Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MASALAH GIZI “WASTING”

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Gizi Dosen
Pengampu: Febrianti, S.P., M.Si.

Kelompok Penyusun :

Arfiansyah Audah Fakhri(11191010000038)


Feby DwiNaisya Rahmah( 11201010000065)
Gianluigi Fahrezi (11201010000069)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


JAKARTA

NOVEMBER/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas nikmat dan karunia-Nya penulis dapat
merampungkan makalah yang berjudul “Masalah Gizi ‘Wasting’” tanpa kendala yang
berarti. Makalah ini disusun sebagai mata kuliah Dasar Gizi dengan dosen pengampu
Febrianti, S.P., M.Si. pada program studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada para dosen pengampu mata kuliah Dasar Kesehatan Masyarakat yang
telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini. Penyusun berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang permasalahan gizi yang
ada di masyarakat. Tak lupa, penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Tangerang, 05 November 2021

Tim penyusun,

Kelompok 8

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................................1
1. Latar Belakang...........................................................................................................1
2. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB 2 Proses Biologis Terjadinya Masalah Gizi.................................................................3
1. Zat Gizi Terkait dan Anjuran Konsumsinya Per Hari..................................................3
A. Karbohidrat.......................................................................................................... 3
B. Protein..................................................................................................................5
C. Lemak................................................................................................................... 6
D. Energi................................................................................................................... 7
2. Proses Biologis dalam Tubuh....................................................................................8
3. Penentuan Trigger Level...........................................................................................9
4. Pengukuran Antropometri......................................................................................10

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Wasting atau gizi kurus merupakan kejadian kekurangan gizi akut akibat dari terjadinya
penurunan berat badan yang cepat atau kegagalan untuk menambah berat
badan (UNICEF, 2020). Wasting didasarkan pada indeks berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam
puluh) bulan. (PMK, 2020). Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi wasting di
Indonesia mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 10,2% dan
semua provinsi memiliki prevalensi balita kurus di bawah 15%, dengan provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB) memiliki
prevalensi tertinggi yakni sebesar 14,4% (Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

Namun hal ini bukan berarti wasting menjadi masalah kesehatan yang sudah selesai
karena wasting masih dianggap sebagai masalah gizi utama di Indonesia yang
belum memenuhi standar dari WHO yakni sebesar 5% dan standar RPJMN yaitu sebesar
9,5% (Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

Masalah gizi seperti wasting ini memiliki dampak yang serius terhadap kualitas
generasi-generasi di masa yang akan datang. Anak yang menderita wasting akan
mengalami gangguan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangannya, seperti
menurunkan kecerdasan dan kreativitasnya, serta memiliki resiko lebih besar untuk
terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya yang lebih rendah. Anak yang
mengalami wasting juga memiliki resiko kematian 11,6 kali lebih besar daripada anak-
anak yang memiliki gizi baik dan bagi mereka yang bertahan hidup akan terus
mengalami masalah pada pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup mereka
(Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

1
Kejadian wasting berhubungan erat dengan status gizi pada individu yang
menderitanya. Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas
pertumbuhan dan perkembangan yang akhirnya berpengaruh terhadap kualitas
sumber daya manusia (SDM) serta status gizi merupakan gambaran dari keadaan gizi di
masyarakat. Apabila masyarakat memiliki status gizi yang rendah, maka keberhasilan
kualitas SDM nya akan menurun. Pembangunan kualitas SDM yang

baik untuk mencapai manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan mandiri harus sejalan
dengan peningkatan status gizi di masyarakat. Masalah gizi seperti wasting yang
berpengaruh besar terhadap kualitas SDM harus mendapat perhatian khusus dan harus
segera diselesaikan agar pembangunan kualitas SDM yang baik dapat berjalan dengan
lancar dan nantinya kualitas SDM yang baik dapat membangun Indonesia menjadi
negara yang lebih maju.

2. Tujuan

• Menjelaskan proses biologis kejadian wasting


• Menjelaskan zat gizi yang berperan dalam kejadian wasting

• Mengidentifikasi trigger level wasting dan cara mengukur status gizinya

• Menjabarkan faktor risiko wasting berdasarkan contoh kasus yang sudah dipilih

• Menerangkan tentang pencegahan dari masalah gizi wasting


BAB 2 PROSES BIOLOGIS TERJADINYA MASALAH GIZI
1. Zat Gizi Terkait dan Anjuran Konsumsinya Per Hari

A. Karbohidrat
Karbohidrat sebagai salah satu sumber energi utama bagi tubuh merupakan zat
makanan yang paling cepat menyuplai bahan bakar tubuh, sehingga jika
seseorang dalam kondisi lapar, maka makanan yang dipilih pertama kali untuk
mengatasi rasa lapar adalah makanan yang mengandung sumber karbohidrat.

Karbohidrat mempunyai fungsi utama yaitu sebagai sumber energi utama tubuh.
Sebagian besar karbohidrat yang masuk ke dalam tubuh berada di dalam sirkulasi
darah sebagai glukosa, dan berfungsi langsung memenuhi keperluan energi.
Namun fungsi karbohidrat bukan hanya sebagai sumber energi tetapi juga

2
memiliki fungsi lain dalam keberlangsungan proses metabolisme dalam tubuh
yaitu penyedia energi utama, pengatur metabolisme lemak, penghemat protein,
penyuplai energi otak dan syaraf, membantu metabolisme lemak dan protein,
pengatur peristaltik usus, pemberi muatan sisa makanan, dan penyimpan
glikogen (Azrimaidaliza et al., 2020).

Kekurangan karbohidrat akan memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuh
yakni apabila asupan karbohidrat kurang atau tidak dapat memenuhi kebutuhan
energi untuk aktivitas sehari-hari, maka tubuh akan memakai cadangan protein
dan lemak tubuh sebagai sumber energi. Hal ini disebut dengan kondisi ketosis.
Bila dibiarkan, kondisi ketosis akan menghasilkan penumpukan senyawa keton
yang merupakan produksi dari metabolisme lemak. Kadar keton yang berlebihan
dapat memicu dehidrasi dan mengganggu keseimbangan senyawa kimia dalam
darah. Akibatnya, kadar glukosa dan keton dalam aliran darah pun
meningkat,atau biasa disebut dengan ketoasidosis. Ketoasidosis ini dapat
mengubah sifat darah menjadi asam yang dapat membahayakan kesehatan.

3
Tabel 1: Kebutuhan karbohidrat per hari (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan tabel diatas, kebutuhan karbohidrat menurut umur yaitu untuk anak
usia 0-5 bulan membutuhkan 59 gram karbohidrat per hari, usia 6-11
bulan membutuhkan 105 gram karbohidrat per hari, usia 1-3 tahun
membutuhkan 215 gram karbohidrat per hari, dan usia 4-6 tahun membutuhkan
220 gram karbohidrat per hari.
B. Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi makro yang penting bagi kehidupan
manusia selain karbohidrat dan lemak. Protein dikaitkan dengan berbagai

bentuk kehidupan, salah satunya adalah enzim yang dibuat dari protein. Tidak
ada kehidupan tanpa adanya enzim yang terdapat dalam berbagai jenis dan fungsi
yang berbeda di dalam tubuh manusia. Fungsi protein ialah memberi tubuh asam
amino yang digunakan untuk membangun dan memelihara jaringan seperti otot,
tulang, enzim, dan sel darah merah. Tubuh juga dapat menggunakan protein
sebagai sumber energi.

Kekurangan asupan protein menyebabkan gangguan pada mukosa, menurunnya


sistem imun sehingga mudah terserang penyakit infeksi seperti

infeksi saluran pencernaan (misal: diare) dan pernafasan. Hal ini disebut juga
dengan kurang energi protein (KEP). Kondisi kekurangan energi dan protein

4
pada balita dan anak-anak menyebabkan gangguan pada perkembangan kognitif
yang berdampak pada kecerdasan otak anak.

Tabel 2: Kebutuhan asupan protein per hari (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Berdasarkan tabel diatas, kadar protein normal tubuh menurut umur yaitu untuk
anak usia 0-5 bulan membutuhkan 1,31 protein/kg bb, usia 6-11 bulan
membutuhkan 1,14 protein/kg bb, usia 1-3 tahun membutuhkan 1,01 protein/kg
bb, dan usia 4-6 tahun membutuhkan 0,87 protein/kg bb.

C. Lemak
Lemak (lipid) adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air.
Namun lemak dapat larut pada larutan non polar seperti eter, alkohol, kloroform,
dan benzena. Lemak adalah zat yang kaya akan energi dan
berfungsi sebagai sumber energi yang memiliki peran penting dalam proses
metabolisme lemak. Fungsi Lemak ialah untuk menghasilkan energi dan untuk
membantu penyerapan vitamin vitamin larut lemak.

Kekurangan asupan lemak akan berdampak pada kurangnya asupan kalori atau
energi untuk proses aktivitas dan metabolisme tubuh. Asupan lemak yang rendah
diikuti dengan berkurangnya energi di dalam tubuh akan menyebabkan
perubahan pada massa dan jaringan tubuh serta gangguan penyerapan vitamin
yang larut dalam lemak. Hal ini akan berdampak pada penurunan berat badan.
Pada bayi makanan tinggi lemak (sekitar 40-60 persen) merupakan ciri khas untuk
menunjang penambahan berat badan yang pesat. ASI menyediakan prekursor

5
dan derivat omega 3 dan omega 6. Jumlah aktual asam lemak esensial dan
LCPUFA asam lemak tak jenuh yang ada di dalam ASI bervariasi tergantung dari
jenis makanan ibu dan genetik yang

6
mengatur metabolisme. LCPUFA ASI menyediakan sekitar 50 energi dalam
bentuk lemak.

Tabel 3: Kebutuhan lemak per hari (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

Berdasarkan tabel diatas, kadar lemak normal tubuh menurut umur yaitu untuk
anak usia 0-5 bulan membutuhkan 31 lemak atau 50 persen energi lemak
perhari, usia 6-11 bulan membutuhkan 35 lemak atau 40 persen energi lemak
perhari, usia 1-3 tahun membutuhkan 45 lemak atau 30 persen energi lemak
perhari, dan usia 4-6 tahun membutuhkan 50 lemak atau 30 persen energi lemak
perhari.

D. Energi
Pengertian energi adalah daya atau kekuatan yang dapat digunakan untuk
melakukan berbagai proses kegiatan. Energi dinyatakan dalam unit panas atau
kilokalori (kkal). Satu kilokalori dinyatakan sebagai jumlah panas yang diperlukan.
Asupan energi yang tidak mencukupi kebutuhan dapat

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan energi Ketidakseimbangan energi


secara berkepanjangan menyebabkan terjadinya masalah gizi seperti kekurangan
energi kronis ( serta berdampak pada perubahan berat badan seseorang.

7
Tabel 4&5: Kebutuhan energi per hari (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

Berdasarkan tabel diatas, angka kecukupan energi tubuh menurut umur yaitu
untuk anak usia 0-5 bulan membutuhkan 550 gram kkal per hari, usia 6-11
bulan membutuhkan 800 gram kkal per hari, usia 1-3 tahun membutuhkan
1350 gram kkal per hari, dan usia 4-6 tahun membutuhkan 1400 gram kkal
perhari (Hardiansyah and dkk, 2019).

2. Proses Biologis dalam Tubuh


Jika jumlah energi yang diperoleh dari zat gizi tidak tercukupi , maka tubuh akan
melakukan penghematan terhadap pemakaian energi , untuk menjamin berbagai reaksi
biokimia dalam tubuh tetap berlangsung secara normal. Kekurangan gizi secara umum
menyebabkan gangguan pada proses-proses antara lain, proses
pertumbuhan , produksi tenaga , pertambahan tubuh , struktur dan fungsi otak , dan
perilaku. Kondisi patologis yang dapat terjadi pada kekurangan zat gizi karbohidrat,
protein, dan lemak yakni:

1. Ketoasidosis
Merupakan kondisi di mana terjadi penumpukan kadar asam keton dalam darah.
Keton dalam darah terbentuk akibat kurangnya jumlah karbohidrat dalam tubuh
untuk menghasilkan energi, sehingga tubuh memanfaatkan

8
lemak sebagai sumber energinya. Penumpukan keton akan mengakibatkan darah
menjadi asam. Kadar keton dalam tubuh dapat diukur dengan pengecekan gula
darah.

2. KEP (kekurangan energi dan protein)


Merupakan kondisi dimana tubuh kekurangan asupan energi dan protein. Pada
kondisi yang ringan, KEP pada anak belum memiliki gejala yang sangat terlihat,
namun anak tersebut akan terlihat kurus. Pada kondisi yang berat, KEP pada anak
memiliki gejala klinis yang secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus,
kwashiorkor atau marasmickwashiokor.

3. Penentuan Trigger Level


Trigger level wasting pada balita dapat ditentukan dari prevalensi.Jika prevalensi
wasting kurang dari 2.5 persen dapat dikatakan sangat rendah, jika prevalensi diantara
2.5-5 persen dapat dikatakan rendah, jika prevalensi diantara 5-10 persen dapat
dikatakan sedang, jika prevalensi antara 10-15 dapat dikatakan tinggi dan jika
prevalensi diatas 15 persen dapat dikatakan sangat tinggi.

Wasting termasuk ke dalam masalah kesehatan masyarakat nasional karena menurut


data dari Riskesdas 2018 , total prevalensi di Indonesia adalah 10,2 % (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018) yang mana hal ini berada pada ambang batas
tinggi (10%-15%) berdasarkan trigger level yang ditetapkan oleh WHO pada tahun 2018
(de Onis et al., 2019).

Prevalence Thresholds (%) Labels


<2,5 Very Low
2,5-<5 Low
5-<10 Medium
10-<15 High

>=15 Very High


Tabel 6: Trigger Warning masalah wasting (de Onis et al., 2019)

9
4. Pengukuran Antropometri

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tentang Standar


Antropometri Anak, Kurus dan Sangat Kurus adalah status gizi yang didasarkan
pada indeks: Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB). Indikator ini digunakan oleh anak usia 0 60 bulan dengan tujuan
untuk mengukur berat badan sesuai dengan tinggi badan anak.

Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan yang memiliki presisi

0,1 kg, sedangkan badan diukur menggunakan alat ukur tinggi badan dengan presisi 0,1
cm. Namun, jika pengukuran dilakukan dengan panjang badan, maka dilakukan
konversi, mengurangi Panjang badan dengan 0,7 cm.

Gizi seorang anak dapat dilihat dari tabel diatas melalui perhitungan Z-score dengan
cara seperti diatas. Dan standar berat badan menurut tinggi badan dapat dilihat melalui
tabel yang diperoleh dari Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020
tentang Standar Antropometri Anak dibawah ini :

10
Tabel 7: Standar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) anak laki-laki umur 24-60 bulan
(PMK, 2020)

Lingkar lengan atas juga bisa menjadi indikator wasting yang ditujukan bagi Wanita usia
subur dan Wanita hamil , sebab LILA bisa mengindikasikan terjadinya kekurangan
energi kronis (KEK). Seorang Wanita usia subur dan Wanita hamil

dinyatakan mengalami KEK apabila lingkar lengan atasnya <23.5 cm.


1. Pengukuran dilakukan pada lengan tangan yang tidak . Contohnya jika terbiasa
beraktivitas dengan tangan kanan, maka pengukuran LILA dilakukan pada
lengan kiri.

2. Tekuk lengan sehingga tangan berbentuk siku. Kemudian, cari titik tengah dari
tulang bahu hingga siku. Pengukuran LILA akan dilakukan di area tersebut.

3. Lingkarkan pita LILA di titik tengah antara tulang bahu dan siku. Jangan terlalu
ketat atau terlalu longgar.

4. Ukuran LILA akan terlihat di pita meteran.

11
Tabel 8: Cut-Off point lingkar lengan atas terhadap indeks massa tubuh dalam mendeteksi kekurangan
energi kronis (Sheila, 2017).

12
13

Anda mungkin juga menyukai