UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) DAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
MATA KULIAH ETIKA PROFESI HUKUM KESEHATAN
DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
OLEH
DITA ERANI (NPM. 1926041037.P)
KELAS C GENAP
DOSEN PENGAMPUH KUSMITO GUNAWAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU 2020 UAS
ANALISA KASUS
Terdakwa kasus aborsi, bidan Dewi S. Bahren kian berat langkahnya di
pengadilan. Pasalnya, ahli yang memberikan kesaksian di Pengadilan Negeri Kupang, kian menegaskan kesalahan bidan Dewi. Disebutkan, seorang bidan dalam melakukan tugasnya hanya bisa menangani kehamilan dan persalinan normal. Lebih dari itu, seorang bidan tidak bisa melakukan tindakan medis lainnya selain dokter ahli. Hal ini ditegaskan saksi ahli dari Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Cabang Kota Kupang, Gilda Saina. Keterangan Gilda disampaikan di persidangan lanjutan kasus dugaan aborsi dengan terdakwa bidan Dewi Sulita Bahren alias Bidan Dewi yang digelar Selasa (21/6) pukul 11.00 bertempat di ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Klas 1A Kupang. "Untuk menentukan janin cacat atau tidak bukan menjadi kewenangan bidan,” kata Gilda seperti dilansir Timor Express (JPNN Group). Ia menambahkan, kalau seorang bidan dalam melakukan tugasnya dan menemukan hal di luar dari kewenangannya, maka harus segera dirujuk. Bidan tidak berhak melakukan aborsi. Diakuinya, dalam penanganan pasien, ditemukan ada yang tidak beres pada pasien termasuk ada hal-hal yang membahayakan janin serta pemilik janin maka harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan dan bukan oleh dokter umum. "Tugas dan tanggung jawab seorang bidan sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2009. Dan bidan adalah tenaga perawat dan bukan tenaga ahli,” ujar Gilda. Seorang bidan, katanya lagi, hanya layak mengeluarkan berita acara pemeriksaan jika ditemukan adanya hal-hal yang buruk pada kondisi pasien. Yang pasti, tegas dia, apapun kondisi pasien jika ditemukan ada masalah oleh bidan, maka harus dirujuk untuk ditangani oleh dokter ahli."Untuk penyuntikan oxytocin, baru bisa dilakukan setelah bayi lahir normal. Dan tujuan dari oxytocin untuk mengeluarkan plasenta. Oxytocin sendiri, tidak bisa disuntikkan kepasien yang umur kehamilannya baru tiga bulan," ungkap saksi.Sidang kemarin dipimpin hakim ketua, Eko Wiyono didampingi hakim anggota Andy Eddy Viyatadan David Sitorus.Turut hadir JPU Kejari Kupang, Kadek Widiantari. Sementara terdakwa Bidan Dewi Sulita Bahren hadir di persidangan didampingi penasihat hukumnya, Cornelis Sjahdan Abdul Wahab. Tak lupa, majelis hakim juga mengagendakan sidang lanjutan pada pekan depan dengan agenda pemeriksaan saksi ahli. 1. Bagaimanakah kronologis peristiwa hukum di atas? Jawab: Bidan Dewi melakukan praktek aborsi terhadap seorang pasien yang sedang hamil dengan usia kehamilan 3 bulan dengan cara menyuntikan oxytocin sehingga bidan dewi terjerat kasus hukum dimana pada persidangan perwakilan IBI Cabang kota kupang turut dihadirkan sebagai saksi, dimana dari hasil keterangan saksi jelas bahwa bidan dewi telah melanggar kode etik dan etika profesi kebidanan karena telah memberikan pelayanan kebidanan diluar kompetensi dan kewenangan bidan
2. Pada kasus di atas, Apakah fungsi dan kewenangan Persatuan IBI?
Jawab: Fungsi dan kewenangan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yaitu mengayomi profesi bidan dengan bentuk tetap memberikan perlindungan hukum kepada bidan yang melakukan kelalaian atau kerugian kepada pasien dan juga memberikan perlindungan hukum kepada pasien. Bidan yang melakukan kelalaian memberikan upaya hukum terhadap pasien sebagai bentuk tanggung jawab. IBI sebagai aktor yang memiliki peran untuk memberikan pembinaan, pengawasan dan sanksi kepada bidan dan kegiatan praktiknya.
3. Bagaimanakah perbedaan dan persamaan pada penyelesaian proses etika
kasus pelanggaran hukum seorang bidan? Jawab: 1.persamaan Langkah-langkah penyelesaian masalah etika dan kasus pelanggaran hukum seorang bidan: a. sama-sama Melakukan penyelidikan yang memadai b. Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli c.Memperluas pandangan tentang situasi 2.perbedaan Langkah-langkah penyelesaian masalah etika dan kasus pelanggaran hukum seorang bidan: a. pemberian sanksi kasus etika hanya berupa teguran, dikucilkan atau padangan negatif masyarakat sesuai dengan kasus yang dilanggar. b. pemberian sanksi kasus hukum diputuskan oleh keputusan pengadilan bisa berupa denda maupun ancaman kurungan penjara sesuai dengan tingkat kesalahan dan pelanggaran 4. Menurut sdr, Apakah kasus di atas termasuk kedalam peristiwa hukum atau pelanggaran kode etik? Jawab: Menurut saya kasus tersebut termasuk pelanggaran hukum dan kode etik
5. Apakah Kode Etik Kebidanan dan Persatuan IBI telah melindungi
kepentingan tugas-tugas bidan? Jawab: Ya karena Salah satu keputusan Kongres Nasional IBI XII di bali tanggal 24 september 1998 adalah kesepakatan perlunya dibentuk dua badan di kepengurusan organisasi IBI dalam upaya lebih melindungi bidan dalam menjalankan praktik, baik sebagai pemberi layanan maupun sebagai anggota organisasi profesi. UTS
1. Apakah definisi Etika?
Jawab: Etika pada dasarnya merupakan sesuatu yang berada dalam diri manusia atau sekelompok yang diyakini benar. Bersumber dari pengetahuan, pengalaman, dan kebiasaan itulah etika berasal. Etika dalam kehidupan sehari-harinya merupakan landasan atau alasan untuk bertindak sesuatu. Etika merupakan sebuah "peraturan" yang mengikat namun tidak sekuat hukum karena tidak memiliki sanksi tegas dan beberapa bersifat tertulis. Etika dibuat oleh sekelompok orang tertentu dimana kepatuhan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, maka masyarakat dituntut harus sadar patuh etika.
2. Apakah hubungan Etika dengan profesi kebidanan?
Jawab: Dalam memberikan pelayanan kebidanan, hal penting yang harus dimiliki bidan adalah etika, karena Etika menetapkan norma perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak, Etika selalu berlaku, baik kita sedang sendiri atau bersama orang, Etika bersifat absolut, tidak dapat ditawar menawar, misalnya jangan membantu percobaan aborsi, jangan memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan kompetensi. sehingga dapat kita simpulkan bahwa etika merupakan hal yang sangat penting dan tak terpisahkan dalam profesi kebidanan karena melalui etika dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam pelayanan kebidanan.
3. Apakah definisi hukum?
Jawab: Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.
4. Apakah hubungan hukum, etika dan profesi kebidanan?
Jawab : Etika sebagai refleksi bidan tentang apa yang dilakukannya dan dikerjakannya mempunyai suatu tradisi yang panjang, dimana jika kita membicarakan masalah etika maka kita tidak bisa terlepas dari masalah moral dan hukum karena ketiganya berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain.hukum, Etika dan profesi kebidanan memiliki tujuan yang sama, yaitu mengatur tata tertib seperti SOP pelayanan Kebidanan dalam masyarakat. Pelanggaran etik tidak selalu merupakan pelanggaran hukum, tetapi sebaliknya, pelanggaran hukum hampir selalu merupakan pelanggaran etik. Karena hukum ditujukan bagi masyarakat, maka hukum harus dibuat dengan dasar etika. Keduanya saling membutuhkan dan keberadaannya tidak bisa digantikan. Dengan menjaga etika dalam menjalankan profesi kebidanan dapat melindungi bidan dari hal- hal yang tidak diinginkan termasuk kasus-kasus hukum.
5. Bagaimanakah hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia?
Jawab: Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai urutan dari yang tertinggi adalah: 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD 1945) 2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat ( Tap MPR) 3. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- undang ( Perppu) 4. Peraturan Pemerintah ( PP) 5. Peraturan Presiden ( Perpres) 6. Peraturan Daerah ( Perda) Provinsi 7. Peraturan Kabupaten atau Kota