Anda di halaman 1dari 14

"Unwanted Pregnancy dan Aborsi"

Dosen Pengampu : Cahyaning Setyo H., S.ST., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 6

1. Pupus Ultraluana (R0318052)


2. Putri Kurniawati (R0318053)
3. Rhegita Budiani (R0318055)
4. Rima Adha S. (R0318056)
5. Saujana Maulidina (R0318057)
6. Sekaringtyas R. (R0318058)
7. Selvi Setyaningsih (R0318059)
8. Shella Antika S. (R0318060)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh
karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah satu
atau kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut.
Karena remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka
ia bisa saja tidak mengurus dengan baik kehamilannya. Yang seharusnya ia
mengkonsumsi minuman, makanan, vitamin yang bermanfaat bagi pertumbuhan janin
dan bayi nantinya bisa saja hal tersebut tidak dilakukannya. Selain itu, mereka juga akan
mengakhiri kehamilannya atau sering disebut sebagai aborsi. Di Indonesia tindakan
aborsi dianggap sebagai tindakan melawan hukum.

B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang ditimbulkan
adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan unwanted pregnancy dan aborsi?
2. Bagaimanakah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya unwanted pregnancy dan
aborsi?
3. Bagaimana perkembangan unwanted pregnancy dan aborsi di Indonesia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu unwanted pregnancy dan aborsi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya unwanted
pregnancy dan aborsi.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan unwanted pregnancy dan aborsi di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI

A. Unwanted Pregnancy
1. Pengertian
Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan
merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses
kelahiran dari suatu kehamilan. Kehamilan ini bisa merupakan akibat suatu prilaku
seksual/ hubungan seksual baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Sedangkan aborsi merupakan upaya terminasi kehamilan dengan alasan
sosial, ekonomi dan kesehatan.
2. Faktor-faktor penyebab unwanted pregnancy.
Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy, antara lain :
a. Penurunan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya usia
menstruasi pertama (menarche).
b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang prilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan.
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan.
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak).
e. Alasan karir atau maih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang
dapat menghambat karir atau kegiatan belajar).
f. Kehamilan karena incest (zina berdarah).
3. Pencegahan unwanted pregnancy
Unwanted pregnancy dapat dicegah dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kediatan positif seperti
berolahraga, seni dan keagamaan.
c. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual seperti
meraba-raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.
B. Aborsi
1. Pengertian
Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah
“abortus”. Berarti pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi
kesempatan untuk bertumbuh.
Ensiklopedi Indonesia memberikan penjelasan bahwa abortus diartikan
sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin
mencapai berat 1000 gram.
2. Macam-macam Aborsi
a. Aborsi spontan/ alamiah
Aborsi spontan/ alamiah Berlangsung tanpa tindakan apapun, kebanyakan
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
b. Aborsi buatan
Aborsi buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu
sebagai suatu akibat tindakan  yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun
si pelaksana aborsi (dokter, bidan, dukun beranak).
c. Aborsi terapeutik/ medis
Aborsi terapeutik/ medis adalah pengguguran kandungan buatan yang dilakukan
atas indikasi medik. Sebagai contoh calon ibu yang sedang hamil tetapi
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah
yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungannya,
tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
3. Pelaku Aborsi
a. Wanita muda
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi adalah mereka yang
berusia dibawah 25 tahun, bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia
dibawah 19 tahun.
Usia Jumlah %
Dibawah 15 tahun 14.200 0,9%
15-17 tahun 154.500 9,9%
18-19 tahun 224.000 14,4%
20-24 tahun 527.700 33,9%
25-29 tahun 334.900 21,5%
30-34 tahun 188.500 12,1%
35-39 tahun 90.400 5,8%
40 tahun keatas 23.800 1,5%
b. Belum menikah
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan
aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cnderung dengan mudah
memilih membunuh anaknya sendiri. Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih
besar, karena di dalam adat timur kehamilan diluar nikah merupakan aib, dan
merupakan suatu tragedy yang sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun
lingkungan keluarga.
4. Resiko Aborsi
a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
1) Kematian mendadak karena perdarahan hebat
2) Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3) Kematian secara lambat akibat infeksi serius sekitar kandungan
4) Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5) Kerusakan leher rahim (Cervical Laceration) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya
6) Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormone estrogen pada wanita)
7) Kanker indung telur (Ovarium Cancer)
8) Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9) Kanker hati (Liver Cancer)
10) Kelainan pada placenta (placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
11) Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
12) Endometriosis
b. Resiko gangguan psikologi
1) Kehilangan harga diri (82%)
2) Berteriak-teriak histeris (51%)
3) Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4) Ingin melakukan bunuh diri (28%)
5) Mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)
6) Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan
dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
5. Hukum dan Aborsi
Menurut hukum-hukum yang berlaku di Indonesia, aborsi atau pengguguran
janin termasuk kejahatan, yang dikenal dengan istilah “Abortus Provocatus
Criminalis” yang menerima hukuman adalah :
a. Ibu yang melakukan aborsi
b. Dokter, bidan atau dukun beranak yang membantu melakukan aborsi
c. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal dalam UUD yang terkait dengan aborsi adalah:
Pasal 229
(1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya upaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena
pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
(2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
(3) Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan
anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain
yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan
rencana.
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua
belas tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak
untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan. 
C. Akibat Unwanted Pregnancy dan Aborsi Bagi Remaja Indonesia
Angka kejadian aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun,
sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang
dikembangkan oleh pemerintah hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada
kebutuhan yang terkait dengan informasi yang seksualitas, edukasi dan penyediaan
pelayanan.
Bermula dari hubungan seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan
yang tidak diharapkan (KTD). Ada 2 hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu
mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan (aborsi). Semua tindakan tersebut
membawa dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi.
1. Bila kehamilan dipertahankan dapat mengakibatkan :
a. Risiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam persalinan
seperti perdarahan, bahkan bisa sampai pada kematian.
b. Risiko psikis atau psikologis
Ada kemingkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan
tidak mau menikahinya atau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mau
menikah, hal ini juga bisa mengakibatkan perkawinan bermasalah dan penuh
konflik karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab sebagai
orang tua.
Selain itu pasangan muda terutama pihak perempuan akan dibebani oleh
berbagai perasaan tidak nyaman seperti dihantui rasa malu terus menerus, rendah
diri, bersalah atau berdosa depresi atau tertakan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak
ditangani dengan baik, maka perasaan tersebut bisa menjadi gangguan kejiwaan
yang lebih parah.
c. Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhenti/putus sekolah atau kemauan sendiri
dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan. Kemungkinan lain dikeluarkan dari
sekolah. Hingga saat ini masih banyak sekolah yang tidak mentolerir siswi yang
hamil. Risiko sosial lain adalah menjadi objek pembicaraan, kehilangan masa
remaja yang seharusnya dinikmati dan dianggap buruk karena melahirkan anak
diluar nikah. Di Indonesia, melahirkan anak diluar nikah masih sering menjadi
beban orang tua.
d. Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak membutuhkan
biaya besar.
2. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Jika
di negara maju melegalkan aborsi, bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan
berpengalaman.
Di negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan
tidak lazim dan oleh dukun aborsi bisa mengakibatkan dampak negatif secara fisik,
psikis dan sosial terutama bilab dilakukan secara tidak aman.
a. Risiko fisik
Perdarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi
yang berulang selain bisa mengakibatkan komplikasi juga bisa menyebabkan
kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu
kematian.
b. Risiko psikis
Pelaku aborsi seringkali mengalami perasaan-perasaan takut, panik, tertekan
atau stres, terutama mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa
bersalah, atau dosa akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi
juga sering kehilangan kepercayaan diri.
c. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan seringkali menjadi lebih besar karena
perempuan merasa tidak perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi. Selanjutnya
remaja perempuan lebih sulit menolak ajakan seksual pasangannya. Risiko lain
adalah pendidikan menjadi terputus atau masa depan terganggu.
d. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin
tinggi.
D. Penanganan Kasus Unwanted Pregnancy (KTD) Pada Remaja
Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja,sebagai petugas
kesehatan harus :
1. Bersikap bersahabat dengan remaja.
2. Memberikan konselingpada remaja dan keluarganya.
3. Apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila
belum bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli
4. Memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja
itu:
a. Diselesaikan secara kekeluargaan.
b. Segera menikah.
c. Konseling kehamilan, persalinan dan keluarga berencana.
d. Pemeriksaan kehamilan sesuai standar.
e. Bila ada gangguan kejiwaan, rujuk ke psikiater.
f. Bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG.
g. Bila tidak terselesaikan dengan menikah, anjurkan pada keluarga supaya menerima
dengan baik.
h. Bila ingin melakukan aborsi, berikan konseling risiko aborsi

E. Aborsi di Indonesia
Aborsi menjadi masalah di Indonesia karena diperkirakan pertahunnya 2,3 juta
tindakan aborsi yang dilakuan. Menurut data yang dilakukan (YKP,2002), aborsi banyak
dilakukan oleh mereka yang sudah menikah (89%), usia produktif antara 20-29 tahun
(51%), dan belum menikah 11%.
Pelaksana tindak aborsi dibagi menjadi di kota dan di desa. Di kota tindakan
aborsi banyak dilakukan oleh dokter (24-57%), sedangkan di desa banyak dilakukan oleh
dukun (31-47%).
Teknik aborsi yang digunakan oleh tenaga kesehatan antara lain dengan obat
prostaglandin, dan tindakan medik seperti kiret isap, kiret tajam, pijat dan tertentu.
Ada 2 isu pokok aborsi di Indonesia, yaitu: masalah aspek legal atau bersifat
ilegal dan pelaksana aborsi yang tidak profesional atau dilakukan oleh tenaga profesional.
Dampak aborsi ilegal ada beberapa hal, yaitu:
1. Pengawasan dan pemantauan pada praktek aborsi ilegal tidak dapat diawasi;
mempengaruhi standarisasi mutu.
2. Obyek pemerasan ; mempengaruhi biaya.
Berhubungan dengan obyek pemerasan sehingga meningkatkan biaya. Biaya
tinggi mengakibatkan terhambatnya tindakan aborsi sehingga begitu biaya terkumpul
kehamilan sudah diatas 20 minggu, bukan lagi pengguguran tapi pembunuhan. Hal ini
juga mengakibatkan pelaku-pelaku aborsi mengunakan tenaga tradisional.
Penggunaan tenaga tradisional ini juga tidak mungkin bisa dipantau, dan mereka
melakukannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah pengobatan yang modern.
Kedua isu ini berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu (AKI),konstribusi
antara 15-50%. Artinya dari 10 kehamilan mengalami 1 kematian karena aborsi, kematian
karena perdarahan sangat sulit dideteksi apakah itu kematian murni karena perdarahan
atau karena aborsi. Komplikasi infeksi juga bisa mengakibatkan perdarahan. Sehingga
sebenarnya angka di lapangan lebih tinggi.
Aturan hukum yang di Indonesia adalah Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP) yang menyatakan bahwa tindakan aborsi denga alasan apapun tidak dibenarkan
atau ilegal, baik untuk alasan medis maupun alasan non medis (dapat dilihat pada pasal
347 ayat 1 dan 2, pasal 348 ayat 1 dan 2, pasal 349). Hal ini merupakan persoalan besar,
karenanya kalangan kesehatan mencoba untuk memperbaikinya.
Disusunlah Undang-undang Kesehatan no 23 tahun 1992, menyatakan bahwa
aborsi legal hanya untuk alasan medis (terdapat pada pasal 15). Tetapi dalam UU ini
maish terdapat kerancuan pada pengertian tindakan medis tertentu untuk menyelamatkan
jiwa janin (lihat penjelasan pasal 15); pertanyaan yang timbul adalah tidak ada janin yang
selamat kalau aborsi dilakukan.
Ada beberapa langkah yang dilaksanakan pemerintah dalam menghadapi
persoalan ini; yaitu :
1. Merujuk pada paradigma sehat, yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati;
meningkatkan upaya pencegahan dengan melakukan pendidikan seks, pendidikan
moral, agama dan penggunaan alat kontrasepsi secara efektif oleh pasangan suami
istri.
2. Mengusahakan dan meningkatkan pelayanan aborsi yang aman (safe abortion) bukan
legalisasi aborsi; departemen kesehehatan sebenarnya punya program ini walaupun
tidak dilegalisasi. Ijin tidak dikeluarkan karena dikhawatirkan akan menjadi
pembenaran sehingga dilakukan tindakan yang berlebihan. Ijin depkes jangan
digunakan sebagai kodok karena memang ijin tersebut tidak bisa melindungi diri dari
tangkapan polisi. Hal ini tidak akan menjadi persoalan kalau dilakukan secara benar
danh hai-hati, mengikuti standar operasional yang berlaku. Namun masih menghadapi
kendala kerena bertentangan dengan hukum/perundang-undangan yang berlaku. Usaha
peningkatan pelayanan aborsi ini dapat mulai dilakukan di beberapa rumah sakit
pendidikan dalam rangka penelitian atau klinik swasta yang tidak mencari keuntungan
dengan persyaratan yang ketat.
3. Memperbaiki UU no.23 /th 1992 ; dengan tujuan utama adalah menghilangkan
kerancuan (pada penjelasan tindakan medis tertentu untuk keselamatan janin); dan
memperluas indikasi medis menjadi indikasi kesehatan. Depkes sudah mencoba secara
lintas sektor tapi mengalami deadlock. Inti pokoknya adalah tidak mengubah UU
no.23/1992 tapi mengubah pada KUHP yang menajdikan pasal-pasal tersebut tidak
berlaku. Ini bisa terjadi seperti mempertontonkan alat kontrasepsi. Pada KUHP
dilarang tetapi dapat tibatalkan atau tidak berlaku.
4. Mengembangkan pelayanan pasca aborsi (post abortion care) ; dirumah sakit dan
puskesmas (masih pilot project).

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Unwanted pregnancy dikenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan. Sedangkan
aborsi yaitu upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial, ekonomi dan kesehatan.
2. Unwanted pregnancy disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ketidaktahuan
pengetahuan dan persoalan ekonomi.
3. Banyak kasus aborsi yang terjadi di indonesia dan salah satunya adalah karena
unwanted pregnancy.

SARAN

1. Jangan melakukan aborsi dengan alasan apapun


2. Berikan penyyuluhan tentang kesehatan reproduksi sedini mungkin.
3. Jelaskan bahwa, aborssi bukan sebuah solusi, tapi sebuah masalah-masalah yang
menimulkan masalah baru.
4. Kalau sudah resmi menjadi suami istri dan belum ingiun mempunyai anak harus
benar-benar menggunakan alat konrasepsi.
5. Mencegah berhubungan sex sebelum nikah.
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti, yani. 2009. Kesehatan Reproduksi: Jakarta. Purworejopkm.wprdpress.com/page/2/.


Ida Bagus Gde manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC; Jakarta; 1999.
Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. EGC.
Jakarta. 1998.
Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. 2001.
Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBP-SP. 2002
Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 1998 7. Varney H. Buku Saku Bidan. EGC.
Jakarta;2000

Anda mungkin juga menyukai