Mata Kuliah
Askeb Kesehatan Reproduksi pada Remaja dan Pranikah
Dosen : Eka Faizaturrahmi
Di Susun Oleh :
Kelompok III S1 Kebidanan Alih Jenjang Lombok Barat
Admi Yanti
Yulian Purnamasari
Nurul Qamar
Vaice Lestari
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya,
sehingga kami kelompok I dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Evidence
Based Terkait Asuhan Pranikah ini tepat pada waktunya. Sehingga diharapkan menjadi ilmu
pengetahuan yang bermanfaat khususnya bagi kami dan masyarakat pada umumnya.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada kami.
Segala usaha telah kami lakukan untuk menyelesaikan makalah ini. Namun kami
menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya pada semua pihak yang membantu
khususnya dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk pada kami sehingga makalh ini
dapat terselesaikan.
Kelompok I
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
B. Definisi Remaja…………….........................................................................5
C. Evidence Based Terkait Pada Masa Remaja .................................................9
D. Definisi Pranikah dan Konseling Pranikah ..................................................10
E. Evidence Based Terkait Masa Pranikah........................................................14
F. Literatur Review Jurnal Kesehatan Reproduksi Pranikah.............................14
1. Definisi Literatur
Review………………………………………………………….….17
2. Literatur Review yang Berkaitan Dengan Jurnal Kesehatan
Reproduksi
Pranikah……………………………………………………………….20
BAB. PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………….22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia
masih tinggi. Data SDKI 2015, AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup sementara AKB
tahun 2017 sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB,
Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan seperti masalah akses, kualitas dan disparitas
dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Rakernas, 2019). Sebagian besar kematian
ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan (37%), infeksi (22%) dan Hipertensi
dalam kehamilan (14%) (Laporan rutin, 2013). Sedangkan status gizi yang buruk dan penyakit
yang diderita ibu merupakan penyebab tidak langsung kematian ibu. Data Riskesdas 2013
menunjukkan secara nasional prevalensi risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil usia
15-49 tahun sebesar 24,2% dan prevalensi anemia pada perempuan dan remaja putri usia 15-24
tahun sebesar 18,4%. Ibu hamil dengan anemia dan KEK berisiko mengalami penyulit dalam
persalinan dan berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah. Hal ini tentunya akan dapat
mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya
pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang ada di masyarakat
tentang seksualitas yang seharusnya dipahaminya. Sebagian dari masyarakat masih amat percaya
pada mitos–mitos yang merupakan salah satu pemahaman yang salah
tentang seksual (Endarto, 2010), Adapun mitos-mitos seksual remaja pada lingkungan
masyarakat seperti : Berbicara seks atau pendidikan tentang kesehatan reproduksi dengan orang
tua itu tabu. Malah justru sebaiknya anak tahu dari orang tuanya, bukan dari teman-teman atau
lingkungan pergaulannya yang seringkali dapat menjerumuskan atau menyesatkan (Rachmawati
dinda, 2015).
Hasil survey yang dilakukan WHO, ada sekitar 16 juta remaja hamil
usia 15-19 tahun diseluruh dunia. Sementara di Amerika ada 100 remaja yang
hamil setiap jamnya, atau sekitar 900.000 pertahun. Dan tercatat ada 9 juta
kasus baru penyakit menular seksual pertahun, dan 15.000 kasus baru HIV
pada rentang usia 15-24 tahun (Deny, 2014). Menurut BKKBN RI tahun 2011
memperkirakan jumlah aborsi tiap tahunnya lebih dari 2.000.000 per
tahunnya, yang berarti tiap tahun ada 2.000.000 nyawa yang “dibunuh” secara
keji (Saputrohayat, 2012). BKKBN. 2011. Makin Banyak Remaja Lakukan Seks Pranikah
(online). http://ceria.bkkbn.go.id. Diakses 25 September 2013, pukul 20:14 WIB.
Demikian pula halnya dengan Pernikahan pranikah yaitu pernikahan yang dilakukan saat
pasangan nikah belum cukup dewasa mengundang sejumlah resiko, antara lain kematian
ibu dan anak saat proses melahirkan. Angkanya memang tidak terlalu banyak,
tapi memprihatinkan melihat fakta 4,8 persen dari total jumlah pernikahan di
Indonesia dilakukan anak usia 10-14 tahun. Sementara itu, persentase tertinggi
adalah perempuan menikah dari kelas usia 15-19 tahun, yaitu 41,9 persen dari
total jumlah pernikahan di Indonesia (Andapita, 2013).
Membangun sebuah keluarga yang baru bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Ketika dua
orang membuat komitmen untuk menikah atau membangun sebuah keluarga, maka mereka harus
siap melakukan penyesuaian baru dengan pasangannya. Bukan penyesuaian dalam bidang
tertentu saja, namun penyesuaian yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Sebelum menikah,
setiap pasangan itu perlu mengerti apa makna sebuah pernikahan dan bagaimana dapat membina
sebuah pernikahan yang berhasil. Untuk itulah diperlukan konseling pranikah, agar individu
mempersiapkan dan mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya dalam
memasuki jenjang pernikahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga dan masyarakat,
serta mengatasi hambatan dan kesulitan menghadapi jenjang pernikahan.
World Health Organization (WHO,2013) menetepakan salah satu usaha untuk
meningkatkan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu dilaksanakannya
praktik berdasarkan pada evidence based. Dimana bukti secara ilmiah telah dibuktikan dan dapat
digunakan sebagai dasar praktik terbaru yang lebih aman dan diharapkan dapat mengendalikan
asuhan kebidanan sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh
dengan tujuan untuk lebih meningkatkan asuhan yang diberikan pada remaja, pranikah, dan
prakonsepsi.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk mempermudah penyusunan makalah,
penyusun merumuskan masalah-masalah pokok yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa definisi evidance based practice ?
2. Apa definisi dari masa remaja ?
3. Bagaimana evidance based terkait pada masa remaja ?
4. Apa definisi dari masa pranikah dan konseling pranikah ?
5. Bagaimana evidance based terkait pada masa pranikah ?
6. Literature review jurnal kesehatan reproduksi pranikah.
C. Tujuan.
Untuk menghasilkan hasil yang lebih terarah, maka diperlukan adanya tujuan dari
penyusunan makalah ini. Adapun tujuan dari penyusunan makalah:
1. Mengetahui definisi evidance based practice.
2. Mengetahui dan memahimi definisi dari masa remaja.
3. Memahami mengenai evidance based terkait pada masa remaja.
4. Mengetahui dan memahami definisi dari masa pranikah dan konseling pranikah.
5. Memahami mengenai evidance based terkait pada masa pranikah.
6. Mengetahui literature review jurnal kesehatan reproduksi pranikah.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA.
Definisi Evidence Base jika ditinjau dari pemenggalan kata (Inggris) maka evidence Base
dapat diartikan sebagai berikut Evidence adalah Bukti atau fakta dan Based adalah Dasar.
Jadi evidence base adalah: praktik berdasarkan bukti. Evidence Based Midwifery (Practice)
didirikan oleh Royal College of Midwives atau RCM dalam rangka untuk membantu
mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan
berorientasi akademis. Dirancang untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang
terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan
bayi (Silverton, 2003). Evidance Based Midwifery mengakui nilai yang berbeda jenis bukti
harus berkontribusi pada praktek dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif
serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka
terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan transparan, sehingga bidan
benar dapat menilai arti dan implikasi untuk praktek, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
Jadi pengertian Evidence Based Midwifery dapat disimpulkan sebagai asuhan kebidanan
berdasarkan bukti penelitian yang telah teruji menurut metodologi ilmiah yang sistematis.
Praktik yang berdasarkan bukti penelitian adalah penggunaan secara sistematis, ilmiah, dan
eksplisit dari bukti terbaik mutakhir dalam membuat keputusan tentang asuhan bagi pasien
secara individual.
B. Definisi Remaja
Remaja menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang berusia antara 10-18
tahun, dan merupakan kelompok penduduk Indonesia dengan jumlah yang cukup besar
(hampir 20% dari jumlah penduduk). Remaja merupakan calon pemimpin dan penggerak
pembangunan di masa depan. Menurut menteri Kesehatan, masa didalam masa remaja terjadi
apa yang dinamakan growth spurt atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut,
terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses
tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas. Menkes mengatakan bahwa
masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat. Padahal,
pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan berpikir
dan emosional. Selain itu, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri.
Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut menteri RI
Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-8 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24
tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus
Penduduk tahun 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia
diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jum;ah penduduk dunia
(WHO 2014). Remaja merupakan proses seseorang mengalami perkembangan semua aspek
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa
sering disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan masa dimana remaja
mengalami kematangan seksual dan organ reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa
pematangan fisik pada remaja wanita ditandai dengan mulainya haid, sedangkan pada remaja
laki-laki ditandai dengan mengalami mimpi basah (Sarwono, 2011). Remaja memiliki artian
yang sangat luas dari segi fisik, psikologi, dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia
seseorang yang memasuki proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa
dimana remaja tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa
dirinya sudah sejajar dengan orang lain di sekitarnya walaupun orang tersebut lebih tua
(Hurlock, 2011).
The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry tahun 2008 membuat
pengelompokan remaja menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : 1. Remaja awal, dengan rentang usia
antara 11-13 tahun 2. Remaja pertengahan, dengan rentang usia antara 14-18 tahun 3.
Remaja akhir, dengan rentang usia antara 19-24 tahun Setiap tahapan usia di atas memiliki
karakteristik masing-masing, mulai dari perkembangan fisik, kogitif dan sosial-emosional.
1. Seluruh lapisan masyarakat mendapatkan informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah
peningkatan cakupan penyebaran informasi KRR melalui media masa.
2. Seluruh remaja di sekolah mendapatkan informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah
peningkatan cakupan penyebaran informasi KRR di sekolah umum, SLTP, SMU, Pesantren dll.
3. Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat mendapat
informasi tentang KRR. Sasaran tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja dan orang tua yang
memperoleh informasi KRR melalui kelompok remaja dan orang tua, seperti karang taruna,
remaja masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka , pengajian, dan arisan.
4. Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapatkan informasi tentang KRR. Sasaran
tujuan ini ialah peningkatan cakupan remaja yang memperoleh informasi dan layanan KRR
melalui perusahan di tempat mereka bekerja.
5. Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus dapat dilayani. Sasaran
tujuan ini ialah peningkatan jumlah dan pemanfaatana pusat konseling dan pelayanan khusus
bagi remaja.
Sasarannya ialah peningkatan komitmen bagi politisi. Toga, toma, serta LSM dalam pelaksanaan
KRR. Menururt Indonesian Pediatric Society Program kesehatan reproduksi remaja mulai
menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir ini karena beberapa alasan:
1. Buta huruf Buta huruf mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap
informasi yang dibutuhkan dan mungkin kurang mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kesehatan dirinya.
2. Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap
derajat kesehatan diri dan keluarganya.
Masalah lingkungan dan pekerjaan antara lain :
1. Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas
misalnya mitos yang tidak benar
2. Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas
3. penyalahgunaan ketergantungan NAPZA yang mengarah ke penularan HIV
atau AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas masalah ini semakin
mengkhawatirkan dewasa ini
4. penyalahgunaan seksual
5. kehamilan remaja
6. kehamilan pranikah atau diluar ikatan pernikahan
Berbagai keadaan tersebut dapat dicegah atau diminimalisasi dengan cara memberi pengetahuan
dasar mengenai kesehatan reproduksi pada remaja.Pelayanan Remaja yang direkomendasikan
adalah:
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS),
termasuk pencegahan kemandulan
Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang
bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Pranikah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebelum menikah, jadi artinya
masa dimana beberapa waktu sebelum menikah. Pranikah adalah masa sebelum adanya
perjanjian antara laki-laki dan perempuan, tujuannya untuk bersuami istri dengan resmi
berdasarkan undang-undang perkawinan agama maupun pemerintah. Sedangkah Konseling
pranikah menurut kementrain kesehatan adalah nasehat yang diberikan kepada pasangan sebelum
menikah, menyangkut masalah medis, psikologis, seksual, dan sosial. Konseling Pranikah
dimaksudkan untuk membantu pasangan calon pengantin untuk menganalisis kemungkinan
masalah dan tentangan yang akan muncul dalam rumah tangga mereka dan membekali mereka
kecakapan untuk memecahkan masalah. Konseling/pendidikan pranikah pada umumnya diikuti
oleh pasangan yang hendak menikah dan tidak memiliki masalah berarti dalam hubungan
mereka, jadi tidak harus pasangan yang memiliki masalah serius dalam hubungan mereka
(Stahmann, Senediak dalam Murray & Murray, Jr., 2009). Konseling pranikah merupakan ajang
untuk mendorong pasangan yang bermaksud menjalin ikatan pernikahan agar memusatkan
perhatian pada masalah proses perkembangan interrelasi yang baik dan secara berlanjut merawat
relasi yang baik tersebut dengan hasil interrelasi yang memuaskan bagi kedua belah pihak
sampai akhir hayat, melalui serangkaian konsultasi sosiologis kepada orang yang lebih dewasa
serta melakukan konsultasi medis kepada tenaga medis. Sehingga keputusan untuk menikah
dibuat setelah melalui pertimbangan yang matang dan komprehensif.
a. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa
pranikah.
Mengingat manfaat dan pentingnya konseling pranikah untuk keutuhan dan kebahagiaan
pernikahan, dalam penelitian ini peneliti mencoba merancang suatu program konseling
pranikah bagi pasangan yang sudah berencana menikah yang bertujuan untuk:
Dua hal pertama dari tiga tujuan program konseling pranikah yang peneliti susun tersebut
merupakan tujuan yang umum dari konseling pranikah, sedangkan tujuan ketiga
berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat Indonesia bahwa sistem keluarga inti di
Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh sistem di keluarga besarnya. Tak dapat
dipungkiri dalam sistem keluarga Indonesia, keluarga besar turut mempengaruhi nilai-
nilai dan motivasi untuk melakukan suatu tindakan dalam diri individu. Dalam memilih
pasangan hidup misalnya, keluarga besar turut ambil bagian dalam rembuk keluarga
untuk mempertimbangkan calon pasangan anak/cucu/keponakan dengan melihat asal
usul,pendidikan,dan kebiasaankebiasaan/nilai-nilai yang ada pada diri dan keluarga calon
pasangan. Jika dianggap sesuai dengan keluarga mereka, barulah calon pasangan
diterima, jika tidak maka tidak sedikit orangtua yang campur tangan agar anaknya
memutuskan hubungan dengan calonnya. Pada akhirnya, nilai-nilai yang ada dalam
keluarga besar setelah seseorang menikah akan mempengaruhi hubungannya dengan
pasangan hidupnya, misalnya dalam menentukan peran suami/isteri dalam rumah tangga
dan pola pengasuhan anak. Ketika dua individu yang berasal dari keluarga dengan
nilainilai dan kebiasaan-kebiasaan yang bertolak belakang menikah, dapat diprediksi
akan timbul konflik jika keduanya tidak dapat saling memahami dan menerima
perbedaan tersebut (Landis; DeGenova, 2008). Oleh karena itu, pasangan yang akan
menikah perlu mengetahui kebiasaan-kebiasaan dan nilainilai yang ada dalam keluarga
besar pasangannya dan memahami bagaimana hal tersebut mempengaruhi pasangan.
Konseling pranikah memiliki topik, waktu (durasi), dan metode pelaksanaan yang sangat
beragam. Dari berbagai penelitian mengenai efektivitas program konseling/pendidikan
pranikah dan topik yang dianggap paling bermanfaat dalam konseling pranikah topik
yang dianggap paling bermanfaat dalam konseling pranikah ialah komunikasi, resolusi
konflik, keuangan, pengasuhan anak, hubungan dengan orangtua/mertua, peran dan
tanggung jawab dalam rumah tangga, seksualitas, keluarga asal pasangan, agama, waktu
luang/rekreasi, dan komitmen.
Bimbingan dan konseling pranikah dapat disusun dengan memenuhi beberapa kriteria (Hawkins,
Carroll, Doherty, & Willoughby, 2009) yaitu:
1. Dimensi I Konten.
2. Dimensi II Identitas:
Internsitas tingkat rendah merupakan upaya kampanye melalui pamflet kepada pasangan
pranikah, dapat melalui pesan media yang kreatif untuk mengajarkan prinsip dasar
perkawinan sehat.
Intensitas tingkat sedang memberi kerangka ruang lingkup kurikulum dalam pendidikan
pernikahan. Menghadirkan peserta, adanya waktu yang ditentukan bersama untuk
memabahas konten dalam pendidikan pernikahan.
Intensitas tingkat tinggi sangat penting untuk strategi pendidikan pernikahan yang
komprehensif, eksplorasi mendalam terhadap topik yang lebih lengkap, dan
memungkinkan individu dan pasangan untuk mengeksplorasi masalah pribadi pada
tingkat yang lebih dalam dengan fasilitator terlatih. Di perguruan tinggi dapat
dilaksanakan dengan intensitas moderate level dengan asumsi bahwa sebagai bentuk
persiapan maka kerangka konten yang dibahas tidak begitu mendalam, namun cukup
mengakomodir konten dalam pembahasan perkawinan.
Metode insruksi atau pengajaran perlu menyesuaikan dan menyajikan konten kurikuler
agar sesuai dengan pengalaman hidup peserta dengan sangat efektif, disisi lain instruktur
atau pelatih yang memberikan program pendidikan pernikahan harus terbiasa dengan isu-
isu tertentu yang dihadapi peserta.
Metode yang disesuaikan dengan beragam gaya belajar, seperti presentasi informasi
didaktik, menunjukkan contoh (misalnya, dalam video), diskusi interaktif, dan permainan
peran. Individu dan pasangan terdidik terbiasa dengan pendekatan kognitif dan didaktik
yang khas dari pendidikan tinggi mungkin lebih menyukai metode pembelajaran
eksperimental yang lebih aktif. Program BK pranikah di perguruan tinggi dapat dirancang
dengan serangkaian kurikuler/konten yang disesuaikan dengan gaya belajar di
perguruang tinggi.
5. Dimensi IV Target.
Target untuk pendidikan perkawinan yaitu untuk memenuhi kebutuhan semua kelompok
ras, etnis, dan sosial ekonomi. Target ini perlu dipenuhi untuk menjaga kecemburuan
sosial diantara setiap individu yang memiliki keinginan mendapat perndidikan
perkawinan.
6. Dimensi V Delivery (Penyampaian).
Penyampaian pendidikan pernikahan dapat disampaiakan oleh specialist marriage
education (spesialis pendidikan pernikahan) yaitu konselor atau psikolog di perguruan
tinggi yang dapat diakses melalui pusat layanan bimbingna dan konseling di perguruan
tinggi yang tersedia di masingmasing lembaga universitas negeri maupun swasta.
Secara keseuluruhan program yang dirancang disesuaikan dengan individu yang berada
pada masa dewasa awal khususnya mahasiswa yang berada pada perguruan tinggi,
minimal meliputi. a. Individu pasangan memperhatikan Pasangan latarbelakang pranikah
perlu keluarga masing-masing memperhatikan keadaan latarbelakang keluarga pasangan
(Gardner, Busby, & Brimhall, 2009).
Persiapan pernikahan akan memberi dampak terhadap individu yang menjalani hubungan
dengan pasangan yang berfokus pada komitmen dan harapan hubungan yang realistis.
Bimbingan dan konseling pranikah merupakan upaya membantu individu maupun
pasangan dalam merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang dianggap
penting dalam hal pernikahan/perkawinan berbasis sumber daya pasangan untuk
memiliki berbagai keterampilan dan mengembangkan visi kehidupan pernikahan.
Literatur review adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk
melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil
pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi. Literature review atau tinjauan
pustaka adalah istilah yang sering dikerjakan oleh mahasiswa ketika sedang mengerjakan skripsi,
tesis atau disertasi pada tulisan.
kajian pustaka, itu adalah kalimat/paragraf/alinea dari suatu buku/pustaka yang kita ambil
sebagai landasan teori kita. Sedangkan Daftar Pustaka, itu cuman daftar buku yang jadi
referensi kita.
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah yang terjadi pada remaja saat ini. Untuk itu
diperlukan pemahaman tentang pemeliharaan kesehatan reproduksi,proses-proses reproduksi
serta dampak dari perilaku yang tidak bertanggung jawab seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, aborsi, dan penyakit menular seksual. Tujuan penelitian untuk menemukan dan
membuat kerangka pemikiran yang jelas dari apa yang sudah dirumuskan dalam permasalahan
literatur review. Metode penelitian : kepustakaan (library research) dengan mengkaji secara kritis
didalam tubuh literatur berorientasi akademik. Sumber literatur menggunakan media elektronik
dengan berbagai jurnal dari basis data yaitu Google scholar. Artikel tersebut ditemukan sebanyak
3 jurnal penelitian yang disesuaikan dengan tema dan permasalahan literatur review. Metode
Analisa data menggunakan anotasi bibliografi (annotated bibliography) dimana setiap sumber
akan ditarik simpulan terkait dengan yang tertulis. Hasil dari tinjauan pustaka adalah
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan reproduksi dengan perilaku seks pranikah pada perempuan usia 15-19 tahun
pengetahuan dan sikap yang baik akan mempengaruhi perilaku seks pranikah. Pengetahuan dan
sikap merupakan
Narulita, Lidya (2020) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Bagi
Kesehatan..
Sebanyak 16 juta remaja perempuan yang melahirkan setiap tahun diperkirakan 90 % sudah
menikah dan 50 ribu diantaranya telah meninggal. Selain itu adanya resiko terjadinya kematian
ibu dan dan kematian bayi yang baru lahir 50 % lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun
(WHO, 2012) Data Riskesdas (2010), perempuan muda di Indonesia dengan interval usia 10- 14
tahun yang telah menikah terdapat sebanyak 0.2 persen Tujuan : Mengetahui gambaran
pengetahuan remaja putri tentang pernikahan dini bagi kesehatan berdasarkan literature review.
Metode : Pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur review dengan
menggunakan beberapa sumber jurnal atau artikel yang dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Proses pencarian literatur jurnal melalui elekronik based yang terindeks seperti di
Google Scholar (n=2.115) PubMed (n=81) dan Biomed Central (n=3). Hasil:. Pada remaja yang
telah menjalani pernikahan dini rata-rata memiliki tingkat pengetahuan yang baik tetapi ada juga
sebagian yang pengetahuannya yang rendah, karena kurangnya informasi tentang pernikahan
dini, akan tetapi sebalikanya dengan tingginya tingkat pengetahuan maka peluang untuk
melakukan pernikahan dini akan rendah. Selain dari pada tingkat pengetahuan yang
mempengaruhi terjadinya pernikahan dini pada remaja yaitu tingkat pendidikan yang rendah,
sosial budaya, persepsi orang tua dan usia. Simpulan : Mengenai gambaran pengetahuan remaja
tentang pernikahan dini menunjukkan bahwa kesimpulannya pada remaja yang melakukan
pernikahan dini maka tingkat pengetahuannya baik tetapi ada juga sebagian yang rendah, dan
remaja yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maka tidak melakukan pernikahan dini. Kata
Kunci : Asuhan Kebidanan, Pengetahuan, Remaja putri, Pernikahan Dini,
:Pendidikan calon pengantin sangat berperan penting untuk meningkatkan bekal calon pengantin
salah satunya adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Calon pengantin
perlu dibekali pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual serta terkait
informasiyang belum ada sehingga perlu diberikan pendidikan kesehatan.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan resproduksi dan seksual
pranikah terhadap pengetahuan calon pengantin di Puskesmas Pringgasela Lombok Timur.
Metode : Jenis penelitian ini adalah pre—experiment dengan pendekatan one groups protest-
po.sttest de.sign. Popu lasi dalam penelitian ini adalah calon pengantin di Puskesmas Pringgasela
Lombok Timur.Sampel sebanyak 13 pasangan calon pengantin pria dan wanita (26 responden),
teknik sampel menggunakan total sampling. Hasil Nilai rata-rata pengetahuan catin sebelum
diberikan penkes sebesar 10 dan rata-rata pengetahuan catin setelah diberikan penkes sebesar 13.
Hasil uji Wilcoxon didapatkan ]›- value 0,000 artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan
tentang kesehatan resproduksi dan seksual calon pengantin terhadap pengetahuancalon
pengantindi Puskesmas Pringgasela Lombok Timur. Kesimpulan :Ada pengaruh pendidikan
kesehatan tentang kesehatan resproduksi dan seksual calon pengantin terhadap
pengetahuantentang kesehatan reproduksi dan seksualcalon pengantin di Puskesmas Pringgasela
Lombok Timur.
BAB.V. KESIMPULAN
Ermin Anandita, - (2011) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DENGAN SIKAP SEKS PRA NIKAH DI
SMU N 1 SEYEGAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2011. Kebidanan, STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. (Unpublished)
PERAN KOMUNITAS DALAM PENCEGAHAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA, Nur Fitri Ayu Pertiwi
Konseling Kesehatan Reproduksi Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesuburan Dan Kesadaran Kesehatan Prakonsepsi, Neneng Siti Lathifah,
Nurul Isnaini, Yuli Yantina, Retnowati Retnowati, Lely Yustiana
Agustina, R. I. (2019). Hubungan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Presepsi Perilaku Seksual
Mahasiswa TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA TENTANG
SEKSUALITAS .
Syaputri, F. A., & Solihati, S. (2021). TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP
SIKAP REMAJA TENTANG SEKSUALITAS. Nusantara Hasana Journal, 1(2), 104–107. Retrieved from
https://nusantarahasanajournal.com/index.php/nhj/article/view/43
Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Bagi Kesehatan : Literatur Review , Lidya
(2020) Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Dini Bagi Kesehatan..