Anda di halaman 1dari 12

DILEMA ETIK KEPERAWATAN DALAM PRAKTIK

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dianjukan sebagai salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah


Etika dan Hukum Keperawatan

Dosen : Dr. Mulyati, S.Kep.,Ners., M.Kes

Oleh :

Syiva Dwi Fatmala


215119021

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020/ 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan tugas Mata Kuliah Etik Dan Hukum Keperawatan dengan judul
“Dilema Etik Keperawatan Dalam Praktik Keperawatan Komunitas”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etik Dan Hukum
Keperawatan. di Magister Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi.
Kelompok menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih belum sempurna,
hal ini dikarenakan keterbatasan dan kemampuan yang kami miliki, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk
kesempurnaan tugas ini, tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Dr. Mulyati, S.Kep.,Ners., M.Kes., selaku dosen koordinator mata kuliah


Etik Dan Hukum Keperawatan.

2. Seluruh Rekan-rekan angkatan 2019/2020, Program Magister


Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi

Harapan kami semoga tugas makalah ini dapat membantu menambah


pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi para pembaca. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa membalas budi kebaikan dan menjadikan pahala bagi semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini hingga selesai.

Cimahi, November 2020

Syiva Dwi Fatmala

i
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

C. Metode Penulisan ............................................................................. 2

D. Sistematika Penulisan ....................................................................... 2

BAB II : RESUME JURNAL ................................................................ 2

A. Isi Jurnal ........................................................................................... 3

B. Resume Jurnal .................................................................................. 3

BAB III : PEMBAHASAN..................................................................... 5

BAB IV : PEMBAHASAN..................................................................... 8

A. Kesimpulan ....................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan
keperawatan kepada klien baik secara individu, keluarga, dan masyarakat
dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang
komprehensi. Sebagai tenaga kesehatan yang professional dalam
melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin
terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan dengan bertanggung jawab
secara legal dan etik yang berlaku.
Etika merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulangi, serta
menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata
atau suatu bentuk perbuatan yang nyata. Etika lebih menitik beratkan pada
aturan-aturan, prinsipprinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan
mendekati aturan-aturan, hukum, dan undang-undang yang membedakan
benar atau salah secara moralitas. Dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada individu, komunitas, perawat sangat memerlukan
etika keperawatan. Karena itu, fokus dari etika keperawatan di tujukan
terhadap sifat manusia yang unik.
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada
sejak sejarah di tulis orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada
di masyarakat. Abortus masih menjadi salah satu masalah yang cukup
serius melihat tingginya angka kejadian yang masih tinggi. Istilah abortus
dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Abortus dapat berlangsung spontan secara
alamiah atau buatan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu dengan obat-obatan atau dengan tindakan medik.
Menurut beberapa studi abortus dilakukan dengan berbagai
alasan. Seperti malu karena hamil diluar penikahan, ketidakstabilan
keuangan, kehamilan akibat dari kasus pemerkosaan, ketika janin yang

1
2

dikandung memiliki kelainan bawaan seperti cacat jantung bawaan, down


syndrome, dan kelainan genetik lainnya. Saat kehamilan memiliki efek
berbahaya pada ibu, seperti seorang ibu hamil yang menderita penyakit
seperti hepatitis. Sebagian besar seseorang yang melakukan abortus tidak
memperhatikan konsekuensi di masa depan, dan jika aborsi tidak disahkan
maka para wanita memanfaatkan layanan tidak aman yang disediakan oleh
para dukun. Karena itu, ada banyak dampak buruk dari ilegalisasi aborsi.
Sebagian besar orang di masyarakat kita menggunakan aborsi sebagai
metode keluarga berencana yang memberi lawan satu poin untuk
melegalkan aborsi.
Sampai saat ini abortus merupakan masalah serius yang berkaitan
dengan isu legal dan dilema etika dalam pelayanan keperawatan. Masih
banyak terdapat perdebatan mengenai masalah aborsi ini, yang masih
menjadi perhatian dalam dunia medis dalam etik.

B. Tujuan Penulisan
Mampu mengetahui konsep dilema etik keperawatan dan
menganalisis masalah dilema etik khususnya di Keperawatan Komunitas.

C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode
penulisan deskriftif yaitu dengan mencari sumber-sumber materi dari
buku-buku dan internet.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN : Latar belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Sistematika Penulisan
BAB II RESUME JURNAL : Isi Jurnal, Resume Jurnal
BAB III : PEMBAHASAN
BAB IV : PENUTUP : Kesimpulan, Saran.

2
BAB II
RESUME JURNAL

A. Isi Jurnal

Judul The Incidence of Induced Abortion in the Philippines:


Jurnal : Current Level and Recent Trends
Penulis Fatima Juarez, Josefina Cabigon, Susheela Singh dan
: Rubina Hussain
Publikasi International Family Planning Perspectives, 2010,
: 31(3):140–149

B. Resume Jurnal
Di Filipina, aborsi dilarang secara hukum. Namun demikian, banyak
wanita melakukan aborsi dan sering kali dalam kondisi tidak aman. Alasannya
untuk menghindari kelahiran yang tidak direncanakan. Pada tahun 1994,
perkiraan tingkat aborsi adalah 25 per 1.000 wanita per tahun, serta tidak ada
penelitian lebih lanjut tentang kejadian aborsi yang dilakukan di Filipina.
Data dari 1.658 rumah sakit digunakan untuk memperkirakan kejadian
aborsi pada tahun 2000 dan untuk menilai tren di antaranya 1994 dan 2000,
secara nasional dan per wilayah. Metodologi estimasi tidak langsung
digunakan untuk menghitung jumlah total wanita yang dirawat di rumah sakit
karena komplikasi aborsi yang diinduksi pada tahun 2000 (data rata-rata untuk
1999–2001), jumlah total wanita yang melakukan aborsi dan tingkat aborsi
yang diinduksi.
Pada tahun 2000, diperkirakan 78.900 wanita dirawat di rumah sakit
untuk perawatan pasca-aborsi, 473.400 wanita melakukan aborsi dan angka
aborsi adalah 27 per 1.000 wanita berusia 15-44 tahun. Tingkat aborsi nasional
sedikit berubah antara 1994 dan 2000. Namun, peningkatan besar terjadi di
metropolitan Manila (dari 41 menjadi 52) dan Visayas (dari11 sampai 17).
Proporsi kelahiran yang tidak direncanakan dan kehamilan yang tidak
diinginkan meningkat secara substansial di Manila, dan penggunaan metode
kontrasepsi tradisional meningkat di Manila dan Visayas.

3
4

Meningkatnya tingkat induksi aborsi yang terlihat di beberapa daerah


mungkin mencerminkan kesulitan perempuan pengalaman dalam memperoleh
kontrasepsi modern sebagai akibat dari kendala sosial dan politik yang
mempengaruhi perawatan kesehatan ketentuan. Kebijakan dan program
mengenai perawatan pasca aborsi dan layanan kontrasepsi perlu ditingkatkan
5

BAB III

PEMBAHASAN

Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For
Social, Studies anda Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan” aborsi
didefenisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum)
yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami,
tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan
melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain
yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus)

Hasil penelitian dalam jurnal tersebut alasan dilakukan abortus adalah


dikarenakan belum siap memiliki anak akibat kehamilan yang tidak diinginkan,
adanya indikasi darurat medis, dan kehamilan karena pemerkosaan di mana
kehamilan akan menyebabkan trauma psikologis bagi wanita hamil. Menurut
Philipus M. Hadjon dalam buku Peter Mahmud Marzuki legalisasi tindakan aborsi
adalah untuk kehamilan yang tidak diinginkan karena pemerkosaan, ataupun
berdasarkan karena anjuran medis.

Jika merujuk pelanggaran etik, pelanggaran etik yang terjadi dari aspek
beneficence and non-maleficence. Dimana prinsip ini menitik beratkan pada
segala tindakan keuntungan (benefit) dan menghindari kerugian (harm) pada
pasien. Sedangkan bila dilihat dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM) pun,
tindakan aborsi merupakan suatu pelanggaran HAM hal ini tercantum pada UUD
1945 Pasal 28 A yang berbunyi : “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Karena janin yang berada dalam
kandungan seorang ibu juga memiliki hak untuk hidup.

Di beberapa negara Asia, sudah ada hukum spesifik terkait dengan aborsi
dan disahkan. Karena ada kelainan kehamilan bawaan diizinkan, namun alasan di
berbagai negara berbeda. Dalam budaya timur sendiri, aborsi dianggap sebagai
tindakan antisosial, akan tetapi ada beberapa keadaan di mana aborsi ini menjadi
6

perlu seperti akibat pemerkosaan atau inses, ketika kehidupan ibu hamil dalam
bahaya ketika janin hidup atau saat orang tua tidak mampu mengandung anak dan
banyak alasan lainnya.

Aborsi sendiri memiliki dampak komplikasi seumur hidup serta efek


psikologis seperti yang dinyatakan oleh Bartter. Di sisi lain, aborsi yang aman
tidak dapat membahayakan kesehatan wanita. Sementara untuk yang pro aborsi,
seperti prosedur invasif dan operatif lainnya, aborsi juga merupakan prosedur,
yang jika dilakukan dengan cara yang benar dengan mengikuti semua prinsip
bedah dan teknik aseptik, tidak menghasilkan efek berbahaya pada kesehatan.
Sementara aborsi ilegal memiliki efek berbahaya pada kesehatan wanita.

Aborsi merupakan issue yang kompleks, karena perawat berjuang dengan


konflik antara legal dan etik dalam tugasnya. Perawat diajarkan untuk mendukung
klien sebagai advokat dan berinteraksi dengan tidak menghakimi sikap dalam
segala situasi. Akan tetapi, perawat memiliki pandangan pribadi dan politik
mereka sendiri, yang mungkin sangat berbeda dengan klien mereka.

Dilema etis yang terjadi pada kasus abortus ini adalah pilihan yang
berpotensi melanggar prinsip-prinsip etika. Sebagai perawat komunitas, dalam
memberikan pelayanan keperawatan, seringkali didasarkan pada komitmen
perawat untuk advokasi. Tindakan yang diambil sebagai tanggapan atas tanggung
jawab etis untuk melakukan intervensi atas nama klien yang berada dalam
perawatan adalah advokasi pasien. Advokasi juga melibatkan
pertanggungjawaban atas respon perawat terhadap kebutuhan pasien. Aspek unik
dari keperawatan adalah bahwa perawat mengadvokasi untuk dua individu, yaitu
wanita dan janin.

Selain itu, menurut Vaknin, saat seorang wanita melakukan hubungan seks
sukarela, tidak menggunakan kontrasepsi dan hamil, maka maka dapat dikatakan
bahwa dia menandatangani kontrak dengan janinnya. Selain itu dalam peraturan
perundangan-undangan HAM bahwa janin memiliki hak untuk hidup dan ibu
tidak boleh memutuskan atas nama janin. Janin adalah bagian dari tubuh ibu dan
7

setiap manusia memegang hak untuk memutuskan untuk dirinya sendiri


sebagaimana dinyatakan oleh Buckhart dan Nathaniel ibu memiliki hak untuk
memutuskan atas nama janin tetapi harus untuk kepentingan terbaik janin.

Berdasarkan kasus pada jurnal tersebut, saya dapat memahami bahwa


untuk menjadi tenaga kesehatan diperlukan sikap hati-hati, profesional, dan
bertanggungjawab dalam melakukan tindakan medis terhadap setiap pasiennya.
Apabila ada sedikit saja kesalahan yang tidak sesuai dengan standar prosedur
maka tidak menutup kemungkinan bagi tenaga kesehatan untuk dilirik dan
dilaporkan kepada pihak berwajib, hal ini membuat saya semakin berfikir untuk
terus menanamkan sikap jujur, percaya diri, adil dan berperikemanusiaan terhadap
pasien yang akan saya obati nantinya karena setiap tindakan yang dilakukan
tenaga kesehatan berkaitan erat dengan nyawa seseorang.

Singkatnya, menghormati otonomi wanita hamil, embrio, dan pembenaran


untuk mengakhiri kehamilan adalah kewajiban para profesional perawatan
kesehatan. Tindakan aborsi sendiri, merupakan masalah yang berfokus pada
otonomi dan martabat wanita hamil. Aborsi melibatkan pembunuhan janin.
Meskipun mendiagnosis antenatal melalui teknologi terbaru dan konseling
prenatal adalah penting. Berkaitan dengan keperawatan komunitas, perawat
menjelaskan bahwa aborsi ilegal atau yang biasa disebut abortion provocatus
criminalis tidak diperbolehkan karena secara medis memiliki resiko jangka
pendek maupun jangka panjang yang sangat membahayakan sepeerti kematian.
Serta akan dikenai hukuman pidana bagi pelaku dan tim medis yang membantu
karena bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tindakan aborsi dilegalkan berdasarkan dua kriteria, yaitu aborsi
dengan indikasi keadaan darurat medis dan kehamilan karena pemerkosaan di
mana kehamilan akan menyebabkan trauma psikologis bagi wanita hamil
Dilihat berdasarkan etik bahwa aborsi dilakukan atas autonomy
(otonomi), yang dimana keputusan aborsi merupakan hak klien (orang yang
melakukan aborsi). Akan tetapi pasa kasus aborsi ilegal, hal tersebut melanggar
asas beneficience (manfaat/ berbuat baik) karena, aborsi ilegal dapat
membahayakan pelaku aborsi itu sendiri

B. Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama
bidang keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin
supaya nantinya mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan
sehingga akan berbuat atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik
keperawatan). Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional
secara mandiri atau secara bersama-sama dengan jalan menambah ilmu
pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema etik

8
DAFTAR PUSTAKA

Aderemi. 2016. Ethical Issues in Maternal and Child Health Nursing: Challenges
Faced By Maternal and Child Health Nurses and Strategies for
Decision Making. International Journal of Medicine and Biomedical
Research. 5(2):67-76.
Burkhardt MA, Nathaniel AK. 2001. Ethics and issues in contemporary nursing.
Delmar publishers : Albany, USA.
Dalami, E. (2010) . Etika Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Ekatama, Noviyanti., Novianto, Widodo Trisno., Purwadi, Hari. 2019. Problems
in Legalizing Abortion as a Legal Protection for Rape Victims. Journal
of Health Policy and Management. 4(2): 117-127.
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2019.04.02.07.
Juarez, Fatima., Cabigon, Josefina., Susheela Singh dan Rubina Hussain. 2010.
The Incidence of Induced Abortion in the Philippines: Current Level and
Recent Trends. International Family Planning Perspectives, 2010,
31(3):140–149
Vaknin. 2007. Aborted Contract and The Right to Live. Makedonia: Lidija
Rangelovska

Anda mungkin juga menyukai