BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
produktif untuk hidup layak baik secara ekonomi maupun pendidikan yang baik.
Tanpa ada ekonomi yang baik, manusia tidak akan mendapat pelayan ataupun
pendidikan yang baik, begitu pula sebaliknya. Ketiganya ini saling berhubungan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsur
(UUK), menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
bagian yang penting untuk tetap dijaga oleh setiap insan. Kesehatan reproduksi
merupakan keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental, dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang
melaikan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
hingga mati. Ruang lingkup kesehatan reproduksi, meliputi kesehatan ibu dan
menyebutkan bahwa:
reproduksi adalah dilarang oleh hukum termasuk didalamnya ialah aborsi. Aborsi
atau bahasa ilmiahnya adalah Abortus Provocatus, merupakan cara yang paling
merupakan cara yang paling berbahaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
adalah tindak pidana yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan dan
Aborsi dalam Bahaasa Inggris disebut abortion dan dalam bahasa latin
disebut abortus, yang berarti keguguran kandungan. Dalam bahasa arab, aborsi
disebut isqat al-haml atau ijhad, yaitu pengguguran janin dalam rahim. Menurut
5
minggu) atau sebelum bayi mencapai berat 1000 gram.
6
faktor-faktor alamiah.
Aborsi telah dikenal sejak lama, Aborsi memiliki sejarah panjang dan telah
dilakukan oleh berbagai metode termasuk natural atau herbal, penggunaan alat-
alat tajam, trauma fisik dan metode tradisional lainnya, yang dilakukan oleh
dokter, bidan maupun dukun beranak, baik di kota-kota besar maupun di daerah
terpencil.
Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia (abortus
dalam arti bukan karena perbuatan manusia (aborsi spontanus). Aborsi yang
terjadi karena perbuatan manusia dapat terjadi baik karena didorong oleh alasan
medis, misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk
samping itu karena alasan-alasan lain yang tidak dibenarkan oleh hukum (abortus
biasanya oleh tenaga yang tidak terdidik secara khusus, termasuk ibu hamil yang
Criminalis merupakan salah satu penyebab kematian wanita dalam masa subur di
negara-negara berkembang.
hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan aborsi yang terjadi dewasa
ini sudah menjadi hal yang aktual dan peristiwanya dapat terjadi dimana-mana
5
dan bisa saja dilakukan oleh berbagai kalangan, baik itu dilakukan secara legal
dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut. Sejauh ini,
persoalan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai
tindak pidana. Namun, dalam hukum positif di Indonesia, tindakan aborsi pada
Therapeuticus. Aborsi sering dilakukan oleh kalangan remaja dan wanita yang
beranjak dewasa. Hal ini disebabkan karena pergaulan yang semakin bebas
diantaranya yaitu malu karena hamil di luar nikah, khawatir dapat mengganggu
kehidupan karir dan sekolah, tidak memiliki cukup biaya untuk merawat dan
membesarkan anak tersebut serta takut anaknya lahir tanpa pertanggung jawaban
ayahnya. Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan tersebut, maka para pelaku
mencari jalan agar janin tersebut tidak terlahir, jalan yang ditempuh tentunya
adalah aborsi.
aborsi hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
6
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
7
pihak yang berkompeten dan berwenang.
korban. Dalam hal ini tenaga medis juga harus berhati-hati dalam menyikapinya,
karena dengan alasan perkosaan pelaku dapat melakukan tindakan aborsi padahal
belum tentu si pelaku merupakan korban perkosaan. Jika ini terjadi, maka tenaga
medis selain telah menyalahi aturan hukum, juga sudah melanggar sumpah
Pada saat ini banyak tenaga medis yang terlibat secara langsung dalam
tindakan aborsi. Ada yang terlibat dengan perasaan ragu-ragu dan tetap membatasi
Menghadapi situasi seperti ini, tenaga medis tetap harus berusaha menyadari
tugasnya untuk membela kehidupan. Wanita yang mengalami kesulitan itu perlu
dibantu dengan melihat jalan keluar lain yang bukan pengguguran langsung.
Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagi pedoman
Kedokteran Indonesia) telah tercantum secara garis besar perilaku atau tindakan-
tindakan yang layak dan tidak layak dilakukan seorang dokter dalam menjalankan
profesinya, tetapi ada beberapa dokter yang melakukan pelanggaran kode etik
Kesehatan, menyebutkan:
tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggungjawab serta bertentangan dengan
yang tidak professional, tanpa mengikuti standar profesi dan pelayanan yang
dokter atau pelaku terhadap pasien yang menjadi korban aborsi. Ketidakterbukaan
dokter ataupun pihak rumah sakit terhadap umum menjadi tanda tanya besar
mengenai aborsi memang banyak terjadi disekitar masyarakat, namun sulit untuk
B. Rumusan Masalah
Indonesia.
Universitas Kadiri.
2. Secara praktis
pemberlakuannya.
D. Tinjauan Kepustakaan
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan
peraturan perundang-undangan.
umum.
Seorang dokter pasti tidak akan lepas dengan istilah rumah sakit.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia rumah sakit merupakan gedung tempat
masalah kesehatan.
suatu bagian dari organisasi medis dan sosial yang mempunyai fungsi untuk
rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat untuk latihan tenaga kesehatan dan
kesehatan serta berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
rujukan. Tujuan dari rumah sakit adalah untuk menghasilkan produk, jasa atau
pasien dari berbagai aspek, yang menyangkut medis dan non medis, jenis
11
pelayanan, prosedur pelayanan, harga dan informasi yang dibutuhkan.
pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan
jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk
tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap
dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara
undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.
kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat
13
menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.
pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana adalah suatu pengertian
yuridis seperti halnya untuk memberikan definisi atau pengertian terhadap istilah
hukum, maka bukanlah hal yang mudah untuk memberikan definisi atau
adalah merupakan suatu istilah yuridis yang mempunyai arti khusus sebagai
Tindak pidana adalah suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah
“perbuatan jahat” atau “kejahatan” (crime atau Verbrechen atau misdaad) yang
diartikan secara kriminologis dan psikologis. Mengenai isi dari pengertian tindak
pidana tidak ada kesatuan pendapat di antara para sarjana. Sebagai gambaran
umum pengertian kejahatan atau tindak pidana yang dikemukakan oleh Djoko
Prakoso bahwa secara yuridis pengertian kejahatan atau tindak pidana adalah
yang berlaku dalam masyarakat dan mendapatkan reaksi negatif dari masyarakat,
dan secara psikologis kejahatan atau tindak pidana adalah “perbuatan manusia
yang abnormal yang bersifat melanggar hukum, yang disebabkan oleh faktor-
Pidana (KUHP) tanpa memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan
tentang apa yang sebenarnya yang dimaksud dengan strafbaarfeit tersebut, seperti
16
sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh pelaku”.
kata ”straf” ini dan istilah ”dihukum” yang berasal dari perkataan ”wordt
15Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, 1987. Hak Asasi Tersangka dan
Peranan Psikologi dalam Konteks KUHAP. Bina Aksara, Jakarta. Hal. 137
16Lamintang, 1984. Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia. Sinar Baru.
Bandung. hal. 173-174.
14
hukuman” baik hukum pidana maupun hukum perdata. Hukuman adalah hasil
atau akibat dari penerapan hukum tadi yang maknanya lebih luas daripada pidana,
sebab mencakup juga keputusan hakim dalam lapangan hukum perdata. Menurut
3. Pengertian Pertanggungjawaban
terjadi atau tidak. Dengan perkataan lain apakah terdakwa akan dipidana atau
dibebaskan. Jika ia dipidana, harus ternyata bahwa tindakan yang dilakukan itu
atau kealpaan. Artinya tindakan tersebut tercela tertuduh menyadari tindakan yang
18
dilakukan tersebut.
19
Roeslan Saleh menyatakan bahwa:
sipembuatnya tidak dicela. Pada hal yang pertama maka si pembuatnya tentu
20
dipidana, sedangkan dalam hal yang kedua si pembuatnya tentu tidak dipidana.
dicelanya si pembuat atas perbuatannya. Jadi, apabila dikatakan bahwa orang itu
bersalah melakukan sesuatu tindak pidana, maka itu berarti bahwa ia dapat dicela
atas perbuatanya.
18 (http://www.zamrolawfirm.com/publikasi/esai/18-perbuatan-pidana-
dan- pertanggungjawaban-pidana) diakses pada tanggal 29 April 2021,
jam 11.48, mengutip “Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban
Pidana”
19Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana,
(Jakarta : Ghalia Indonesia), 1982, hal. 10
20Ibid, hal. 75
16
oleh karena itu dalam pemuatan unsur-unsur delik dalam penuntutan haruslah
telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah
tidak ada peniadaan sifat melawan hukum atau rechtsvaardigingsgrond atau alasan
Pasal 6 ayat (2) disebutkan: “tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali
pidana. Walaupun unsur kesalahan telah diterima sebagai unsur yang menentukan
pidana.
22
kesalahan.
Dari beberapa pengertian para ahli di atas, kesalahan dapat dibagi dalam
pengertian berikut:
23
ini adalah batin dari pelaku, berupa kehendak atas perbuatannya.
24
masyarakat.
kesalahan
25
3. tidak ada alasan penghapusan kesalahan atau tidak ada alasan pemaaf.
F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
akan dibahas. Serta mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan
25Ibid
26Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Cetakan Keempat, 2002), hal. 43.
21
yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana
dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di
28
dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah.
2. Sumber data
dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research),
yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagi literatur yang relevan dengan
permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang
diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh
4. Analisis Data
Ada dua teknik analisis data yaitu teknik analisis data kuantitatif dan teknik
analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif merupakan suatu kegiatan
sesudah data dari seluruh responden atau sumber data-data lain semua terkumpul.
statistik. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan juga statistik non
29
parametris.
Teknik analisis data kualitatif yaitu menganalisis melalui data lalu diolah
dalam pendapat atau tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan dibahas
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar belakang
dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, seta bagaimana metode penelitian dan
INDONESIA
serta KUHP.
TENTANG KESEHATAN
Pada bagian ini akan membahas mengenai hal-hl yang berkaitan dengan
BAB IV PENUTUP
Pada bagian ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran yang
dimana pada bagian ini merupakan bagian penutup dari keseluruhan skripsi.
25
BAB II
Istilah “aborsi’ yang berasal dari kata abortus (latin), “kelahiran sebelum
pro dan kontra maupun perdebatan yang tidak ada akhirnya, baik oleh pihak yang
kesehatan reproduksinya.
Aborsi adalah cara tertua mengatur kehamilan dan ini sudah sejak dahulu
kaum lelaki maupun negara mengatur kehamilan itu. Aristoteles dan Plato
26
korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342
KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga
dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan
secara hukum jika dilakukan karena adanya alasan atau pertimbangan medis atas
kedaruratan medis. Dengan kata lain, tenaga medis mempunyai hak untuk
melakukan aborsi bila dan pertimbangan medis atau kedaruratan media dilakukan
kedaruratan media yang dideteksi sejak usia dini kehamilan dan aturan ini
mengenai tindakan aborsi yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung
30http://www.tubasmedia.com/tentang-aborsi-kuhp-dengan-uu-kesehatan-
berbeda/#.WVpfJNR96-- diakses pada tanggal 10 Juni 2022.
27
perundang-undangan.
tentang aborsi, tetapi dalam Undang-undang kesehatan No. 36 tahun 2009 tenaga
medis diperbolehkan untuk melakukan aborsi legal pada perempuan hamil karena
dan keluarganya.
terhadap hak reproduksi perempuan dari hidup janin hak atas informasi kesehatan,
terjadinya tindakan aborsi tidak aman pada kasus-kasus kehamilan yang tidak
bijak untuk menghindari praktek aborsi tidak aman dan pemenuhan hak
liberalisasi aborsi.
dan hukum yang ada kurang akomodatif terhadap alasan-alasan yang memaksa
31
Sekitar 20 juta pertahun terjadi unsafe abortion.
unsafe abortion, 2.500 diantaranya mati berakibat kematian (11,1%). Hal ini
sesuai dengan data WHO yang menyatakan, 15-50% kematian ibu disebabkan
32
oleh pengguguran kandungan yang tidak aman.
dua undang-undang yaitu KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535 yang
dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun serta dalam UU RI No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 75,76,77,78 melarang aborsi tetapi masih
mengijinkan tindakan aborsi atas indikasi medis dan trauma psikis dengan syarat
tertentu.
pasal KUHP yang mengatur hal ini adalah pasal 229, 346, 347, 348, 349 dan 535.
minggu).
31Ibid.
32Ibid.
29
melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan
alasan medis perempuan tidak boleh melakukan tindakan aborsi. Kalau dicermati
ketentuan dalam KUHP tersebut dilandasi suatu pemikiran atau paradigma bahwa
anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga berhak
Apabila dilihat dari aspek hak asasi manusia bahwa setiap orang berhak
manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan adalah paradigma yang
mengutamakan hak anak (pro life). Oleh karena itu dalam KUHP tindakan aborsi
nikah, masalah beban ekonomi, ibu sendiri sudah tidak ingin punya anak lagi
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang
diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti
33
prosedur kesehatan atau kedua-duanya (Definisi WHO).
indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat
kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari
korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341 dan Pasal 342
KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga
dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan
perempuan hamil, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental, adanya resiko
diharmonisasikan
legal di Indonesia tidak hanya terbatas pada aborsi berdasarkan indikasi medis
untuk menyelamatkan jiwa ibu dalam keadaan darurat, tetapi lebih luas lagi
mencakup beberapa alasan aborsi terapeutik baik dari segi medis maupun psikiatri
korban perkosaan yang melakukan aborsi sebab terdapat unsur pemaaf dan unsur
formulasi, aplikasi dan eksekusi untuk memenuhi asas lex certa dalam hukum
pidana.
Hal ini diperlukan karena ketiga alasan aborsi aman, yaitu kehamilan
34 http://www.suduthukum.com/2016/04/aborsi-menurut-kitab-undang-
undang.html, diakses pada tanggal 1 Juni 2021.
33
berat, dan janin yang mengalami cacat bawaan berat, di dalam ius
constitutum merupakan perbuatan pidana karena itu dilarang dan diancam dengan
tetap bersifat melawan hukum, perempuan hamil dan tenaga medis yang
pidana yang bersumber dari Pasal 48 KUHP tentang daya paksa (overmacht) dan
35
kondisi darurat (noodtoestand).
oleh teori perlindungan hukum yang seimbang yang bersumber pada Pancasila,
yang dapat diukur dengan ide yaitu justice yang memuat konsep iustitia
distributive.
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu dan atau janinnya, jenis aborsi ini secara
36
dalam Pasal 15 ayat (1) dan (2), namun ada beberapa hal yang dapat dicermati
dari aborsi ini yaitu bahwa ternyata aborsi dapat dibenarkan secara hukum apabila
dilakukan dengan adanya pertimbangan medis. Dalam hal ini berarti dokter atau
35Ibid.
36Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, H. 16
34
ini dapat dilakukan atas persetujuan ibu hamil atau suami atau keluarganya dan
Aborsi yang dilakukan bersifat legal, dan dengan kata lain vonis medis
Dalam hal ini adalah seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
ahli yang dapat terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama, hukum, dan
psikologi.
keluarganya
Yang dimaksud dalam hal ini adalah hak utama memberikan persetujuan
dalam tindakan ini (informed consent) ada pada ibu hamil yang bersangkutan
tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya dapat diminta dari suami
atau keluarganya.
35
Sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk
terhadap hak perempuan, dan terhadap alat reproduksinya. Persoalan lain yang
cukup penting untuk dipikirkan adalah apabila seorang perempuan hamil akibat
dari pemerkosaan, akibat dari hubungan seks komersial yang menimpa pekerja
seks komersial ataupun kehamilan yang diketahui bahwa janin yang dikandung
tersebut mempunyai cacat bawaan yang berat, apakah perempuan ini tidak berhak
merupakan korban suatu kejahatan, dan kehamilan itu akan menjadi suatu beban
psikologis yang berat, dan juga akan berdampak pada anak yang akan dilahirkan
yang normal dan kurang mendapat perlindungan serta kasih sayang yang
seharusnya didapatkan oleh anak yang tumbuh dan besar dalam lingkungan yang
wajar, dan tidak tertutup kemungkinan akan menjadi sampah masyarakat. Dalam
hal ini apakah keputusan aborsi yang dipilihnya dikualifikasikan sebagai Abortus
therapeuticus, mengingat apabila secara normatif hak anak untuk hidup dilindungi
dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis tertentu. Maksud dari kalimat
disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.
kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari
oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi (dalam hal ini dokter, bidan atau dukun
beranak).
kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik.Sebagai contoh, calon ibu
yang sedang hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau
37
penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya.Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang
ibu.
kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh
undang-undang.
kedua Bab XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, dan Bab XIX
Pasal 346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap
nyawa. Berikut ini adalah uraian tentang pengaturan abortus provocatus yang
bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama 4 tahun atau denda paling banyak 3000 rupiah
(2). Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia
seorang dokter, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang dokter, bidan atau juru obat,
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga
riburupiah.
ditambah sepertiga.
digugurkan itu dilakukan oleh seorang dokter, bidan atau juru obat
Abortus jenis ini secara tegas diatur dalam Pasal 346 KUHP.merumuskan
sebagai berikut :“Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati
kandungan atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-
lamanya empattahun”.
disimpulkan bahwa yang dapat dikenakan hukuman menurut Pasal 346 KUHP
hanyalah perempuan yang mengandung atau perempuan yang hamil itu sendiri.
347KUHP.
Aborsi jenis ini dicantumkan tegas dalam Pasal 347 KUHP yang
a. Subyeknya oranglain;
b. Dengan sengaja;
lain tersebut tanpa izin perempuan yang digugurkan kandungannya itu sehingga
atau ditambah menjadi hukuman penjara lima belas tahun menurut Pasal 347
348KUHP.
sebagai berikut :
Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu dalam
kejahatan yang tersebut dalam Pasal 346, atau bersalah atau membantu
dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 347 dan 348,
maka hukuman yang ditentukan dalam itu dapat ditambah dengan
sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk
melakukan kejahatanitu.
dapatdicabut.
41
pasal tersebut sebagaiberikut:
mematikan kandungan yang dilakukan oleh seorang wanita atau orang yang
disuruh melakukan itu. Wanita dalam hal ini adalah wanita hamil yang atas
menurut KUHP dapat disuruh lakukan untuk itu adalah dokter, bidan atau
juruobat.
41Ibid.
44
a. Pasal 75:
masyarakat, tokoh agama, dansetiap orang yang mempunyai minat dan memiliki
keterampilanuntuk itu.
dapatdikecualikanberdasarkan:
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
kandungan;atau
BAB III
KESEHATAN
telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah di
tentukan dalam undang-undang. Di lihat dari sudut terjadinya suatu tindakan yang
tindakan tersebut apabila tindakan tersebut melawan hukum (dan tidak ada
pemaaf) untuk orang itu dilihat dari sudut kemampuan bertanggungjawab maka
dipertanggungjawabkan pidanakan.
43
Menurut Roeslan Saleh, beliau mengatakan bahwa :
oleh karena itu dalam pemuatan unsur-unsur delik dalam penuntutan haruslah
a. Keadaanjiwanya:
1. Tidak terganggu oleh penyakit terus-menerus atau sementara
(temporair)
2. Tidak cacat dalam pertumbuhan (gagu, idiot, limbecile, dan
sebagainya),dan
3. Tidak terganggunya karena terkejut, hypnotisme, amarah yang meluap,
pengaruh bawah sadar/reflexe bewenging, melindur/slaapwandel,
mengganggu karena demam/koorts, nyidam dan lain sebagainya.
Dengan perkataan lain dia dalam keadaansadar.
b. Kemampuanjiwanya
1. Dapat menginsyafi hakekat tindakannya;
2. Dapat menentukan kehendaknya atas tindakan tersebut, apakah akan
dilaksanakan atau tidak;dan
3. Dapat mengetahui ketercelaan dari tindakantersebut.
Kemampuan bertanggung jawab didasarkan pada keadaan dan kemampuan
dipertanggungjawabkan atas suatu tindak pidana (crime) yang terjadi atau tidak.
Pertindak disini adalah orang, bukan makhluk lain. Untuk membunuh, mencuri,
menghina dan sebagainya, dapat dilakukan oleh siapa saja. Lain halnya jika
tindak pidana tidak akan dimintai pertanggungjawaban pidana atau dijatuhi pidana
apabila tidak melakukan perbuatan pidana dan perbuatan pidana tersebut haruslah
Orang yang melakukan perbuatan pidana hanya akan dipidana apabila dia
terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan kesalahan, tidaklah ada gunanya
perbuatannya itu sendiri tidak bersifat melawan hukum, maka lebih lanjut dapat
pula di katakan bahwa terlebih dahulu harus ada kepastian tentang adanya
dengan perbuatan pidana yang dilakukan, sehingga untuk adanya kesalahan yang
Berdasarkan uraian tersebut diatas, jika keempat unsur tersebut diatas ada
maka orang yang bersangkutan atau pelaku tindak pidana dimaksud dapat
e. Dan dilakukannya tindakan itu sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan
buruk; sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum; (faktor akal);
pertanggungjawaban pidana karena telah ada tindak pidana yang dilakukan oleh
yang dibangun oleh hukum pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas
sendiri sehingga sudah barang tentu subyeknya haruslah sama antara pelaku
Tindak pidana aborsi itu sendiri merupakan salah satu dari berbagai
macam abortus. Dalam kamus Latin –Indonesia sendiri, abortus diartikan sebagai
wiladah sebelum waktunya atau keguguran. Pada dasarnya kata abortus dalam
52
bahasa Latin artinya sama dengan kata aborsi dalam bahasa Indonesia yang
44
mengandung arti keguguran anak. Maka pengertian dari tindak pidana
inginkan dengan melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Tindak pidana aborsi
kejahatan terhadap nyawa, dapat diancam dengan sanksi pidana penjara atau
diancam dengan pidana kurungan atau denda seperti yang dituangkan dalam pasal
45
535 KUHP.
sebab perbuatan yang dilakukannya secara terang – terangan telah dilarang oleh
timbul atas kesalahan yang dibuat oleh pelaku yang ada dalam tanggung
terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Akan tetapi termasuk
ketelitian yang patut dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain
seorang telah terbukti dan dinyatakan telah melakukan kesalahan maka ia akan
dikenakan sanksi hukum sesuai dengan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana.
karena mengenakan resiko yang tidak perlu dan tidak rasional kepada korban. Jika
ternyata memang terdapat indikasi kesalahan yang dilakukan oleh seorang pelaku
Pengadilan.
disebabkan hal lain, misalnya jiwanya tidak normal dikarenakan dia masih muda,
maka Pasal tersebut tidak dapat dikenakan. Apabila hakim akan menjalankan
Pasal 44 KUHP, maka sebelumnya harus memperhatikan dua syarat yaitu: praktik
disebut di atas merupakan aborsi ilegal. Sanksi pidana bagi pelaku aborsi ilegal
diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan yang berbunyi; "setiap orang yang dengan
dalam Pasal 75 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan
tenaga kesehatan yang dengan sengaja melakukan aborsi ilegal, maupun pihak
dalam KUHP, namun di dasarkan pada berbagai faktor serta alasan-alasan tertentu
HAM dan perlindungan anak, sehingga pengaturan mengenai tindak pidana aborsi
55
juga diatur pula dalam Undamg-Undang No. 36 tahun 2009 memuat juga sanksi
terhadap perbuatan aborsi tersebut, dengan anacaman hukuman yang lebih berat
Ketentuan mengenai tindak pidana aborsi dapat dijumpai dalam Bab XIV
Buku Kedua KUHP tentang kejahatan terhadap kesusilaan yaitu pada Pasal 299,
Bab XIX Buku Kedua KUHP tentang kejahatan terhadap nyawa yaitu pada Pasal
diancam pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling
seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.”
56
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
“Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut Pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan Pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
pidana aborsi itu dilarang dalam hukum pidana Indonesia, dan merupakan
tindakan yang illegal tanpa kecuali, Hal ini tidak terlepas dari pandangan bahwa
perlindungan hukum.
57
aborsi, minimal ada dua orang yang terkena ancaman pidana, yakni si wanita
kandungan dengan atau tanpa bantuan orang lain. la juga dapat terkena ancaman
pidana kalau ia minta bantuan orang lain dengan cara menyuruh orang itu untuk
Kebijakan yang telah ada dan kebijakan yang akan dibuat pada dasarnya
47
dilaksanakan.
dipidana. Hal ini tergantung dari apakah orang itu dalam melakukan tindak pidana
tersebut mempunyai kesalahan atau tidak. Sebab untuk dapat menjatuhkan pidana
terhadap seseorang tidak cukup dengan dilakukan tindak pidana saja, tetapi selain
dari itu harus ada pula kesalahan atau menurut Moeljatno sikap bathin yang
tercela. Siapa yang melakukan kesalahan, maka dia lah yang bertanggung jawab.
Dalam hal ini dikenal suatu asas “tiada pidana tanpa kesalahan” (qeen straf zonder
48
shuld).
Berkaitan dalam asas hukum pidana yaitu Geen straf zonder schuld, actus
non facit reum nisi mens sir rea, bahwa tidak dipidana jika tidak ada kesalahan,
perbuatan itu dengan suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan
perbuatan itu juga dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan akan sangat
tergantung pada soal apakah dalam melakukan perbuatannya itu si pelaku juga
kesengajaan atau yang disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang
terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila didalam
suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa disebut
dengan opzettelijk, maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau meliputi semua
Sengaja berarti juga adanya kehendak yang disadari yang ditujukan untuk
perbuatan dengan sengaja itu haruslah memenuhi rumusan willens atau haruslah
menghendaki apa yang ia perbuat dan memenuhi unsur wettens atau haruslah
Hippel maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksudkan dengan sengaja adalah
akibat dari perbuatan itu atau akibat dari perbuatannya itu yang menjadi maksud
dari dilakukannya perbuatan itu. Jika unsur kehendak atau menghendaki dan
dengan jelas secara materiil karena memang maksud dan kehendak seseorang itu
sulit untuk dibuktikan secara materiil maka pembuktian adanya unsur kesengajaan
60
Disamping unsur kesengajaan diatas ada pula yang disebut sebagai unsur
kelalaian atau kelapaan atau culpa yang dalam doktrin hukum pidana disebut
sebagai kealpaan yang tidak disadari atau onbewuste schuld dan kealpaan disadari
atau bewuste schuld. Dimana dalam unsur ini faktor terpentingnya adalah pelaku
dapat menduga terjadinya akibat dari perbuatannya itu atau pelaku kurang berhati-
sesuatu perbuatan dan perbuatan itu menimbulkan suatu akibat yang dilarang dan
tidak dilakukan dengan sengaja namun pelaku dapat berbuat secara lain sehingga
tidak menimbulkan akibat yang dilarang oleh undang-undang, atau pelaku dapat
dengan kata lain bahwa pelaku dapat menduga bahwa akibat dari perbuatannya itu
akan menimbulkan suatu akibat yang dapat dihukum dan dilarang oleh undang-
undang.
61
akan tetapi juga bukan sesuatu yang terjadi karena kebetulan. Dalam kealpaan
sikap batin seseorang menghendaki melakukan perbuatan akan tetapi sama sekali
tidak menghendaki ada niatan jahat dari petindak. Walaupun demikian, kealpaan
dipidanakan.
kekurang perhatian pelaku terhadap obyek dengan tidak disadari bahwa akibatnya
49
pada hakekatnya sama dengan kesengajaan hanya berbeda gradasi saja.
baru dianggap ada apabila si pelaku dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk
49http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/malpraktek-dan-pertanggu
ngjawaban- hukumnya/, Law, Pertanggungjawaban Malpraktek
50Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia,
Jakarta,1992, hlm.159.
62
mencapai akibat yang menjadi dasar dari tindak pidana, tetapi dia tahu bahwa
terjadi.
Asas tiada pidana tanpa kesalahan tidak terdapat dalam KUHP, juga tidak
yang tidak tertulis. Meskipun tidak tertulis asas ini hidup dalam anggapan
masyarakat dan diterima oleh hukum pidana disamping asas - asas yang tertulis
51
dalam Undang - undang.
Sutorius yaitu :
Sebuah tindak pidana dapat dijatuhi pidana apabila telah memenuhi tiga
(1) perbuatan,
Sebagaimana tercantum dalam pasal 346 dan 348, untuk kasus tindak
Unsur subjektif :
a. Dengan disengaja
Unsur Objektif :
dengan hal ini dapat dijatuhi pidana. Unsur-unsur tersebut dapat dijabarkan dalam
Unsur perbuatan terpenuhi dengan adanya tindakan dari pelaku (1) yang
melakukan aborsi terhadap kandungan pelaku (2) dengan persetujuan pelaku (2),
dalam hal ini pelaku (2) juga melakukan tindak pidana yaitu dengan sengaja
pelaku (1) dan pelaku (2) telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang
tercantum dalam pasal 346 dan 348 KUHP, yaitu “sengaja”, “dengan
dari pelaku (2) kepada pelaku (1) untuk menggugurkan kandungannya sendiri.
“dengan persetujuan” dibuktikan dengan adanya persetujuan antara pelaku (1) dan
Dalam hal ini diperlukan adanya akibat, bukan hanya perbuatan. Tindak pidana
64
aborsi yang mengakibatkan kematian bagi janin dalam kandungan. Maka dengan
Unsur ketiga, yaitu unsur melawan hukum subjektif, dalam hal ini, yaitu
tersebut. Kesalahan dalam hal ini adalah kesengajaan dan kelalaian, dan dalam
yang telah melakukan perbuatan itu kemudian juga di pidana tergantung pada
soal, apakah dia dalam melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau tidak
kesalahan, maka tentu dia akan dipidana. Tetapi, manakala dia mempunyai
kesalahan, walaupun dia telah melakukan perbuatan terlarang dan tercela, dia
tidak di pidana. Asas yang tidak tertulis “tidak dipidana jika tidak ada kesalahan”,
53
merupakan tentu dasar daripada dipidananya si pembuat.
seseorang harus menangung segala akibat dari tindakan atau kelakuannya. Dalam
pidana.
1) Alasan pemaaf.
perbuatannya.
2) Alasan pembenar.
a. Keadaan darurat.
hukum, dan hakim tidak melihat adanya alasan penghapusan pidana, baik
1. Barang siapa;
2. Dengan sengaja menyebabkan gugur atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya.
secara sah dan meyakinkan telah bersalah melanggar Pasal 348 KUHP.Setelah
unsur-unsur tersebut dianggap secara sah dan meyakinkan telah terbukti, maka
dalam putusan hakim, harus juga memuat hal-hal apasaja yang dapat meringankan
terdakwa harus dinyatakan telah terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan
tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dan harus pula dijatuhi pidana
Tindak pidana aborsi itu dilarang dalam hukum pidana Indonesia, dan
merupakan tindakan yang illegal tanpa kecuali, Hal ini tidak terlepas dari
kondisi berikut:
Namun tindakan aborsi yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) UU Kesehatan
itu pun hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang. Selain itu, aborsi hanya dapat dilakukan:
Menteri.
8 tahun 1981 dan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985 sebagaimana yang telah
aborsi.
Criminalis‟, dalam KUHP misalnya, larangan aborsi ditegaskan dengan ancaman pidana
bagi ibu yang melakukan aborsi, dokter atau bidan atau dukun yang
aborsi.
pasal 15 (1), ditegaskan bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya dapat dilakukan tindakan medis
tertentu, namun tidak ada penjelasan lebih jauh tentang apa yang dimaksud
Darisiniterlihatbahwaundang-
penjelasan tegas bahwa yang dimaksud tindakan medis tertentu itu adalah
Hukum (pidana) dalam memandang praktik aborsi dapat disimak dari tiga
pasal, yakni pasal 346, 347, dan 348 KUHP. Jika praktik aborsi dilakukan dokter
71
atau tenaga kesehatan yang lain, seperti bidan maka pertanggung jawaban
pidananya diperberat dan dapat ditambah sepertiga dari ancaman pidana yang
terdapat pada masing-masing pasal yang terbukti. Serta dapat dicabut hak
menjalankan pencarian, in casu SIP atau STR dokter sebagai jantungnya praktik
kedokteran.
kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana
Unsur-unsur objektif:
2. Perbuatan:
a. menggugurkan; atau
b. Mematikan/membunuh
2. Dengan sengaja
meminta (menyuruh orang lain untuk itu) dokter untuk melaksanakan aborsi
tersebut. Jelas disini dokter bukan subjek hukum sebagai pembuat tunggal (dader)
karena disebutkan dalam rumusan subjek hukumnya adalah seorang wanita (de
vrouw).Akan tetapi dokter dapat melakukan malpraktik menurut pasal ini jika
kandungannya. Lalu dokter sebagai apa atau melanggar pasal mana, kiranya ada
57
dua pendapat mengenai hal ini:
perbuatan fisik besar atau kecil. Boleh sebagai pembuat penganjur jika
pendapat ini yakni subjek hukum pasal 346 ialah harus seorang
ini, tetapi dokter dapat dipidana sebagai dader berdasarkan pasal 348.
58
pasal ini merumuskan:
Ayat 1
Unsur-unsur obkektif
4. Dengan sengaja
58
Ibid., Hal. 121
74
aborsi atas persetujuan (penjara paling lama lima tahun enam bulan, pasal 348).
Bisa jadi perempuan setuju pada wujud perbuatan tertentu yang dikatakan
tersebut oleh pembuatnya ditujukan pada gugr atau matinya kandungan. Kejadian
ini juga masuk pasal 347. Kesengajaan pembuat harus ditujukan baik pada
c. Pasal 348
59
Pasal ini merumuskkan:
1. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan
kandungan seorang perempuan dengan persetujuannya diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enambulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuhtahun.
Unsur-unsur objektif:
59Ibid., Hal.125
75
1. Perbuatan:
a. menggugurkan atau
b. mematikan
4. Dengan sengaja
Perbedaan pokok dengan aborsi pasal 348 terletak pada aborsi terhadap
unsur persetujuannya, berarti inisiatif tindakan aborsi itu bukan berasala dari
orang lain untuk itu. Disinilah letak perbedaan antara aborsi perbuatan menyuruh
mematikan atau menggugurkan kandungan menurut pasal 346 dengan aborsi yang
dilakukan orang lain atas persetujuan perempuan yang mengandung (pasal 348).
terdapat dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan dirumuskan dalam Bab
XX Ketentuan Pidana Pasal 190 sampai dengan pasal 200 adalah sebagai berikut:
194)
Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2)
Unsur-unsur objektif
4) dengan sengaja
konkretnya.
tahun 2009, tentang pelayanan publik yaitu mengatur tentang tujuan pelaksanaan
tentang rumah sakit ,yang mengatakan bahwa rumah sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Tanggung jawab hukum rumah
sakit dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat dilihat dari
aspek etika profesi, hukum adminstrasi, hukum perdata dan hukum pidana.
77
pelayanan kesehatan terhadap pasien yaitu adanya hubungan hukum antara rumah
pelayanan kesehatan. Hubungan hukum tersebut lahir dari sebuah perikatan atau
terapeutik.
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda
(2) Dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
kandungan yang disengaja (abortus provocatus) diatur dalam Buku kedua Bab
XIV tentang Kejahatan Kesusilaan khususnya Pasal 299, dan Bab XIX Pasal
346 sampai dengan Pasal 349, dan digolongkan kedalam kejahatan terhadap
Nomor 36 Tahun 2009 dituangkan dalam Pasal 75, 76 , 77, dan Pasal 194.
sudah melanggar ketentuan KUHP pasal 348. Unsur kesengajaan pelaku tindak
kandungan dan unsur tidak alasan pemaaf dari tindak pidana aborsi juga
terpenuhi karena pelaku tindak pidana aborsi sudah cakap hukum dan mampu
B. Saran
baik itu pihak rumah sakit, dokter maupun pasien. Hal ini harus dilakukan
seperti aborsi yang dimana itu merupakan suatu perbuatan yang melanggar
2. Penerapan sanksi bagi pihak yang melakukan aborsi baik itu dokter
hanya berupa peringatan saja atupun teguran, karena hal tersebut tidaklah
membuat efek jera bagi si pelaku aborsi illegal. Karena kebanyakan dari
kasus aborsi yang terjadi sekarang apabila ketahuan hanya dilakukan saja
peringatan yang dimana para pelaku aborsi tidaklah takut untuk melakukan
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia
Jakarta. 2001.
Persada: 2007).
Chairul huda, 2011, Dari ‘Tiada Pidana Tanpa Kesalahan’ menuju kepada ‘Tiada
D. Veronica Komalawati, Hukum dan Etika dalam Praktek Dokter, (Jakarta: Pustaka
Djoko Prakoso dan Agus Imunarso, 1987. Hak Asasi Tersangka dan Peranan Psikologi
Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). PT.
Jakarta.
Munder. Kebijakan Hukum Pidana. Bandung. KDT. 2021, diunduh 20 Juni 2021, Pukul
23.30 WIB.
Notoatmodjo, Soekidjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
2010.
P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti.
Bandung. 1996.
Indonesia), 1982.
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua Pengertian Dasar
FH. UGM-Yogyakarta.
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan,
Soedirman, Purwokerto.
Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum. (Bandung: Angkasa. 1996),
INTERNET:
82
(http://www.zamrolawfirm.com/publikasi/esai/18-perbuatan-pidana-dan-
http://www.suduthukum.com/2016/04/aborsi-menurut-kitab-undang-undang.html, diakses
http://www.tubasmedia.com/tentang-aborsi-kuhp-dengan-uu-kesehatan-berbeda/
http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/malpraktek-dan-pertanggungjawaban-