Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ FERTILITAS”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah DASAR KEPENDUDUKAN
Dosen Pengampu : SANGAR SIREGAR,MA

Disusun oleh :

SYAFRI LIANTONI
GUSMAWATI
MAZDALIFAH

PRODI S-1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JALUR B NON REGULER

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

selesainya Tugas Kelompok yang berjudul “FERTILITAS”Atas dukungan moral

dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penyusun

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak SANGAR SIREGAR,MA, selaku Dosen Pengampu Matakuliah Dasar

Kependudukan

2. Serta teman-teman yang telahmembantumenyelesaikanmakalahini

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu,

saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru , September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 2

BAB II ISI

A. Pengertian Fertilitas ................................................................ 3

B. Konsep Dasar Fertilitas ........................................................... 3

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas……………… 4


D. Studi Perbedaan Fertilitas Di Indonesia…………………….. 7
E. Masalah Pengukuran fertilitas…………………….………… 9
F. Ukuran Dasar Fertilitas ........................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 18

iii
iv
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Penduduk merupakan sekumpulan orang-orang yang telah lama menempati


suatu daerah. Kepadatan penduduk dapat dihitung berdasarkan jumlah penduduk
untuk setiap satu kilometer persegi. Cara menghitungnya adalah dengan
membandingkan jumlah penduduk di suatu daerah dengan luas daerah yang
ditempati. Jumlah penduduk di suatu daerah atau negara mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Perubahan ini disebut dinamika penduduk. Perubahan penduduk ini
dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk
dikatakan meningkat bila kelahiran lebih tinggi daripada kematian.

Di indonesia, dari tahun 1930 hingga tahun 1980 tingkat pertumbuan


penduduk terus meningkat. Tingginya tingkat pertumbuhan tersebut karena selisih
antara tingkat kelahiran dan kematian semakin besar. Hal ini disebabkan karena lebih
cepatnya penurunan tingkat kematian dibandingkan dengan tingkat kelahiran.
Komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan
pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Beragam
pengelompokan dapat dibuat seperti atas dasar etnis, agama, kewarganegaraan,
bahasa, pendidikan yang disesuaikan, umur, jenis kelamin, dan golongan pendapatan.
Adakalanya istilah tertentu digunakan untuk komposisi atas dasar karakteristik
tertentu misalnya, struktur penduduk dan piramida penduduk bagi komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin, dan distribusi penduduk bagi komposisi
penduduk menurut geografis tempat tinggal.

Jumlah penduduk selalu bertambah menimbulkan kepadatan populasi terus


meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan
yang terbatas menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya alam. Terjadinya pencemaran, dan

1
timbul persaingan untuk mendapatkan sumber daya alam. Selain itu pertumbuhan penduduk yang
tinggi tanpa diikuti pertumbuhan ekonomi yang seimbang sering kali hanya menghasilkan sumber
daya manusia yang berkualitas rendah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mengendalikan
pertumbuhan penduduk. Agar permasalahan yang timbul dapat ditekan serendah mungkin.
Memang semakin padat suatu daerah tidak bisa menjadi tolak ukur pasti mengenai
kesehatan penduduknya. Karena hal tersebut kembali lagi kepada kesadaran
penduduk yang tinggal di daerah tersebut. Apabila mereka memiliki kesadaran yang
tinggi mengenai lingkungan, tentu masalah padat penduduk dengan kesehatan akan
bisa diatasi. Tetapi sebaliknya, apabila kesadaran mengenai lingkungan masih rendah,
maka penyakit pun siap menghampiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengetian Fertilitas
2. Konsep Konsep Fertilitas
3. Faktor Faktor yang mempebngaruhi fertilitas
4. Studi Perbedaan Fertilitas Di Indonesia
5. Masalah Pengukuran Fertilitas
6. Ukuran dasar Fertilitas

2
BAB II

ISI

A. PENGERTIAN
Fertilitas ialah suatu istilah yang dipergunakan didalam demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Istilah tersebut
kadang-kadang dipergunakan berlawanan dengan penggunaan biasa, yang berarti
hasil reproduktif sebenarnya, dan bukan hasil reproduksi yang mungkin terjadi.
Fertilitas ialah suatu ukuran yang diterapkan untuk mengukur hasil reproduktif wanita
yang diperoleh dari data statistik jumlah kelahiran hidup ( Pollard dkk, 1984 : 141).
Menurut Sri Hardjati Hatmadji dalam buku “Dasar-Dasar Demografi”, fertilitas
sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang
wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup (1981 : 57).

B. KONSEP-KONSEP FERTILITAS
1. Lahir Hidup (Live Birth)
Menurut UN dan WHO , adalah suatu kelahiran seorang bayi tanpa
memperhitungkan lamanya kandungan, dimana si bayi menunjukkan tanda-
tanda kehidupan, misal: bernafas, ada denyut jantungya atau denyut tali pusat
atau gerakan-gerakan otot.
2. Lahir Mati (Still Birth)
Adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28
minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3. Abortus

3
Kematian bayi dalam kandungan dengan umur kehamilan kurang dari 28
minggu. Ada dua macam Abortus: disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontantaneous).
Induced abortion dapat:
a. Berdasar alasan medis, misalnya: karena mempunyai penyakit jantung
yang berat sehingga membahayakan jiwa si ibu.
b. Tidak berdasarkan alasan medis.
4. Masa Reproduksi (Childbearing Age):

Masa dimana wanita mampu melahirkan, yang disebut juga usia subur (15-
49th).

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERTILITAS


Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi fertilitas yang ditulis oleh
Hadmadji dalam buku “Dasar-Dasar Demografi” (1981 : 77-78) :
1. Menurut Kingsley Davis & Judith Blake
Tiga tahap penting dari proses reproduksi adalah :
a. Tahap hubungan kelamin (intercourse)
b. Tahap konsepsi (conseption)
c. Tahap kehamilan (gestation )

Faktor-faktor sosial ,ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas


akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya dengan ketiga
tahap reproduksi di atas. Faktor-faktor yang langsung mempunyai kaitan
dengan ketiga tahap disebut ‘VARIABLE ANTARA’

Davis dan Blake menyebutkan 11 variabel antara yang dikelompokkan


sebagai berikut :

4
a. Enam (6) ‘intercourse variables’ yaitu faktor – faktor yang
mempengaruhi hubungan kelamin (intercourse) yaitu :
1) Umur memulai hubungan kelamin.
2) Selibat permanent : proporsi wanita yang tak pernah mengadakan
hubungan kelamin.
3) Lamanya berstatus kawin.
4) Abstinensia sukarela.
5) Abstinensia terpaksa ( misal : sakit, berpisah sementara ).
6) Frekuensi senggama.
b. Tiga (3) ‘conception variable’ yaitu faktor – faktor yang
mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi (conception ) .
7) Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang tidak
disengaja.
8) Pemakaian kontrasepsi.
9) Fekunditas atau infekunditas yang disebabkan hal-hal yang
disengaja (misal: sterilisasi ).
c. Dua (2) “gestation variable” yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
kehamilan.
10) Mortalitas janin karena sebab-sebab yang tidak disengaja.
11) Mortalitas janin karena sebab-sebab yang disengaja.
2. Menurut Ronald Freedman

‘Intermediate variable’ sangat erat hubungannya dengan norma – norma


sosial/masyarakat. Jadi pada akhirnya perilaku seseorang akan
dipengaruhi oleh norma yang ada.

5
DIAGRAM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FERTILITAS OLEH RONALD FREEDMAN

Tingkat
Mortalitas

Norma tentang
L besarnya F
I keluarga E
N R
G T
K Variable Antara I
U L
N I
G Struktur Sosial T
A Ekonomi A
Norma tentang
N S
variable antara
Program
KB

3. Menurut H. Leibenstein :

Anak dilihat dari 2 segi yaitu : segi kegunaan (utility) dan biaya (cost) .
Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, dapat memberikan balas jasa
ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan
sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan
pengeluaran untuk membesarkan anak adalah biaya dari mempunyai anak
tersebut.

Apabila ada kenaikan pendapatan, aspirasi orang tua akan berubah. Orang
tua mengingikan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biaya (cost)

6
nya naik. Sedangkan kegunaannya turun sebab walaupun anak masih
memberikan kepuasan akan tetapi balas jasa ekonominya turun.
Disamping itu orang tua juga tak tergantung dari sumbangan anak. Jadi
biaya membesarkan anak lebih besar daripada kegunaannya. Hal ini
mengakibatkan ‘demand’ terhadap anak menurun atau dengan kata lain
fertilitas turun.

4. Menurut Gary Becker

Ia menganggap anak sebagai barang konsumsi tahan lama (durable golds).


Orang tua mempunyai pilihan antara kuantitas dan kualitas anak. Kualitas
diartikan pengeluaran (biaya) rata-rata untuk anak oleh suatu keluarga
yang didasarkan atas 2 asumsi :

a. Selera orang tua tidak berubah.


b. Harga anak dan barang-barang konsumsi lainnya tidak dipengaruhi
keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi.

D. STUDI PERBEDAAN FERTILITAS DI INDONESIA


Ada beberapa faktor penentu dalam studi perbedaan fertilitas di Indonesia,
antara lain (Hadmadji, 1981 : 80-82) :
1. Tempat tinggal wanita pada saat pencacahan.

Pengamatan terhadap perbedaan fertilitas menurut tempat tinggal (kota-


pedesaan) , menunjukkan bahwa fertilitas di daerah kota sedikit lebih tinggi
daripada di pedesaan.

Gavisn Jones et. Al., memberikan ulasan mengenai tingginya tingkat fertilitas
di kota mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat ‘memory lapse ’ wanita
pedesan dibandingkan wanita yang tinggal di daerah kota .

7
Harijati Hatmadji et. Al., sebaliknya mempunyai pendapat bahwa fertilitas
di jawa-pedesaan memang sedikit lebih tinggi daripada di jawa-kota.

Mengingat perbedaannya hanya sedikit ini mungkin disebabkan oleh konsep


urban/rural yang dipakai. Konsep tersebut lebih menekankan pada fasilitas
fisik di suatu daerah daripada cara hidup penduduk yang tinggal di daerah
tersebut.

2. Tingkat pendidikan

Pengaruh pendidikan terhadap fertilitas tidak tepat seperti yang diperkirakan,


yaitu semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh wanita, makin
rendah fertilitasnya.

Bondan Supraptilah et. Al., Dengan menggunakan data Survey Fertilitas


Mortalitas Indonesia melaporkan bahwa hubungan antara tingkat pendidikan
dan fertilitas berbeda dari satu daerah ke daerah lain . Misalnya : Di pedesaan
di Jawa Barat dan Sulawesi serta daerah kota di Jawa tengah hubungan
tersebut berbentuk U terbalik. Sebaliknya hubungan berbentuk U terdapat di
daerah kota di Sulawesi dan perdesaan di Jawa Tengah .

3. Umur Perkawinan Pertama

Sejalan dengan pemikiran bahwa makin muda seseorang melakukan


perkawinan makin panjang masa reproduksinya maka dapat diharapkan makin
muda seseorang melangsungkan perkawinannya makin banyak pula anak
yang dilahirkan, jadi hubungan antara umur perkawinan dan fertilitas
negative. Hipotesa ini mendapat dukungan peneliti-peneliti dalam penemuan
atas studi-studinya.

4. Pengalaman Bekerja

8
Ukuran yang dipakai untuk factor pengalaman bekerja berbeda-beda misal :
jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan, kegiatan yang biasanya
dilakukan (usual activity).

Menurut Iskandar dengan studinya berdasarkan sensus penduduk 1971 serta


Harijati Hatmadji et. Al., dengan memakai data SUPAS II melaporkan
bahwa wanita yang mengurus rumah tangga saja cenderung memiliki anak
lebih banyak sedangkan wanita yang bekerja mempunyai anak lebih sedikit.
Penggolongan yang mereka lakukan atas kegiatan yang biasanya dilakukan
adalah wanita yang bekerja, mencari pekerjaan, dan mengurus rumah tangga.
Selanjutnya Harijati Hatmadji menambahkan bahwa perbedaan jumlah anak
yang dilahirkan antara wanita yang bekerja dan yang mengurus rumah tangga
lebih besar di kota daripada di pedesaan.

E. MASALAH PENGUKURAN FERTILITAS


Angka kelahiran dihitung menurut prosedur yang sama seperti angka
kematian dengan cara membagi jumlah peristiwa dengan jumlah penduduk yang
menghadapi resiko, tetapi angka kelahiran tidak dihitung secara khusus dan
perhitungannya pun banyak menimbulkan problem yang cukup rumit.
1. Angka kelahiran dikaitkan dengan kelahiran yang meliputi suatu periode
tertentu. Periode tersebut ada dua alternatif. Pilihan pertama ialah
pengukuran selama suatu periode yang agak singkat, yaitu satu tahun
kalender. Alternatif kedua ialah mengukur fertilitas meliputi periode
kehidupan reproduktif yang sudah berakhir.
2. Suatu kelahiran selalu melibatkan pria dan wanita. Dengan demikian akan
lebih bermanfaat untuk mengukur fertilitas menurut karakteristik ibu,
karakteristik ayah, atau karakteristik pasangan tersebut.

9
3. Secara kasar dapat dikatakan bahwa satu kelahiran yang terjadi pada umur
80 tahun telah menghasilkan kelahiran yang banyak (a multiple birth).
4. Penyebut angka kelahiran, terutama yang menyangkut jumlah penduduk
yang menghadapi resiko, kenyataannya sangat sulit dihitung. Kelompok
penduduk yang muda dan sangat tua memang sudah tidak diperhitungkan.
5. Dalam banyak hal perbedaan anatara kelahiran hidup dan kelahiran
mati(still-birth) biasanya sulit diklasifikasikan secara konsisten.
6. Akibat prefen dan pandangan pribadi (yang sebaliknya juga tergantung dari
bidang pendidikan maupun beberapa faktor lainnya) akan membawa
pengaruh yang cukup kuat terhadap jumlah anak yang dikehendaki.

F. UKURAN DASAR FERTILITAS

Ukuran fertilitas dibagi menjadi dua pengukuran:

a. Pengukuran Fertilitas Tahunan


Pengukuran fertilitas tahunan hampir sama dengan pengukuran
mortalitas. Pengukuran fertilitas tahunan meliputi :
1. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate)
Angka kelahiran kasar yaitu jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun
tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun dan merupakan
ukuran fertilitas yang paling sederhana karena data yang diperlukan
hanya jumlah kelahiran dan dan jumlah seluruh penduduk.
Rumus :

𝐵
𝐶𝐵𝑅 = 𝑥𝑘
𝑃𝑚

di mana :
CBR = Crude Bride Rate atau Tingkat Fertilitas Kasar
Pm = Penduduk Pertengahan tahun

10
K = Bilangan konstanta yang biasanya bernilai 1.000
B = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Contoh :
Berdasarkan sensus 2010 di Jabar terdapat jumlah penduduk 25 juta jiwa
dan banyaknya bayi yang lahir hidup dalam setahun adalah 500.000
jiwa. Berapakah CBR Jabar?

CBR = 500.000 x 1000


25.000.000
= 20
Artinya setiap 1000 penduduk terdapat 20 kelahiran.

2. Angka Ferilitas Umum (General Fertility Rate)


Membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk wanita usia
15-49 tahun karena penduduk yang mempunyai resiko hamil adalah
wanita dalam usia reproduksi (umur 15-49 tahun).

Rumus :
𝐵
𝐺𝐹𝑅 = 𝑃𝑓 (15−49) 𝑥 𝑘

Di mana :
GFR = Angka fertilitas umum
B = Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun pada
pertengahan tahun
k = biasanya 1000
Contoh :

11
Penduduk Negara X pada pertengahan tahun 2011 sebesar 200 juta,
penduduk wanita umur 15-49 tahun sebesar 40 juta sedang jumlah
kelahiran selama tahun 2011 = 8 juta.
Berapa GFR-nya ?
Jawab : GFR = 8.000.000 x 1000 = 200
40.000.000
Artinya tiap 1.000 wanita umur 15 – 49 tahun selama satu tahun
melahirkan 200 bayi.

3. Angka Fertilitas Khusus Menurut Umur (Age Specific Fertility Rates)


Apabila (sebagai tambahan penduduk wanita yang diklasifikasikan
menurut umur) data jumlah kelahiran menurut umur ibu sudah tersedia,
maka pola angka kelahiran khusus menurut umur akan dapat dihitung
dengan cara membagi jumlah kelahiran oleh ibu yang tercakup di dalam
setiap umur (atau kelompok umur) dengan jumlah wanita yang tercaup
pada umur (kelompok umur) itu di dalam suatu jumlah penduduk
tertentu.
Rumus :
𝐵𝑖
𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖 = 𝑥𝑘
𝑃𝑓𝑖
di mana :
ASFRi = Angka fertilitas khusus menurut umur
Bi = jumlah kelahiran bayi pada kelompok umur i
Pfi = jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k = angka konstante = 1000
Contoh :

12
4. Angka Fertilitas Menurut Urutan Kelahiran (Birth Order-Specific
Fertility Rate)
Angka fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk
mengukur tinggi rendahnya fertilitas di suatu Negara. Karena
kemungkinan seorang isteri untuk menambah jumlah kelahiran
tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya.
Rumus :
𝐵𝑜𝑖
𝐵𝑂𝑆𝐹𝑅 = 𝑥𝑘
𝑃𝑓(15 − 49)
di mana :
BOSFR = Birth Order Specific Fertility Rate
Boi = jumlah kelahiran urutan ke i
Pf(15-49) = jumlah wanita umur 15-49 tahun pada pertengahan
tahun
k = bilangan konstan = 1000
Contoh :

13
b. Pengukuran Fertilitas Kumulatif
Dalam pengukuran fertilitas kumulatif, kita mengukur rata-rata jumlah
anak yang dilahirkan oleh wanita pada waktu wanita itu memasuki usia subur
hingga melampaui batas reproduksinya (umur 15-49 tahun). Pengukuran
fertilitas kumulatif meliputi :
1. Tingkat Fertilitas Total (Total Fertility Rate)
Tingkat fertilitas total didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup tiap
1000 wanita yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan :
a) tidak ada seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya,
b) tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada pada periode
tertentu.

Rumus :
𝑇𝐹𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑖

di mana :

TFR = Total Fertility Rate

∑i = jumlah tingkat fertilitas menurut umur

14
ASFRi = tingkat fertilitas menurut umur ke i dari kelompok berjenjang
5 tahunan

Contoh :

TFR = 5 x jumlah ASFRi

= 5 x 1.016,1

= 5.080,5

Artinya setiap 1000 perempuan setelah melewati masa suburnya akan


melahirkan 5.080,5 bayi laki-laki dan perempuan.

2. Gross Reproduction Rate (GRR)


Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh
1000 wanita sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada
seorang wanita yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
Rumus : 𝐺𝑅𝑅 = 5∑𝑖 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖
di mana : ASFRfi adalah tingkat fertilitas menurut umur ke i dari
kelompok berjemjang 5 tahunan.

Contoh :
Menurut tabel Negara Jepang pada tahun 1965, hitunglah GRRnya!

15
Jawaban : GRR = 5 x ASFRfi
= 5 x 208,31
= 1041,55
Artinya terdapat 1041,55 kelahiran bayi perempuan tiap 1000 perempuan
usia produksi.

3. Net Reproduction Rate (NRR)


Net Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah
kohor hipotesis dari 1000 wanita dengan memperhitungkan kemungkinan
meninggalnya wanita-wanita itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya.
𝑛𝐿𝑥
Rumus : 𝑁𝑅𝑅 = ∑𝑖𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 𝑥 𝐼𝑜

di mana :
𝑛𝐿𝑥
= jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup
𝐼𝑜

umur tertentu dengan mengalikannya dengan kemungkinan


hidup dari waktu lahir hingga mencapai umur.

16
Contoh :

Perhatikan tabel berikut dan hitung NRRnya!

Jawaban :

NRR = 5 x 201.246

= 1.006,23

Artinya terdapat 1.006,23 kelahiran bayi perempuan tiap 1000 perempuan.

17
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Fertilitas ialah suatu istilah yang dipergunakan didalam demografi untuk


menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup. Konsep-konsep
fertilitas ada empat, yaitu: lahir hidup (live birth), lahir mati (still birth), abortus, dan
masa reproduksi (childbearing age).

Menurut Kingsley Davis & Judith Blake terdapat 11 variabel antara yang
dikelompokkan dalam tiga tahap penting dari proses reproduksi, yaitu : 6 tahap
hubungan kelamin (intercourse), 3 tahap konsepsi (conseption), dan 2 tahap
kehamilan (gestation).

Ada beberapa faktor penentu dalam studi perbedaan fertilitas di Indonesia, antara
lain : tempat tinggal wanita pada saat pencacahan, tingkat pendidikan, umur
perkawinan pertama, dan pengalaman bekerja.

Selain itu terdapat pula masalah pengukuran fertilitas meliputi : angka kelahiran
dikaitkan dengan kelahiran yang meliputi suatu periode tertentu, suatu kelahiran
selalu melibatkan pria dan wanita, satu kelahiran yang terjadi pada umur 80 tahun
telah menghasilkan kelahiran yang banyak, penyebut angka kelahiran, terutama yang
menyangkut jumlah penduduk yang menghadapi resiko, kenyataannya sangat sulit
dihitung, dalam banyak hal perbedaan anatara kelahiran hidup dan kelahiran mati
(still-birth) biasanya sulit diklasifikasikan secara konsisten, dan akibat prefen dan
pandangan pribadi akan membawa pengaruh yang cukup kuat terhadap jumlah anak
yang dikehendaki.

18

Anda mungkin juga menyukai