KEPERAWATAN KOMUNITAS
Oleh :
Judul Jurnal :
The Incidence of Induced Abortion in the Philippines: Current Level and
Recent Trends
Analisa :
Berdasarkan jurnal tersebut alasan dilakukan abortus karena dari mereka
belum siap memiliki anak akibat kehamilan yang tidak diinginkan, adanya
indikasi darurat medis, dan kehamilan karena pemerkosaan di mana kehamilan
akan menyebabkan trauma psikologis bagi wanita hamil. Menurut Philipus M.
Hadjon dalam buku Peter Mahmud Marzuki legalisasi tindakan aborsi adalah
untuk kehamilan yang tidak diinginkan karena pemerkosaan, ataupun berdasarkan
karena anjuran medis.
Di beberapa negara Asia, sudah ada hukum spesifik terkait dengan aborsi
dan disahkan. Namun, terminasi kehamilan untuk kelainan bawaan diizinkan,
namun berbeda alasan di berbagai negara. Dalam budaya timur sendiri, aborsi
dianggap sebagai tindakan antisosial tetapi ada beberapa keadaan di mana aborsi
ini menjadi perlu seperti akibat pemerkosaan atau inses, ketika kehidupan ibu
dalam bahaya ketika janin hidup dalam bahaya atau saat orang tua tidak mampu
mengandung anak dan banyak alasan lainnya.
Aborsi sendiri memiliki dampak komplikasi seumur hidup dan efek
psikologis seperti yang dinyatakan oleh Bartter. Di sisi lain, aborsi yang aman
tidak membahayakan kesehatan wanita. Sementara itu dikatakan oleh pendukung
aborsi, seperti prosedur invasif dan operatif lainnya, aborsi juga merupakan
prosedur, yang jika dilakukan dengan cara yang benar dengan mengikuti semua
prinsip bedah dan teknik aseptik, tidak menghasilkan efek berbahaya pada
kesehatan. Sementara aborsi ilegal memiliki efek berbahaya pada kesehatan
wanita.
Aborsi merupakan issue yang kompleks, karena perawat berjuang dengan
konflik antara legal dan etik dalam tugasnya. Perawat diajarkan untuk mendukung
klien sebagai advokat dan berinteraksi dengan tidak menghakimi sikap dalam
segala situasi. Akan tetapi, perawat memiliki pandangan pribadi dan politik
mereka sendiri, yang mungkin sangat berbeda dengan klien mereka.
Dilema etis yang terjadi pada kasus abortus ini adalah pilihan yang
berpotensi melanggar prinsip-prinsip etika. Sebagai perawat komunitas, dalam
memberikan pelayanan keperawatan, seringkali didasarkan pada komitmen
perawat untuk advokasi. Tindakan yang diambil sebagai tanggapan atas tanggung
jawab etis kami untuk melakukan intervensi atas nama mereka yang berada dalam
perawatan kami adalah advokasi pasien. Advokasi juga melibatkan
pertanggungjawaban atas respon perawat terhadap kebutuhan pasien. Aspek unik
dari keperawatan bersalin adalah bahwa perawat mengadvokasi untuk dua
individu, wanita dan janin. Peran advokasi perawat bersalin lebih jelas ditugaskan
untuk wanita hamil daripada untuk janin, namun kebutuhan ibu dan janin saling
bergantung.
Selain itu, menurut Vaknin, ketika seorang wanita melakukan hubungan
seks sukarela, tidak menggunakan kontrasepsi dan hamil, maka orang dapat
mengatakan bahwa dia menandatangani kontrak dengan janinnya. Selain itu
mereka mendukung bahwa janin memiliki hak untuk hidup dan ibu tidak boleh
memutuskan atas nama janin. Wanita tersebut memiliki hak untuk memutuskan
untuk dirinya sendiri dan tubuhnya. Janin adalah bagian dari tubuh ibu dan setiap
manusia memegang hak untuk memutuskan untuk dirinya sendiri sebagaimana
dinyatakan oleh Buckhart dan Nathaniel ibu memiliki hak untuk memutuskan atas
nama janin tetapi harus untuk kepentingan terbaik janin. Pendukung mendukung
bahwa setiap wanita harus dapat memutuskan untuk kehamilannya
Singkatnya, menghormati otonomi wanita hamil, embrio, dan pembenaran
untuk mengakhiri kehamilan adalah kewajiban para profesional perawatan
kesehatan. Tindakan aborsi sendiri, merupakan masalah yang berfokus pada
otonomi dan martabat wanita hamil. Aborsi melibatkan pembunuhan janin.
Meskipun mendiagnosis antenatal melalui teknologi terbaru dan konseling
prenatal adalah penting. Berkaitan dengan keperawatan komunitas, perawat
menjelaskan bahwa aborsi ilegal atau yang biasa disebut abortion provocatus
criminalis tidak diperbolehkan karena secara medis memiliki resiko jangka
pendek maupun jangka panjang yang sangat membahayakan sepeerti kematian.
Serta akan dikenai hukuman pidana bagi pelaku dan tim medis yang membantu
karena bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)
PENUTUP
KESIMPULAN
Tindakan aborsi dilegalkan berdasarkan dua kriteria, yaitu aborsi dengan
indikasi keadaan darurat medis dan kehamilan karena pemerkosaan di mana
kehamilan akan menyebabkan trauma psikologis bagi wanita hamil
Dilihat berdasarkan etik bahwa aborsi dilakukan atas autonomy
(otonomi), yang dimana keputusan aborsi merupakan hak klien (orang yang
melakukan aborsi). Akan tetapi pasa kasus aborsi ilegal, hal tersebut melanggar
asas beneficience (manfaat/ berbuat baik) karena, aborsi ilegal dapat
membahayakan pelaku aborsi itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA