Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Bioetik KB (Keluarga Berencana) dalam Pandangan Islam


Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Agama Islam II

Disusun Oleh :
KELOMPOK 5 IKM C 2014
Hanifah Zahiroh

101411131166

Dwi Ratna Paramitha

101411131169

Afifa Nur Chabibah

101411131175

Rina Dwi Novita

101411131178

Anisa Fitri Nur Heriantoro

101411133009

Aulia Devi Isnaini

101411133012

Edwin Wiraadinata Suprapto

101411133015

Faiza Dina Sari

101411133018

Anisa Mumpuni Setyarini

101411133026

Yovian Treesyanova

101411133028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salahsatu rezeki yang harus disyukuri dan
dipelihara, baik kesehatan jasmani dan rohani. Islam merupakan agama
yang sempurna karena dalam islam tidak hanya diatur urusan vertikal
kehidupan yaitu manusia dengan tuhannya, namun juga horizontal yaitu
manusia dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam islam, kesehatan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dipelihara. Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Kesehatan merupakan salah satu
hak bagi tubuh manusia, oleh karena itu manusia wajib menjaga dan
memeliharanya. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan telah dilakukan
berbagai upaya perkembangan teknologi, social, dan biologi yang dapat
menjadi tantangan bagi kewajiban moral para tenaga kesehatan dan
masyarakat karena harus tetap memenuhi syarat etis, hukum, dan hakikat
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Salahsatu kesehatan yang harus diperhatikan adalah kesehatan
reproduksi. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi diterapkan untuk segala usia termasuk usia produktif
yaitu 15 60 tahun. Program KB (Keluarga Berencana) merupakan
salahsatu upaya kesehatan reproduksi yang ditujukan untuk usia produktif.
KB atau kontrasepsi adalah usaha usaha yang dilakukan untuk mencegah
dan mengatur kehamilan baik bersifat secara permanen maupun sementara.
KB atau kontrasepsi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
dan sosial agar terpeliharanya kesehatan ibu dan anak, memudahkan ibu
untuk mengatur jarak kelahiran anak, dan dapat mempersiapkan generasi
yang lebih sehat dan lebih berkualitas baik dari segi pendidikan, ekonomi
dan kemaslahatan umat karena Allah lebih menyukai manusia yang kuat
daripada manusia yang lemah seperti hadist yaitu :

Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang
mukmin yang lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai program Keluarga
Berencana dalam hukum Islam
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah fungsi KB untuk kesehatan?
2. Bagaimanakah pandangan islam terhadap KB?
3. Apakah dasar hukum dalam pelaksanaan KB?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pangangan islam terhadap KB untuk memelihara
kesehatan tubuh
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui fungsi program KB bagi kesehatan
2. Mengetahui pandangan islam terhadap program KB
3. Mengetahui dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
program KB
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
1. Meperdalam ilmu mengenai fungsi program KB bagi keshetan
2.

Menambah

pengetahuan

mengenai

program

KB

menurut

pandangan islam
3. Menambah ilmu mengenai dasar hukum program KB
1.4.2 Bagi Pembaca
1. Menambah informasi mengenai fungsi program KB untuk
kesehatan
2.

Menambah

pengetahuan

mengenai

program

KB

pandangan islam
3. Menambah informasi mengenai dasar hukum program KB

menurut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bioetik
Menurut

F.

Abel,

Bioetika

adalah

studi

yang

mempelajari tentang masalah-masalah yang ditimbulkan oleh


perkembangan

biologi

dan

kedokteran,

tidak

hanya

memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa


sekarang, tetapi juga memperhitungkan timbulnya masalah
pada masa yang akan datang baik skala mikro maupun
makro. Bioetika berasal dari kata bios yang berarti kehidupan
dan ethos yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral.
Bioetika mencakup isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum
bahkan politik. Bioetika selain membicarakan bidang medis,
seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula
masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam
lingkup

kesehatan

masyarakat,

hak

pasien,

moralitas

penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan


sebagainya. Bioetika member perhatian yang besar pula
terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan hewan
percobaan.
Prinsip bioetik saat ini:
1. Respect for person (autonomy)
Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia
yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib
sendiri). Itu juga berarti prinsip ini beranggapan bahwa
setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang
perlu mendapat perlindungan
2. Berbuat Baik (beneficence)
Prinsip ini berfokus pada mengusahakan agar individu
terjaga kesehatannya. Berbuat baik di sini terbagi

menjadi dua, General beneficence yaitu melindungi dan


mempertahankan

hak

orang

lain

serta

mencegah

kerugian orang lain; dan Specific beneficence yaitu


menolong orang cacat, menyelamatkan orang dari
bahaya,

mengutamakan

penderita

lebih

dari

kepentingan individu/rumah sakit.


3. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
Prinsip ini menyatakan bahwa tiap individu harus
memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan
paling besar manfaatnya (do no harm first) Contohnya
diantara lain minimalisasi efek samping buruk dan
mencegah bahaya akibat tindakan.
4. Keadilan (justice)
Perbedaan

kedudukan

sosial,

tingkat

ekonomi,

pandangan politik, agama, dan faham kepercayan,


kebangsaan dan kewarga negaraan, status perkawinan,
dan perbedaan gender tidak mengubah sikap terhadap
penderita.

2.2. Pengertian KB (Keluarga Berencana)


Menurut H.S.M. Nasruddin Latief, KB adalah suatu ikhtiar atau
usaha manusiawi yang disengaja untuk mengatur jarak kehamilan di dalam
keluarga secara tidak melawan hukum agama, Undang-Undang Negara dan
moral Pancasila, kesejahteraan bangsa dan negara pada umumnya.
Sedangkan menurut K.H Bisri Musthofa, KB merupakan merencanakan/
mengatur jumlah dalam keluarga yang disukai atau Karena terlalu sering
isterinya melahirkan, sehingga perlu mengadakan pembatasan (penjarangan
kelahiran).

Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah


yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah
penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar
keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi
pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional
Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat
dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang bermakna.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra yang berarti mencegah atau
melawan, dan kata Konsepsi yaitu pertemuanan atara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Sehingga kontrasepsi
adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma tersebut. Adapun
beberapa jenis alat kontrasepsi, antara lain:
1. Pil
Alat kontrasepsi bentuk ini tidak mengganggu hubungan
seksual dan mudah dihentikan setiap saat. Terhadap
kesehatan resikonya sangat kecil.
2. Suntikan
Suntikan biasanya diberikan1 Bulan dan 3 Bulan sangat
efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.Alat kontrasepsi suntikan juga
mempunyai

keuntungan

seperti

klien

tidak

perlu

menyimpan obat suntik dan jangka pemakaiannya bias


dalam jangka panjang.
3. Implan (susuk)
Digunakan di lengan atas bawah kulit dan sering digunakan
pada tangan kiri. Keuntungannya daya guna tinggi, tidak
mengganggu produksi ASI dan pengembalian tingkat
kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Efek sampingnya sangat kecil dan mempuyai keuntungan


efektivitas dengan proteksi jangka panjang 5 tahun dan
kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat
5. Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil)
atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada
penis saat berhubungan seksual. Manfaatnya kondom sangat
efektif bila digunakan dengan benar dan murah atau dapat
dibeli secara umum.
6. Tubektomi
Merupakan suatu prosedur bedah mini untuk memotong,
mengikat atau memasang cincin pada saluran tuba fallopi
untuk

menghentikan

fertilisasi

(kesuburan)

seorang

perempuan. Manfaatnya sangat efektif, baik bagi klien


apabila kehamilan akan terjadi resiko kesehatan yang serius
dan tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bioetika dalam Islam
Bioetika Islam adalah pedoman Islam pada masalah etika atau
moral yang berkaitan dengan kesehatan dan bidang ilmiah biologis,
khususnya, yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Sedangkan dasar
bioetika Islam merupakan semua keputusan dan tindakan harus sesuai dengan
hukum Islam (syariah) dan etika Islam. Dengan mengevaluasi isu-isu bioetika
dari dan sudut pandang etika dan hukum, ahli hukum dapat mengeluarkan
keputusan atau fatwa tentang kebolehan dari subjek yang berkaitan. Semua
prosedur medis dan perawatan, serta hubungan antara pasien dan profesional
medis harus dilegitimasi oleh sumber-sumber hukum Islam, yaitu Al Qur'an
dan Hadits. Hal-hal lain dilakukan secara ijtihad termasuk qiyas (analogi),
ijma (konsensus ulama), mashlahah (kesejahteraan masyarakat) dan 'urf (adat)
selama tidak mengandung unsur bidah.
Berikut Kaidah Dasar Bioetika dalam Islam:
1. Kaidah Niatan
Prinsip ini meminta petugas kesehatan untuk berkonsultasi dengan hati
nuraninya. Terdapat banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan
medis yang tidak diketahui oleh orang awam. Seorang petugas kesehatan
dapat saja melakukan suatu prosedur dengan alasan yang mungkin masuk
akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya memiliki niatan yang
berbeda namun tersembunyi. Contoh praktisnya; penggunaan morfin
sebagai penghilang rasa sakit pada perawatan kondisi terminal namun
niat yang sesungguhnya adalah agar terjadi depresi pernafasan yang akan
menyebabkan kematian.
2. Kaidah Kepastian (Qoidah al yaqiin)
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar
yaqiin yang diminta oleh hukum. diharapkan petugas ksehatan dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat

probabilitas terbaik dari yang ada. Termasuk pula dalam hal diagnosis,
perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.
3. Kaidah Kerugian (Qoidah al dharar)
a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,
kehilangan hari-hari sehat) pada pasien.
b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang
sebanding (al dharar la yuzaal bi al dharar mitslihi)
c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi dimana
intervensi medis yang diusulkan memiliki efek samping, kita
mengikuti prinsip bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas
yang lebih tinggi ketimbang keuntungan dengan nilai yang sama,
darian mafasid awla min jalbi al mashaalih. Jika keuntungan
memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian,
maka mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi.
d. Keseimbangan antara yang dilarang vs diperbolehkan. Petugas
kesehatan kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang
memiliki efek yang dilarang namun juga memiliki efek yang
diperbolehkan.
e. Pilihan antara 2 keburukan. Jika dihadapkan dengan 2 situasi dimana
keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain
memilih salah satu dari keduanya, yang kurang merugikan
dilakukan.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
a. Dalam kondisi yang menyebabkan gangguan serius pada kesehatan
fisik dan mental, jika tidak segera disembuhkan, maka kondisi
tersebut memberikan keringanan dalam mematuhi dan melaksanakan
peraturan dan kewajiban syariah.
b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syariah tersebut
tidak melewati batas-batas yang diperlukan (secukupnya saja).
c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan,
tidak menghilangkan secara permanen hak-hak masyarakat yang

harus direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan semula


seiring dengan waktu;
d. jika hambatan telah dilewati, tindakan medis/intervensi kesehatan
yang dilarang kembali menjadi terlarang.
5. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)
Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum untuk praktekpraktek intervensi kesehatan yang disesuaikan dengan budaya dan adat
istiadat lokal (local wisdom) harus diperkuat oleh syarah. Bila sudah ada
standar syariah maka harus diikuti sesuai standar syariah tsb. Bila tidak
ada batasan syariah yang di nash (dalil) maka boleh mempraktekkan
local wisdom sejauh tidak melanggar syara
3.2 Pandangan KB dalam Islam
Agama Islam memang mengatur segala tata kehidupan manusia
dengan sempurna, sehingga manusia memiliki pandangan dan petunjuk
yang jelas yang dapat digunakan dalam menjalani kehidupan di dunia.
Semua aspek dunia diatur dalam Al-quran dan hadis, termasuk dalam hal
Keluarga Berencana (KB).
KB

merupakan

salah

satu

program

pemerintah

untuk

mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dengan melakukan perencanaan


jumlah keluarga yang bisa dilakukan dengan alat-alat kontrasepsi seperti
kondom dan spiral. Secara fiqhiyah, pada dasarnya KB diqiyaskan dengan
apa yang dinamakan azl yaitu mengeluarkan air mani di luar vagina.
Keduanya sama-sama untuk mencegah kehamilan, dan sama sekali tidak
memutuskan kehamilan. Namun, bedanya azl tanpa alat sedangkan KB
dengan alat bantu. Pada zaman Rasulullah, banyak sahabat yang
menggunakan metode kontrasepsi azl. Pada beberapa hadis, terdapat
perbedaan pendapat diperbolehkannya atau tidaknya azl. Berikut hadis
yang menjelaskan perbedaan pendapat diperbolehkannya azl atau tidaknya.
a. Hadis Riwayat Muslim tentang diperbolehkannya azl

Artinya:
Dari Jabir ia berkata, kita melakukan azl pada masa Rasulullah
saw kemudian hal itu sampai kepada Nabi saw tetapi beliau
tidak melarang kami (H.R. Muslim)

b. Hadis Riwayat Muslim tentang tidak diperbolehkannya azl

Artinya:
Dari Judamah bin Wahab saudara perempuan Ukkasyah ia
berkata, saya hadir pada saat Rasulullah saw bersama orangorang, beliau berkata, sungguh aku ingin melarang ghilah
(menggauli

istri

pada

masa

menyusui)kemudian

aku

memperhatikan orang-orang romawi dan parsi ternyata mereka


melakukan ghilah tetapi sama sekali tidak membahayakan anakanak mereka. Kemudian mereka bertanya tentang azl, lantas
Rasulullah

saw

berkata,

itu

adalah

pembunuhan

yang

terselubung. (HR. Muslim)


Dalam

menanggapi

perbedaan

tersebut,

Imam

Nahrawi

menyatakan bahwa azl termasuk makruh (diperbolehkan walau tidak


disarankan) meskipun pihak istri menyetujuinya, dengan alasan azl dapat
menghindari kehamilan. Hal ini didukung dengan hadis berikut.

Artinya:
Kemudian hadits-hadits ini yang saling bertetangan harus dikompromikan
dengan pemahaman bahwa hadits yang melarang azl itu menunjukkan

makruh tanzih. Sedang hadits yang memperbolehkan azl itu menunjukkan


bahwa azl tidaklah haram. Dan pemahaman ini tidak serta-merta menafikan
kemakruhan azl. (Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih
Muslim bin al-Hajjaj, Bairut-Dar Ihya` at-Turats, cet ke-2, 1329 H, juz, 10,
h. 9).
Masalah ber-KB memang masih menjadi masalah yang polemik
untuk dibahas terutama bila dikaitkan dengan ajaran agama Islam. Banyak
pihak yang masih menyangsikan apakah KB diperbolehkan dalam ajaran
agama Islam. Dalam menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia
(MUI) melakukan kajian untuk menentukan diperbolehkan atau tidaknya
ber-KB dalam Islam. Setelah melakukan kajian terhadap KB, MUI
mengeluarkan fatwa pada tahun 1979 yang dikukuhkan kembali pada Ijtima
Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia ke IV pada tahun 2012, bahwa untuk
memutuskan diperbolehkannya melakukan KB atau tidak tergantung
bagaimana KB yang digunakan dan alasan melakukan KB tersebut. Apabila
KB yang digunakan untuk merencanakan keturunan (tanzhim an-nasl)
dimana tidak adanya kemandulan secara permanen, sehingga kemungkinan
untuk memperoleh keturunan ada, maka hukumnya diperbolehkan (mubah).
Namun, apabila KB yang digunakan dapat memutuskan keturunan (tahdid
an-nasl) dimana akan menyebabkan kemandulan secara permanen, sehingga
kemungkinan untuk memperoleh keturunan tidak ada, maka hukumnya
tidak diperbolehkan (haram). Beberapa jenis KB yang tergolong haram
menurut MUI yaitu vasektomi dan tubektomi, dimana dalam melakukan
vasektomi dan tubektomi dilakukan operasi pemotongan, pengikatan, dan
penyumbatan kedua tuba fallopi untuk tubektomi, dan kedua saluran sperma
untuk vasektomi sehingga sel sperma dan sel telur tidak akan bertemu dan
tidak akan terjadi pembuahan. Namun, dengan ditemukannya teknologi
yang memungkinkan tersambungnya kembali saluran yang dipotong atau
rekanalisasi dapat menjadikan hukum vasektomi maupun tubektomi yang
haram dapat berubah menjadi mubah. Untuk menentukan keharaman
vasektomi dan tubektomi dilakukan kajian dimana para ulama tetap
mengharamkan vasektomi dan tubektomi karena kesuburan setelah

rekanalisasi tidak terjamin kembali sempurna. Sehingga, disepakati bahwa


vasektomi dan tubektomi diperbolehkan dengan alasan-alasan tertentu yang
kondisinya darurat dan terpaksa, seperti:
a. Digunakan untuk tujuan yang tidak menyalahi syariat Islam.
b. Tidak menimbulkan kemadulan yang permanen.
c. Adanya jaminan berfungsinya kembali organ dengan proses
rekanalisasi.
d. Tidak berbahaya bagi yang melakukannya.
e. Tidak dimasukkan dalam program dan metode kontrasepsi
mantap.
Dalam Al-quran dan hadis tidak dijelaskan secara eksplisit
mengenai diperbolehkannya ber-KB atau tidak, namun dalam beberapa ayat
Al-quran maupun hadis terdapat petunjuk tidak langsung yang dapat
dikaitkan dengan masalah KB. Ayat-ayat Al-quran maupun hadis tersebut
banyak merujuk pada bagaimana pandangan Islam terhadap anak. Berikut
beberapa ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan tentang pandangan Islam
terhadap anak.
a. Q.S An-Nisa ayat 9

Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Dalam ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua
tidak boleh meninggalkan keturunannya (anak) dalam keadaan lemah
(tidak berdaya) yang dapat menjadi beban bagi orang lain.
b. Q.S Al-Anam ayat 151

Artinya:
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya).
Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa tidak boleh membunuh
anak (tidak memiliki keturunan) karena kemiskinan, sebab setiap anak
telah diatur rezekinya masing-masing kecuali dengan alasan yang
dibenarkan.
c. Q.S Al-Baqarah ayat 233

Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
makruf.

Seseorang

tidak

dibebani

melainkan

menurut

kadar

kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena


anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Dalam ayat tersebut, ditekankan bahwa ibu dan ayah wajib
memenuhi hak anaknya baik itu hal-hal non-materiil seperti untuk
mendapatkan ASI maupun hal-hal materiil.
Dari beberapa penjabaran ayat-ayat Al-quran diatas maka dapat
disimpulkan bahwa orang tua wajib merawat dan membesarkan anaknya
dengan penuh tanggung-jawab. Orang tua tidak boleh melalaikan tugasnya,
sehingga anak-anaknya menjadi terlantar. Namun, dewasa ini banyak orang
tua yang takut menelantarkan anaknya karena ketidakmampuan dalam hal

material, sehingga KB menjadi salah satu jalan agar orang tua tidak
melalaikan anaknya kelak. Rasulullah S.A.W bersabda Nikahlah kalian
dengan perempuan yang memberikan banyak anak dan banyak kasih
sayangnya. Karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah umatku
(kepada para Nabi lainnya) di hari kiamat (HR. Ahmad yang dishahihkan
oleh Ibnu Hibban). Hadis tersebut mendorong umat Islam agar memiliki
keturunan yang shalih/shalihah yang tentunya diperoleh dengan menikah
dan mengasuh anak dengan baik.
Dalam permasalahan KB, hendaknya umat Islam mengikuti apa
yang tertulis dalam Al-quran dan apa yang diriwayatkan para Nabi.
Mengatur dan merencanakan keturunan hendaknya dengan cara yang
diperbolehkan sesuai syariat Islam kecuali dalam kondisi darurat maka
diperbolehkan memilih jenis KB yang diharamkan dengan alasan-alasan
yang logis dan memang tidak ada jalan lain selain menggunakan jenis KB
tersebut.
3.2.

Studi Kasus
Banyak anak banyak rezeki. Itu lah yang sering dikatakan
sebagian besar orang tua yang memiliki banyak anak. Dengan kata lain,
sebagai seorang manusia tidak seharusnya menolak rezeki yang telah
diberikan Allah SWT kepada kita. Selain hal itu, kalimat banyak anak
banyak rezeki juga merupakan suatu budaya yang telah dilakukan oleh para
sesepuh di beberapa wilayah. Sehingga kalimat tersebut sudah sangat
melekat dengan setiap orang dan mengabaikan pelaksanaan program KB.
Namun, teori tersebut berbanding terbalik dengan teori dari
tenaga kesehatan. Seperti yang disemboyankan oleh BKkbN yakni 2 anak
cukup, sudah sangat jelas bahwa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
adalah untuk membatasi jumlah anak dengan mempertimbangkan kesehatan
ibu dan anak tersebut. Kedua hal tersebut lah yang sampai sekarang masih
sering diperdebatkan oleh manusia, terutama para orang tua.
Terlebih lagi apabila ditambahkan dengan hukum islam, dimana
ada sebagian pendapat yang mengharamkan untuk melakukan program KB,

terutama untuk Tubektomi dan Vasektomi yang selain menghindari


kehamilan juga melanggar ketetapan Allah SWT dengan merubah bentuk
ciptaannya. Namun, pernyataan kontra tersebut dapat diatasi dengan cara
penggunaan alat kontrasepsi selain dengan cara Tubektomi ataupun
Vasektomi.
Dengan adanya berbagai alasan tersebut, membuat sebagian
besar orang tua menolak untuk melakukan program KB. Berbagai opini
tersebut lebih dikuatkan lagi dengan adanya berbagai macam bentuk
kegagalan, kesalahan dalam prosedur pemasangan alat kontrasepsi dan efek
samping yang ditimbulkan, seperti gangguan penglihatan, gangguan
metabolisme lemak (kegemukan), ganguan metabolisme karbohidrat,
gangguan pada sistem pembekuan darah serta gangguan metabolisme
protein.
Penggunaan jenis alat kontrasepsi KB harus sesuai dengan
anjuran dokter dan tenaga medis terkait lainnya, dimana sebelumnya
dilakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa jenis alat kontrasepsi yang dihasilkan aman dan sesuai dengan
kondisi dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasien.
Berikut

ini

merupakan

contoh

kasus

penggunaan

alat

kontrasepsi yang belum sesuai standar sehingga mengakibatkan efek yang


fatal dan mengancam keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya.
Gundah, itulah yang dirasakan Rini Astuti (30), warga
Sanggrahan Elor, Bendungan, Wates, Kulonprogo Yogyakarta. Sebab, alat
kontrasepsi jenis

IUD

(Intra Uterine Device) masuk di dalam

kandungannya yang kini sudah berjalan tujuh bulan.


Atas kegelisahan itu, ibu dua anak ini mengadu ke Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta. Harapannya, dokter yang telah
memasang alat tersebut bertanggunjawab terhadap apapun yang terjadi
jika ada sesuatu pada jabang bayi yang dikandungnya.
Saya sudah tidak tahu ke mana lagi meminta bantuan, ini saya
berharap LBH membantu saya bila terjadi apa-apa pada saya dan bayi
yang saya kandung ini nantinya, jelasnya yang mengaku pasrah saat

mengadu bersama suaminya, Supardi (34) dan anaknya ke-duanya, Senin


(10/10/2011).
Rini menceritakan, pada 25 April lalu di perkampungnya ada
pertemuan kader PKK yang mensosialisaikan KB Gratis dari salah satu
pasangan calon bupati. Selanjutnya, ia mendaftar dan mendapat blanko
dari Bu Yani, petugas KB (PLKB) Kecamatan Wates. Saat itu, saya sedang
menyusui anak kami yang kedua. Jadi, saya ikut progam tersebut,
jelasnya.
Satu hari berikutnya, 26 April, ia dan para pendaftar lainnya
mendatangi Puskesmas Wates untuk pemasangan alat Kontrasepsi. Namun,
setelah sampai di Puskesmas, pemasangan alat kontrasepsi dilakukan di
rumah wakil Ketua DPRD Kulonprogo, Sudarto dari PDIP.
Saya dan ibu-ibu lainnya dinaikan mobil menuju rumah Pak
Darto untuk memasang alat kontrasepsi. Sebelum dipasang, saya sudah
dites kehamilan sebanyak dua kali, hasilnya negatif. Selanjutnya, dipasang
alat kontrasepsi itu, jelasnya.
Rini menambahkan, pemasangan alat kontrasepsi berbentuk T
itu dilakukan oleh dr Bimo yang katanya dari RSUP Sardjito. Sebelum
pemasangan, dr Hasto Wardoyo yang saat ini menjabat Bupati Kulonprogo
memperkenalkan diri akan maju dalam mencalonan sebagai bupati
Kulonprogo.
Satu hari setelah pemasangan alat tersebut, lanjut Rini, dia
merasakan kesakitan pada perutnya dan sesak nafas hingga lebih dari satu
minggu. Ada keluhan itu kemudian ditanyakan bidan di Wates. Oleh bidan,
hanya diberi vitamin-vitamin. Merasa ada yang janggal, satu bulan
berikutnya, tepatnya tanggal 28 Mei, Rini membeli alat tes kehamilan di
apotik. Setelah saya tes, hasilnya positif hamil, jelasnya.
Dengan hasil tes yang dilakukannya itu, dua hari berikutnya,
tanggal 30 Mei, Rini memeriksakan ke Puskesmas Wates, namun oleh
petugas Puskesmas dirujuk ke RSUD Wates.
Saat itu saya tidak jadi memeriksakan ke RSUD Wates, tapi
memeriksaan ke dr Sugeng. Dari pemeriksaan dr Sugen, saya sudah hamil

7 minggu. Artinya, saat pemasangan IUD saya sudah berjalan sekira 4


minggu. Dengan hasil ini saya meminta agar dr Sugeng mencabut IUD.
Namun, dr Sugen tidak berani karena sudah berada dalam kandungan,
jelasnya.
Satu hari setelah pemeriksaan itu, tepat tertangal 31 Mei, Rini
memutuskan pergi ke Kecamatan Wates untuk menemui Bu Yani petugas
PLKB guna menanyakan masalah yang dialaminya. Namun, justru Rini
yang disalahkan karena sudah dalam keadaan hamil tapi memasang alat
kontrasepsi tersebut. Bu Yani menyalahkan saya, trus saya disuruh
menanggung sendiri, sesalnya.
Mendapatkan ketidakjelasan itu, Rini mencoba untuk menemui
dr Hasto Wardoyo di tempat klinik rumah sakit bersalinnya di wilayah
Sleman. Tanggal 1, 2, dan 3 saya datangi dr Hasto, tapi tidak ketemu.
Baru, tangal 4 Juni, saya bertemu beliau (dr Hasto Wardoyo), jelasnya.
Dalam pertemuan itu, Rini meminta pertolongan dr Hasto untuk
melepas IUD yang berada di dalam kandungannya. Lagi-lagi, dr Hasto ini
mengaku tidak bertanggungjawab, karena bukan dirinya yang memasang
alat tersebut.
Itu bukan tangungjawab saya. Yang memasang kan dr Bimo,
dia (dr Bima) dinasnya di RSUP Dr Sarjito Yogyakarta. Saya akan
membantu, kalau melahirkan bisa di tempat saya. Soal biaya-pun akan
dibahas nanti, jelas Rini menirukan ucapan dr Hasto.
Saat pulang dari dr Hasto, lanjut Rini, ia diberi uang Rp700
ribu sebagai ongkos pulang. Usai dari dr Hasto itu, semangat Rini untuk
mengeluarkan alat kontrasepsi IUD dari kandungan sudah padam. Setelah
itu, pemeriksaan kandungan pun hampir tidak pernah dilakukan hingga
saat ini, karena terbentur biaya.
Terakhir saya memerikasan 12 Agustus di RS Islam di
Purworejo, itu-pun ada teman saya yang memberi uang untuk pemeriksaan
kandungan karena kasihan melihat saya, akunya yang berharap anak
ketiga yang masih berada dikandungan dalam keadaan sehat dan
sempurna.

Rini juga mengakui, hingga saat ini sering mengalami


pendaraan yang keluar dari jalan lahir bayi. Bayi yang saat ini masih
berada didalam kandungannya juga dirasakan sering bergerak-gerak.
Pengaduan itu diterima oleh Samsudin Nurseha dan Johan
Ramadhan,

dari

LBH

Yogyakarta.

Keduanya

mengaku

akan

menindaklanjuti dengan meminta penjelasan terhadap beberapa pihak yang


dianggap terlibat dalam pemasangan alat kontrasepsi ini.
Sumber: Alat Kontrasepsi IUD Tertinggal dalam Kandungan,
oleh Rina Astuti.
(http://news.okezone.com/read/2011/10/10/340/513453/alat-kontrasepsiiud-tertinggal-dalam-kandungan)
Berdasarkan berita diatas diketahui bahwa pemasangan IUD
dilakukan saat usia kandungan berjalan 3 minggu. Hal tersebut terjadi
karena berbagai faktor, salah satu diantaranya adalah faktor kelalaian dalam
tahap konseling pra pemasangan dan konseling klien.
Pada setiap pemilihan jenis alat kontrasepsi, khususnya alat
kontrasepsi dalam rahim pada umumnya dilakukan beberapa tahapan
pemeriksaan dan penilaian, diantaranya konseling awal, konseling metode
khusus, konseling pra pemasangan dan seleksi klien, pemeriksaan panggul,
dan tindakan pemasangan AKDR (Mardiah, 2015). Dari keterangan tersebut
dapat diketahui bahwa seharusnya kejadian kehamilan dapat diketahui,
namun karena prosedur yang dijalankan kurang sesuai justru mengakibatkan
timbulnya permasalahan lebih lanjut yang sangat membahayakan ibu dan
janin.
Islam mengajarkan bahwa kita harus bersikap teliti dan hati
hati dalam melakukan segala sesuatu, seperti yang ada dalam hadits berikut:

Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah.
(H.R. Tirmidzi).
Sebagai seorang petugas medis maupun maupun petugas
kesehatan kita harus menjaga ketelitian dan kecermatan dalam menjalankan
tugas, terlebih menyangkut pemilihan jenis dan penilaian awal terhadap

pasien karena kesalahan yang terjadi dapat berdampak pada nyawa pasien
tersebut dan janinnya. Proses konseling yang dilakukan harus benar - benar
sesuai dan dapat menggambarkan kondisi pasien, sehingga tidak terjadi
kesalahan terutama dalam pelaksanaan kegiatan medis.

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bioetika

adalah

masalah-masalah

studi

yang

yang

ditimbulkan

mempelajari
oleh

tentang

perkembangan

biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalahmasalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan
datang baik skala mikro maupun makro. Bioetik dalam
kesehatan masyarakat salah satunya adalah topik mengenai
Keluarga Berencana (KB).
KB itu sendiri adalah merupakan suatu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
KB menurut pandangan islam, pada zaman nabi terjadi perbedaan
pendapat. Imam Nahrawi menyatakan bahwa azl (KB) termasuk makruh
(diperbolehkan walau tidak disarankan) meskipun pihak istri menyetujuinya.
Menurut MUI diperbolehkannya melakukan KB atau tidak tergantung
bagaimana KB yang digunakan dan alasan melakukan KB tersebut. Apabila
KB yang digunakan untuk merencanakan keturunan (tanzhim an-nasl)
dimana tidak adanya kemandulan secara permanen, sehingga kemungkinan
untuk memperoleh keturunan ada, maka hukumnya diperbolehkan (mubah).
Namun, apabila KB yang digunakan dapat memutuskan keturunan (tahdid
an-nasl) dimana akan menyebabkan kemandulan secara permanen, sehingga
kemungkinan untuk memperoleh keturunan tidak ada, maka hukumnya tidak
diperbolehkan (haram).
Beberapa jenis KB yang tergolong haram menurut MUI yaitu
vasektomi dan tubektomi, dimana dalam melakukan vasektomi dan tubektomi
dilakukan operasi pemotongan, pengikatan, dan penyumbatan kedua tuba
fallopi untuk tubektomi, dan kedua saluran sperma untuk vasektomi sehingga

sel sperma dan sel telur tidak akan bertemu dan tidak akan terjadi pembuahan.
Namun,

dengan

ditemukannya

teknologi

yang

memungkinkan

tersambungnya kembali saluran yang dipotong atau rekanalisasi dapat


menjadikan hukum vasektomi maupun tubektomi yang haram dapat berubah
menjadi mubah.
4.2 Saran
Dalam memandang hukum KB dalam Islam tergantung niat
dalam diri sendiri sebagai umat beragama. Orang tua wajib merawat dan
membesarkan anaknya dengan penuh tanggung-jawab. Orang tua tidak
boleh melalaikan tugasnya, sehingga anak-anaknya menjadi terlantar.
Namun, dewasa ini banyak orang tua yang takut menelantarkan anaknya
karena ketidak mampuan dalam hal material, sehingga KB menjadi salah
satu jalan agar orang tua tidak melalaikan anaknya kelak
Selain itu hendaknya umat Islam mengikuti apa yang tertulis
dalam Al-quran dan apa yang diriwayatkan para Nabi. Mengatur dan
merencanakan keturunan hendaknya dengan cara yang diperbolehkan
sesuai syariat Islam kecuali dalam kondisi darurat maka diperbolehkan
memilih jenis KB yang diharamkan dengan alasan-alasan yang logis dan
memang tidak ada jalan lain selain menggunakan jenis KB tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Q.S An-Nisa ayat 9, Q.S Al-Anam ayat 151, dan Q.S Al-Baqarah ayat
233.
Hanafiah, Jusuf. 2009. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta. Penerbit Bku Kedokteran EGC. Diakses pada
tanggal

08

Sepetember

2016

di

https://books.google.co.id/books?
id=9vnO9z5CxK0C&pg=PA1&dq=pengertian+bioetik&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjVkPTmkf_OAhVEs48KHSaAJ0Q6AEIHDAA#v=onepage&q=pengertian
%20bioetik&f=false
BKKBN. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm
Khoirullah.2009.Kesehatan menurut Pandangan Islam (Online). Didapat dari
d.yimg.com/kq/Kesehatan+menurut+pandangan+Islam.pdf. [Diakses pada
8 September 2016 pukul 16.54 WIB]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi
Aziz, Syaikh Abdul.2004. Hukum Seputar Keluarga Berencana (Online).
Didapat

dari

https://almanhaj.or.id/127-hukum-seputar-keluarga-berencana.html.
[Diakses pada 8 September 2016 pukul 17.35 WIB]
Astuti, Rina. 2011. Alat Kontrasepsi IUD Tertinggal dalam Kandungan, oleh Rina
Astuti

[ONLINE].

Diakses

pada:

http://news.okezone.com/read/2011/10/10/340/513453/alat-kontrasepsiiud-tertinggal-dalam-kandungan. 9 September 2016 pukul 22.38 WIB.


Mardiah. 2015. Buku Panduan Keterampilan Pemasangan Dan Pencabutan
AKDR

[PDF].

http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-

content/uploads/2015/03/BUKU-PANDUAN-KETERAMPILANPEMASANGAN-PENCABUTAN-AKDR.pdf. 9 September 2016 pukul


22.53 WIB.

Muhyiddin. 2014. Fatwa MUI tentang Vasektomi: Tanggapan Ulama dan


Dampaknya

terhadap

Peningkatan

Medis

Operasi

Pria

(MOP).

[ONLINE] Didapat dari http://journal.walisongo.ac.id/index.php/ahkam/


article/download/134/115. Diakses pada 08 September 2016 pukul 22.50 WIB.
Tim Dakwatuna. 2013. Hukum KB: Jika untuk Merencanakan Keturunan maka
Mubah, Jika untuk Memutuskan Keturunan maka Haram. [ONLINE]
Didapat

dari

http://www.dakwatuna.com/2013/02/27/28550/hukum-kb-

jika-untuk-merencanakan-keturunan-maka-mubah-jika-untukmemutuskan-keturunan-maka-haram/#axzz4Jfd9yOHa. Diakses pada 08


September 2016 pukul 21.57 WIB.
BKKBN JATIM. 2012. Fatwa MUI tentang KB untuk Sejahterakan Umat.
[ONLINE] Didapat dari http://jatim.bkkbn.go.id/fatwa-mui-tentang-kbuntuk-sejahterakan-umat/. Diakses pada 08 September 2016 pukul 22.14
WIB.
Al Mujaddid, Abu Syauqie. 2013. Hukum KB (Keluarga Berencana) dalam Islam.
[ONLINE] Didapat dari http://www.solusiislam.com/2013/03/hukum-kbkeluarga-berencana-dalam-islam.html. Diakses pada 08 September 2016
pukul 22.24 WIB.
Ramdlan, Mahbub Maafi. 2014. Dasar Hukum KB. [ONLINE] Didapat dari
http://www.nu.or.id/post/read/53158/dasar-hukum-kb. Diakses pada 09
September 2016 pukul 12.23 WIB.

Anda mungkin juga menyukai