Kelompok 1 :
LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah suatu profesi pemberi asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Salah satu indikator
keberhasilan Rumah Sakit adalah kinerja tenaga keperawatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang baik sesuai dengan standar pelayanan keperawatan. Profesi perawat di Indonesia
memiliki proporsi relatif besar yaitu 40% dari jumlah tenaga kesehatan di Indonesia sehingga
baik buruk kinerja perawat menjadi salah satu indikator utama mutu asuhan keperawatan di
rumah sakit atau instansi kesehatan yang lain (Saragih, 2011, p.1).
Semakin majunya ilmu biomedik dan praktek pelayanan kesehatan telah menyebabkan
peningkatan masalah etika. Mengakibatkan semakin rumitnya pelayan kesehatan menghadapi
masalah etika dalamaktivitas pelayanan professional. Etika itu mengacu kepada praktek,
keyakinan, dan standar perilaku kelompok tertentu seperti perawat. Etika ini juga mengaju pada
metodepenyelidikan yang membantu orang untuk memahami moralitas perilaku manusia.
Pengetahuan mengenai etika dibutuhkan juga dalam profesi keperawatan sebagai bimbingan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Perawat merupakan salah satu profesi di dunia
kesehatan yang diberi tuntutan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dalam
memlakukan asuhan keperawatan.
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya angka aborsi
yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan janin per
tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di
Indonesia. Selain itu, ada yang mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang
atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Beberapa
kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya diakhiri dengan abortus.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram, sedangkan menurut WHO batasan usia kehamilan adalah sebelum 22
minggu.
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun demikian, frekuensi
seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus buatan banyak yang tidak
dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena sebagian keguguran spontan hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Profil pelaku aborsi di Indonesia tidak sama persis dengan di Amerika. Akan tetapigambaran
dibawah ini memberikan kita bahan untuk dipertimbangkan.
Di kalangan ahli kedokteran dikenal dua macam abortus (keguguran kandungan) yakni abortus
spontan dan abortus buatan.Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang
menyebabkanterhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat
olehkarena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada
umumnyaberhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi.Lain halnya dengan abortus
buatan, abortus dengan jenis ini merupakansuatu upaya yang disengaja untuk menghentikan
proses kehamilan sebelumberumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan
tidak bisabertahan hidup di dunia luar.
Para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti ahli agama, ahli hukum, sosial danekonomi
memberikan pandangan yang berbeda terhadap dilakukannya abortusbuatan. Ahli agama
melihatnya dari kaca dosa dan mereka sepakat bahwa melakukan abortus buatan adalah
perbuatan dosa.
Begitu pula dengan ahli ekonomi, mereka sepakat bahwa alasan ekonomi tidak dapat dijadikan
alasan untuk membenarkan dilakukannya pengguguran kandungan.Pada umumnya para ahli
tersebut menentang dilakukannya abortus buatan meskipun jika berhadapan dengan masalah
kesehatan (keselamatan nyawa ibu)mereka dapat memahami dilakukannya abortus buatan.
Demikian halnya dengan negara-negara di dunia, pada umumnya setiap negara memiliki undang-
undang yang melarang dilakukannya abortus buatan meskipun pelarangan tersebut tidak bersifat
mutlak.Kita lihat saja misalnya di negara Indonesia, dimana dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) tindakan pengguguran kandungan yang disengaja digolongkan ke dalam
kejahatan terhadap nyawa (Bab XIX pasal 346 s/d 249).Namun dalam undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 Tentang kesehatan pada pasal 15 dinyatakan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu.Dengan demikian jelas bagi kita bahwa melakukan abortus dapat merupakan tindakan
kejahatan, tetapi juga bisa merupakan tindakan ilegal yang dibenarkan undang-undang.
METODE
Metode yang digunakan yaitu metode literature review dengan mengumpulkan bahan berupa
buku, artikel, makalah, jurnal, dokumentasi serta pustaka sesuai dengan isu ataupun topik yang
diangkat dalam tulisan, melalui metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta
mengolah bahan penulisan (Nursalam, 2015). Artikel atau jurnal yang sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi diambil untuk selanjutnya dianalisis.Literature Review ini menggunakan
literatur terbitan tahun paling lama 2012. Artikel serta jurnal yang disusun ini diperoleh dari
search engineer seperti Google.com.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam abortus, efek
samping/risiko,pro-kontra abortus dalam UU,baik UU Medis,agama maupun Hukum.
Secara keseluruhan, literature review ini terdiri dari beberapa jurnal, makalah serta buku yang
memberikan gambaran perilaku etik perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien sesuai dengan kode etik keperawatan. Hasil dari kajian ini diharapkan dapat membantu
perawat dalam memecahkan masalah serta mengambil keputusan yang berlandaskan etik dengan
baik. Perawat sering kali dihadapkan dengan situasi dimana terjadi dilema etik, professionalitas
harus tetap dijunjung tinggi serta harus mengesampingkan egoisme.Dalam melaksanakan
tugasnya memberi asuhan keperawatan, perawat juga dituntut untuk berfikir kritis, memiliki
keterampilan interpersonal dan berlandaskan etika keperawatan.
HASIL
Ada seorangcalon ibu yang sedang hamil muda tetapi mempunyai penyakit jantung yang
parah(kronik) yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang
dikandungnya.Ketika dia datang memeriksakan dirinya pada seorang Dokter.
Dokter pun sepakat kalau janin tersebut tetap dipertahankan menurut dugaan kuat atau hampir
bisa dipastikan nyawa ibu tidak akan selamat atau mati.Dalam kondisi seperti ini,kehamilannya
boleh dihentikan dengan cara menggugurkan kandungannya.Di gugurkan jika janin tersebut
belum berusia enam bulan,tetapi kalau janin tersebut tetap dipertahankan dalam rahim
ibunya,maka nyawa ibu tersebut akan terancam.Di samping itu,jika janin tersebut tidak
digugurkan ibunya akan meninggal,janinnya pun samapadahal dengan janin tersebut,nyawa
ibunya akan tertolong.
Hal ini dilakukan untuk menyembuhkan dan menyelamatkan nyawa ibunya.Sang calon ibu pun
sangat takut dan bersedih dengan masalah yang dia alami.Tetapi ini semua sudah atas
pertimbangan medis yang matang dan tidak ada jalan keluar lain lagi.
Hasil dari abortus adalah kematian janin. Abortus adalah luruhnya hasil konsepsi sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Janin yang telah meninggal disebut pula dengan istilah fetus.
Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus
yang terjadi secara alami, tanpa intervensi medis. Abortus buatan adalah abortus yang dilakukan
dengan sengaja, baik dengan obat-obatan maupun dengan tindakan operasi.
Hasil dari abortus spontan biasanya berupa gumpalan darah dan jaringan yang dikeluarkan dari
vagina. Gumpalan darah dan jaringan tersebut dapat berukuran kecil atau besar, tergantung pada
usia kehamilan dan penyebab abortus.
Hasil dari abortus buatan juga berupa gumpalan darah dan jaringan yang dikeluarkan dari vagina.
Namun, gumpalan darah dan jaringan tersebut biasanya berukuran lebih kecil daripada abortus
spontan, karena hasil konsepsi telah dikeluarkan secara bertahap selama proses aborsi.
Selain gumpalan darah dan jaringan, hasil dari abortus juga dapat berupa sisa-sisa plasenta.
Plasenta adalah organ yang menghubungkan janin dengan rahim ibu. Sisa-sisa plasenta biasanya
akan dikeluarkan dari vagina dalam beberapa hari setelah abortus.
Pada kasus-kasus tertentu, abortus dapat menyebabkan komplikasi, seperti perdarahan hebat,
infeksi, dan kerusakan organ reproduksi. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mengancam
keselamatan ibu.
Oleh karena itu, abortus harus dilakukan oleh tenaga medis yang profesional dan berpengalaman.
KESIMPULAN
1) Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2) Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin
untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang
mempunyai kualifikasi untuk itu.
3) Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia
diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4) Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5) Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan,
Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002