Anda di halaman 1dari 11

GIZI DAN MAKANAN

MAKALAH
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Atropologi)

Oleh:

Audi Aulia 2200029294


Jofanka Okta Salsabila 2200029300
Muhammad Fikrol Yahya 2200029298
Andi Yasdi Abdilah Ihwan 2200029312
Aida Calista Uparengga 2200029318
Keysa Azkia Ainurriza 2200029319

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA

1
2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Tiada kata yang pantas kita ucapkan selain kata puja dan puji syukur kehadirat ilahi rabbi
yang senantiasa memberikan nikmat-Nya berupa kesehatan dan kesempatan kepada kita
sehingga dalam penyusunan makalah “Gizi dan Makanan” ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Makalah ini kami susun sebagai pendukung dalam proses perkuliahan dan sebagai bahan
diskusi guna menyatakan pendapat dan saran dari teman-teman namun dalam makalah ini
pastinya terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran akan kami terima demi kualitas
penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua khususnya kami dan teman-teman pada
umumnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................................................4
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
2.1. Pengaruh Budaya Terhadap Makanan dan Gizi........................................................................6
2.2. Dampak Budaya Terhadap Makanan dan Gizi...........................................................................6
2.3. Pengaruh Budaya Terhadap Pangan............................................................................................8
2.4. Solusi Terkait Masalah Makanan dan Gizi dalam Aspek Budaya.............................................9
BAB III.....................................................................................................................................................10
Kesimpulan..........................................................................................................................................10
Saran.....................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap bertahan hidup. Pada
umumnya sebagian besar makhluk hidup akan merasa lapar dan lemas apabila kekurangan
makanan sehingga akan mengganggu aktifitas sehari-hari terutama manusia. Hal ini
disebabkan makanan mempunyai fungsi untuk bisa dijadikan energy bagi tubuh. Selain itu
juga makanan akan difungsikan oleh tubuh untuk proses pertumbuhan dan perkembangan,
misalnya untuk pertumbuhan badan dan otak. Namun tidak sembarang makanan bisa
dikonsumsi begitu saja karena tubuh manusia mempunyai kebutuhan dan kriteria bahan atau
terdapat nilai gizi tertentu yang harus dipenuhi.
Gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Tak satu pun jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seorang untuk hidup sehat, tumbuh
kembang produktif. Sehingga makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zt
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi
biasa disebut Triguna Makanan yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun
dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu
pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tentang gizi dan makanan diatas maka bisa
dirumuskan beberapa masalah berikut itu:
1. apa pengaruh budaya terhadap makanan dan gizi?
2. apa dampak yang dapat ditimbulkan oleh budaya dan makanan terhadap gizi
3. apa pengaruh budaya terhadap pangan
4. apa solusi terkait masalah makanan dan gizi dalam aspek budaya
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan pengaruh budaya terhadap makanan dan gizi
2. Memaparkan dampak yang dapat ditimbulkan oleh budaya dan makanan terhadap gizi
3. Menjelaskan pengaruh budaya terhadap pangan
4. Mendeskripsikan solusi terkait masalah makanan dan gizi dalam aspek budaya

4
1.4. Manfaat Penelitian
1. mengetahui apa pengaruh budaya terhadap makanan dan gizi
2. mengetahui masalah budaya dan makanan terhadap gizi
3. mengetahhuii apa pengaruh budaya terhadap pangan
4. solusi terkait masalah makanan dan gizi dalam aspek budaya

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengaruh Budaya Terhadap Makanan dan Gizi
Di Indonesia, keberagaman suku yang dimiliki menyebabkan adanya perbedaan dalam
pemilihan makanan pokok. Budaya memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan pola
makan masyarakat tertentu. Masih banyak pantangan serta mitos yang masih kerap
dipercayai masyarakat mengenai pola makan, dan hal ini yang menyebabkan rendahnya
konsumsi makanan di dalam suatu masyarakat. Rendahnya konsumsi makanan juga
disebabkan oleh timbulnya penyakit, terutama penyakit yang berkaitan dengan pencernaan.
Produksi makanan juga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi makanan yang rendah. Hal
ini disebabkan karena masih banyaknya petani yang menggunakan teknologi tradisional.

seperti tentang makanan pokok, bagi masyarakat Sunda dan Jawa tengah, makanan pokok
yang dikonsumsi adalah nasi. Sementara itu, masyarakat Madura dan Jawa timur mayoritas
mengkonsumsi Jagung dan diolah menjadi nasi jagung, Adapun masyarakat di Bau-bau
Sulawesi tenggara yang mengkonsumsi Singkong sebagai pengganti nasi yang biasa disebut
kasuami dan masyarakat Papua menjadikan Papeda yang terbuat dari sagu sebagai makanan
pokoknya. Adanya perbedaan pemilihan makanan pokok ini menunjukkan adanya persepsi
dan penilaian terhadap makanan sebagai sebuah budaya pokok di dalam suatu masyarakat.
Hal ini dapat menjadi dasar mengapa bagi masyarakat Sunda, jika belum memakan nasi
dianggap mereka belum makan meskipun mereka telah jenis makanan berat selain nasi.

Kebudayaan ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pangan dan olahan
pangan dari suatu wilayah, hal ini juga bergantung pada sumber daya alam yang melimpah
di wilayah tersebut, seperti di Papua banyak di tumbuhi pohon sagu, di Indonesia produksi
padi sangat berlimpah sehingga menjadikannya sebagai bahan pokok dalam berbagai olahan
makanan di Indonesia.

Pola pikir masyarakat masih beranggapan bahwa kebutuhan makan adalah dengan memakan
makanan yang tinggi atau kaya karbohidrat tanpa mempertimbangkan kecukupan gizi yang
seimbang ini menunjukkan bahwa aspek sosial budaya masih mendominasi perilaku dan
kebiasaan makan yang masyarakat Indonesia.
2.2. Dampak Budaya Terhadap Makanan dan Gizi
Dilihat dari budaya dan makanan terhadap gizi, maka dapat dikatakan jika budaya
makanan tersebut baik misalnya budaya umat Islam dan orang Indonesia pada umumnya
yang makan menggunakan tangan ternyata memberi dampak positif bagi tubuh, karena pada
jari-jari tangan terdapat bakteri yang dapat membantu proses pencernaa, serta budaya makan
ini menunjukkan sikap kesederhanaan.

6
Kebiasaan dan sistim sosial masyarakat terhadap makanan seperti pola makan, tabu atau
pantangan, gaya hidup, gengsi dalam mengkonsumsi jenis bahan makanan tertentu, ataupun
prestise dari bahan makanan tersebut yang sering terjadi di kalangan masyarakat apabila
keadaan tersebut berlangsung lama dan mereka juga belum memahami secara baik tentang
pentingnya faktor gizi dalam mengkonsumsi makanan maka tidak mungkin dapat berakibat
timbulnya masalah gizi atau gizi salah (Malnutrition). Yang terkena dampak dari sistem
sosial atau budaya makan itu berasal dari golongan individu-individu yang termasuk rawan
gizi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak balita serta orang lanjut usia maka
kondisi ini akan lebih rentan terhadap timbulnya masalah gizi kurang (penyakit Stunting).
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu
yang lama. Menurut WHO, Indonesia termasuk ke dalam negara1ketiga dengan prevalensi
tertinggi di regional Asia Tenggara /South-East Asia Regional (SEAR). Rata-
rata1prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%, sehingga
persentase balita pendek di Indonesia masih tinggi. Menurut Riskesdas tahun 2018, provensi
sualawesi selatan masih berada di angka 35,4% , dengan kabupaten Enrekang tertiggi ke-5
dengan persentase 42%. Data PSG tahun 2018 menunjukkan bahwa kecamatan yang
memiliki prevalensi stunting tertinggi yaitu Kecamatan Baraka sebesar 45,1%.

Gizi salah (Malnutrition) dapat didefenisikan sebagai keadaan sakit atau penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan relative atau mutlak dan kelebihan satu atau lebih zat-zat
makanan esensial yang berguna dalam tubuh manusia. Menurut bentuknya, gizi salah
diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Gizi kurang (undernutrition), kondisi ini sebagai akibat dari konsumsi makanan yang
tidak memadai jumlahnya pada kurun waktu cukup lama. Contoh : Kekurangan Energi
Protein (KEP) dapat menyebabkan penyakit Marasmus dan kwashiorkor.

B. Gizi lebih (Overnutrition), keadaan ini diakibatkan oleh konsumsi makanan yang
berlebihan untuk jangka waktu yang cukup lama sebagai contoh, Kegemukan.

C. Kurang Gizi spesifik (Specific Deficiency): keadaan ini disebabkan oleh kekurangan
relative atau mutlak pada zat-zat makanan tertentu. Contohnya : kekurangan vitamin A yang
dapat menyebabkan penyakit xeropthalmia dan gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) yang dapat menyebabkan penyakit gondok.

D. Gizi tak seimbang (inbalance): Kondisi yang merupakan akibat dari tidak seimbangnya
jumlah antara zat-zat makanan esensial, dengan / tanpa kekurangan zat makanan tertentu.
Contoh: gangguan keseimbangan tubuh, sering loyo, dll

7
2.3. Pengaruh Budaya Terhadap Pangan
Berbagai sistim budaya memberikan peranan dan nilai yang berbeda-beda terhadap
makanan, misalnya bahan-bahan makanan tertentu oleh suatu budaya masyarakat dapat
dianggap tabu atau bersifat pantangan untuk dikonsumsi karena suatu alasan sakral tertentu
atau sistem budaya yang terkait didalamnya. Disamping itu ada pula jenis makanan tertentu
yang di nilai dari segi ekonomi maupun sosial yang sangat tinggi eksistensinya tetapi karena
mempunyai peranan yang penting dalam hidangan makanan pada sesuatu perayaan yang
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat tertentu maka hidangan makanan itu tidak
diperbolehkan untuk dikonsumsinya bagi golongan masyarakat tersebut. Adapun anggapan
lain yang muncul dari sistem budaya seperti dalam mengkonsumsi hidangan makanan
didalam keluarga, biasanya sang ayah sebagai kepala keluarga akan diprioritaskan
mengkonsumsi lebih banyak dan pada bagian-bagian makanan yang mengandung nilai cita
rasa tinggi. Sedangkan anggota keluarga lainnya seperti sang ibu dan anak-anak
mengkonsumsi pada bagian-bagian hidangan makanan yang secara cita-rasa maupun
fisiknya rendah.

Sebagai contoh pada sistim budaya masyarakat di Timor yaitu: apabila dihidangkan
makanan daging ayam, maka sang ayah akan mendapat bagian paha atau dada sedangkan
sang ibu dan anak-anak akan mendapat bagian sayap atau lainnya. Hal ini menurut
(Suhardjo, 1996) dapat menimbulkan distribusi konsumsi pangan yang tidak baik atau
maldistribution diantara keluarga apalagi pengetahuan gizi belum dipahami oleh keluarga.

Kasus lain yang berhubungan dengan sistim budaya adalah sering terjadi juga pada
masyarakat di perkotaan yang mempunyai gaya hidup budaya dengan tingkat kesibukan
yang tinggi karena alasan pekerjaan. Contohnya; pada ibu-ibu di daerah perkotaan yang
kurang dan tidak sering menyusui bayinya dengan Air Susu Ibu (ASI) setelah melahirkan
tetapi hanya diberikan formula susu bayi instant. Padahal diketahui bahwa ASI sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik bayi.

Selanjutnya gaya hidup mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas (masyarakat elite
kota) ,dalam hal makanan sering mengkonsumsi makanan yang berasal dari produk luar
negeri atau makanan instant lainnya karena soal “gengsi”. Sedangkan makanan lokal kita
hanya dikonsumsi oleh mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah
karena ada anggapan bahwa makanan dari luar negeri kaya akan nilai gizi protein dan
makanan instant lebih praktis untuk dikonsumsi sedangkan makanan lokal kita nilai gizinya
lebih kepada karbohidrat. Sehubungan dengan soal gengsi maka ada kebiasaan masyarakat
di Timor jika ada kunjungan tamu ke rumahnya maka tamu tersebut selalu di hidangkan
dengan makanan yang berasal dari beras walaupun kesehariannya mereka selalu
mengkonsumsi jagung, ubi kayu/singkong dan makanan lokal lainnya sehingga beras atau
nasi telah dianggap sebagai suatu citra bahan makanan yang mempunyai nilai prestise” yang
tinggi. Citra beras/nasi dibangun sebegitu kuatnya oleh masyarakat di Timor sehingga
8
kondisi ini telah mempengaruhi sendi-sendi sosial budaya sedangkan pandangan mereka
terhadap pangan di luar beras di tempatkan sebagai simbol lapisan masyarakat paling
rendah.
2.4. Solusi Terkait Masalah Makanan dan Gizi dalam Aspek Budaya
Masalah budaya dan makanan kita ketahui dapat menyebabkan masalah gizi yang
berdampak pada kesehatan tubuh manusia, sehingga perlu secara cermat untuk
memberdayakan masyarakat lokal dengan kearifan dan kecerdasan lokal (local wisdom and
local genius) disamping terus melaksanakan penyuluhan gizi sebagai alternative mengatasi
masalah budaya dan makanan.

Pendekatan yang paling utama adalah melalui perbaikan struktur sosial masyarakat tentang
pandangan mereka terhadap bahan makanan walaupun lokal tetapi kaya akan nilai gizi.
Langkah-langkah yang ditempuh seperti:

1. Perbaikan gizi keluarga dengan melakukan lomba menyiapkan hidangan makanan non
beras (kasus budaya Timor),
2. Perbaikan budaya masyarakat dengan pengaruh utama gender terutama di tingkat
keluarga.
3. Memperluas areal pertanian dengan menanam berbagai komoditi yang mempunyai nilai
gizi tinggi sebagai bahan pangan/makanan seperti kedelai (kasus budaya Jawa).
4. Pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi bagi anak-anak balita dan Orang lanjut
usia.
5. Penyuluhan gizi terpadu dan konsultasi gizi bagi masyarakat.
6. Melakukan pengkajian/penelitian dan riset untuk melihat pengaruh budaya terhadap
makanan itu sendiri dengan berbagai implikasi yang terkait didalamnya
7. Sanitasi dan memperbaiki akses air bersih.

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada umumnya sebagian besar makhluk hidup akan merasa lapar dan lemas apabila kekurangan
makanan sehingga akan mengganggu aktifitas sehari-hari terutama manusia. Gizi adalah
substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh,
pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan.Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zt gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya,
dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut Triguna Makanan yaitu makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Saran
Masalah gizi yang ada dimasyarakat sangat banyak terjadi, masalah tersebut terjadi karena
beberapa faktor, maka kami berharap kepada masyarakat untuk dapat memberikan informasi
tentang masalah tersebut sehingga dapat mengevaluasi, menanggapinya serta mencegah masalah
tersebut secara bersama-sama, karena dalam penyusunan makalah ini kami juga belum bisa
mengupas secara tuntas masalah gizi yang terjadi karena budaya dan pengetahuan. Ada baiknya
jika masyarakat lebih memperhatikan sumber dayamasyarakat sehingga masyarakat dapat lebih
selektif dalam pemilihan bahanmakanan dan dapat menyusun menu makanan dengan baik,
sedangkan untuk intansi kesehatan dapat memberikan pelayanan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan khususnya tentang gizi dan bahan makanan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tri Septy Astuty. (2021). Sosiologi dan Antropologi. Sosiologi Dan Antropologi, 1, 6.
kurnia, E. (2021). Hubungan sosio antropologi budaya, gizi, dan kessehatan. Sosio antropologi.

11

Anda mungkin juga menyukai