2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan sepasang suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara menjadi bagian keluaga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
5. Peran Keluarga
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem
(Kozier, 1995). Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi status kesehatan
keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga.
Berikut ini tugas keluarga menurut Friedman (1998), adalah
sebagai berikut: mengenal masalah kesehatan; keluarga mampu
mengidentifikasi masalah-masalah dalam keluarga. Fungsi keluarga
membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, yaitu keluarga
mampu membuat keputusan dan merencanakan tindakan keperawatan
keluarga, dalam melakukan perawatan keluarga yakni keluarga
mampu merawat anggota keluarga sebelum anggota keluarga membawa
anggota keluarga ke tempat pelayanan kesehatan. Keluarga juga mampu
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, untuk
kelangsungan hidup anggota keluarga, serta tetap mempertahankan
hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Keluarga
akan menggunakan fasilitas kesehatan sesuai dengan kemampuan
keluarga.
6. Kemampuan Keluarga
Perilaku manusia sangat kompleks yang terdiri dari 3 domain
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1956 dalam Potter dan
Perry, 2005). Ketiga domain tersebut lebih dikenal pengetahuan, sikap
dan praktik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting karena digunakan untuk menerima informasi baru dan
mengingat informasi tersebut.
Saat keluarga diberikan informasi baru, maka keluarga tersebut
akan
membentuk tindakan keluarga yang merujuk pada pikiran rasional,
mempelajari fakta, mengambil keputusan dan mengembangkan pikiran
(Craven, 2006)
2) Bahaya emosi
Anak masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang meledak-ledak, cemburu sehingga
kurang disenangi orang lain.
3) Bahaya konsep diri
Anak mempunyai konsep diri yang ideal, biasanya merasa tidak puas
pada diri sendiri dan pada perlakuan orang lain. Anak cenderung
berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang
lain.
4) Bahaya yang menyangkut minat
Tidak minat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman sebaya
dan mengembangkan.
6. Diagnosis
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada
semua permukaangigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan
eksplorer.Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus
kariesinterproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata
telanjang.Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak
padagigi dengan eksplorer..
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan.
eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada gigi
telahmulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan
melaluieksplorer dapat merusak dan membuat lubang..
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang
belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka,
untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan
membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat
optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang
motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.
c. Gangguan Konsep diri berhubungan dengan bau nafas tidak sedap.
3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang
motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.
Tujuan : kerusakan pertumbuhan gigi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Keluarga lebih memperhatikan kesehatan gigi anak dan dapat
melakukan perawatan gigi anak dengan benar.
Intervensi :
1) Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya perawatan gigi anak
sejak dini.
2) Jelaskan tentang makanan yang dapat merusak gigi anak.
3) Ajarkan orang tua perawatan gigi dan cara menggosok gigi dengan
benar agar orang tua dapat menerapkannya pada anak.
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.
Tujuan : Anak tidak mengeluh nyeri pada area mulutnya.
Kriteria Hasil :
1) Anak mendapatkan gigi yang sehat.
2) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan pada area mulut.
3) Anak bisa mengkonsumsi segala jenis makanan tanpa mengeluh sakit
pada gigi.
Intervensi :
1) Observasi tingkat kerusakan gigi anak.
2) Jelaskan kepada keluarga tentang upaya perawatan gigi yang benar.
3) Jelaskan tentang pentingnya menggosok gigi minimal 2 kali sehari.
4) Anjurkan keluarga untuk memeriksakan gigi anak setidak-tidaknya 6
bulan sekali.
5) Minta keluarga untuk mengawasi makanan yang dikonsumsi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, 2002. Ilmu Kesehatan Anak NELSON. Vol. II. Ed. 15. Jakarta: EGC
Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-
MakananKariogenik Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak
Prasekolah.
Harris and Christen, 1995. Karies Gigi Pada Anak. Jakarta:EGC
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam Praktik.
Jakarta : EGC