Anda di halaman 1dari 15

PENYAKIT AKIBAT KERJA

DARI FAKTOR LINGKUNGAN KERJA BIOLOGI

Dosen Pengampu :
Budi Aswin, SKM, M.Kes
Hubaybah, SKM, MKM
Drh. David Kusmawan, M.K.K.K

Disusun oleh :
Kelompok 1
Shafiyah Az Zahra (G1D122051)
Nur Aisyah (G1D122091)
Katherin Salsabilah (G1D122123)
Ria Rizky (G1D122185)
Fathiyah Nabila (G1D122220)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai Penyakit Akibat Kerja dari Faktor
Lingkungan Kerja Biologi.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang materi
Penyakit Akibat Kerja dari Faktor Lingkungan Kerja Biologi ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jambi , 20 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang Error: Reference source not found
1.2 Rumusan Masalah Error: Reference source not found
1.3 Tujuan Penulisan Error: Reference source not found
1.4 Manfaat Penulisan 5

BAB II PEMBAHASAN 6
2.1 Pengertian fertilitas dan Mortalitas Error: Reference source not found
2.2 Faktor yang mempengaruhi Fertilitas dan Mortalitas 7
2.3 10
2.4 Error: Reference source not found
2.5 Error: Reference source not found

BAB III PENUTUP 11


3.1 Simpulan 11
3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fertilitas dan mortalitas adalah dua aspek utama dalam studi demografi yang
memiliki implikasi besar dalam pemahaman tentang pertumbuhan penduduk, perubahan
sosial, perencanaan kebijakan, dan kesejahteraan masyarakat. Selama beberapa dekade
terakhir, dunia telah menyaksikan transformasi demografis yang signifikan. Pertumbuhan
penduduk yang cepat di beberapa wilayah, bersamaan dengan penurunan tingkat
kelahiran di wilayah lain, telah membentuk struktur demografis yang beragam di seluruh
dunia.

Pentingnya memahami fertilitas dan mortalitas tidak bisa diabaikan. Pertumbuhan


penduduk yang berlebihan dapat memberikan tekanan besar pada sumber daya alam,
ekonomi, dan infrastruktur suatu negara, sementara penurunan tingkat kelahiran dapat
berdampak pada perubahan struktur usia penduduk, yang pada gilirannya dapat
memengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk sistem perawatan
kesehatan, pendidikan, dan tenaga kerja.

Selain itu, faktor-faktor seperti akses terhadap perawatan kesehatan, perubahan


budaya, peran perempuan dalam masyarakat, serta norma-norma keluarga juga berperan
dalam membentuk tren fertilitas dan mortalitas. Oleh karena itu, penelitian tentang topik
ini tidak hanya relevan untuk ilmu demografi, tetapi juga untuk perencanaan kebijakan
publik, pengembangan strategi kesejahteraan sosial, dan pemahaman lebih mendalam
tentang kompleksitas dinamika populasi.

1.1. Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud fertilitas dan mortalitas?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dan mortalitas?
3. Apa saja pengukuran fertilitas dan mortalitas?
4. Apa dampak fertilitas dan mortalitas terhadap pertumbuhan penduduk?
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud fertilitas dan mortalitas
2. Untuk mengetahui Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas dan mortalitas
3. Untuk mengetahui Apa saja pengukuran fertilitas dan mortalitas Apa dampak fertilitas
dan mortalitas terhadap pertumbuhan penduduk
4. Untuk mengetahui dampak fertilitas dan mortalitas terhadap pertumbuhan penduduk

1.3. Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah agar pembaca dapat memahami tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengenai Penyakit Akibat Kerja dari Faktor
Lingkungan Kerja Biologi secara mendalam, sehingga dapat menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian fertilitas dan mortalitas


A. Pengertian fertilitas
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi
untuk menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard,
1989), Disamping istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai
petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk
menghasilkan anak lahir hidup (Mantra, 2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai
frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah penduduk tertentu. Disatu
pihak mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai jumlah kelahiran
per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla, 1984).

B. Pengertian Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran kematian rata-rata dari penduduk dalam suatu
daerah atau wilayah tertentu. Secara sederhana, mortalitas merupakan jumlah
kematian akibat penyakit tertentu maupun kematian alami.[1] Mortalitas
merupakan salah satu komponen penting dalam kependudukan.[2] Pertumbuhan
penduduk ditentukan salah satunya oleh mortalitas.[3] Objek mortalitas ialah
semua manusia di segala jenis umur di manapun dan kapanpun. Mortalitas
merupakan informasi penting bagi pihak pemerintah dan swasta dalam bidang
ekonomi dan kesehatan. Permasalahan mortalitas melingkupi bidang ekonomi,
sosial, adat, maupun kesehatan lingkungan. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat diketahui melalui
indikator kematian.[4] Perpaduan informasi berupa angka kematian ibu, angka
kematian bayi, angka kematian anak, serta prevalensi gizi buruk dan usia harapan
hidup, menjadi perwakilan dari tingkat kesejahteraan penduduk.[5] Selain itu,
besarnya mortalitas menentukan arah pembangunan sebuah negara.[6]
Penghitungan mortalitas terdiri atas beberapa jenis, seperti: angka kematian bayi,
angka kematian kasar, dan angka kematian menurut kelompok umur.[7]
Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang merujuk pada jumlah individu yang
memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.[8] Mortalitas secara rinci
diartikan sebagai jumlah kematian spesifik pada suatu populasi dengan skala
besar suatu populasi tiap dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada
jumlah satuan kematian tiap 1000 individu tiap tahun.

2.2 Faktor yang mempengaruhi fertilitas dan mortalitas


Menurut Davis dan Blake (dalam Sri Harjati Hatmadji, 1981) terdapat tiga
tahappenting dari proses reproduksi, yaitu:
a) Tahap hubungan kelamin (intercrouse).
b) Tahap konsepsi (conseption).
c) Tahap kehamilan (gestation) Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi di atas

A) Faktor faktor mempengaruhi fertilitas


Menurut Davis dan Blake (dalam Sri Harjati Hatmadji, 1981) terdapat tiga
tahappenting dari proses reproduksi, yaitu:
a) Tahap hubungan kelamin (intercrouse).
b) Tahap konsepsi (conseption).
c) Tahap kehamilan (gestation) Faktor-faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang
mempengaruhi fertilitas akan melalui faktor-faktor yang langsung ada kaitannya
dengan ketiga tahap reproduksi di atas.

Faktor yang langsung mempunyai kaitan dengan ketiga tahap tersebut disebut
"Variabel Antara". Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-
masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi, yaitu:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kelamin (intercrouse)
•Umur memulai hubungan kelamin.
•Selibat permanen, yaitu proporsi wanita yang tidak pernah mengadakan
hubungan kelamin.
• Lamanya berstatus kawin.
• Abstinensi sukarela.
• Berpantang (abstinensi) terpaksa (misal: sakit, berpisah sementara). • Frekuensi
hubungan seksual (senggama).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya konsepsi


(conseption)
• Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-
halyang tidak disengaja
• Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia.
• Menggunakan cara-cara lain.
• Kesuburan (fekunditas) atau kemandulan (infekunditas) yang disebabkan hal-hal
yang disengaja (misal, sterialisasi

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan


• Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
• Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Menurut Davis dan Blake (dalam Mundiharno, 2010), variabel-
variabel di atas terdapat pada semua masyarakat, sebab masing-masing
variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan negatifnya sendiri-sendiri
terhadap fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak dipraktekkan maka
variabel nomor 11 tersebut bernilai positif terhadap fertilitas, artinya,
fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran. Dengan
demikian ketiadaan variabel tersebut 14 menimbulkan pengaruh terhadap
fertilitas, hanya pengaruhnya bersifat positif. Karena di suatu masyarakat
masing-masing variabel bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran
yang sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel
Cuma sampai sini
Agen biologis adalah mikroorganisme hidup atau bagian-bagian dari
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Ini termasuk bakteri,
virus, jamur, protozoa, parasit, dan endotoksin (toksin yang dihasilkan oleh
mikroorganisme). Contoh agen biologis penyebab penyakit kerja termasuk virus hepatitis,
bakteri anthrax, atau jamur Aspergillus.
a) Paparan
Paparan terjadi ketika seseorang terpapar agen biologis melalui udara, kontak
langsung dengan kulit, atau melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
Paparan agen biologis dapat terjadi di tempat kerja, terutama di sektor-sektor seperti
perawatan kesehatan, laboratorium, industri peternakan, atau pengolahan makanan.
b) Rute penularan
Agar penyakit terjadi, agen biologis harus masuk ke dalam tubuh melalui rute
penularan yang tepat. Rute penularan umum agen biologis termasuk inhalasi (menghirup
partikel atau droplet yang terkontaminasi), kontak langsung dengan kulit yang terluka
atau lesi, atau melalui makanan atau air yang terkontaminasi.
c) Respon tubuh
Setelah paparan terjadi, respon tubuh terhadap agen biologis akan mempengaruhi
perkembangan penyakit. Sistem kekebalan tubuh berperan penting dalam melawan agen
biologis dan mencegah penyakit. Namun, dalam beberapa kasus, agen biologis dapat
mengatasi pertahanan tubuh dan menyebabkan penyakit berkembang.
d) Patogenesis
Patogenesis adalah proses di mana agen biologis menyebabkan penyakit dalam tubuh
manusia. Setelah masuk ke dalam tubuh, agen biologis dapat mereplikasi diri, merusak
jaringan, memicu respons peradangan, atau menghasilkan racun yang merugikan tubuh.
Proses ini dapat menyebabkan gejala penyakit dan kerusakan organ atau jaringan.
e) Gejala penyakit
Gejala penyakit yang disebabkan oleh faktor biologis dapat bervariasi tergantung
pada jenis agen biologis dan organ yang terkena. Gejala umum termasuk demam,
nyeri, mual, muntah, diare, ruam kulit, batuk, sesak napas, dan gangguan sistem organ
tertentu.
Faktor biologi penyebab penyakit kerja merujuk pada karakteristik biologis
individu yang dapat menyebabkan peningkatan risiko terkena penyakit yang berkaitan
dengan pekerjaan atau lingkungan kerja. Faktor-faktor biologis ini dapat
berkontribusi pada rentan seseorang terhadap paparan bahan berbahaya atau kondisi
kerja tertentu yang dapat menyebabkan perkembangan penyakit. Faktor biologi dapat
meliputi berbagai aspek, seperti predisposisi genetik, respons imun, keadaan
kesehatan yang mendasarinya, kelainan metabolik, dan interaksi antara faktor
biologis individu dengan lingkungan kerja. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi
bagaimana tubuh seseorang bereaksi terhadap paparan bahan kimia, fisik, biologis,
atau ergonomis di tempat kerja. Sebagai contoh, individu dengan genetika yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk memetabolisme zat berbahaya mungkin
memiliki risiko lebih tinggi terkena keracunan atau penyakit terkait. Respons imun
yang melemah dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi atau reaksi
alergi terhadap paparan di tempat kerja. Juga, kelainan metabolik atau kondisi
kesehatan yang mendasari dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatasi
dampak negatif dari lingkungan kerja. Faktor-faktor biologis dalam konteks penyakit
kerja merupakan hal penting untuk dipahami dikarenakan dapat memungkinkan
pengenalan risiko potensial, pengembangan langkah-langkah pencegahan yang
sesuai, dan perlindungan kesehatan pekerja di lingkungan kerja.
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penulisan yang telah kami lakukan, akan kesimpulan yang dapat diambil
adalah sebagai berikut :

 Kesehatan kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk berfungsi atau bekerja
pada tingkat kesejahteraan yang optimal di tempat kerja yang tercermin dalam
produktivitas, kehadiran kerja, dan umur panjang kerja.
 Keselamatan kerja adalah proses sistematis yang melibatkan pemantauan
berkelanjutan terhadap bahaya kerja (surveilans), identifikasi bahaya, komunikasi
informasi tentang risiko, dan kolaborasi antara pengusaha dan pekerja, agar terhindar
dari kecelakaan kerja.
 Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja. Penyakit ini bersifat artefisial dikarenakan timbulnya disebabkan
oleh adanya pekerjaan.
 Penyebab penyakit akibat kerja dikelompokkan menjadi 5 (lima) golongan yaitu ;
penyebab fisik, penyebab kimiawi, penyebab biologi, penyebab fisiologi atau
ergonomi, dan penyebab psikososial (mental dan psikologis).
 Faktor biologi penyebab penyakit akibat kerja adalah semua makhluk hidup baik dari
golongan tumbuhan maupun hewan, dari yang paling sederhana bersel tungggal
sampai dengan yang paling tinggi tingkatnya yang dapat menimbulkan penyakit
kerja, contohnya; bakteri virus, jamur, parasit, dan sebagainya.
 Penyakit biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumber-
sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein, dan binatang.
 Penyakit kerja dapat disebabkan oleh berbagai faktor biologi, tetapi juga dapat
meningkan dikarenakan adanya faktor yang berkaitan dengan individu yang terkena
penyakit tersebut, salah satunya faktor predisposisi genetik.
 Contoh penyakit akibat kerja dari faktor biologi misalnya infeksi bakteri, infeksi
nosokomial, anthrax, asma pekerja, leptospirosis, tuberculosis, dan lain sebagainya.
 Secara umum, pencegahan dan pengendalian faktor biologi sebagai penyebab
penyakit akibat kerja dapat dibedakan menjadi ; eliminasi, substitusi, engineering
control, administrative control, dan penyediaan alat (misal : APD).

3.1 Saran
Kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pekerjaan, apapun jenis pekerjaan
selalu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari pekerjaan
berisiko rendah hingga berisiko tinggi. Disamping itu pemahaman dan penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) masih kurang di perhatikan oleh pekerja formal
maupun informal. Pada hal faktor K3 sangat penting dan harus diperhatikan oleh pekerja
dan hal ini menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya kerja sama antara pemerintah,
perusahaan dan pekerja agar terhindar dari Penyakit Akibat Kerja (PAK). Pemahaman
tentang faktor-faktor biologi penting dalam mencegah penyakit akibat kerja. Kesuksesan
dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tidak terlepas dari peran berbagai
pihak yang saling terlibat, berinteraksi dan bekerja sama. Setiap pihak mempunyai
tanggung jawab bersama yang saling mendukung untuk keberhasilan K3 guna mencegah
kecelakaan dan penyakit kerja. Saran yang perlu diperhatikan adalah perilaku K3 yang
perlu ditingkatkan lagi dengan berbagai jenis promosi dan training pelatihan K3 secara
rutin. Serta perlu adanya penyebaran poster atau slogan K3, dan tanda-tanda peringatan
bahaya ditempat kerja terutama yang berpotensi menjadi penyebab penyakit akibat kerja
ataupun kecelakaan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (2014). Cara Penularan Leptospirosis. 10–38.


http://repository.unimus.ac.id/565/3/BAB II.pdf
Anonim. (2015). Penyakit Anthrax (pp. 119–132).
http://wiki.isikhnas.com/images/a/a1/Penyakit_Anthrax.pdf
Anonim PAK. (2019). PP RI No. 7 tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja. 18.
Clarasinta, C., & Soleha, T. U. (2017). Penyakit Antraks : Ancaman untuk Petani dan
Peternak. Majority, 7(1), 158–164.
Darmadi. (2013). Infeksi Nosokomial. Problematika Dan Pengendalian.
http://www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-sripurwant-1145-
1-skripsi-h.pdf
Darmawan, A. (2013). Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. Bagian Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi,
68–83. https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/download/2691/7978/5342
Ebhy Bhybeh. (2013). Penyakit akibat kerja yang berhubungan dengan factor
biologi. UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU.
https://ebhy12bhybeh.blogspot.com/2013/11/penyakit-akibat-kerja-yang-
berhubungan.html
Evani, D. S. (2019). Epidemiologi Tetanus. Alomedika.Com, 1.
Ihdina Imanda. (2020). Hal-Hal Terkait Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja
Untuk Terciptanya Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Perawat. In Paper
Knowledge . Toward a Media History of Documents (Vol. 1, Issue 1, pp. 12–26).
ILO. (2010). Rekomendasi Daftar PAK dan KAK (Revisi 2010). The ILO’s List of
Occupational Diseases Recommendation, 2002 (No. 194), Revisi, 14.
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/
documents/legaldocument/wcms_622368.pdf
Jogloabang. (2019). Perpres 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja.
Jogloabang.
Mangkubumi, J. (2017). Penyakit Akibat Kerja Faktor Biologis. Scribd.
https://www.scribd.com/embeds/345188600/content?
start_page=1&view_mode=sgulung&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf
Munawarah. (2021). Pengaruh Intervensi Komunikasi Interpersonal Untuk
Meningkatkan Cakupan Imunisasi Tetanus.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/16862/
Nasrul, N. W. (2022). Penyakit Akibat Kerja (PAK). Kementerian Kesehatan RI,
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/787/penyakit-akibat-kerja-pak
Noor, S. M. (2006). Brucellosis: Penyakit Zoonosis Yang Belum Banyak Dikenal Di
Indonesia. Wartazoa, 16(1), 31–39.
Priskilyatio. (2005). Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat. 2, 1–7.
Rahmawati, A., Suwarni, A., & Yamtana. (2018). Pengertian Penyakit Akibat Kerja.
1985, 16–24. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/778/
Reichenbach, A., Bringmann, A., Reader, E. E., Pournaras, C. J., Rungger-Brändle, E.,
Riva, C. E., Hardarson, S. H., Stefansson, E., Yard, W. N., Newman, E. A., & Holmes,
D. (2019). PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA
LAKSANA TUBERKULOSIS. Progress in Retinal and Eye Research, 561(3), S2–
S3.
Salawati, L. (2015). PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHAN. Journal of
Neuroscience, 28(17), 4293–4294. https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0644-
08.2008
Samara, T. D., Fitriyani, M., Safitri, P., Shahnaz, P., Sabrina, I., & Maisarah, S.
(2020). Mesothelioma akibat inhalasi debu asbes. Jurnal Biomedika Dan Kesehatan,
3(4), 193–200. https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2020.v3.193-200
Sari, E. P. (2016). Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Pada Perawat Di Rs.
Sariana CSG. (n.d.). Penyebab Biologi Penyakit Akibat Kerja.
Suntama, P. (2022). Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja dari Golongan Biologi.
Tirto.Id. https://tirto.id/faktor-penyebab-penyakit-akibat-kerja-dari-golongan-biologi-
gztd
Thaha, M. A. (2008). Penyakit Kulit Akibat Kerja. Jurnal Kedokteran & Kesehatan,
40(4), 1689–1699.
Widyawati, E. (2020). Penerapan Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Penyakit
Akibat Kerja Pada Perawat Di Rumah Sakit. Ejurnal Poltekkes Manado, 1–9.
https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/juiperdo/article/download/1011/843/
Work Safe. (2019). Prevention and Control of Leptospirosis GOOD PRACTICE
GUIDELINES TO BE UPDATED TO REFLECT LATEST LEGISLATIVE CHANGES
2 GOOD PRACTICE GUIDE // PREVENTION AND CONTROL OF
LEPTOSPIROSIS 2 ACKNOWLEDGEMENTS. June. www.leptospirosis.org.nz

Anda mungkin juga menyukai