2005).

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi didapatkan


dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi, yaitu
makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak (Depkes 2005). Menurut hasil analisis
estimasi energi basal metabolisme (EBM) berdasarkan berat badan Oxford Equation yang
dilakukan pada populasi ASIA, angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa
khususnya umur 19-29 tahun yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara
angka kecukupan energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah 2550 Kal
(Hardinsyah & Tambunan 2004).

Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang. Apabila


seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan asupan energinya sudah
terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan menimbulkan dampak kegemukan.
Namun, apabila konsumsi energinya kurang, maka akan dapat menurunkan produktivitas
kerja seseorang serta dalam waktu yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan
penurunan berat badan (Depkes 2005).

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.


Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai 5% atau sekitar 3-4
sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari, sedangkan karbohidrat kompleks,
yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang),
dan makanan lain, seperti tepung, sagu, dan pisang (Depkes 2005).

Karbohidrat kompleks sangat baik dikonsumsi untuk tujuan pengendalian kadar


glukosa darah (Whitney et al 1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). 
Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia adalah nasi,
jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak mengadung zat gizi yang
lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat
hanya 50-60% dari kebutuhan energi (Depkes 2005).

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan


energi

Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &
Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi dibanding
bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal, sedangkan karbohidrat
dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes 2005). Oleh karena itu, proporsi
konsumsi energi dari lemak dan minyak yang dianjurkan adalah 20% dari total konsumsi
energi dan tidak melebihi 30% (Simopoulus et al 2000 diacu dalam Hardinsyah &
Tambunan 2004). Apabila mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang berlebihan maka
akan mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi lemak
yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan makanan sumber
lemak lemak nabati (Depkes 2005).

Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk
meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut lemak, yaitu
vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan. Lemak terdiri dari tiga
kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang
mengandung asam lemat tak jenuh ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak
jenuh tunggal, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis
lemak atau minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak
kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998 diacu dalam Hardinsyah &
Tambunan 2004).
5. Gunakan garam beriodium

Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat dibutuhkan
dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat, pertumbuhan tulang,
perkembangan fungsi otak dan sebagian besar metabolisme sel tubuh, pengaturan suhu
tubuh, sintesa protein, reproduksi, pertumbuhan dan perkembangan neuromuskular
(Kartono & Soekarti 2004). Kekurangan iodium akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak, tekanan darah rendah, dan gondok.
Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001) untuk kelompok umur diatas 12 tahun,
pria dan wanita adalah 150 µg/hari (Kartono & Soekarti 2004).

Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari 6 gram
per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di dalam garam
beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi garam berlebihan, maka akan dapat
memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes
2005).  Pangan sumber iodium adalah ikan dan kerang yang mengandung iodium tinggi,
dan pangan nabati tinggi iodium, seperti rumput laut (Kartono & Soekarti 2004). Menurut
Kodyat (1998) diacu dalam Emilia (1998) penambahan garam pada makanan sebaiknya
dilakukan setelah makanan dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau hilang
saat makanan dimasak.

6. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan sel darah
merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi dapat diperoleh dari
makanan sehari-hari (Depkes 2005). Apabila konsumsi pangan sumber zat besi rendah,
maka dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan penyakit anemia gizi atau
penyakit kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan
kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).

Hidayat Syarief (1997) menyebutkan bahwa pada usia dewasa, faktor gizi
berperan untuk meningkatkan ketahanan fisik dan produktivitas kerja. Dan selanjutnya
disebutkan bahwa tanpa mengabaikan arti penting dari faktor lain, gizi merupakan faktor
kualitas SDM yang pokok, karena unsur gizi tidak hanya sekedar mempengaruhi
derajat kesehatan dan ketahanan fisik, tetapi juga menentukan kualitas daya pikir atau
kecerdasan intelektual yang sangat esensial bagi kehidupan manusia.  Dengan status gizi
yang rendah akan sulit untuk hidup secara sehat, aktif, dan produktif yang secara
berkelanjutan, dan akan menjadi penyakit turunan. Manusia untuk kehidupannya
membutuhkan energi, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuhnya, seperti
berlangsungnya proses peredaran/sirkulasi darah, denyut jantung,
pernapasan, pencernaan, proses-proses fisiologis lainnya, selanjutnya untuk melakukan
berbagai kegiatan atau melakukan pekerjaan fisik.  Energi dalam tubuh manusia dapat
dihasilkan dari pembakaran karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar
manusia selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan yang cukup
pula ke dalam tubuhnya.  Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya kegiatan,
pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan
yang diterima tubuhnya yang dapat menghasilkan energi.  Dan orang tidak dapat bekerja
dengan energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika
meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam
ini akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kurang gizi khususnya energi
(Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).

Remaja adalah kelompok yang rentan terhadap perubahan-perubahan yang ada di


lingkungan sekitarnya, khususnya masalah konsumsi makanan. Masalah yang terkait
dengan konsumsi makanan yaitu kebiasaan remaja yang sangat beragam terhadap
makanan yang dikonsumsi, seperti acuh, terhadap pemilihan makanan yang
dikonsumsinya padahal tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, makan berlebih, mengikuti
trend dengan makanan cepat saji tanpa memperhatikan kecukupan gizi yang mereka
butuhkan, lupa waktu makan karena padatnya aktivitas dan sebagainya.

Tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam


pemilihan makanan dan selanjutnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
bersangkutan. Penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara pengetahuan
gizi seimbang dengan status gizi remaja pada Madrasah Tsanawiyah ditemukan bahwa
yang mempunyai pengetahuan gizi baik 54,2% dan status gizi baik 57,3%.
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor
potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan
Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan
lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya
mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara
langsung maupun tidak langsung.Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh
karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat
kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua


lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh


tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya


yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesua


dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan


dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain:
metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan
kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu
kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat
hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja
yaitu:

1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.

2. Beban kerja: fisik maupun mental.


3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja
yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah
kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya
akan menurunkan produktifitas kerja.

Penyusunan pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang adalah salah satu bentuk
strategi pendidikan gizi. Pesan-pesan dalam pedoman gizi seimbang tersebut tertuang
dalam 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, yaitu:

1) Makanlah aneka ragam makanan.

2) Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3) Makanlah sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi.

5) Gunakan garam beriodium

6) Makanlah makanan sumber zat besi.

7) Berikan air susu ibu ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan.

8) Biasakan makan pagi

9) Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya.

10) Lakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur.

11) Hindari minum minuman beralkohol.

12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.


BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja untuk
memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan status gizi dan
kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktivitas kerja.

Aspek-aspek yang mepengaruhi gizi kerja berupa kebutuhan gizi bagi tenaga
kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat, kalori yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga
kerja, gizi kerja yang produktivitas.

Pada umumnya gizi yang dibutuhkan pekerja sama dengan yang dibutuhkan
dalam aktifitas sehari-hari yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan air.

Undang-undang yang mengatur gizi kerja yaitu UU No.1 th 51 dan UU No.12 th


1948, Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979, Keputusan Menteri TK dan
Trans No. 608/Men/1089, dan Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989.

Akibat kekurang asupan gizi bagi pekerja yaitu pertahanan tubuh terhadap
penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus,
muka pucat kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban, apatis dan
lain sebagainya.

3.2 Saran
Zat gizi yang terdapat dalam berbagai bahan pangan (makanan dan minuman)
yang dikonsumsi sehari-hari, yang terdiri dari zat gizi makro dan mikro berupa
karbohidrat, lemak, dan protein harus dipenuhi secara cukup danseimbang sesuai
kebutuhan tubuh. Hal tersebut harus diperhatikan agar tubuh tidak kekurangan dan
kelebihan salah satu zat gizi. Untuk memenuhi gizi yang cukup dan seimbang, kita tidak
boleh bergantung pada satu jenis pangan saja, melainkan harus mengkonsumsi makanan
yang beragam jenisnya karena konsumsi gizi seimbang pada seseorang akan menentukan
tercapainya tingkat kesehatan. Hal ini juga tidak terlepas dari peran pemerintah, petugas
kesehatan, maupun masyarakat agar selalu memperhatikan tingkat pemenuhan gizi setiap
individu. Sehingga, masalah gizi yang terjadi dapat berkurang dan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, E. H. And D. N. A. Ningrum (2010). “Hubungan Antara Tingkat


Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Dengan Produktivitas Kerja.” Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Vol 5, No 2 (2010)).

Atikah Proverawati Dan Erna Kusuma Wati, Ilmu Gizi Untuk Keperawatan Dan
Gizi Kesehatan, (Yogyakarta: Nuhamedika, 2010)

Ari Agung, I. G. A. (2008). “Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap


Produktivitas Kerja.” Piramida (Vol. 4, No. 1 Juli 2008).

Aziza, Z. And F. F. Dieny (2015). “Perbedaan Aktivitas Fisik Intensitas Berat,


Asupan Zat Gizi Makro, Persentase Lemak Tubuh, Dan Lingkar Perut Antara Pekerja
Bagian Produksi Dan Administrasi Pt. Pupuk Kujang Cikampek.” Journal Of Nutrition
College (Vol 4, No 2 (2015): (April 2015)): 96-103.

Ellyke, E. (2007). “Hubungan Tingkat Kecukupan Energi Dan Protein Dengan


Status Gizi Pekerja Wanita Di Sentra Industri Sandal, Sidoarjo.” Ikesma (Vol 3, No 1
(2007)).

Hidayat Syarief. 1997. Membangun Sdm Berkualitas. Suatu Telaahan Gizi


Masyarakat Dan Sumber Daya Keluarga. Ipb. Bogor.

Mahdar, D., Et Al. (1996). “Status Gizi Mikro (Tembaga, Seng Dan Kronium),
Pengetahuan Gizi Dan Keadaan Gizi Lebih Pada Pria Pekerja.” Jurnal Penelitian Gizi
Dan Makanan (Jilid 19 (1996)).

Marsetyo, H Dan G. Kartasapoetra. 1991. Ilmu Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.


Miagia I.S. & Hidayati T. (2010) Hubungan Pelaksanaan Prinsip Pemberian
Menu Nurcahyo, K. Dan Briawan, D. (2010) Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi Dan
Status Gizi Anak Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi Dan Pangan, Vol. 5
(3): Pp. 164-170

Mulyatiningsih, E. (2000). “Pengendalian Stres Pada Wanita (Tinjauan Dari


Pekerjaan Dan Status Gizi).” Humaniora (Vol 5, No 2: 2000).

Suma‟Mur, 1996. Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Pt. Toko
Gunung Agung

Sunitaalmatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama,


2009), Hlm.296

Wijayanti, Reni, 2007. Materi Kuliah Gizi Kerja. Surakarta : D-Iii Hiperkes Dan
Kk Fakultas Kedokteran Uns.

Wulandari, P. D. A., Et Al. (2015). “Hubungan Antara Asupan Energi, Asupan


Protein Dan Aktivitas Fisik Terhadap Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah
Kerja Upt Kesmas Blahbatuh Ii, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar.” E-Jurnal
Medika Udayana(Vol 4 No 7(2015):E-Jurnal Medika Udayana).

https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-gizi/

https://nutriflakes.id/blog/zat-gizi-makro/

Anda mungkin juga menyukai