Kelas II.B
Oleh kelompok 3
Dosen pembimbing :
TA 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah serta inayah-
Nya yang senantiasa tercurah sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Demografi ini
tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi MuhammadSAW.
Penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi
gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang berkaitan dengan
Demografi .Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis banyak menemui hambatan dan
juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan, serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di
tentukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, penulis hanya dapat berharap agar hasil
makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha
penulis selama ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan potensi fisik untuk
melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas. Natalitas mempunyai arti sama
dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya. Fertilitas mencakup peranan kelahiran
pada perubahan penduduk sedangkan natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan
penduduk dan reproduksi manusia.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya
bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas,
berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan
jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda
kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam demografi tidak
dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Pengetahuan yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang
tergolong subur dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat
yang dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap wanita/
pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja dari mereka yang
telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai anak. Seorang wanita
dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan paling sedikit seorang bayi.
1.3 Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fertilitas (kelahiran) sebagai istilah demografi sebagai hasil reproduksi yang nyata
dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut
banyaknya bayi yang lahir (FEUI, 1981). Dari pengertian ini, kelahiran merupakan
banyaknya bayi yang lahir dari wanita. Ada bayi yang disebut lahir hidup yaitu lahirnya
seorang bayi yang menunjukkan tanda-tanda kehidupan, tidak diperkirakan berapa lama bayi
tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan tersebut. Tanda-tanda kehidupan antara lain
bernafas, ada denyutan jantung dan lain-lain. Ada pula bayi lahir mati artinya bayi tanpa
menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Sinuraya, 1990).
Fertilitas adalah suatu istilah yang dipergunakan dalam bidang demografi untuk
menggambarkan jumlah anak yang benar-benar dilahirkan hidup (Pollard, 1989). Disamping
istilah fertilitas ada juga istilah fekunditas (fecundity) sebagai petunjuk kepada kemampuan
fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan anak lahir hidup (Mantra,
2006). Fertilitas biasanya diukur sebagai frekuensi kelahiran yang terjadi di dalam sejumlah
penduduk tertentu. Disatu pihak mungkin akan lebih wajar bila fertilitas dipandang sebagai
jumlah kelahiran per orang atau per pasangan, selama masa kesuburan (Barcla, 1984).
5
2.2 Konsep Fertilitas
Menurut Nadeak (2013) yang mengutip buku Dasar-dasar Demografi terbitan FEUI,
dijelaskan konsep-konsep penting yang harus dipegang dalam mengkaji fenomena fertilitas,
diantaranya:
1. Lahir Hidup Lahir hidup (Life Birth), menurut WHO, adalah suatu kelahiran seorang
bayi tanpa memperhitungkan lamanya di dalam kandungan, dimana si bayi
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, misal : bernafas, ada denyut jantungnya atau tali
pusat atau gerakan-gerakan otot.
2. Lahir Mati Lahir mati (Still Birth) adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang
berumur paling sedikit 28 minggu, tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
3. Abortus Abortus adalah kematian bayi dalam kandungan dengan umur kurang dari 28
minggu. Ada dua macam abortus : disengaja (induced) dan tidak disengaja
(spontaneus). Abortus yang disengaja mungkin lebih sering kita kenal dengan istilah
aborsi dan yang tidak disengaja lebih sering kita kenal dengan istilah keguguran.
4. Masa Reproduksi (Childbearing age) adalah masa dimana perempuan melahirkan,
yang disebut juga usia subur (15-49 tahun).
Menurut Wati (2012) yang mengutip datastatistik (2010), indikator fertilitas adalah :
a. Jumlah Kelahiran
b. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate – CBR)
c. Angka Kelahiran Menurut Umur
d. Angka fertilitas Total
2) Paritas
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup atau mati, tetapi bukan
aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya
dihitung sebagai satu kali paritas (Stedman, 2003).Paritas adalah banyaknya
kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN,2006).
4) Keluarga Berencana
6
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas
Menurut Moni Nag Menurut Urip (2014) yang mengutip pendapat Moni Nag (1979),
seorang antropolog, mengemukakan 10 variabel fertilitas yang dipengaruhi oleh modernisasi.
Dasar pemikirannya adalah bahwa industrialisasi, urbanisasi, dan beberapa bentuk perubahan
sosial, diantaranya proses modernisasi, pada umumnya dapat menyebabkan turunnya fertilitas
melalui tindakan pengendalian kelahiran (seperti kontrasepsi dan usaha pengguguran) serta
penundaan usia kawin. Di negara-negara sedang berkembang menunjukkan adanya pengaruh
modernisasi terhadap fertilitas.
Ada 4 faktor utama yang dapat dikemukakan dalam pemikiran Moni Nag, yaitu :
1. Mulai keluarnya ovulasi dan menstruasi sesudah melahirkan, sebagai akibat dari
pengurangan praktek menyusui atau laktasi.
2. Berkurangnya praktek pantang senggama sesudah melahirkan.
3. Berkurangnya atau hilangnya masa reproduksi pada seorang wanita disebabkan oleh
karena menjanda pada usia muda.
4. Pengurangan pengaruh pemandulan atau sterilisasi sebagai akibat pengobatan yang
bertambah baik terhadap penyakit kelamin.
7
8. Usia kawin dan proporsi wanita yang tidak pernah kawin (selibat). Usia kawin
meningkat dan proporsi wanita tidak kawin menurun karena ekonomi membaik,
sehingga fetilitas naik.
9. Frekuensi hubungan kelamin (intercouse) makin tinggi terutama dalam hubungan
dengan keluarga luasnya, sehingga fertilitas naik.
10. Abstinensi terpaksa atau tidak sengaja berkurang, sehingga fertilitas naik.
Kajian tentang fertilitas pada dasarnya bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum
disiplin lain membahas secara sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas
sudah lebih dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang
sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal) sesungguhnya
merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman (1962), Hawthorne (1970)
telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang perilaku fertilitas yang pada
hakekatnya bersifat sosiologis (Mundiharno, 1997).
Dalam tulisannya yang berjudul “The social structure and fertility: an analytic
framework (1956)” Kingsley Davis dan Judith Blake melakukan analisis sosiologis tentang
fertilitas. Davis and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas
melalui apa yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables). Menurut Davis
dan Blake faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan
melalui “variabel antara”.
a. Bila hidup sebagai suami istri itu putus karena perceraian, berpisah, atau
mingggat (salah seorang melarikan diri).
b. Bila hidup sebagai suami istri itu putus karena kematian sang suami.
8
i. Pantang sukarela.
ii. Pantang terpaksa (karena impoten, sakit, berpisah sementara yang tak
dapat dielakkan).
iii. Frekuensi persetubuhan (tidak termasuk masa pantang).
b. Dan lain-lain
iii. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh hal-hal yang diinginkan
atau disengaja, (sterilisasi, sub-insisi (pembelahan bagian bawah penis
sehingga semen tidak keluar melalui kepala penis), obatobatan, dan
sebagainya).
Menurut Davis dan Blake, setiap variabel diatas terdapat pada semua masyarakat.
Sebab masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positip dan negatipnya
sendirisendiri terhadap fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak dipraktekan maka variabel
nomor 11 tersebut bernilai positip terhadap fertilitas.
Artinya, fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran. Dengan demikian
ketidak-adaan variabel tersebut juga menimbulkan pengaruh terhadap fertilitas, hanya
pengaruhnya bersifat positip. Karena di suatu masyarakat masing-masing variabel bernilai
negatip atau positip maka angka kelahiran yang sebenarnya tergantung kepada neraca netto
dari nilai semua variabel. Lebih lanjut dalam artikelnya Davis dan Blake menguraikan tetang
pengaruh pola-pola institusional terhadap fertilitas melalui 11 variabel antara yang telah
dikemukakan dimuka (Mundiharno, 1997).
9
a. Angka laju fertilitas menunjukkan dua pilihan jangka waktu, yaitu jumlah kelahiran
selama jangka waktu pendek (biasanya satu tahun), dan jumlah kelahiran selama
jangka waktu panjang (selama usia reproduksi).
b. Suatu kelahiran disebut “lahir hidup” (liva birth) apabila pada waktu lahir terdapat
tanda-tanda kehidupan, misalnya menangis, bernafas, jantung berdenyut. Jika tidak
ada tanda-tanda kehidupan tersebut disebut “lahir mati” (still birth) yang tidak
diperhitungkan sebagai kelahiran dalam fertilitas.
c. Pengukuran fertilitas lebih rumit daripada pengukuran mortalitas karena:
a. Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR) Angka kelahiran kasar didefenisikan
sebagai banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu tiap 1000 penduduk
pada pertengahan tahun (Mantra, 2006). Perhitungan CBR ini sangat sederhana
karena hanya memerlukan keterangan tentang jumlah anak yang dilahirkan dan
jumlah penduduk pada pertengahan tahun, namun CBR ini mempunyai kelemahan
yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan perempuan yang masih anak-anak
dan yang berumur 50 tahun ke atas sehingga angka yang dihasilkan sangat kasar
(BKKBN, 2006).
Angka kelahiran ini disebut “kasar” karena sebagai penyebut digunakan jumlah
penduduk yang berarti termasuk penduduk yang tidak mempunyai peluang
melahirkan juga diikutsertakan, seperti anak-anak, laki-laki, dan wanita lanjut usia.
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum
dalam waktu singkat, tetapi kurang sensitif untuk:
10
b. Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate/GFR) Perbandingan antara jumlah
kelahiran dengan jumlah penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun). Jadi sebagai
penyebut tidak menggunakan jumlah penduduk pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
c. Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)
Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur (ASFR) ialah jumlah kelahiran hidup
oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selama satu tahun per 1.000
penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang sama (Mubarak,
2012).
2. Reproductive History)
Tingkat Fertilitas Total didefenisikan sebagai jumlah kelahiran hidup laki-laki dan
perempuan tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya
dengan catatan :
11
ii. Tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu tertentu
(Mantra, 2006).
Menurut Mantra (2006), tingkat fertilitas total menggambarkan riwayat fertilitas dari
sejumlah perempuan hipotesis selama masa reproduksinya. Hal ini sesuai dengan riwayat
kematian dari tabel kematian penampang lintang (cross sectional life table). Dalam praktek
Tingkat Fertilitas Total dikerjakan dengan menjumlahkan Tingkat Fertilitas perempuan
menurut umur, apabila umur tersebut berjenjang lima tahunan, dengan asumsi bahwa
fertilitas menurut umur tunggal sama dengan rata-rata tingkat fertilitas kelompok umur lima
tahunan.
Kelemahan pada perhitungan TFR ialah pada TFR semua wanita selama masa subur
dianggap tidak ada yang meninggal, semuanya menikah, serta mempunyai anak dengan pola
seperti ASFR, padahal hal ini tidak sesuai dengan kenyataan (Mubarak, 2012).
Gross Reproduction Rate ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000 perempuan
sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang perempuan yang meninggal
sebelum mengakhiri masa reproduksinya, seperti angkat kelahiran total.
Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000, 2010, Sensus Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 1985 ,
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 1991 dan 1994, 1997, 2002, 2007, 2012 Reproductio
Rate/NRR ialah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah kohor hipotesis dari
1.000 perempuan dengan memperhitungkan kemungkinan meninggalkan perempuan-
perempuan itu sebelum mengakhiri masa reproduksinya. Misalnya sebuah kohor yang
terdiri dari 1.000 bayi perempuan tersebut mempunyai kesempatan melahirkan hingga
umur 20, sebagian hingga umur 30, sebagian hingga umur 40, dan seterusnya dan hanya
sebagian yang dapat melewati usia 50 tahun (usia reproduksi). Jadi dari kohor tersebut
dihitung jumlah perempuan-perempuan yang dapat bertahan hidup pada umur tertentu
12
dengan mengalihkannya dengan kemungkinan hidup dari waktu lahir hingga mencapai
umur tersebut.
𝑛𝐿𝑥
Rumus : NRR = ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 × 𝐼
Angka Fertilitas Total Sumatera Barat Tahun 1971, 1980, 1985, 1990, 1991, 1994, 1997,
1998, 1999, 2000, 2002, 2007, 2010 dan 2012
Tenaga kesehatan sebagai salah satu unsur dimasyarakat dan pemerintahan amat
dibutuhkan perannya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Selama ini peran yang
dikenal dari seorang tenaga kesehatan adalah sebagai seorang “penyembuh”. Harapan
masyarakat bila berhadapan dengan tenaga kesehatan adalah dapat memberikan solusi untuk
menyelesaikan masalah kesehatannya baik keluhan hal yang mendasar sampai hal-hal yang
komplikasi ditanyakan kepada mereka. Peran seorang “penyembuh” ini amat mulia dan
dihargai sangat tinggi dimata masyarakat. Biasanya masyarakat hanya tahu, petugas yang
melayani mereka untuk pengobatan mereka panggil dengan sebutan “dokter”. Padahal seperti
yang kita ketahui, tidak hanya seseorang yang berprofesi sebagai dokter yang melakukan dan
memberikan pengobatan.
Seperti yang kita temui di balai pengobatan termasuk puskesmas didaerah terpencil
biasanya tidak hanya dokter yang memberikan pelayanan pengobatan, tapi seorang perawat
dan bidan juga melakukan kegiatan itu untuk masyarakat sekitarnya. Menjadi harapan dan
tumpuan masyarakat yang ingin selalu sehat menjadi tugas yang berat bagi seorang tenaga
kesehatan. Diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang harus terus diasah, diperbaharui
dan ditingkatkan, agar dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan dari ilmu kesehatan
khususnya ilmu kedokteran.
Dalam Undang-undang (UU) tentang Tenaga Kesehatan (UU No. 36 Tahun 2014)
disebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
13
1. Peningkatan kualitas ketersediaan data SDM Kesehatan yang komprehensif (Sistem
Informasi SDM Kesehatan).
8.Pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan melalui sertifikasi, registrasi dan
lisensi.
9. Koordinasi, integrasi dan sinkronisasi lintas program dan sektor terkait dengan
kesehatan. Permasalahan dalam pengelolaan SDM Kesehatan selama ini adalah dalam
pemenuhan jumlah, jenis, distribusi dan mutu yang belum terpenuhi. Untuk itu dalam
rencana pembangunan 5 tahun kedepan, permasalahan ini akan ditanggulangi.
Data Bappenas tahun 2013, didapatkan jumlah tenaga kesehatan di puskesmas masih
kurang. Dari 9599 puskesmas terdapat 938 puskesmas tanpa dokter. Hal ini bukan jumlah
yang sedikit. Karena pelayanan pengobatan dilakukan oleh tenaga non medis dimana
pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki tidak kompeten untuk melakukan tugas
pengobatan. Yang juga mengkhawatirkan, terdapat 2898 puskesmas tanpa tenaga gizi dan
sebanyak 5895 puskesmas tanpa tenaga promkes (promosi kesehatan/tenaga kesehatan
masyarakat). Dengan segala kekurangan dan tidak meratanya distribusi serta rendahnya mutu
tenaga kesehatan terutama di puskesmas yang merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan
akan melemahkan dan mengurangi kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang diberikan dan memperlambat tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan.
Belum lagi permasalahan distribusi yang tidak merata untuk pemenuhan jenis tenaga
kesehatan, daerah-daerah tertentu seperti di Indonesia Bagian Timur sulit untuk memenuhi
tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Harus ada solusi untuk menyelesaikan semua
permasalahan ini dan diperlukan sikap optimis. Harus dapat ditemukan apa penyebab adanya
kekurangan dan ketimpangan serta rendahnya mutu tenaga kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan yang berkualitas yang dapat memenuhi harapan masyarakat dinilai masih sangat
kurang.
14
Dibutuhkan fasilitas pendidikan nakes yang lebih banyak dan memadai diseluruh Indonesia
agar dapat mengembangkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan di Indonesia.
Angka kematian ibu sangat terkait erat dengan masalah reproduksi dan kesehatan
perempuan. Kementerian Kesehatan pada 2013 mencatat bahwa angka kematian ibu
meningkat dari 359 per 100.000 kelahiran hidup.Perawat, sebagai garda terdepan layanan
kesehatan di Indonesia mempunyai andil yang tidak sedikit terhadap penurunan tingkat
kematian ibu di Indonesia.
Hal tersebut menjadi topik dalam pengukuhan guru besar Fakultas Ilmu Keperawatan
(FIK) Prof. Dra. Setyowati, Skp, M.App.Sc., Ph.D. dalam pidatonya yang berjudul
“Kontribusi Keperawatan dalam Pencapaian Program SDGs untuk Kesehatan Reproduksi
Perempuan di Indonesia”. Acara pengukuhan ini dilakukan pada Sabtu (16/1/2015) di Balai
Sidang UI Depok.
Semua jenis pelayanan tersebut berdampak pada kesehatan reproduksi ibu. Salah satu
contoh yang dipaparkan dalam pidatonya adalah peran perawat dalam mengurangi rasa cemas
dan stres yang muncul selama proses melahirkan.Hal ini penting, karena kecemasan dan stres
yang tidak teratasi merupakan penyebab terjadinya kemacetan dalam proses melahirkan dan
akhirnya bisa berujung pada kematian ibu.
Peran perawat dalam proses menurunkan angka kematian ibu sebagai salah satu target
SDGs sangat besar, karena tenaga keperawatan adalah tenaga kesehatan pertama yang
berhubungan langsung dan intensif dengan para ibu.Selain itu, dalam prakteknya seorang
perawat juga biasanya menjadi tempat rujukan para ibu untuk kesehatan mereka, sehingga
fungsi pendidik tenaga keperawatan sangatlah besar.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fertilitas merupakan jumlah dari anak yang dilahirkan hidup dengan pengertian
bahwa anak yang pernah dilahirkan dalam kondisi hidup menunjukkan tanda-tanda
kehidupan. Jika anak pada saat dilahirkan dalam kondisi hidup kemudian meninggal pada
waktu masih bayi tetap dikatakan anak lahir hidup.
Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran melibatkan dua orang (suami
dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan satu orang saja (orang yang meninggal).
Seseorang yang meninggal pada hari dan waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang
tersebut tidak mempunyai resiko kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah
melahirkan seorang anak, tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat. Dan makalah ini dapat menjadikan
ilmu atau memberi ilmu yang baik. Mohon maaf apabila ada kesalahan atau
kekurangan dalam penulisan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Hatmadji, Sri Harjati. 2004. Dasar-dasar Demografi. Edisi 2004. Lembaga Demografi Fakultas
Ekonomi UI Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta
Ida Bagoes Mantra. 2009. Demografi Umum. Edisi kedua. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
17