Anda di halaman 1dari 25

“KASUS ABORSI PADA PERKEMBANGAN

REMAJA”

OLEH :

1. Dewi Iriant
2. Dini Sukmalara
3. Koniasari
4. Miea Nursyifa
5. Yusefa

PROGRAM PASCA SARJANA

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (SEMESTER II/ KELAS A)

TAHUN AKADEMIK 2014-2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya

terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

mata kuliah “Kespro Remaja”. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar

kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan

sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kespro Remaja di program

studi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Zarfiel, MPH selaku dosen pembimbing

mata kuliah Kespro Remaja dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan

serta arahan dalam penulisan makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan

makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, Agustus 2015

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja merupakan suatu massa peralihan antara kanak-kanak dan dewasa.

Pada masa ini, libido atau energi seksual menjadi hidup yang tadinya laten pada masa

pra remaja. Akibat dari perubahan ini maka dorongan pada remaja untuk berprilaku

seksual bertambah besar. Akibat dari perubahan ini maka adanya dorongan pada masa

remaja untuk berprilaku seksual bertambah. Seksual merupakan bagain dari kehidupan

manusia, baik pria maupun perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang,

seksualitas juga berkembang sejak masa kanak-kanak, remaja, sampai dewasa.

Seksualitas diekpresikan dalam bentuk perilaku seksual, yang dialaminya mencakup

fungsi seksual.

Pada umumnya masa remaja merupakan perilaku yang selalu ingin

mencoba-coba, hal yang baru ini membawa remaja masuk pada hubungan seks

pranikah (premarital seksual) dengan segala akibatnya. Kurangnya pengetahuan

tentang agama juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, karena

ketidaktahuannya tentang norma-norma agama dapat menjerumuskan seseorang

kedalam kemaksiatan. Dari faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi perilaku seksual

seseorang tidak sedikit para remaja yang merelakan ke virginitasannya hanya merasa

kurangnya ekonomi, yang menjerumuskan mereka untuk menjual diri. Dari

lingkungan dan pergaulan remaja juga dapat berpengaruh.

Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal,

yaitu disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di

sisi lain mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus

globalisasi itu sendiri. Oleh karena itu peran serta berbagai pihak sangat diperlukan
untuk menjadikan remaja generasi yang bertanggung jawab dan bermoral baik.

Sehingga pada akhirnya mereka tidak akan salah langkah dalam bertindak, khususnya

dalam berprilaku seksual. Beberapa survei yang bisa membuat banyak orang

tercengang, terutama orang tua. survei yang pernah dilakukan pada sembilan kota

besar di Indonesia menunjukkan, kehamilan tidak diinginkan mencapai 37.000 kasus,

27 persen di antaranya terjadi dalam lingkungan pranikah dan 12,5 persen adalah

pelajar. Selain kehamilan yang tidak diinginkan perlu mendapat penanganan secara

serius, juga menyangkut penderita HIV/AIDS, mengingat lebih dari 50 persen

menimpa kelompok usia 19-25 tahun dengan kondisinya semakin mengkhawatirkan.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan sekitar 28,5 persen para remaja telah

melakukan hubungan seksual sebelum nikah dan 10 persen di antaranya akhirnya

menikah dan memiliki anak. Kejadian Aborsi di Indonesia juga tinggi, menurut ahli

demografi kesehatan masyarakat, lebih dari 1 juta bahkan ada yang mengatakan

hingga 2 juta per tahun (Sawab, 2009).

Mitra Citra Remaja Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (MCR

PKBI) Jabar, mendapati 4 kasus aborsi di kalangan pelajar di Bandung. Sementara dari

survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), setiap

tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.

Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan

aborsi. Tak hanya itu berdasarkan survey dari lembaga yang sama, di 5 kota, yaitu

Cirebon, Tasikmalaya, Palembang, Singkawang, dan Kupang. Dari 1.388 responden

remaja, diketahui 16,35 persen diantaranya telah melakukan hubungan seksual. Dari

jumlah tersebut, 40,1 persen menggunakan kontrasepsi dan 23,79 persen menyatakan

siap melakukan aborsi jika terjadi kehamilan (Haryanto, 2009).


BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Aborsi

1. Pengertian aborsi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan

istilah ”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel

sperma) sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus

merupakan istilah lain yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran

dan hukum. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum

diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute

For Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi

didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur

(ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai

20 minggu.

Di Indonesia belum ada batasan resmi mengenai pengguguran

kandungan (aborsi). Aborsi didefenisikan sebagai terjadinya keguguran janin,

melakukan aborsi sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja

karena tidak mengiginkan bakal bayi yang dikandung itu). (Js. Badudu, dan

Sultan Mohamad Zair,1996).

Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara

alami, tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang

direncanakan melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau


tindakan lain yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus).

(Fauzi, et.al., 2002)

Jika merujuk dari segi kedokteran atau medis, keguguran adalah

pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Untuk

lebih memperjelas maka berikut ini akan saya kemukakan defenisi para ahli

tentang aborsi (Rustam Mochtar, 1998)

a. Eastman: Aborsi adalah keadaan terputusnya suatu kehamilan

dimana fetus belum sanggup berdiri sendiri di luar uterus. Belum

sanggup diartikan apabila fetus itu beratnya terletak antara 400 –

1000 gr atau kehamilan kurang dari 28 minggu

b. Jeffcoat: Aborsi yaitu pengeluaran dari hasil konsepsi sebelum 28

minggu, yaitu fetus belum viable by law

c. Holmer: Aborsi yaitu terputusnya kehamilan sebelum minggu ke-16

dimana plasentasi belum selesai.

Secara umum, aborsi dapat dibagi dalam dua macam, yaitu pengguguran

spontan (spontanueous aborsi) dan pengguguran buatan atau sengaja (aborsi

provocatus), meskipun secara terminologi banyak macam aborsi yang bisa

dijelaskan (C.B. Kusmaryanto, 2002), menguraikan berbagai macam aborsi,

yang terdiri dari:


a. Aborsi/ Pengguguran kandungan Procured Abortion/ Aborsi

Prvocatus/ Induced Abortion, yaitu penghentian hasil kehamilan dari

rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan.

b. Miscarringe/ Keguguran, yaitu terhentinya kehamilan sebelum bayi

hidup di luar kandungan (viabilty).

c. Aborsi Therapeutic/ Medicalis, adalah penghentian kehamilan

dengan indikasi medis untuk menyelamatkan nyawa ibu, atau

tubuhnya yang tidak bisa dikembalikan.

d. Aborsi Kriminalis, adalah penghentian kehamilan sebelum janin bisa

hidup di luar kandungan dengan alasan-alasan lain, selain

therapeutik, dan dilarang oleh hukum.

e. Aborsi Eugenetik, adalah penghentian kehamilan untuk meghindari

kelahiran bayi yang cacat atau bayi yang mempunyai penyakit

ginetis. Eugenisme adalah ideologi yang diterapkan untuk

mendapatkan keturunan hanya yang unggul saja

f. Aborsi langsung - tak langsung, adalah tindakan (intervensi medis)

yang tujuannya secara langsung ingin membunuh janin yang ada

dalam rahim sang ibu. Sedangkan aborsi tak langsung ialah suatu

tindakan (intervensi medis) yang mengakibatkan aborsi, meskipun

aborsinya sendiri tidak dimaksudkan dan bukan jadi tujuan dalam

tindakan itu.

g. Selective Abortion. Adalah penghentian kehamilan karena janin yang

dikandung tidak memenuhi kriteria yang diiginkan. Aborsi in


banyak dilakukan wanita yang mengadakan ”Pre natal diagnosis”

yakni diagnosis janin ketika ia masih ada di dalam kandungan.

h. Embryo reduction (pengurangan embrio), pengguguran janin dengan

menyisahkan satu atau dua janin saja, karena dikhawatirkan

mengalami hambatan perkembangan, atau bahkan tidak sehat

perkembanganya.

i. Partia Birth Abortion, merupakan istilah politis/hukum yang dalam

istilah medis dikenal dengan nama dilation and extaction. Cara ini

pertama-tama adalah dengan cara memberikan obat-obatan kepada

wanita hamil, tujuan agar leher rahim terbuka secara prematur.

Tindakan selanjutnya adalah menggunakan alat khusus, dokter

memutar posisi bayi, sehingga yang keluar lebih dahulu adalah

kakinya. Lalu bayi ditarik ke luar, tetapi tidak seluruhnya, agar

kepala bayi tersebut tetap berada dalam tubuh ibunya. Ketika di

dalam itulah dokter menusuk kepala bayi dengan alat yang tajam.

Dan menghisap otak bayinya sehingga bayi mati. Sesudah itu baru

disedot keluar

Dalam ilmu kedokteran aborsi dibagi atas dua golongan

(Taber Ben-zion, 1994) :

a. Aborsi Spontanus atau ilmiah

Aborsi terjadi dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar

baik factor mekanis ataupun medisinalis. Misalnya karena sel sperma


atau sel telur tidak bagus kualitasnya, atau karena ada kelalaian

bentuk rahim. Dapat juga disebabkan oleh karena penyakit, misalnya

penyakit syphilis, infeksiakut dengan disertai demam yang tinggi

pada penyakit malaria. Aborsi spontanus dapat juga terjadi karena

sang ibu hamil muda, sementara ia melakukan pekerjaan yang berat-

berat ataupun keadaan kandungan yang tidak kuat dalam rahim

karena usia wanita yang terlalu muda hamil utaupun terlalu tua.

Aborsi spontan dibagi atas:

1) Aborsi komplitus

Artinya keluarnya seluruh hasil konsepsi sebelum umur

kehamilan lengkap 20 minggu.

2) Aborsi habitualis

Artinya aborsi terjadi 3 atau lebih aborsi spontan berturut-turut.

Aborsi habitualis ini dapat terjadi juga jika kadangkala seorang

wanita mudah sekali mengalami keguguran yang disebabkan

oleh ganguan dari luar yang amat ringan sekali, misalnya

terpeleset, bermain skipping (meloncat dengan tali), naik kuda,

naik sepeda dan lain-lain. Bila keguguran hampir tiap kali terjadi

pada tiap-tiap kehamilan, maka keadaan ini disebut “aborsi

habitualis” yang biasanya terjadi pada kandungan minggu

kelima sampai kelimabelas.

3) Aborsi inkomplitus

Artinya keluar sebagian tetapi tidak seluruh hasil konsepsi

sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu.


4) Aborsi diinduksi

Yaitu penghentian kehamilan sengaja dengan cara apa saja

sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu dapat bersifat

terapi atau non terapi.

5) Aborsi insipiens

Yaitu keadaan perdarahan dari interauteri yang terjadi dengan

dilatasi serviks kontinu dan progresif tetapi tanpa pengeluaran

hasil konsepsi sebelum umur kehamilan 20 minggu.

6) Aborsi terinfeksi

Yaitu aborsi yang disertai infeksi organ genital.

7) Missed Abortion

Yaitu aborsi yang embrio atas janinnya meninggal. Dalam

uterus sebelum umur kehamilan lengkap 20 minggu tetapi hasil

konsepsi tertahan dalam uterus selama 8 minggu atau lebih.

8) Aborsi septik

Yaitu aborsi yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme

dari produknya ke dalam sirkulasi sistematik ibu.

b. Aborsi Provokatus

Yaitu aborsi yang disengaja, yang dilakukan dengan maksud dan

pertimbangan tertentu baik dengan memakai obat-obatan atau alat

karena kandungan tidak dikehendaki. Aborsi provocatus terdiri dari

(Ediwarman, 1996) :
1) Provocatus therapeutics/ aborsi medicalis

Yaitu aborsi yang terjadi karena perbuatan manusia. Dapat

terjadi baik karena di dorong oleh alasan medis, misalnya karena

wanita yang hamil menderita suatu penyakit. Aborsi provokatus

dapat juga dilakukan pada saat kritis untuk menolong jiwa si

ibu, kehamilan perlu diakhiri, umpamanya pada kehamilan di

luar kandungan, sakit jantung yang parah, penyakit TBC yang

parah, tekanan darah tinggi, kanker payudara, kanker leher

rahim. Indikasi untuk melakukan aborsi provokatus

therapeuticum sedikit-dikitnya harus ditentukan oleh dua orang

dokter spesialis, seorang dari ahli kebidanan dan seorang lagi

dari ahli penyakit dalam atau seorang ahli penyakit jantung

2) Aborsi provokatus criminalis

Inilah aborsi yang dilakukan dengan sengaja, baik oleh si ibu

maupun oleh orang lain dengan persetujuan si ibu hamil. Hal ini

dilakukan dengan alasan-alasan tertentu, misalnya malu

mengandung karena hamil di luar nikah. Aborsi ini biasanya

dilakukan demi kepentingan pelaku, baik itu dari wanita yang

mengaborsikan kandungannya ataupun orang yang melakukan

aborsi seperti dokter secara medis ataupun dilakukan oleh dukun

beranak yang hanya akan mencari keuntungan materi saja.


B. Perilaku

1. Pengertian

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan

atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab

itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari

tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang

dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas

manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat

luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas

manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Dari segi biologis, perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Skinner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). (Notoatmodjo, 2007).

Teori dari WHO mengatakan bahwa yang menyebabkan

seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok


Pemikiran dan perasaan (Throughts and feeling), yakni dalam

bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan – kepercayaan, dan

penilaian – penilaian seseorang terhadap objek (dalam hal ini adalah

objek kesehatan).

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap

subjek.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang – orang yang

menurut dia penting.

e. Sumber – sumber daya (Resource)

Sumber daya disini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan

sebagainya.

f. Kebudayaan

Perilaku normal, kebiasaan, nilai – nilai, dan penggunaan sumber –

sumber dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup (way

of life).

2. Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam

bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi

terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati

secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap

stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

(practice).

3. Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon

dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk

stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang.

Faktor–faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu :

a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang

bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat

emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.


b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik,

ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering

menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.

(Notoatmodjo, 2007)

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo 2003,

faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu:

a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap perilaku kesehatan.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factor)

Faktor ini mencakup sarana dan prasarana atau fasilitas yang tersedia

bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama. Termasuk peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun

pemerintah daerah yang terkait dengan perilaku kesehatan


C. Perilaku Aborsi

1. Pengertian

Menurut Kartono dan Gulo (dalam Andayani dan Setiawan, 2005),

aborsi atau disebut juga pengguguran kandungan, keluron, abortus atau

keguguran adalah pengguguran atau pengenyahan dengan paksa janin

(embrio) dari rahim (uterus) selama tiga bulan. Secara umum istilah aborsi

diistilahkan sebagai pengguguran kandungan yaitu dikeluarkannya janin sebelum

waktunya, baik itu secara sengaja atau tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih

berusia muda (sebelum bulan keempat masa kehamilan).

Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita

yang melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari

lingkungan keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat

penggugur kandungan, memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat,

minum jamu peluntur atau jamu telat bulan, makan nanas muda, minum

jamu, pergi ke dukun, minum obat ginekosid/ cytotec.

2. Faktor pendorong melakukan aborsi

Menurut Sarlito (2000) faktor yang mendorong timbulnya aborsi

adalah:

a. Faktor ekonomi, jika tidak aborsi


b. Anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas, dan sebagainya

(khususnya ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontrasepsi).

c. PHK (Putus Hubungan Kerja) Misal: Pramugari, Buruh. d.

Belum bekerja (buat yang masih sekolah atau kuliah)

3. Faktor sosial (khusus untuk kehamilan pranikah), jika tidak aborsi:

a. Putus sekolah atau kuliah

b. Malu pada keluarga dan tetangga

c. Siapa yang akan mengasuh bayi

d. Terputus atau terganggu karir atau masa depan

4. Kondisi Pra Aborsi

Sarlito (2000), menyatakan bahwa kondisi psikologis perempuan pra

aborsi diantaranya adalah takut atau cemas, kebingungan sehingga menunda-

nunda persoalan, membutuhkan perlindungan tetapi lelaki yang berbuat pada

umumnya tidak mau dan tidak mampu bertanggungjawab, membutuhkan

informasi tetapi tidak tahu harus bertanya kepada siapa (masyarakat

mentabukan seks, apalagi aborsi dari semua yang belum menikah,

khususnya perempuan). Pada saat sudah terdesak akhirnya nekat mencari

bantuan yang paling terjangkau (dekat, murah dan mudah). Tindakan nekat

ini tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup bisa sangat berbahaya,

dukun atau para medik atau dokter yang tidak


bertanggungjawab, komplikasi yang tidak segera ditolong, infeksi karena

tidak diperiksa ulang.

5. Akibat Melakukan Aborsi

Kondisi psikologis pasca aborsi diantaranya adalah munculnya

penyangkalan, perempuan tak mau memikirkan atau membicarakan hal itu

lagi, menjadikan rahasia pribadi, menjadi tertutup, takut didekati, munculnya

perasan tertekan.

Wanita yang melakukan aborsi diam-diam, setelah proses aborsi

biasanya akan mengalami Post Abortion Syndrome (PAS) atau sering

juga disebut Post Traumatic Stress Syndrome. Gejala yang sering muncul

adalah depresi, kehilangan kepercayaan diri, merusak diri sendiri, mengalami

gangguan fungsi seksual, bermasalah dalam berhubungan dengan kawan,

perubahan kepribadian yang mencolok, serangan kecemasan, perasaan

bersalah dan penyesalan yang teramat dalam. Mereka juga sering

menangis berkepanjangan, sulit tidur, sering bermimpi buruk, sulit

konsentrasi, selalu teringat masa lalu, kehilangan ketertarikan untuk

beraktivitas, dan sulit merasa dekat dengan anak-anak yang lahir kemudian.

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa

resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam

buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat

b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)


e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya

f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada

wanita)

g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer) h.

Kanker leher rahim (Cervical Cancer) i.

Kanker hati (Liver Cancer)

j. Kelainan pada placenta / ari-ari (Placenta Previa) yang akan

menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat

kehamilan berikutnya

k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic

Pregnancy)

l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi

dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga

memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang

wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion

Syndrome” (Sindrom Paska - Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat

dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam

penerbitan The Post - Abortion Review (1994).


Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan

mengalami hal-hal seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri (82%)

b. Berteriak-teriak histeris (51%)

c. Mimpi buruk berkali - kali mengenai bayi (63%)

d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

e. Mulai mencoba menggunakan obat - obat terlarang (41%)

f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

D. Undang – undang yang mengatur mengenai aborsi

Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 dinyatakan sebagai berikut :

1. Pasal 346 : “Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun”.

2. Pasal 347 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun.(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita

tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

3. Pasal 348 : (1) Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan

kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Jika perbuatan itu mengakibatkan

matinya wanita tersebut,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Pasal 349 : “Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan

kejahatan berdasarkan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu


kejahatan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu

dapat dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan

pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan”.

E. Legalitas Aborsi dalam Kondisi Khusus menurut Undang-Undang

Abortus buatan, jika ditinjau dari aspek hukum dapat digolongkan ke dalam dua

golongan yakni :

1. Abortus buatan legal (Abortus provocatus therapcutius)

Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk

melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

2. Abortus buatan ilegal

Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan/

menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak

memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran

kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam kejahatan terhadap nyawa (Bab

XIX pasal 346 s/d 249). Namun dalam undang-undang Nomor 23 Tahun 1992

Tentang kesehatan pada pasal 15ayat (1) dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat

sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat

dilakukan tindakan medis tertentu. Kemudian pada ayat (2) menyebutkan tindakan

medis tertentu dapat dilakukan :

1) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut


2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kemampuan untuk itu

dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim

ahli

3) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan serta suami dan keluarga

Lalu dalam UU No. 1 tahun 1946 tentang KUHP, UU no. 7 thn. 1984 dan UU

no 3 thn.1992 aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dalam kondisi tertentu.

F. Solusi Mengurangi Kejadian Aborsi pada Remaja


Yang harus di perhatikan untuk mengatasi maraknya kasus aborsi di masa sekarang ini

yaitu :

1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam

suatu pergaulan baik dilingkungan masyarakat maupun di lingkungan sekolah.

2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para

siswa mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang

menyebabkan hamil di luar nikah.

3. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktek

untuk melakukan aborsi.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada era globalisasi sekarang ini remaja dihadapkan pada dilemma dua hal, yaitu

disatu sisi mereka sangat diharapkan sebagai generasi penerus bangsa, tetapi di sisi lain

mereka dihadapkan pada masalah rawannya pergaulan akibat dari arus globalisasi itu

sendiri. survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI),

setiap tahunnya sebanyak 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar melakukan aborsi.

Sebelumnya pernah diberitakan dari survei yang dilakukan Perkumpulan Keluarga

Berencana Indonesia (PKBI), sekitar 160 ribu hingga 200 ribu remaja di Jabar lakukan

aborsi.

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah

”aborsi”, berarti pengeluaran hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma)

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Aborsi provocatus merupakan istilah lain

yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Ini adalah suatu

proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.

Menurut Fatmawati (2007) Perilaku-perilaku yang muncul pada wanita yang

melakukan perilaku aborsi pranikah antara lain: lebih menutup diri dari lingkungan

keluarga dan masyarakat, mencari klinik aborsi, mencari obat penggugur kandungan,

memakai pakaian yang lebih longgar, loncat-loncat, minum jamu peluntur atau

jamu telat bulan, makan nanas muda, minum jamu, pergi ke dukun, minum obat

ginekosid/ cytotec.
3. Dalam KUHP Bab XIX Pasal 346 s/d 350 mengatur tentang sanksi pidana bagi

yang melakukan tindakan aborsi. Namun, tindakan aborsi dapat dikatakan legal

jika pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang

dibenarkan oleh undang-undang, karena alasan yang sangat mendasar untuk

melakukannya: menyelamatkan nyawa/menyembuhkan si ibu.

Anda mungkin juga menyukai