Disusun Oleh :
KELOMPOK 5 IKM C 2014
Hanifah Zahiroh
101411131166
101411131169
101411131175
101411131178
101411133009
101411133012
101411133015
101411133018
101411133026
Yovian Treesyanova
101411133028
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salahsatu rezeki yang harus disyukuri dan
dipelihara, baik kesehatan jasmani dan rohani. Islam merupakan agama
yang sempurna karena dalam islam tidak hanya diatur urusan vertikal
kehidupan yaitu manusia dengan tuhannya, namun juga horizontal yaitu
manusia dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam islam, kesehatan
merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dipelihara. Nabi
Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Kesehatan merupakan salah satu
hak bagi tubuh manusia, oleh karena itu manusia wajib menjaga dan
memeliharanya. Untuk menjaga dan memelihara kesehatan telah dilakukan
berbagai upaya perkembangan teknologi, social, dan biologi yang dapat
menjadi tantangan bagi kewajiban moral para tenaga kesehatan dan
masyarakat karena harus tetap memenuhi syarat etis, hukum, dan hakikat
manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Salahsatu kesehatan yang harus diperhatikan adalah kesehatan
reproduksi. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik,
mental, dan sosial secara utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.
Kesehatan reproduksi diterapkan untuk segala usia termasuk usia produktif
yaitu 15 60 tahun. Program KB (Keluarga Berencana) merupakan
salahsatu upaya kesehatan reproduksi yang ditujukan untuk usia produktif.
KB atau kontrasepsi adalah usaha usaha yang dilakukan untuk mencegah
dan mengatur kehamilan baik bersifat secara permanen maupun sementara.
KB atau kontrasepsi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan
dan sosial agar terpeliharanya kesehatan ibu dan anak, memudahkan ibu
untuk mengatur jarak kelahiran anak, dan dapat mempersiapkan generasi
yang lebih sehat dan lebih berkualitas baik dari segi pendidikan, ekonomi
dan kemaslahatan umat karena Allah lebih menyukai manusia yang kuat
daripada manusia yang lemah seperti hadist yaitu :
Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang
mukmin yang lemah.(Hadits riwayat Muslim dari Abu Hurairah ra). Dalam
makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai program Keluarga
Berencana dalam hukum Islam
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah fungsi KB untuk kesehatan?
2. Bagaimanakah pandangan islam terhadap KB?
3. Apakah dasar hukum dalam pelaksanaan KB?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pangangan islam terhadap KB untuk memelihara
kesehatan tubuh
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui fungsi program KB bagi kesehatan
2. Mengetahui pandangan islam terhadap program KB
3. Mengetahui dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan
program KB
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
1. Meperdalam ilmu mengenai fungsi program KB bagi keshetan
2.
Menambah
pengetahuan
mengenai
program
KB
menurut
pandangan islam
3. Menambah ilmu mengenai dasar hukum program KB
1.4.2 Bagi Pembaca
1. Menambah informasi mengenai fungsi program KB untuk
kesehatan
2.
Menambah
pengetahuan
mengenai
program
KB
pandangan islam
3. Menambah informasi mengenai dasar hukum program KB
menurut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bioetik
Menurut
F.
Abel,
Bioetika
adalah
studi
yang
biologi
dan
kedokteran,
tidak
hanya
kesehatan
masyarakat,
hak
pasien,
moralitas
hak
orang
lain
serta
mencegah
mengutamakan
penderita
lebih
dari
kedudukan
sosial,
tingkat
ekonomi,
keuntungan
seperti
klien
tidak
perlu
menghentikan
fertilisasi
(kesuburan)
seorang
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Bioetika dalam Islam
Bioetika Islam adalah pedoman Islam pada masalah etika atau
moral yang berkaitan dengan kesehatan dan bidang ilmiah biologis,
khususnya, yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Sedangkan dasar
bioetika Islam merupakan semua keputusan dan tindakan harus sesuai dengan
hukum Islam (syariah) dan etika Islam. Dengan mengevaluasi isu-isu bioetika
dari dan sudut pandang etika dan hukum, ahli hukum dapat mengeluarkan
keputusan atau fatwa tentang kebolehan dari subjek yang berkaitan. Semua
prosedur medis dan perawatan, serta hubungan antara pasien dan profesional
medis harus dilegitimasi oleh sumber-sumber hukum Islam, yaitu Al Qur'an
dan Hadits. Hal-hal lain dilakukan secara ijtihad termasuk qiyas (analogi),
ijma (konsensus ulama), mashlahah (kesejahteraan masyarakat) dan 'urf (adat)
selama tidak mengandung unsur bidah.
Berikut Kaidah Dasar Bioetika dalam Islam:
1. Kaidah Niatan
Prinsip ini meminta petugas kesehatan untuk berkonsultasi dengan hati
nuraninya. Terdapat banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan
medis yang tidak diketahui oleh orang awam. Seorang petugas kesehatan
dapat saja melakukan suatu prosedur dengan alasan yang mungkin masuk
akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya memiliki niatan yang
berbeda namun tersembunyi. Contoh praktisnya; penggunaan morfin
sebagai penghilang rasa sakit pada perawatan kondisi terminal namun
niat yang sesungguhnya adalah agar terjadi depresi pernafasan yang akan
menyebabkan kematian.
2. Kaidah Kepastian (Qoidah al yaqiin)
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar
yaqiin yang diminta oleh hukum. diharapkan petugas ksehatan dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat
probabilitas terbaik dari yang ada. Termasuk pula dalam hal diagnosis,
perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.
3. Kaidah Kerugian (Qoidah al dharar)
a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,
kehilangan hari-hari sehat) pada pasien.
b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang
sebanding (al dharar la yuzaal bi al dharar mitslihi)
c. Keseimbangan antara kerugian vs keuntungan. Pada situasi dimana
intervensi medis yang diusulkan memiliki efek samping, kita
mengikuti prinsip bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas
yang lebih tinggi ketimbang keuntungan dengan nilai yang sama,
darian mafasid awla min jalbi al mashaalih. Jika keuntungan
memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian,
maka mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi.
d. Keseimbangan antara yang dilarang vs diperbolehkan. Petugas
kesehatan kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang
memiliki efek yang dilarang namun juga memiliki efek yang
diperbolehkan.
e. Pilihan antara 2 keburukan. Jika dihadapkan dengan 2 situasi dimana
keduanya akan menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain
memilih salah satu dari keduanya, yang kurang merugikan
dilakukan.
4. Kaidah Kesulitan / Kesukaran (Qoidah al Masyaqqat)
a. Dalam kondisi yang menyebabkan gangguan serius pada kesehatan
fisik dan mental, jika tidak segera disembuhkan, maka kondisi
tersebut memberikan keringanan dalam mematuhi dan melaksanakan
peraturan dan kewajiban syariah.
b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syariah tersebut
tidak melewati batas-batas yang diperlukan (secukupnya saja).
c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan. Adanya suatu kesulitan,
tidak menghilangkan secara permanen hak-hak masyarakat yang
merupakan
salah
satu
program
pemerintah
untuk
Artinya:
Dari Jabir ia berkata, kita melakukan azl pada masa Rasulullah
saw kemudian hal itu sampai kepada Nabi saw tetapi beliau
tidak melarang kami (H.R. Muslim)
Artinya:
Dari Judamah bin Wahab saudara perempuan Ukkasyah ia
berkata, saya hadir pada saat Rasulullah saw bersama orangorang, beliau berkata, sungguh aku ingin melarang ghilah
(menggauli
istri
pada
masa
menyusui)kemudian
aku
saw
berkata,
itu
adalah
pembunuhan
yang
menanggapi
perbedaan
tersebut,
Imam
Nahrawi
Artinya:
Kemudian hadits-hadits ini yang saling bertetangan harus dikompromikan
dengan pemahaman bahwa hadits yang melarang azl itu menunjukkan
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Dalam ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa orang tua
tidak boleh meninggalkan keturunannya (anak) dalam keadaan lemah
(tidak berdaya) yang dapat menjadi beban bagi orang lain.
b. Q.S Al-Anam ayat 151
Artinya:
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah
kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu
mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di
antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu
(sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu
kepadamu supaya kamu memahami (nya).
Dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa tidak boleh membunuh
anak (tidak memiliki keturunan) karena kemiskinan, sebab setiap anak
telah diatur rezekinya masing-masing kecuali dengan alasan yang
dibenarkan.
c. Q.S Al-Baqarah ayat 233
Artinya:
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang
makruf.
Seseorang
tidak
dibebani
melainkan
menurut
kadar
material, sehingga KB menjadi salah satu jalan agar orang tua tidak
melalaikan anaknya kelak. Rasulullah S.A.W bersabda Nikahlah kalian
dengan perempuan yang memberikan banyak anak dan banyak kasih
sayangnya. Karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah umatku
(kepada para Nabi lainnya) di hari kiamat (HR. Ahmad yang dishahihkan
oleh Ibnu Hibban). Hadis tersebut mendorong umat Islam agar memiliki
keturunan yang shalih/shalihah yang tentunya diperoleh dengan menikah
dan mengasuh anak dengan baik.
Dalam permasalahan KB, hendaknya umat Islam mengikuti apa
yang tertulis dalam Al-quran dan apa yang diriwayatkan para Nabi.
Mengatur dan merencanakan keturunan hendaknya dengan cara yang
diperbolehkan sesuai syariat Islam kecuali dalam kondisi darurat maka
diperbolehkan memilih jenis KB yang diharamkan dengan alasan-alasan
yang logis dan memang tidak ada jalan lain selain menggunakan jenis KB
tersebut.
3.2.
Studi Kasus
Banyak anak banyak rezeki. Itu lah yang sering dikatakan
sebagian besar orang tua yang memiliki banyak anak. Dengan kata lain,
sebagai seorang manusia tidak seharusnya menolak rezeki yang telah
diberikan Allah SWT kepada kita. Selain hal itu, kalimat banyak anak
banyak rezeki juga merupakan suatu budaya yang telah dilakukan oleh para
sesepuh di beberapa wilayah. Sehingga kalimat tersebut sudah sangat
melekat dengan setiap orang dan mengabaikan pelaksanaan program KB.
Namun, teori tersebut berbanding terbalik dengan teori dari
tenaga kesehatan. Seperti yang disemboyankan oleh BKkbN yakni 2 anak
cukup, sudah sangat jelas bahwa yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan
adalah untuk membatasi jumlah anak dengan mempertimbangkan kesehatan
ibu dan anak tersebut. Kedua hal tersebut lah yang sampai sekarang masih
sering diperdebatkan oleh manusia, terutama para orang tua.
Terlebih lagi apabila ditambahkan dengan hukum islam, dimana
ada sebagian pendapat yang mengharamkan untuk melakukan program KB,
ini
merupakan
contoh
kasus
penggunaan
alat
IUD
dari
LBH
Yogyakarta.
Keduanya
mengaku
akan
Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah.
(H.R. Tirmidzi).
Sebagai seorang petugas medis maupun maupun petugas
kesehatan kita harus menjaga ketelitian dan kecermatan dalam menjalankan
tugas, terlebih menyangkut pemilihan jenis dan penilaian awal terhadap
pasien karena kesalahan yang terjadi dapat berdampak pada nyawa pasien
tersebut dan janinnya. Proses konseling yang dilakukan harus benar - benar
sesuai dan dapat menggambarkan kondisi pasien, sehingga tidak terjadi
kesalahan terutama dalam pelaksanaan kegiatan medis.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Bioetika
adalah
masalah-masalah
studi
yang
yang
ditimbulkan
mempelajari
oleh
tentang
perkembangan
biologi dan kedokteran, tidak hanya memperhatikan masalahmasalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan
datang baik skala mikro maupun makro. Bioetik dalam
kesehatan masyarakat salah satunya adalah topik mengenai
Keluarga Berencana (KB).
KB itu sendiri adalah merupakan suatu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan
penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
KB menurut pandangan islam, pada zaman nabi terjadi perbedaan
pendapat. Imam Nahrawi menyatakan bahwa azl (KB) termasuk makruh
(diperbolehkan walau tidak disarankan) meskipun pihak istri menyetujuinya.
Menurut MUI diperbolehkannya melakukan KB atau tidak tergantung
bagaimana KB yang digunakan dan alasan melakukan KB tersebut. Apabila
KB yang digunakan untuk merencanakan keturunan (tanzhim an-nasl)
dimana tidak adanya kemandulan secara permanen, sehingga kemungkinan
untuk memperoleh keturunan ada, maka hukumnya diperbolehkan (mubah).
Namun, apabila KB yang digunakan dapat memutuskan keturunan (tahdid
an-nasl) dimana akan menyebabkan kemandulan secara permanen, sehingga
kemungkinan untuk memperoleh keturunan tidak ada, maka hukumnya tidak
diperbolehkan (haram).
Beberapa jenis KB yang tergolong haram menurut MUI yaitu
vasektomi dan tubektomi, dimana dalam melakukan vasektomi dan tubektomi
dilakukan operasi pemotongan, pengikatan, dan penyumbatan kedua tuba
fallopi untuk tubektomi, dan kedua saluran sperma untuk vasektomi sehingga
sel sperma dan sel telur tidak akan bertemu dan tidak akan terjadi pembuahan.
Namun,
dengan
ditemukannya
teknologi
yang
memungkinkan
DAFTAR PUSTAKA
Al-quran Q.S An-Nisa ayat 9, Q.S Al-Anam ayat 151, dan Q.S Al-Baqarah ayat
233.
Hanafiah, Jusuf. 2009. Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan.
Jakarta. Penerbit Bku Kedokteran EGC. Diakses pada
tanggal
08
Sepetember
2016
di
https://books.google.co.id/books?
id=9vnO9z5CxK0C&pg=PA1&dq=pengertian+bioetik&hl=i
d&sa=X&ved=0ahUKEwjVkPTmkf_OAhVEs48KHSaAJ0Q6AEIHDAA#v=onepage&q=pengertian
%20bioetik&f=false
BKKBN. http://www.bkkbn-jatim.go.id/bkkbn-jatim/html/cara.htm
Khoirullah.2009.Kesehatan menurut Pandangan Islam (Online). Didapat dari
d.yimg.com/kq/Kesehatan+menurut+pandangan+Islam.pdf. [Diakses pada
8 September 2016 pukul 16.54 WIB]
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi
Aziz, Syaikh Abdul.2004. Hukum Seputar Keluarga Berencana (Online).
Didapat
dari
https://almanhaj.or.id/127-hukum-seputar-keluarga-berencana.html.
[Diakses pada 8 September 2016 pukul 17.35 WIB]
Astuti, Rina. 2011. Alat Kontrasepsi IUD Tertinggal dalam Kandungan, oleh Rina
Astuti
[ONLINE].
Diakses
pada:
[PDF].
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-
terhadap
Peningkatan
Medis
Operasi
Pria
(MOP).
dari
http://www.dakwatuna.com/2013/02/27/28550/hukum-kb-