Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “Bahaya Perkawinan di Usia Muda” dengan waktu yang telah diberikan,
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian kami
telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang ada.
Makalah yang merupakan tugas semester genap kelas XII IPS ini dapat terselesaikan
dengan baik tentu berkat keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Drs. Hj. N. Djadja selaku guru mata pelajaran sosilogi yang telah berkenan
memberikan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis
selama penyusunan hasil penelitian.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hasil penelitian.
Kami mengharapkan kritik dan saran mengenai materi dan cara penyajian yang
sifatnya membangun guna meningkatkan mutu makalah ini, dan mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami. Aamiin.
Penulis
BAHAYA PERKAWINAN DI USIA MUDA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara yang di tandai dengan
penduduknya yang hidup dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI 2001)
Usia pada waktu menikah memberikan dampak terhadap kesehatan mereka sendiri
serta anak- anak dan keluarganya.menikah pada usia muda menjadikan mereka
paling rawan terhadap resiko-resiko komplikasi pada waktu melahirkan.Kematian
pada waktu melahirkan (Motalitas internal) diantara wanita di bawah 20 tahun
adalah 60% lebih tinggi dibandingkan dengan dengan mereka yang berusia 20-29
tahun .Wanita yang menikah pada usia muda adalah juga paling besar
kemungkinannya melahirkan banyak anak.hasil menunjukan angka kematian bayi
meningkat dengan lebih dari 50% dan angka kematian ibu waktu melahirkan
meningkat dengan 100% di kalangan wanita yang melahirkan di bandingkan
dengan para ibu yang prioritasnya rendah.Demikian pula, umur pada waktu
perkawinan pertama erat hubungannya dengan pencapaian tingkat pendidikan bagi
wanita (Daniel,1989).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dapat diidentifikasi
yaitu apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya
kehamilan di usia muda?
C. Pembatasan Masalah
Karena cakupan orang yang melakukan pernikahan muda begitu luas, maka kami
membataskan penelitian hanya dari satu desa, yaitu perempuan yang berusia 15
tahun.
D. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya aspek permaasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini di rumuskan massalahnya sebagai berikut:
“Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia
muda?”
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-
faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.
2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
b) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda.
c) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda.
d) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan pada pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam
upaya pengedalian perkawinan dan bahaya kehamilan pada usia muda.
2) Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan khasana ilmu dan pemahaman
yang obyektif terhadap hubungan antara usia perkawinan dan bahaya kehamilan
di usia muda.
3) Melatih diri penulis untuk mengemukan pendapat dan buah pikiran serta
menyusunnya dalam suatu rangkaian kalimat secara teratur sebagai mana
layaknya suatu karya ilmiah.
4) Dapat di jadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian-penelitian
berikutnya, khususnya yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.
BAB II
1. Pengkajian Teori
A. Perkawinan usia kawin pertama
Usia kawin adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan perkawinan
(perkawinan pertama). Masalah perkawinan adalah merupakan salah satu bagian
dari masalah kependidikan yang perlu di tangani secara serius, hal ini di sebabkan
karena perkawinan akan menimbulkan masalah baru di bidang kependudukan yang
pada gilirannya akan menghambat
pembangunan.
Upaya untuk pendewasaan usia kawin dapat din tempuh melalui kesempatan
memperoleh pendidikan formal dan non formal, mengubah pandangan terhadap nilai
anak, peningkatan aktifitas olahraga dan kesenian, peningkatan peranan wanita
dalam pengambilan keputusan keluarga, penetapan dan peningkatan pelaksanaan
Undang-Undangn yang mendukung pendewasaan usia kawin dan peningkatan
pendidikan agama (Anomin,1988:45).
Usia perkawinan pertama merupakan salah satu variable yang dapat mempengaruhi
tingkat produktifitas pad pasangan usia subur.meningkatnya usia kawin akan dapat
memberikan sumbangan pada penurunan angka kelahiran.Bagi masyarakat
Indonesia,perkawinan di pandang sebagai prilaku yang bersifat universal dalam arti
bahwa kebanyakan penduduk akan melangsungkan perkawinan.sala satu cirri
perkawinan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih cukup muda
terutama bagi wanita di pedesaan.
Usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang
masa untuk
melahirkan.Seorang wanita mempunyai masa subur pad usia 15-49 tahun. Wanita
yang kawin pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur 20-an,
cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang kawin pada usia muda
(Anomin.1995:25).
Konsep tentang garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin
tertentu, akan mendorong untuk beranak banyak. Adanya pandangan
masyarakat yang tidak cukup jika hanya memperoleh anak laki-laki atau anak
perempuan saja telah mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan lagi.
Untuk mengantipasi hal tersebut, program Keluarga Berencana Nasional telah
melaksanakan slogan norma Keluarga Kecil Sejahtera (NKKBS) dan dua anak
cukup, laki-laki
dan perempuan sama saja. pelambangan slogan yang menggebu-gebu dan
dibarengi dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana yang begitu
intensif sehingga dapat merubah pandangan masyarakat tentang besarnya
keluarga, hal tersebut ditunjukan oleh makin kecilnya jumlah reproduksi
selama dasawarsa 1970-an yaitu dari 5,5% turun menjadi 4,7%
(Anomin,1988:40).
Dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang kurang lebih 500 suku bangsa
mempunyai adat dan aturan yang berbeda-beda, yang secara tidak langsung
dapat menunda atau mempercepat perkawinan, misalnya adat jawa yang
mengisyaratkan bahwa adik tidak boleh kawin terlebih dahulu dari kakaknya.
Begitu pula dalam ajaran agama islam dianjurkan agar setiap orang siap
terlebih dahulu, baik fisik maupun mental baru mamasuki jenjang pekawinan.
b). Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia kawinnya.
Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis
makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah
lanjutan tingkat pertamanya.berarti sekurang-
kurangnya ia kawin pada usia di atas 16 tahun ke atas,bila kawin di usia lanjutan
tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila
kawin setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-
kurangnya berusia di aytas 22 tahun (Hanafi Hartono,1996:20).
Dari segi fisik,alat reproduksi remaja belum matang dan belum siap untuk di
buahi,sehingga dapat merugikan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila di tambah dengan
tekanan(stress) psikologis,sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masa hamil
sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun (manuaba,1998).
Setiap indifidu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian
orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah
direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi
peristiwa yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena
mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial
yang harus ditanggungnya.
Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang tua yang
masih remaja. Koping dengan tugas-tugas perkembangan orang tua yang belum
dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan dan menerima perubahan cirri-ciri
dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggungjawab
merawat bayi. Mereka mungkin merasa berbeda dari teman sebayanya,
diasingkan dari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan terpaksa masuk ke
peran social orang dewasa lebih dini (Bobak, 2004).
Masalah ekonomi, kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab
utama remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan
dengan pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya, orang tua remaja ini sering
gagal menyelesaikan pendidikan Dasar mereka, memiliki sedikit kesempatan
untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi memiliki penghasilan
yang terbatas (Bobak, 2004).
Menurut Bobak (2004) secara medis, kehamilan diusia remaja membawa dampak
yang buruk. Dampak buruk itu antara lain, kemungkinan terjadinya “kemacetan
persalinan” akibat tidak seimbangnya antara panggul ibu dan janinnya.
Menurut Bobak (2004) masa Remaja dikenal sebagai masa yang penuh
kesukaran, karena selama periode ini Indifidu mempunyai tugas perkembangan
sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai
budaya individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas Perkembangan
ini terdiri dari:
Menerima citra tubuh
Menerima identitas seksual
Mengembangkan system nilai personal
Membuat persiapan untuk hidup mandiri
Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan
Mengembangkan identitas seorang dewasa
Salah satu tugas penting remaja ialah mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan. Keputusan yang berkenan dengan aktifitas seksual kehamilan, dan
menjadi orang tua.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan Pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sebsoris stumuli) (Rahmat,
2000).
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkah kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafirkan ransangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita (Muliana, 2004).
Jadi Persepsi merupakan suatu tahapan yang sudah dicapai pengertian tentang
hal-hal yang sudah kita kenal yaitu kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
menginterprestasikan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. Perilaku terbentuk
menakala seorang individu sudah melampaui proses pemahaman dimana
didalamnya terdapat komponen pengetahuan dan sikap individu itu sendiri.
Pengambilan keputusan, dalam hal ini masalah seksual pada Remaja sangat
dipengaruhi oleh Persepsi Remaja. Bagaimana ia memandang seksual itu sendiri.
Apakah ia akan menjadi seorang yang aktif secara seksual atau tidak,dengan satu
pasangan atau lebih. Jika terjadi kehamilan,bagaimanakah pendapatnya tentang
bayi yang ada dalam kandunganya.Tingkat perkembangan kognitif remaja,system
nilai persepsi tentang control eksternal,dan identitas diri secara keseluruhan
mempengaruhi pengambilan keputusan.
2. Pembahasan Penelitian
4. Perumusan Hipotesa
Adapun hipotesa yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Ada pengaruh perkawinan di usia muda terhadap kehamilan di desa Pinangraja
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, yaitu makin muda usia kawin muda maka
semakin tinggi tingkat bahaya”
BAB III
A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-
faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.
2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
e) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
f) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda.
g) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda.
h) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.
C. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusun mempergunakan
metode wawancara dengan seorang perempuan berusia 15 tahun. Kami juga mencari
bahan dan sumber-sumber dari media massa dan internet.
B. Saran
Berpikiralah secara matang sebelum melangkah jauh kejenjang pernikah. Dan
mampukah anda membangun rumah tangga diusia yang masih muda?
DAFTAR PUSTAKA