Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “Bahaya Perkawinan di Usia Muda” dengan waktu yang telah diberikan,
dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan namun demikian kami
telah berusaha semaksimal mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari
ketentuan-ketentuan yang ada.
Makalah yang merupakan tugas semester genap kelas XII IPS ini dapat terselesaikan
dengan baik tentu berkat keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Drs. Hj. N. Djadja selaku guru mata pelajaran sosilogi yang telah berkenan
memberikan tugas ini.
2. Teman-teman yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada penulis
selama penyusunan hasil penelitian.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan hasil penelitian.

Kami mengharapkan kritik dan saran mengenai materi dan cara penyajian yang
sifatnya membangun guna meningkatkan mutu makalah ini, dan mudah-mudahan
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami. Aamiin.

Majalengka, Januari 2015

Penulis
BAHAYA PERKAWINAN DI USIA MUDA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara yang di tandai dengan
penduduknya yang hidup dalam lingkungan pelayanan kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI 2001)

Keberhasilan pelayanan kesehatan ditentukan oleh penurunan angka kematian ibu


dan kematian parinatal,sedangkan kesejahteraanya ditentukan oleh penerimaan
gerakan KB,selain itu disebutkan bahwa peranan wanita dalam pembangunan perlu
terus di tingkatkan dan di arahkan sehingga kaum wanita dapat member
sumbangan sesuai dengan kodrat dan harkatnya sebagai wanita (Ida Bagus
Manuba:1998).

Walaupun peraturan perundang–undangan sudah maju,namun dalam kenyataanya


banyak hambatan yang memungkinkan kaum wanita integrasi sepenuhnya dalam
aspek kehidupan masyarakat Indonesia dewasa ini.Usia rata-rata pada perkawinan
pertama telah meningkat,tetaoi pada tahun 1985 persentase wanita yang menikah
sebelum umur 16 tahun masih tinggi yaitu 19 persen di daerah perkotaan .Hal ini
berarti bahwa diantara wanita yang pernah menikah di bawa umur 35 tahun pada
tahun 1985,hamper 4 juta,atau lebih dari satu diantara setiap 5 orang sudah
menikah sebelum mencapai umur 16 tahun. (Iskandar,1997).

Usia pada waktu menikah memberikan dampak terhadap kesehatan mereka sendiri
serta anak- anak dan keluarganya.menikah pada usia muda menjadikan mereka
paling rawan terhadap resiko-resiko komplikasi pada waktu melahirkan.Kematian
pada waktu melahirkan (Motalitas internal) diantara wanita di bawah 20 tahun
adalah 60% lebih tinggi dibandingkan dengan dengan mereka yang berusia 20-29
tahun .Wanita yang menikah pada usia muda adalah juga paling besar
kemungkinannya melahirkan banyak anak.hasil menunjukan angka kematian bayi
meningkat dengan lebih dari 50% dan angka kematian ibu waktu melahirkan
meningkat dengan 100% di kalangan wanita yang melahirkan di bandingkan
dengan para ibu yang prioritasnya rendah.Demikian pula, umur pada waktu
perkawinan pertama erat hubungannya dengan pencapaian tingkat pendidikan bagi
wanita (Daniel,1989).

Pengendalian pertumbuhan penduduk terutama dilakukan untuk lebih menurunkan


angaka kelahiran melalui Gerakan Keluarga Berencana Mandiri, menurunkan
angka kematian khususnya ketian anak di bawa usia lima tahun melalui program
pelayanan kesehatan terpadu serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
rangka mewujudkan keluarga kecil bahagia dan kesejahteraan. Perlunya penundaan
usia kawin pertama dapat di lihat dari segi yaitu segi kesejahteraan keluarga bahwa
pekawinan yang dilaksanakan dalam suatu masyrakat pada usia muda mempunyai
pengaruh negative terhadap kesehatan ibu dan anak serta dari segi deemografi,
perkawinan pada usia muda mempunyai masa untuk melahirkan yang cukup
panjang sehingga mengarah pada jumlah produktifitas atau tingkat kelahiran
yang tinggi (Hanafi Hartono,1996:26).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di kemukakan bahwa penundaan usia


kawin pertama perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh dari semua
pihak.Dengan kata lain perlu adanya penanganan yang serius mengenai penundaan
usia kawin pertama.di desa-desa, merupakan bagian integral dari Negara Republik
Indonesia yang perlu mendapat perhatian yang sungguh- sungguh ,mengingat
masyarakat di daerah ini ini belum mengerti manfaat penundaan usia kawin
pertama. Hal ini ditunjukan oleh adanya pasangan suami istri yang relative kawin
kawin pada usia muda,dimana berdasrkan pengamatan penulis dari 220 KK
penduduk setempak terdapat 60 atau 27,27% adlah merupakan pasangan usia
perkawinan muda usia lebih muda. Berdasarkan uraian tersebut ,maka peneliti
tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih lanjut dengan suatu penelitian yang
berjudul:”Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Perkawinan dan Bahaya
Kehamilan Pada Usia Muda.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah dapat diidentifikasi
yaitu apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya
kehamilan di usia muda?

C. Pembatasan Masalah
Karena cakupan orang yang melakukan pernikahan muda begitu luas, maka kami
membataskan penelitian hanya dari satu desa, yaitu perempuan yang berusia 15
tahun.

D. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya aspek permaasalahan seperti pada identifikasi masalah di atas,
maka dalam penelitian ini di rumuskan massalahnya sebagai berikut:
“Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia
muda?”

E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-
faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.
2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
b) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda.
c) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda.
d) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1) Sebagai bahan masukan pada pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam
upaya pengedalian perkawinan dan bahaya kehamilan pada usia muda.
2) Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan khasana ilmu dan pemahaman
yang obyektif terhadap hubungan antara usia perkawinan dan bahaya kehamilan
di usia muda.
3) Melatih diri penulis untuk mengemukan pendapat dan buah pikiran serta
menyusunnya dalam suatu rangkaian kalimat secara teratur sebagai mana
layaknya suatu karya ilmiah.
4) Dapat di jadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian-penelitian
berikutnya, khususnya yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.

BAB II

1. Pengkajian Teori
A. Perkawinan usia kawin pertama
Usia kawin adalah usia ketika seseorang memulai atau melangsungkan perkawinan
(perkawinan pertama). Masalah perkawinan adalah merupakan salah satu bagian
dari masalah kependidikan yang perlu di tangani secara serius, hal ini di sebabkan
karena perkawinan akan menimbulkan masalah baru di bidang kependudukan yang
pada gilirannya akan menghambat
pembangunan.

Upaya untuk pendewasaan usia kawin dapat din tempuh melalui kesempatan
memperoleh pendidikan formal dan non formal, mengubah pandangan terhadap nilai
anak, peningkatan aktifitas olahraga dan kesenian, peningkatan peranan wanita
dalam pengambilan keputusan keluarga, penetapan dan peningkatan pelaksanaan
Undang-Undangn yang mendukung pendewasaan usia kawin dan peningkatan
pendidikan agama (Anomin,1988:45).

Usia perkawinan pertama merupakan salah satu variable yang dapat mempengaruhi
tingkat produktifitas pad pasangan usia subur.meningkatnya usia kawin akan dapat
memberikan sumbangan pada penurunan angka kelahiran.Bagi masyarakat
Indonesia,perkawinan di pandang sebagai prilaku yang bersifat universal dalam arti
bahwa kebanyakan penduduk akan melangsungkan perkawinan.sala satu cirri
perkawinan Indonesia adalah pelaksanaan terjadi pada usia yang masih cukup muda
terutama bagi wanita di pedesaan.

Faktor biologis dan budaya dalam masyarakat yang mempengaruhi kesejahteraan


ibu yakni kawin hamil dan bersalin dalam usia muda kurang dari 20 tahun sebanyak
14% (Ida Bagus
Gde Manuba:1998:29).

Usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita berarti akan memperpanjang
masa untuk
melahirkan.Seorang wanita mempunyai masa subur pad usia 15-49 tahun. Wanita
yang kawin pada usia tua yaitu pada pertengahan atau mendekati umur 20-an,
cenderung mempunyai anak lebih sedikit dari wanita yang kawin pada usia muda
(Anomin.1995:25).

Hampir semua Negara berkembang telah mengalami penurunan produktifitas dan


juga kenaikan yang mencolok dalam usia kawin wanita. Hal ini menimbulkan kesan
bahwa yang meningkat merupakan prasyarat penting untuk diterimanya metode
modern dalam membatasi produktifitas selama hidup perkawinan. Usia kawin tua
dapat mempengaruhi produktifitas secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh singkatnya adalah semakin singkatnya
seseorang wanita mengalami resiko untuk melahirkan, sedangkan pengaruh yang
tidak langsung disebabkan karena sesorang wanita kawin pada usia yang lebih tua
akan dapat membatasi kelshiran anaknya
(anonym,1988:29). Kawin pada usia lanjut aknn mengurangi tingkat pertumbuhan
penduduk karena jangka waktu untuk melhirkan menjadi lebih singkat dan jarak
antatara generasi menjadi semakin panjang.

Menurut pengamatan para ahli kedokteran, mulai periode menstruasi hingga


monopause bagi seorang wanita dapat melahirkan sebanyak 27 kali meskipun
kenyataan ini jarang terjadi, hal ini disebabkan :
a. Usia subur pada usia manusia tidak tepat dengan pasangan usia subur (PUS)
b. Sistam kalender sering terjadi tanpa di sengaja
c. Kegagalan Zygote
d. Abortus

B. Perkawinan Usia Muda


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seorang wanita atau pria yang belum
kawin untuk mempercepat atau menunda usia kawinnya sampai batas tertentu
antara lain :
a) Keadaan sosial budaya dan adat istiadat
Keadaan sosial budaya dan adat istiadat akan mempengaruhi besar kecilnya
keluarga.Norma-norma yang berlaku di masyarakat acapkali juga mendorong
motivasi seseorang untuk beranak banyak atau sedikit.hal ini dapat di tunjukan
konsep-konsep yang berlaku di masyarakat,misalnya banyak anak banyak
rejeki sendiri-sendiri,garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis
kelamin tertentu (Anomin,1988:32).

Konsep tentang garis keturunan dan warisan yang melekat pada jenis kelamin
tertentu, akan mendorong untuk beranak banyak. Adanya pandangan
masyarakat yang tidak cukup jika hanya memperoleh anak laki-laki atau anak
perempuan saja telah mendorong pasangan suami istri untuk melahirkan lagi.
Untuk mengantipasi hal tersebut, program Keluarga Berencana Nasional telah
melaksanakan slogan norma Keluarga Kecil Sejahtera (NKKBS) dan dua anak
cukup, laki-laki
dan perempuan sama saja. pelambangan slogan yang menggebu-gebu dan
dibarengi dengan pelaksanaan program Keluarga Berencana yang begitu
intensif sehingga dapat merubah pandangan masyarakat tentang besarnya
keluarga, hal tersebut ditunjukan oleh makin kecilnya jumlah reproduksi
selama dasawarsa 1970-an yaitu dari 5,5% turun menjadi 4,7%
(Anomin,1988:40).

Dari berbagai suku bangsa di Indonesia yang kurang lebih 500 suku bangsa
mempunyai adat dan aturan yang berbeda-beda, yang secara tidak langsung
dapat menunda atau mempercepat perkawinan, misalnya adat jawa yang
mengisyaratkan bahwa adik tidak boleh kawin terlebih dahulu dari kakaknya.
Begitu pula dalam ajaran agama islam dianjurkan agar setiap orang siap
terlebih dahulu, baik fisik maupun mental baru mamasuki jenjang pekawinan.

Menurut Hanafi Harto (1992:30), menyatakan bahwa nikah merupakan suatu


perbuatan yang terpuji bagi orang yang berkebutuhan dan mempunyai
kesanggupan fisik maupun materi yang dapat menjamin kebutuhan
keluarganya selanjutnya.
Mulia Kusuma (1991:37), mengklasifikasikan usia pekawinan kedalam 4
golongan yaitu sebagai berikut:
1) Umur rata-rata perkawinan pertama < 17 tahun disebut perkawinan
anak-anak (Chall Marigae)
2) Umur 18-19 tahun disebut pekawinan berusia muda (Early Marigae)
3) Umur 20-21 tahun disebut perkawinan pada usia dewasa (Immaturity
Marigae)
4) Umur >22 tahun disebut perkawinan pada usia lanjut (Late Marigae).

b). Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia kawinnya.
Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis
makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah
lanjutan tingkat pertamanya.berarti sekurang-
kurangnya ia kawin pada usia di atas 16 tahun ke atas,bila kawin di usia lanjutan
tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila
kawin setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-
kurangnya berusia di aytas 22 tahun (Hanafi Hartono,1996:20).

Dari uraian tersebut di atas, telah menunjukkan bahwa pendidikan mempengaruhi


prilaku manusia dalam suatu masyarakat shingga dapat merubah kebiasaan-
kebiasaan tradisional secara bertahap termaksut kebiasaan-kebiasaan kawin pada
usia muda. Keadaan semacam ini sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia,
misalnya dalam kehidupa sehari-hari sering kita mendengar wanita atau gadis
yang akan di kawinkan dengan alasan ingin melanjutkan atau menyelesaikan
pendidikan terlebih dahulu. Pada keadaan lain, seorang wanita yang sudah
dipinang dapat menunda perkawinannya alas an masih sekolah.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam berfikir, menelaah


suatu masalah,
bersikap dan berbuat. Hamper dapat dipastikan bahwa makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin luas luas pula ruang lingkup jangkauan berfikirnya,
muda menentukan sikap, mengambil langkah-langkah mengenai hal-hal yang
sedang di hadapi dan alternative lain yang di temukannya.
Sebaliknya seorang yang tidak berpendidikan akan sulit mengembangkan dirinya,
baik dalam
berfikir maupun bertindak.

Demikian pula halnya dengan besarnya keluarga seseorang yang mempunyai


pedidikan yang lebih tinggi akan berpikir lebih realities dalam menentukan
jumblah anaknya, dan telah merencanakan masa depan anak sebaik-baiknya agar
menjadi anak yang berguna bagi keluarga, agama, nusa, dan bangsanya. Terlebih
lagi seseorang yang mempunyai pendidikan tinggi telah merencanakan dan
mempersiapkan anak-anaknya agar di kemudian hari dapat lebih baik dari orang
tuanya lebih, darih segi pendidikan maupun dari keadaan sosial ekonominya.

c). Lingkungan Sosial


Manusia sebagai mahluk social dalam menentuksn sikap dan melangsungkan
hidupnya tak akan dapat melepaskan diri dari lingkunga masyarakat. Manusia
tidak akan dapat mengatasi segala macam kesulitan dan bahaya yang mengancam
semasa hidupnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya sendiri-sendiri tanpa
bantuan dan kerja sama dengan orang lain.

Hasil survey produktifitas Indonesia menunjukan bahwa rata-rata usia kawin


pertama wanita yang bekerja sebelum perkawinan sebesar 15, 69% tahun di
bandingkan dengan usia rata-rata wanita yang bekerja sebesar 14,88% tahun.
Kenyataan ini tetap konsisten apabila di amati menurut kelompok usia pada
waktu survey dilaksanakan. Demikian juga kelompok wanita bekerja,
dikategorikan menjadi keluarga pekerja pada orang lain pekerja bebas
(anonym,1988:34).

C. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi Remaja


1. Pengaruh kehamilan terhadap remaja
Kehamilan yang disebabkan karena pemikiran maupun akibat pergaulan bebas,
yang jika itu dialami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh
yang besar terhadap fisik,mental,sosial dan ekonomi.

Dari segi fisik,alat reproduksi remaja belum matang dan belum siap untuk di
buahi,sehingga dapat merugikan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan makin menyulitkan bila di tambah dengan
tekanan(stress) psikologis,sosial dan ekonomi. Oleh karena itu masa hamil
sebaiknya dilakukan pada usia 20-30 tahun (manuaba,1998).

Masalah ketidaknyamanan yang umum ditemukan pada kehamilan seperti mual,


konstipasi, insomnia, dan nyeri punggung juga sering terjadi akibat perubahan
fisiologis. Citra tubuh merupakan aspek lain kehamilan yang memerlukan waktu
sebelum wanita beradaptasi.perubahan pada ukuran tubuh,bentuk payudara dan
perut,penimbunan lemak, pigmentasi kulit,serta tanda regangan pada kulit yang
secara keseluruhan membuat tubuh wanita tersebut tampak jelek memberikan
pengaruh berarti bagi wanita yang ingin menjaga bentuk tubuh dan
penampilannya (Mochtar,1998).

Dari segi mental,emosi remaja belum stabil.Kestabilan emosi umumnya terjadi


antara usia 24 tahun. Karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia
dewasa.Usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini
biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih
stabil. Maka kalau pernikahan dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja
masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya (Gemari, 2002).

Setiap indifidu memiliki respon yang berbeda terhadap kehamilan. Bagi sebagian
orang tua mungkin timbul perasaan gembira terhadap kehamilan yang sudah
direncanakan, namun bagi remaja yang belum siap kehamilan dapat menjadi
peristiwa yang mengejutkan dan bahkan menimbulkan persepsi karena
mendengar berita tersebut, dan membayangkan masalah sosial serta financial
yang harus ditanggungnya.

Dari segi sosial, transisi menjadi orang tua mungkin sulit bagi orang tua yang
masih remaja. Koping dengan tugas-tugas perkembangan orang tua yang belum
dipenuhi. Remaja dapat mengalami kesulitan dan menerima perubahan cirri-ciri
dan menyesuaikan peran-peran baru yang berhubungan dengan tanggungjawab
merawat bayi. Mereka mungkin merasa berbeda dari teman sebayanya,
diasingkan dari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan terpaksa masuk ke
peran social orang dewasa lebih dini (Bobak, 2004).

Masalah ekonomi, kehamilan pada usia remaja sejak lama merupakan penyebab
utama remaja putri berhenti sekolah lebih awal. Berhenti sekolah berhubungan
dengan pengangguran dan kemiskinan. Akibatnya, orang tua remaja ini sering
gagal menyelesaikan pendidikan Dasar mereka, memiliki sedikit kesempatan
untuk bekerja dan meningkatkan karier, dan berpotensi memiliki penghasilan
yang terbatas (Bobak, 2004).

2. Resiko Kehamilaan Bagi Remaja


Kehamilan dan persalinan pada remaja dianggap sebagai suatu situasi yang
beresiko tinggi, baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-
anak yang dilahirkannya, karena remaja dilihat dari umurnya dianggap belum
matang secara optimal baik fisik maupun psikologis.

Menurut Bobak (2004) secara medis, kehamilan diusia remaja membawa dampak
yang buruk. Dampak buruk itu antara lain, kemungkinan terjadinya “kemacetan
persalinan” akibat tidak seimbangnya antara panggul ibu dan janinnya.

Pada wanita yang masih muda usianya, panggulnya belum berkembang


sempurna. Selain itu kehamilan di usia remaja juga dapat mengakibatkan :
1. Bagi ibu: pendarahan pada kehamilan maupun pasca persalinan, hipertensi
selama kehamilan, solution plasenta, dan resiko tinggi meninggal akibat
pendarahan.
2. Bagi bayi: kehamilan belum waktunya (Prematur), pertumbuhan janin
terhambat, lahir cacat dan berpenyakitan, kemungkinan lahir dengan berat
badan dibawah normal, dan meninggal 28 hari pertama kehidupannya.

Secara Psikologis Emosi Remaja masih labil, mereka ingin bersenang-senang


dengan dunianya dan masih mencari jati dirinya. Bayangkan kalau orang seperti
itu menikah, ada anak, si istri harus melayani Suami dan Suami tidak bisa
kemana-mana karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab terhadap masa
depan keluarga. Ini yang menyebabkan gejolak dalam Rumah Tangga sehingga
terjadi perceraian, pisah rumah, bahkan bisa mengalami depresi berat. Depresi
berat atau Neoritis Depresi akibat pernikahan dini, bisa terjadi pada kondisi
kepribadian yang berbeda. Pada pribadi Introfert (tertutup) akan membuat
Remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul,
bahkan menjadi seorang yang schizophrenia atau dalam bahasa awam dikenal
dengan orang Gila. Sedang Depresi Berat pada Pribadi Ekstrovert (terbuka) sejak
kecil, si Remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan
amarahnya. Seperti memecah piring, anak di cekik, dll (Gemari, 2002).

Pernikahan bukan hanya memperturutkan pertimbangan kebutuhan Fisik saja,


namun akan
memunculkan konsekuensi tuntutan tanggungjawab membesarkan anak dan
menafkahi istri.

D. Remaja dan Persepsinya


1. Remaja
Istilah Adolescen (Remaja) berasal dari bahas latin adalascare yang berarti
“bertumbuh” sepanjang fase perkembangan ini, sejumlah masalah fisik, sosial
dan psikologis bergabung untuk menciptakan karasteristik, perilaku, dan
kebutuhan yang unik (Bobak, 2004).
Usia 10 –20 tahun sebagai batasan Usia Remaja dan membagi kurun usia tersebut
dalam 2 bagian yaitu : Remaja awal 10-14 tahun dan Remaja Akhir 15 – 20
tahun. Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan Usia 11 -24
tahun dan belum menikah. Awal masa remaja diebut sebagai masa puber atau
Pubertas atau masa akil baligh (Sarwono, 2001).

Menurut Bobak (2004) masa Remaja dikenal sebagai masa yang penuh
kesukaran, karena selama periode ini Indifidu mempunyai tugas perkembangan
sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas ini bervariasi sesuai
budaya individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas Perkembangan
ini terdiri dari:
 Menerima citra tubuh
 Menerima identitas seksual
 Mengembangkan system nilai personal
 Membuat persiapan untuk hidup mandiri
 Menjadi mandiri atau bebas dari orang tua
 Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan
 Mengembangkan identitas seorang dewasa
Salah satu tugas penting remaja ialah mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan. Keputusan yang berkenan dengan aktifitas seksual kehamilan, dan
menjadi orang tua.
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan Pesan. Persepsi
ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sebsoris stumuli) (Rahmat,
2000).
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkah kita memilih,
mengorganisasikan, dan menafirkan ransangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut mempengaruhi perilaku kita (Muliana, 2004).

Untuk lebih memahami Persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi


lainnya, yang dikutip dari Muliana (2004); Brian fellows, Persepsi adalah proses
yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi.

Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interprestasi) adalah inti


persepsi. Persepsi menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan
yang lain (Muliana, 2004). Semakin tinggi derajat kesamaan persesi antar
Individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai
konsekuensinya semakin cenderung membentuk Budaya atau kelompok identitas.

Jadi Persepsi merupakan suatu tahapan yang sudah dicapai pengertian tentang
hal-hal yang sudah kita kenal yaitu kemampuan menerjemahkan, menafsirkan,
menginterprestasikan, meramalkan, dan mengeksplorasikan. Perilaku terbentuk
menakala seorang individu sudah melampaui proses pemahaman dimana
didalamnya terdapat komponen pengetahuan dan sikap individu itu sendiri.

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa


(Purwanto, 1998). Masa dan proses perkembangan tidak sama bagi semua
remaja, antar remaja pria dan wanita terdapat perbedaan mencolok (Gunarsa,
2001). Satu tugas penting yang harus dijalani oleh setiap remaja ialah
mengembangkan Pengetahuan, sehingga memiliki kemampuan untuk mengambil
keputusan (Bobak, 2004).

Pengambilan keputusan, dalam hal ini masalah seksual pada Remaja sangat
dipengaruhi oleh Persepsi Remaja. Bagaimana ia memandang seksual itu sendiri.
Apakah ia akan menjadi seorang yang aktif secara seksual atau tidak,dengan satu
pasangan atau lebih. Jika terjadi kehamilan,bagaimanakah pendapatnya tentang
bayi yang ada dalam kandunganya.Tingkat perkembangan kognitif remaja,system
nilai persepsi tentang control eksternal,dan identitas diri secara keseluruhan
mempengaruhi pengambilan keputusan.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi remaja tentang kehamilan pada usia
remaja antara; kepercayaan, sikap, pendidikan, pelayanan kesehatan, lingkungan,
budaya, dan ekonomi.
1. Kepercayaan
Kepercayaan memberikan perspektif pada manusia dalam mempresepsi
kenyataan,memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap
bagi objek sikap. Bila orang percaya bahwa memiliki anak diusia remaja
merupakan beban berat dan menghancurkan masa depan, sikapnya pada
pernikahan akan negative, dan Ia cenderung menolak pernikahan di usia remaja.
Bila orang percaya bahwa pacaran hukumnya haram, maka Ia cenderung lebih
memilih menikah untuk menghindari perbuatan zinah.
2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir dan merasa dalam
menghadapi Objek, Ide, Situasi, atau Nilai (Rahmat, 2000). Sikap merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap obyek sikap.
Sikap menentukan apakah seseorang akan menentukan Pro atau kontra terhadap
sesuatu; menentukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan;
mengensampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari (sheriff
dan sheriff, 1956; di kutip dari Rahmat, 2000). Bila sikap seorang Remaja tidak
setuju terhadap seks bebas, maka Ia akan setuju pada program Pemberantasan
Pelacuran, berharap agar semua pihak membantu Pihak tersebut dan menghindari
orang- orang yang berperilaku seks bebas.
3. Pendidikan (Pengetahuan)
Pengetahuan dapat membentuk kepercayaan (Rahmat 2000). Pengetahuan
berhubungn dengan jumlah informasi yng dimiliki seseorang,dalam hal ini
informasi tentang Kesehatan Produksi. Karena minimnya Pengetahuan tentang
kesehatan Produksi ini, tidak sedikit remaja yang melakukan seks bebas,
akibatnya muncul penyakit Menular Seksual, seperti HIV / AIDS, kehamilan
diluar nikah, aborsi dll. Pendidikan akan menyebabkan remaja putri memiliki
keinginn untuk menunda perkawinan dan melahirkan anak (Sanfield A, 2006).
4. Pelayanan Kesehatan
Terlepas dari aktivitas seksual atau status melahirkan anak, semua remaja putri
memerlukan layanan kesehatan produksi antara lain; pendidikan seksualtas,
pelayanan kontrasepsi, pengobatan dan skrening PMS, perawatan prenatal,
pelayanan kelahiran, dan program untuk para pelajar dan para ibu-ibu yang hamil
(Sanfiel A, 2006). Pelayanan-pelayanan tersebut harus bisa mereka peroleh
dengan mempertimbngkan terbatasnya transportasi dan tipisnya sumber keuangan
mereka. Perawatan yang diberikan dapat membantu remaja putri untuk
memahami kesehatan produksi dan membantu mereka untuk menunda kehamilan
berikutnya.
5. Lingkungan
Persepsi kita tantang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan
kita, akan mempengaruhi perilaku kita dalam lingkungan itu. Lingkungan dalam
persepsi lazim disebut sebagai iklim (Rahmat, 2000). Iklim yang kondusif dan
diwarnai oleh kehidupan keagamaan dapat membantu mengalami masalah
seksual pada remaja.
6. Budaya
Pada sebagian masyarakat, perempan melakukan hubungan seks pada masa
remaja, karena mereka diharapkan menikah dan melahirkan anak pada usia muda
(Sanfield, 2006). Orang tua beranggapan dengan menikahkan anaknya maka
bebannya akan berkurang, didukung dengan adanya persepsi masyarakat jika
seorang wanita tidak segera menikah maka Ia akan menjadi perawan tua. Budaya
menyebabkan tingginya angka pernikahan dini, dan kehamilan bagi remaja putri
dianggap hal yang biasa.
7. Ekonomi
Kemiskinan yang dialami masyarakat bisa mendorong masalah kesehatan
reproduksi berada di ujung tanduk. Akibat kemiskinan seseorang bisa melakukan
apa saja agar bias bertahan hidup, termasuk hal-hal yang secara langsung
beresiko terhadap kesehatan reproduksi seperti pelacuran. Karena kemiskinan
pula mendorong tingginya angka pernikahan usia remaja di Indonesia.
Pernikahan di usia remaja dinilai sebagai penyebab tingginya kehamilan beresiko,
baik terhadap ibu belia yang mengandung maupun bagi anak-anak yang
dilahirkannya. Kemiskinan orang tua menyebabkan anak terpaksa menikah pada
usia yang masih muda dan tidak dapat melanjutkan sekolah.

2. Pembahasan Penelitian

Pewawancara : “Betulkah anda sudah menikah?”


Responden : “Ya”
Pewawancara : “pada usia berapa anda menikah?”
Responden : “15 tahun. Masih sangat muda”
Pewawancara : “Mengapa anda menikah diusia muda?”
Responden : “Karena saya tidak melanjutkan sekolah, saya juga tidak bekerja. Jadi,
daripada bingung melakukan sesuatu, lebih baik menikah”
Pewawancara : “Oh. Sudah berapa lamakah anda menikah? Apakah anda sudah
mempunyai anak?”
Responden : “Kurang lebih sudah 2 tahun. Ya, saya sudah punya anak, umurnya satu
setengah tahun.”
Pewawancara : “Apa yang anda rasakan memiliki anak diusia muda?”
Responden : “Awalnya cemas, saya takut tidak bisa mengurusi anak saya. Tapi
seiring
berjalannya waktu dan atas bantuan orang tua, saya sudah terbiasa”
Pewawancara : “Apakah keluarga anda hidup sejahtera?”
Responden : “Yang penting kami bisa makan setiap hari, bagi kami hal tersebut
sudah
sejahtera”
Pewawancara : “Apakah anda berniat untuk menyekolahkan anak anda?”
Responden : “Tentu, kami akan berusaha. Kami tidak ingin anak kami menikah
diusia
muda juga karena usia muda itu seharusnya mencari pengalaman
hidup, menimba ilmu sebanyak-banyaknya, dan bekerja”

3. Penyusunan Kerangka Berfikir

Terjadinya pernikahan pada seseorang di sebabkan karena adanya faktor-faktor sosial


budaya dan adat istiadat,pendidikan,serta lingkungan sosial yang tidak memandang umur
dan bahaya untuk kesehatannya, sehingga banyak di temukan kehamilan pada remaja
yang di sebabkan karena pernikahan yang terlalu dini maupun akibat pergaulan
bebas,jika itu di alami oleh remaja maka akan memberikan dampak dan pengaruh yang
besar terhadap fisik, mental, sosial, dan ekonomi.

4. Perumusan Hipotesa
Adapun hipotesa yang di ajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Ada pengaruh perkawinan di usia muda terhadap kehamilan di desa Pinangraja
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, yaitu makin muda usia kawin muda maka
semakin tinggi tingkat bahaya”

BAB III

A. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah umtuk mengetahui faktor-
faktor terjadinya perkawinan di usia muda dan bahaya kehamilan di usia muda.
2. Tujuan khusus penelitian
Tujuan khusus penelitian adalah sebagai berikut :
e) Untuk mengetahui usia perkawinan muda.
f) Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang kawin pada usia muda.
g) Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya perkawinan di usia muda.
h) Untak mengetahui bahaya kehamilan pada usia muda.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Makalah ini ditulis di kediaman Wike Kusmayanti Lingkungan Sungkawiluya RT.07
RW.04, Kelurahan Cigasong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Provinsi
Jawa Barat, Indonesia pada hari Kamis 08 Januari 2015.
Sedangkan makalah ini diteliti di Desa Pinangraja, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten
Majalengka. Dimulai dari pengumpulan data hingga penulisan akhir makalah.

C. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penyusun mempergunakan
metode wawancara dengan seorang perempuan berusia 15 tahun. Kami juga mencari
bahan dan sumber-sumber dari media massa dan internet.

D. Teknik Pengambilan Populasi


Definisi: populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki
kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok
dalam suatu riset khusus. Populasi yang harus diteliti harus didefinisikan
dengan jelas sebelum penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini kami
menggunakan populasi dari desa Pinangraja.

E. Teknik Pengambilan Sample


Definisi: sample yaitu sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.
Berhubung jumlah populasi relatif sedikit, praktis dapat dijangkau secara keseluruhan,
teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling,
yaitu dari keseluruhan responden langsung dijadikan sampel oleh karena itu sampel
dalam penelitian ini berjumlah 1 orang. Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut
:
 Kriteria inklusi
Pasangan usia subur yang kawin mudah ( di bawah 20 tahun ) yang berdomisili
diwilayah Desa Pinangraja Kecamatan Jatiwangi dan bersedia diteliti.

F. Teknik pengumpulan data


Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu :
1) Wawancara yaitu pengamatan langsung pada desa yang menjadi sasaran
pengambilan.
2) Teknik ini di maksudkan guna memperoleh imformasi yang berhubumgan
dengan data yang akan di kumpulkan.
3) Dokumentasi yaitu pengambilan data sekunder berupa dokumen yang
berhubungan dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
BAB IV

A. Variabel Dan Rancangan Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan rancangan “retropective study
“ (trohoc), yaitu rancangan yang berusaha melihat apakah ada dua variabel atau
lebih yang berhubung.
Adapun bentuk rancangannya adalah sebagai berikut :
XY
Variabel bebas
variabel terikat
Di mana :
X = usia perkawinan
Y = tingkat bahaya di usia mudah
B. Teknik Pengelolaan Data
Data yang terkumpul di olah dan dianalisa dengan uji deskriptif dan uji inverensial.
Uji deskriptif karakterisasi hasil temuan setiap varibel yang diteliti yaitu uji rata-
rata, modus, median dan presentase. Sedangkan uji intervensial menggunakan
korelasi prodak moment, dengan pertimbangsn karena data variabel bebas dan
variabel terikat bersekala interval,. Koefisien korelasi, di hitung dengan
menggunakan rumus :
n∑XY - ∑X∑Y
r =√{∑X ² – (∑∑X²}{∑X ² –(∑∑Y²}
sudjana, (1984 : 354)
Untuk test signifikan nilai r prodak moment tersebut di lakukan dengan
menggunakan uji t dengan rumus :
r√n–2
t = √1– r²
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah sampel
(sudjana, 1984 :354)
Kriteria pengujiannya adalah membandingkan nilai t hitung ddengan t tabel pada
taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan derajat bebas ( db ) = ( n-2). Jika nilai
thitung > tabel berarti korelasi antara ke-2 variabel tersebut signifikan. Jika nilai
hitung < table berarti korelasi kedua variabel tersebut tidak signifikan. Pengujian
keberartian keeratan hubungan digunakan criteria sebagai berikut :
Pada dasarnya koefisien korelasi bervariasi dari -1 dan 0 sehingga +1, artinya :
1) Bila koefisien korelasi = -1 atau mendekati -1 maka hubungan kedua varibel di
katakana negatif, sangat kuat kenaikan dan penurunan independensi variabel
tidak searah
2) Bila koefisien korelasi = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara ke-dua
variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali.
3) Bila koefien korelasi = +1 atau mendekati 1, maka hubungan sangat kuat dan
positif dan kenaikan serta penurunan independensi varibel bersifat searah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa orang yang masih berusia muda memutuskan untuk menikah. Ada
alasan tertentu mereka melakukan pernikahan tersebut, dintaranya karena,
kesepakatan kedua belah pihak, tidak melanjutkan sekolah.

B. Saran
Berpikiralah secara matang sebelum melangkah jauh kejenjang pernikah. Dan
mampukah anda membangun rumah tangga diusia yang masih muda?

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Paradigma Sehat 2010 . Jakarta : Depkes RI_______, 2005.


Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta : BKKBN_______, 2005. Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta : Departemen Agama
Badudu Zain, 2004. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Harapan Daniel JB.
Soekirman, Dkk, 2009.
Rangkuma Analisis Situasi Anak dan Wanita Indonesia. Jakarta : CV. Meditama Indah
Depkes RI, 2001. Lokakarya Nasional Tentang Perawinan Usia Muda . Jakarta
Djoko Prakoso, Dkk. 2007. Asas-asas Perkawinan di Indonesia. Jakarta : Bina Aksara
Fitrah Puspita, 2006. Skripsi : Faktor Pendorong Pernikahan Usia Muda dan
Dampaknya Terhadap Pola Asuh Anak. Semarang : UNNES
Hanafi Hartanto, 2006. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi . Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan Ida Bagus Gde, 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : Universitas Indonesia Iskandar, Dkk. 2007. Masalah
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia . Jakarta : Universitas Trisakti
K. Wantjik Saleh, 2005. Hukum perkawinan di Indonesia. Jakarta : Ghalia
Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta
Suharjo, 2006. Aspek Sosial dalam Pernikahan . Jakarta : Media Cipta.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHN PENGUJI .............................................................................i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................
1.3 Pembatasn Maslah .............................................................................................
1.4 Rumusan Masalah............................................................................................
1.5 Tujuan Penelitian ...............................................................................................
1.6 Manfaat penelitian .............................................................................................
BAB II KERANGKA TEORI
2.1 Pengkajian Teori
A. Perkawinan Usia
Pertama............................................................................
B. Perkawinan Usia
Muda............................................................................
C. Pengaruh Kehamilan dan Resikonya Bagi
Remaja..................................
D. Remaja Dan
Presepsinya.......................................................................
E Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi..........................................
2.2 Pembahasan Penelitian.......................................................................................
2.3 Penyusunan Kerangka Berfikir...........................................................................
2.4 Perumusan Hipotesa........................................................................................
BAB III METODOLOGI
3.1 Tujuan
Penelitian ...........................................................................................
3.2 Tempat Dan Waktu
Penelitian.........................................................................
3.3 Metode
Penelitian............................................................................................
3.4 Teknik Pengambilan Populasi.........................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data..............................................................................
BAB IV
4.1 Variabel Dan Rancangan Penelitian................................................................
4.2 Teknik Pengolahan Data...................................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................
5.2 Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai