EMI SIHOMBING
Emi Sihombing
J3L111057
RINGKASAN
EMI SIHOMBING
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam kegiatan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan sejak tanggal Febuari
2014 hingga Mei 2014 ini ialah produksi enzim skala menengah, dengan judul
akhir preservation enzim mananase menggunakan teknik imobilisasi
menggunakan natrium alginat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Budi Arifin,Ssi Msi selaku dosen
pembimbing, Dra Tuti Haryati, MSc dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak).
Sebagai pembimbing lapangan. Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada ibu
Tresnawati Purwadaria dan staf ahli dan karyawan Laboratorium Pakan yang telah
membantu penulis selama paraktik kerja lapangan. Disamping itu, penghargaan
penulis disampaikan kepada kedua orang tua saya, adik-adik saya, keluarga besar
DM GBI Danau Bogor Raya, dan teman-teman komsel saya untuk doa dan
semangat yang diberikan. Ucapan terima kasih juga tak lupa saya ucapkan kepada
sahabat-sahabat analisis kimia 48 dan rekan sivitas saya atas doa dan dukunganya.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Emi Sihombing
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xiv
1.1 Sejarah 1
1.2 Visi dan Misi 1
1.3 Tujuan dan Fungsi 1
1.4 Sarana 2
1.5 Layanan 2
1.6 Sumber dana 3
2 PENDAHULUAN 3
2.1 Latar Belakang 3
2.2 Tujuan 5
2.3 Tempat dan Lokasi 5
3 BAHAN DAN METODE 5
3.1 Alat dan Bahan 5
3.2 Metode 5
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 7
5 SIMPULAN DAN SARAN 10
5.1 Simpulan 10
5.2 Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN 13
RIWAYAT HIDUP 17
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRA
1.1 Sejarah
hijauan, (b) pemulihan, reproduksi dan nutrisi pada ternak unggas, sapi perah, dan
aneka ternak lainnya, (c) komponen teknologi, sistem, dan usaha agribisnis ternak,
serta (d) bioteknologi ternak dan agrostologi; (2) memberikan pelayanan teknik
dalam kegiatan penelitian ternak, penyiapan kerja sama, informasi dan
dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil penelitian ternak;
serta (3) melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.
1.4 Sarana
1.5 Layanan
1.5.1 Laboratorium
Balai penelitian ternak (Balitnak) memiliki fasilitas laboratorium untuk
pelayanan pengujian kimia dan biologis bidang peternakan. Fasilitas pelayanan
pengujian mengutamakan mutu dan kepuasan custumer serta menjamin bahwa
hasil pengujian dilakukan dengan kejujuran teknis, teliti, tepat, cepat, akurat, serta
efisien dalam menggunakan sumber daya.
1.5.2 Kerjasama
Balitnak memfasilitasi kegiatan magang bagi para penyuluh, petani,
praktisi, dan masyarakat umum serta stake holder lainnya yang ingin menguasai
keahlian dan keterampilan dalam teknologi budidaya ternak, sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kepada pengguna sekaligus mendiseminasikan inovasi
hasil-hasil penelitian. Materi magang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna
meliputi: 1). Teknologi budidaya ternak ruminansia (sapi, kambing, domba), 2).
Teknologi budidaya ternak non ruminansia (ayam, itik, kelinci), dan 3). Teknologi
budidaya hujauan pakan ternak.
Bimbingan disampaikan oleh para pakar dan teknisi yang berpengalaman
dengan proporsi materi teori (40%) dan praktek (60%). Permohonan magang
dapat dilakukan melalui surat/fax yang ditujukan kepada Kepala Balai Penelitian
Ternak selambat-lambatnya 2 minggu sebelumnya. Pengguna dapat memilih
paket magang.
3
1.5.3 Kunjungan
Balitnak mengembangkan fasilitas Area Wisata Ilmiah sebagai upaya
menigkatkan pelayanan kepada pengunjung sekaligus mendiseminasikan inovasi
hasil-hasil penelitian. Area Wisata Ilmiah merupakan ajang promosi (diseminasi),
pembelajaran IPTEK peternakan, dan menjadi fasilitas hiburan (wisata) bagi
masyarakat.
Materi yang tersedia di Area Wisata Ilmiah melipueti: 1). Koleksi berbagai
jenis ternak (unggul) hasil penelitian, 2). Sistem perkandangan, 3). Koleksi
berbagai jenis hijauan pakan ternak, produk teknologi pakan, pakan tambahan,
serta fasilitas pengelolaan limbah (Waste Treatment). Pelayanan yang diberikan
kepada pengunjung meliputi pemaparan profil Balitnak dan kunjungan ke
kandang/laboratorium/lapangan percobaan/demplot disertai penjelasan oleh
infoguide.
2 PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor yang paling pokok dalam industri ternak.
Penggunaan bahan baku pakan lokal sering terkendala oleh mutu pakan yang
rendah, sehingga mendorong para pelaku industri ternak menggunakan pakan
impor seperti jagung dan kedelai. Kondisi ini menaikkan biaya produksi, sebab
pengadaan pakan menyumbang 65–70% biaya produksi. Untuk itu, terus dicari
alternatif pakan ternak yang bermutu baik, tetapi dengan harga yang lebih
terjangkau. Salah satu bahan pakan alternatif yang telah dikembangkan ialah
limbah pertanian seperti bungkil kelapa dan bungkil sawit. Akan tetapi, bahan
pakan ini memiliki kandungan serat yang tinggi (Yopi et al. 2006). Enzim
pengurai serat perlu ditambahkan agar pakan dapat termanfaatkan secara efisien
menjadi energi.
Bungkil kelapa mengandung serat manan yang dapat menurunkan
kecernaan protein dan ketersediaan zat-zat gizi dalam pakan (Gambar 1). Senyawa
manan dapat diurai secara kimia maupun secara enzimatik dengan bantuan enzim
mananase. Penguraian secara enzimatik umumnya dipilih karena lebih ramah
lingkungan serta tidak membutuhkan peralatan yang rumit sehingga biayanya
relatif lebih murah.
4
HOH2C O
HOH2C O OH
HO HO O OH
HO
HO
O O CH2OH
CH2OH HOHC CH2OH HOHC O
O O O O
O O O
O
β-mananase β-mananase
2.2 Tujuan
3.2 Metode
Enzim mananase pada PKL ini diproduksi melalui fermentasi substrat cair
bungkil kelapa 3% (b/v) oleh kapang BS4 dalam medium Mandel dan mineral
selama 5 hari menggunakan inkubator berpengaduk dengan kecepatan 120 rpm
dan suhu 25˚C. Hasil fermentasi dikumpulkan, lalu disentrifugasi untuk diambil
filtratnya (supernatan). Protein, termasuk di dalamnya enzim mananase, kemudian
diendapkan dengan menambahkan amonium sulfat sebanyak 515 g per L filtrat
(Scopes 1982). Setelah didiamkan semalam pada 4°C, endapan enzim dipisahkan
melalui sentrifugasi kemudian dilarutkan dengan bufer asetat pH 5.8 sebanyak 5%
dari volume supernatan.
Enzim yang diperoleh diuji aktivitasnya menggunakan metode DNS, yang
didasarkan pada pengukuran konsentrasi gula pereduksi hasil hidrolisis substrat.
Pereaksi asam 3,5-dinitrosalisilat akan direduksi menjadi asam 3-amino-5-
nitrosalisilat oleh senyawa gula pereduksi (Gambar 3). Gula sederhana manosa
yang terdapat pada reaksi mengalami oksidasi (Gambar 4). Warna larutan yang
dihasilkan akan memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 540 nm
(Yopi et al. 2006). Absorbans yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi
konsentrasi gula (mg/mL) dan selanjutnya menjadi aktivitas enzim (Lampiran 2).
Aktivitas enzim menunjukkan konsentrasi substrat yang bereaksi atau konsentrasi
produk yang terbentuk dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim tersebut per
satuan waktu atau dengan kata lain, laju transformasi substrat oleh enzim. Satu
unit aktivitas enzim ialah banyaknya enzim yang dapat memproduksi 1 µmol
produk per menit.
O O
HOH2C N
OH
HOH2C O N HO
O O
O O H OH O
HO H OH OH + HO +
HO H O
H OH OH
H H
H O N H2N OH
CH3
O
Gambar 3 Reaksi gula pereduksi (β-mananase) dengan asam 3,5-dinitrosalisilat
CHO COOH
HO H HO H
HO H HO H
H OH H OH
H OH H OH
CH2OH CH2OH
yang dihasilkan pada awal penelitian ini cukup tinggi yaitu 38,48 µmol manosa
dalam satu menit dengan faktor pengenceran 500 kali.
Aktivitas enzim yang tinggi sangat diinginkan untuk setiap produksi enzim
dan terlebih aktivitas tersebut dapat berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Enzim mananase hasil dari produksi penelitian ini berbentuk cair yang sangat
rentan mengalami kerusakan. Untuk itu, setiap enzim cair yang sedang tidak diuji
haruslah disimpan pada suhu 4˚C. Kondisi ini mendorong para peneliti untuk
menemukan cara mengawetkan enzim tanpa mengurangi aktivitasnya secara
signifikan dan dapat bertahan lama. Proses pengawetan dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti penambahan bahan kimia secara langsung, imobilisasi
enzim, serta pengaturan kondisi dan bentuk enzim saat penyimpanan.
Proses pengawetan enzim dengan penambahan bahan kimia secara langsung
yaitu dengan menambahkan gliserol kedalam enzim cair dengan perbandingan
tertentu dan di simpan pada suhu tertentu. Proses pengawetan selanjutnya ialah
imobilisasi yang merupakan salah satu proses untuk mengetahui bentuk dan
kondisi penyimpanan enzim dalam waktu lama. Imobilisasi enzim dapat
dilakukan dengan menggunakan polar (Prasetyo 2010) dan menggunakan alginat
(Knezevic 2002). Penggunaa polar dalam pengawetan memperoleh nila perolehan
kembali sebesar 76.56% pada proses pencampuran dengan ternak dilakukan
dengan beberapa perbandingan 1 mL per Kg pakan merupakan yang terbaik.
Enzim mananase yang terimobilisasi dicampurkan dengan bungkil inti sawit (BIS)
sebagai pakan ternak saat itu (Prasetyo 2010).
Pengawetan yang dilakukan dalam PKL ialah menggunakan alginat untuk
mengukur kemampuan alginat dalam menginaktifkan aktivitas enzim selama
proses penyimpanan. Penentuan konsentrasi alginat dilakukan dengan uji aktivitas
enzim menggunakan beberapa konsentrasi enzim dan dilihat dari perolehan
kembali yang dihasilkan tiap konsentrasi. Berdasarkan uji yang dilakukan
menggunakan 3 konsentrasi berbeda diperoleh alginat dengan konsentrasi 2% b/v
yang baik digunakan untuk proses imobilisasi. Hal ini dilihat dari persen
perolehan kembali tertinggi yaitu 74,7% (Lampiran 4).
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan proses imobilisasi
selanjutnya menggunakan alginat 2% b/v. Tidak jauh dari hasil imobilisasi
pendahuluan % perolehan kembali yang diperoleh saat penelitian ialah 76,89%.
Perbedaan ini terjadi karena enzim yang digunakan berbeda dan juga absorbans
yang peroleh walaupun faktor pengenceran yang sama. Memperoleh hasil tersebut
kemudian penelitian berlanjut terhadap kondisi penyimpanan, karena enzim
terimobilisasi masih berupa cairan maka penyimpanan dilakukan pada suhu -4˚C
dan disimpan selama 39 hari. Enzim kemudian diukur dan diperoleh menunjukkan
bahwa aktivitas enzim mengalami penurunan selama proses penyimpanan
(Tabel1). Secara teoritis enzim dengan perlakuan imobilisasi akan bertahan lebih
lama dibandingkan enzim yang tidak mendapat perlakuan (Haryati et al 2010).
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
rerata
100 0,079 0,080 0,079
200 0,221 0,214 0,218
300 0,326 0,347 0,337
400 0,519 0,501 0,510
500 0,664 0,643 0,654
600 0,794 0,834 0,814
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0 x − 0.08
R² = 1
Absorbansi
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 100 200 300 400 500 600 700
konsentrasi standar manosa [mg/mL]
Contoh perhitungan:
y−a
[gula ]=
b
Keterangan:
y= absorbans analat yang diukur
a= intersep yang diperoleh dari kurva standarisasi
b= nilai kemiringan
0,078−(−0,08)
[ gula ] kontrol fp200 ×= ¿ 107
0,001473
16
L
300 0.055 91.6 0.815 607.6 28.7 358
0.066 99.1 0.806 601.5 27.9 348
400 -0.003 52.2 0.786 587.9 29.8 371
-0.003 52.3 0.787 588.6 29.8 372
500 -0.002 52.9 0.654 498.3 24.7 309
-0.002 52.9 0.658 501.0 24.9 311
rerata 345
RIWAYAT HIDUP