Disusun Oleh:
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah Ekologi, Kependudukan, dan Lingkungan yang diampu oleh
Ibu Susi Winarni, M.Pd.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
baik dari segi penyusunan, bahasa,maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
supaya menjadi acuan kami bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah yang kami susun dengan judul “Fertilisasi dan Faktor yang
Berpengaruh” ini menambah wawasan para pembaca dan bisa dimanfaatkan
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penyusun
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fertilitas atau kelahiran hidup live birth suatu kelahiran disebut
lahir hidup bilamana pada saat dilahirkan terdapat tanda-tanda
kehidupan seperti bernafas, jantung berdenyut, menangis, bergerak dan
lain sebagainya.1 Dalam hidup di dunia ini pasti adanya pertambahan
dan pengurangan manusia yang terjadi. Adanya pertambahan manusia di
bumi akan membuat bertambahnya lahan untuk hidup. Kelahiran yang
terus menerus meningkat karna adanya perkawinan yang terjadi
sehingga jika dibandingkan dengan angka kematian yang kecil.
Semakin bertambahnya manusia membuat negara kita memberikan
anjuran dua anak cukup. Hal ini disebabkan supaya dapat mengatasi
kelahiran yang semakin lama meningkat sehingga akan menambah
kebutuhan pokok dan lahan. Adanya permasalahan ini ada banyak faktor
yang mempengaruhi angka kelahiran lebih besar daripada angka
kematian. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan
memegang peranan yang penting. Makin lengkap dan akurat data
kependudukan yang tersedia makin mudah dan tepat rencana
pembangunan itu dibuat.2
Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang
dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat
tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi.3 Tingkat kelahiran yang
semakin lama tinggi tidak dapat dihindari di seluruh dunia. Sehingga
penting untuk membahas tentang fertilisasi pada makalah ini supaya
dapat mendalami masalah dan solusi dari permasalahan diatas.
1
Radhiah Amna, Bahan Ajar Pendidikan Kependudukan (Sumatera Uata: Universitas
Islam Negeri Sumatera Selatan, 2022).
2
Ibid.
3
Rika Fitriani Yuningsih, “Pengaruh Implementasi Program Keluarga Berencana (KB)
Terhadap Penekanan Angka Kelahiran (Fertilitas) Di RW 02 Kelurahan Cipadung
Kecamatan Cibiru Kota Bandung Timur” (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2019),
https://etheses.uinsgd.ac.id/id/eprint/20335.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fertilisasi?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi angka kelahiran?
3. Bagaimana rumus Crude birth rate (CFR) dan Age specific fertility
rate (ASFR)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fertilisasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi angka
kelahiran.
3. Untuk mengetahui rumus Crude birth rate (CFR) dan Age specific
fertility rate (ASFR).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fertilisasi
Fertilitas diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita. Konsep ini memberikan makna fertilitas
menyangkut jumlah kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
atau sekelompok wanita. Suatu kelahiran disebut sebagai lahir hidup
apabila pada waktu lahir terdapat tanda-tanda kehidupan seperti berteriak,
bernafas, jantung berdenyut. Apabila pada waktu lahir tidak ada tanda-
tanda seperti itu, maka disebut sebagai lahir mati yang didalam demografi
tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran. Dengan demikian
fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup.4
Ukuran fertilitas selalu dihubungkan dengan jumlah kelahiran hidup
dengan jumlah penduduk tertentu sebagai dasar pentunjuk waktu tertentu. 5
Sehingga angka kelahiran dalam penduduk akan diketahui besar
rendahnya. Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan
seorang wanita secara riil untuk melahirkan yang diwujudkan dalam
jumlah bayi yang senyatanya dilahirkan.6 Salah satu komponen yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah jumlah kelahiran (fertilitas)
yang bersifat menambah jumlah penduduk.
Wanita yang berumur lebih tua cenderung memiliki fertilitas yang
lebih besar. Rata- rata anak yang dilahirkan oleh wanita dengan umur
perkawinan pertama yang lebih muda juga cenderung lebih besar. Hal ini
disebabkan karena wanita dengan umur yang lebih tua dan wanita yang
memiliki umur perkawinan pertama lebih muda mempunyai masa subur
yang lebih lama, sehingga peluang untuk memiliki anak dalam jumlah
yang lebih besar pun akan semakin besar.7
3
Dalam rangka menangani masalah kependudukan pemerintah
melakukan berbagai tindakan salah satunya adalah mengenai pengendalian
kelahiran (fertilitas). Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai
hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita. Dengan kata lain fertilitas
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Besar kecilnya jumlah
kelahiran dalam suatu penduduk, tergantung pada beberapa faktor yaitu
faktor demografis meliputi distribusi umur dengan jenis kelamin, jumlah
pasangan pria dan wanita yang menikah maupun distribusi umurnya,
lamanya perkawinan dan jumlah anak yang dilahirkan. Selain itu jumlah
kelahiran ditentukan juga oleh faktor lain yang berkaitan erat dengan
lingkungan sosial dan ekonomi dalam suatu jangka waktu tertentu,
misalnya: kondisi perumahan, pendidikan, penghasilan, agama, maupun
sikap terhadap besarnya anggota keluarga.
1. Faktor Demograsi
8
Resti dkk. 2016. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Kelahiran di Provinsi Sumatera
Barat dengan Menggunakan Analisis Faktor. Lecturers of Mathematics Department State
University :Padang Indonesia.
4
Dalam upaya pencegahan jumlah penduduk yang semakin tinggi
para ahli banyak memberikan teori-teorinya. Umumnya para ahli
dikelompokan menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama terdiri dari
penganut aliran Mathusian. Aliran Mathusian dipelopori oleh Thomas
Robert Malthus, dan Aliran Neo Malthusian dipelopori oleh Garreth
Hardin dan Paul Ehrlich. Kelompok kedua terdiri dari penganut Aliran
Marxist yang dipelopori oleh karl Marx danFriedrich Engels.
Kelompok ketiga terdiri dari pakar-pakar teori kependudukan yang
ada.
a) Aliran Malthusian
Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Maltus, seorang
pendeta inggris, Hidup pada tahun 1766 hingga tahun 1834. Pada
pemulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul: “Essai on
principle of populations as it Affect the future improvement of
society, with remark on the speculations of Mr.Godwin, M.
Condercet, and Other writers”. Menyatakan bahwa penduduk
(seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada
pembatasan, akan berkembang baik dengan cepat dan memenuhi
dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi. Tingginya
pertumbuhan penduduk ini di sebabkan karena hubungan kelamin
antara laki-laki dan perempuan yang Tidak bisa dihentikan.
Disamping itu Malthus berpendapat bahwa untuk hidup manusaia
memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan
makanan jauh lebih lambat dibanding dengan laju pertumbuhan
penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka manusia akan mengalami
kekurangan bahan makanan, inilah sumber dari kemelaratan dan
kemiskinan manusia.
Untuk dapat keluar dari permasalahan kekuraangan pangan
tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus
pembatasan tersebut dapar dilakukan dengan dua cara yaitu
preventive checks, dan positive check.
5
b) Aliran Noe Malthusain
Paul Ehrlich dalam bukunya yang berjudul “The Population
Bomb” pada tahun 1971 ini menggambarkan penduduk dan
lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Petama,
dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan
makanan sangat terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di
dunia ini lingkungan sudah banyak yang tercemar dan rusak.
c) Aliran Marxist
Aliran ini dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels, jika
tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk. Maka
manusia akan kekurangan bahan pangan. Menurut Marx tekanan
penduduk yang terdapat di suatu Negara bukanlah tekanan
penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk
terhadap kesempatan kerja.
Selanjutnya Marx berkata, kaum kapiltalis membeli mesin-
mesin untuk menggantiakan pekerjaan-pekerjaan yang di lakukan
oleh buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan disebabkan oleh
kekurangan bahan pangan ,tetapi karena kaum kapitalisme
mengambil sebagian dari pendapatan mereka.
d) Struktur / Komposisi Umur
Fertilisasi merupakan salah satu komponen yang dapat
mempengaruhi perubahan jumlah dan komposisi penduduk dalam
suatu negara. Masalah fertilisasi dapat dapat dipelajari dengan
memperhatikan tingkah laku fertilisasi seperti tingkah laku
seseorang individu pada umumnya. Hal tersebut dikaitkan dengan
faktor intern dari orang yang bersangkutan dan faktor ekstern
meliputi lingkungan dan budaya. Fertilisasi dapat diukur dari
banyaknya anak yang lahir hidup yang merupakan hasil reproduksi
nyata seseorang atau sekelompok orang.
Komposisi umur dalam arti demografi adalah komposisi
penduduk menurut kelompok umur tertentu. Komposisi menurut
umur dapat di kelompokan menjadi tiga yaitu:
6
Usia belum produktif (kelompok umur kurang dari 14
tahun)
Usia produktif (kelompok umur antara 15-64 tahun)
Usia tidak produktif (kelompok umur lebih 64 tahun)
e) Status Perkawinan
Status perkawinan menurut demografi dapat dibedakan menjadi
status belum pernah menikah, menikah, pisah, cerai, janda atau
duda.
f) Umur Perkawinan Pertama
Badan Pusat Statistik (2016) mendefinisikan usia pernikahan
pertama sebagai umur pertama menikah yang berarti juga saat
dimulainya masa reproduksinya pembuahan. Semakin muda usia
pernikahan pertama maka akan semakin panjang masa
reproduksinya atau semakin banyak anak dilahirkan, usia
pernikahan pertama sebesar 20 berarti rata-rata penduduk menikah
saat berusia 20 tahun. Usia pernikahan pertama berhubungan
terbalik dengan jumlah kelahiran, usia pernikahan pertama yang
semakin rendah mengindikasikan tingkat fertilitas yang tinggi. Usia
pernikahan pertama berfungsi sebagai salah satu dasar pengambilan
kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk.
g) Proporsi Penduduk yang Kawin
Perkawinan merupakan kesatuan dua individu laki – laki dan
perempuan menjadi satu kesatuan yang saling mencintai, saling
menginginkan kebersamaan, saling membutuhkan, saling memberi
dukungan, saling melayani, kesemuanya diwujudkan dalam
kehidupan yang dinikmati bersama.
Sedangkan menurut Sahli (1994) perkawinan sebagai hubungan
antara seseorang laki – laki dan perempuan untuk bersama – sama
memenuhi hasrat melangsungkan hidupnya dengan menurunkan
keturunanya.
2. Faktor Non Demograsi
a) Pendapatan
7
Menurut Leibenstein (LD_FEUI, 2010) mempunyai anak dapat
di lihat dari dua segi ekonomi, yaitu segi kegunaanya (utility) dan
biaya (cost) yang harus di keluarkan untuk membesarkan anak.
Kegunaan anak adalah dalam memberikan kepuasan kepada orang
tua, dapat memberi transfer ekonomi (misalnya memberikan
kiriman uang kepada orang tua pada saat dibutuhkan), atau dapat
membantu dalam kegiatan produksi misalnya membantu mengolah
tanah pertanian atau membantu usaha milik orang tuanya. Anak
juga dapat menjadi sumber yang dapat membantu kehidupan orang
tua di masa depan (investasi). Sementara itu, pengeluaran untuk
membesarkan anak adalah biaya (cost) dari kepemilikan anak
tersebut.
b) Tingkat Pendidikan
Menurut Bouge (Lucas, 1990) mengemukakan bahwa
pendidikan menunjukkan pengaruh yang lebih kuat terhadap
fertilitas dari pada variabel lain. Seseorang dengan tingkat
pendidikan yang relative tinggi tentu saja dapat
mempertimbangkan berapa keuntungan financial yang di peroleh
seorang anak dibandingkan dengan biaya yang harus di keluarkan.
Pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menambah
ketrampilan, pengetahuan, dan meningkatkan kemandirian maupun
kepribadian individu.
Sedangkan menurut Adioetomo dan Samosir (2010) kesempatan
perempuan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi
semakin terbuka saat ini, sehingga menyebabkan banyak
perempuan yang menunda perkawinan untuk menyelesaikan
pendidikan yang diinginkan. Selain itu perempuan yang
berpendidikan tinggi cenderung memilih tujuan ke pasar kerja
terlebih dahulu sebelum memasuki perkawinan. Kalua pun
menikah pada usia muda, pengetahuan mereka tentang alat
pencegahan kehamilan cukup tinggi sehingga sebagian dari mereka
menunda kelahiran anak.
8
c) Pendidikan Istri Terhadap Jumlah Kelahiran
Menurut Todaro (2006) semakin tinggi tingkat pendidikan istri
atau wanita cenderung untuk merencanakan jumlah anak yang
semakin sedikit. Keadaan ini menunjukkan bahwa wanita yang
telah mendapatkan pendidikan lebih baik cenderung memperbaiki
kualitas anak dengan cara memperkecil jumlah anak, sehingga akan
mempermudah dalam perawatannya, membimbing dan
memberikan pendidikan yang lebih layak.9
C. Rumus Crude Birth Rate (CBR) dan Age Specific Fertility Rate (ASFR)
1. Metode Perhitungan CBR
in Indonesia. The Indonesian Journal of Development Planning. Vol.3 No.2, Agustus 2019,
hal.239-252.
9
= 20
Interpretasi
Pada contoh disebutkan perhitungan CBR Indonesia menurut data
susenas 2015 adalah sebesar 20 yang artinya terdapat 20 kelahiran per
1000 penduduk Indonesia pada tahun 2016.
2. Metode Perhitungan ASFR
Keterangan:
Bi : jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur i
P if : jumlah wanita kelompok umur i
i : kelompok umur 15-19, …, 45-49
11
Dewi, Deasy Rosmala. 2021. Statistik Kesehatan. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
10
Keterangan:
jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur i pada periode waktu
Bi :
tertentu sebelum survei
tahun keterpajanan wanita (women years exposure) dalam periode
P if :
tertentu sebelum survei
i : kelompok umur 15-19, …, 45-49
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Bardi, Syamsul. Demografi Umum. Edited by PeNa. Banda Aceh: Yayasan PeNa
Banda Aceh, Devisi Penerbitan, 2009.
13