Anda di halaman 1dari 5

PEMAKAIAN KB MENURUT HUKUM FIQIH KONTEMPORER

Abstrak : Alat kontrasepsi adalah alat yang sering digunakan oleh sebagian besar
masyarakat mempuyai manfaat yang besar. Penelitian ini mengkaji penggunaan alat
kontrasepsi secara legal dalam Islam. Dengan tujuan memperkuat posisi hukum Islam dalam
penggunaan alat kontrasepsi. Proses pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka,
wawancara, dan hasil wawancara yang telah dianalisis. Kontrasepsi diartikan sebagai alat
yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Ada dua jenis alat kontrasepsi yang biasa
digunakan untuk mengatur, membatasi bahkan menghentikan kehamilan, yaitu metode
kontrasepsi tradisional seperti sistem azal, kalender, termal, dan lain sebagainya. Sedangkan
metode kontrasepsi modern seperti kontrasepsi hormonal, Pil, Suntik, Implantasi KB, IUD,
kondom dan kontrasepsi mantab atau vasektomi / tubektomi. Berdasarkan analisis hukum
Islam penggunaan kontrasepsi diperdebatkan oleh para ahli hukum. Mengenai penggunaan
alat kontrasepsi, mayoritas ulama memperbolehkan selamapenggunaan alat kontrasepsi
tidak permanen. Meski kontrasepsi bersifat permanen (vasektomi / tubektomi), mayoritas
ulama melarangnya. Dengan demikian jelas bahwa inti daritugas program KB adalah
menurunkan angka kelahiran secara signifikan.

Keyword : KB, Hukum Islam

PENDAHULUAN

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa. Perkawinan bukan untuk keperluan sesaat tetapi
untuk seumur hidup karena perkawinan mengandung nilai luhur. Dengan adanya ikatan lahir
batin antara pria dan wanita yang dibangun diatas nilai-nilai sakral karena berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa yang merupakan sila pertama pancasila. Maksudnya adalah bahwa
perkawinan tidak cukup hanya dengan ikatan lahir atau ikatan batin saja, tetapi harus kedua-
duanya, terjalinnya ikatan lahir batin merupakan fondasi da lam membentuk keluarga bahagia
dan kekal.1 Akhir-akhir ini banyak cara yang digunakan oleh seseorang untuk mencegah
terjadinya kehamilan. Seiring berkembangnya zaman, sudah banyak sekali ditemukan alat
modern dengan berbagai efeknya atau sering kita dengar dengan sebutan alat kontrasepsi
sebagai hasil penemuan ilmu dan teknologi, yang kini lebih banyak digunakan karena
dianggap lebih menjamin ketimbang menggunakan cara tradisional. Kontrasepsi disini adalah
cara yang dijadikan obat yang digunakan dalam program KB untuk mencegah, mengatur,
membatasi bahkan mentiadakan terjadinya kelahiran. Oleh karena itu perlu dikaji lebih dalam
lagi bagaimana kedudukan hukum dalam permasalahan-permasalahan yang muncul akhir-
akhir ini terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi. Sebenarnya ada dua macam alat

1
K,wijayanti saleh. Hukum perkawinan dalam islam ; hal 7
kontrasepsi yakni alat kontrasepsi tradisional (tidak menggunakan teknologi modern/alamiah)
dan alat kontrasepsi modern (pembuatannya menggunakan alat kontrasepsi). Adapun alat
kontrasepsi tradisional seperti ‘azal, kalender, suhu badan basal (termal), lendirserviks
(billings), sympotermal. Sedangkan kontrasepsi modern seperti kontrasepsi hormonal, pil,
suntikan, susuk KB, AKDR atau IUD, kondom dan kontrasepsi mantab atau operasi
vasektomi/tubektomi juga lebih dikenal dengan cara konsepsional.2

HASIL PEMBAHASAN DAN PENDAPAT PENULIS

Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang membantu sepasang suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diharapkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan,
mengatur jarak antara anak, menentukan jumlah anak. Keluarga berencana merupakan
metode untuk menurunkan angka pertambahan penduduk di Indonesia. Secara umum
Keluarga berencana (KB) ini suatu usaha yang mengatur banyak nya jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga pihak keluarga tidak dirugikan. Baik kerugian dilihat dari segi
ekonomi, pendidikan,kesehatan, dan tanggung jawab lain yang dapat menjamin keluarga
menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia. Menurut Manuba (1998) Peserta KB aktif
terbagi menjadi dua yakni Peserta KB dengan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET)
dengan jenis Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), MOP/MPW, implant dan yang kedua
yakni peserta KB Non Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih yang jenisnya suntik, pil, obat
vagina, kondom, dan yang lainnya.

Manfaat KB ini untuk ibu :

 Perbaikan kesehatan tubuh atau badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang
kali dalam waktu yang pendek.
 Meningkatnya kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan memiliki waktu yang
cukup dalam mengasuh anak-anak, untuk beristirahat serta melakukan
kegiatankegiatan yang lain.

Manfaat untuk Anak Anak yang dilahirkan :

 Anak yang dilahirkan dapat tumbuh secara normal, karena ibunya dalam keadaan
sehat.
 Setelah lahir, anak akan memperoleh perhatian, pemeliharaan dan juga makanan yang
cukup.
 Manfaat untuk Anak Anak yang lain
 Memberi kesempatan pada anak untuk perkembangan fisik yang lebih baik.
 Perkembangan mental dan sosial yang lebih baik karena lebih banyak waktu luang
yang diberikan oleh ibu.

2
Hanafi Hartanto, “Keluarga Berencana Dan Kontrasepi” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2010), 42
 Mendapatkan pendidikan yang lebih baik karena dana kehidupan lebih leluasa.

Manfaat untuk Ayah :

 Memberikan kesempatan untuk ayah untuk memperbaiki kesejahteraan fisik dan


mentalnya.
 Memberikan kesempatan untuk ayah untuk memperbaiki kesehatan mental dan sosial
karena kecemasan berkurang dan lebih banyak waktu luang untuk keluarga.

Manfaat untuk seluruh keluarga :

 Kesehatan fisik dan mental sosial dari setiap anggota keluarga tergantung pada
kesehatan seluruh keluarga.
 Setiap anggota memiliki kesempatan yang penuh untuk pendidikan.
 Mafsadah atau kekurangan dari memakai KB
 Efek samping yang dialami dari penggunaanya
 Kurang aman dan nyaman bagi sebagian pengguna

Timbul masalah kesehatan seperti : pendarahan, gangguan haid, dan penambahan berat
badan. Metode ijtihad yang dipakai adalah berupa Qiyas, yaitu menggabungkan atau
menyamakan artinya menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru yang belum ada
pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan
berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Hukum KB ini diqiyaskan
dengan hukum 'azl yang telah ada hukumnya pada zaman Rasulullah SAW. Menurut Yusuf
Qardhawi (ulama Fiqh kontemporer ), beliau membolehkan KB ini karena hukumnya
disamakan dengan hukum 'azl yang ada pada zaman Rasulullah SAW, beliau memakai
maqasid syariah qiyas, dan juga membolehkan atas tujuan nya yaitu "dalam rangka
memelihara kesehatan keluarga, menyeimbangkan  antara kebutuhan dan kemampuan serta
menjaga keselamatan agama". Adapun alasan yang mendorong dibolehkan nya Keluarga
Berencana (KB) menurut Yusuf Qardhawi adalah mengkhawatirkan kesehatan dan kehidupan
ibu ketika melahirkan anak tidak ada jarak, ini pun harus dilakukan cheking oleh dokter. Juga
khawatir akan terjadinya kebutuhan anak yang dikesampingkan oleh orangtua sehingga anak
terlantar. 

Pembolehan hukum 'azl yang biasa terkenal syara ialah karena khawatir dengan kondisi ibu
menyusui dannjuga sedang hamil. Sehingga pada saat ini hukum tersebut bisa dijadikan
pedoman bagi umat islam. Pemikiran Yusuf Qardhawi ini juga selaras dengan negara kita
atau sama tujuan nya dengan negara kita. Berbeda dengan pendapat ulama Abdullah Bin
Baaz, yang berpendapat bahwa menggunakan KB ini dengan cara mengkonsumsi pil atau
dengan alat kontrasepsi lainnya termasuk dengan cara seperti 'Azl untuk mencegah kehamilan
hukumnya haram, apalagi dengan tujuan yang mencegah kehamilan secara
permanen. Menurut beliau, hal ini bertentangan dengan maqasid syariah yang menganjurkan
umat islam untuk memperbanyak keturunan, sehingga tujuan ini tidak sejalur dengan syari'ah.
Fatwa ini bersandar kepada hadis shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Hibban
dan Al Hakim , yang menganjurkan umat islam untuk memperbanyak keturunan. 

Maka mengharamkan untuk mencegah kehamilan. Tetapi ada pengecualian yang


membolehkan mencegah kehamilan yaitu jika istri mengalami gangguan rahim sehingga jika
hamil membahayakan kesehatan nya dan jika sudah mempunyai anak banyak dan istri
keberatan jika hamil lagi maka boleh mencegah kehamilannya dengan sistem KB ini. Juga
dibolehkan ketika tujuannya untuk mencegah kehamilan, tetapi sebaliknya tidak
diperbolehkan ketika ibu masih menyusui (tahun pertama dan kedua) sehingga tidak
menimbulkan efek yang buruk untuk anak dan ibunya. Adapun menurut Ibrahim Hosen,
beliau berpendapat membolehkan hukum Azl sebagaimana pendapat Imam Ghazali. Ibrahim
Hosen membolehkan memakai azl atau KB ketika tujuan nya benar dan dibenarkan oleh ilmu
kesehatan. 

Metode ijtihad Ibrahim Hosen dalam mendudukan hukum boleh tidaknya melakukan KB
adalah dengan menggunakan ijtihad Ishtilahi; mencari ruh tasyri' dengan mengutamakan,
konsep maqdshid syariah yaitu untuk mengatur jarak kelahiran demi kesehatan ibu dan anak
dalam rangka mempersiapkan generasi manusia yang lebih baik dan berkualitas.

Dalam pemerintah juga, KB ini diperbolehkan karena KB ini sebagai pembantu pemerintahan
untuk menekan tingkat pertumbuhan penduduk. KB pertama kali ditetapkan pemerintah pada
29 Juni 1970, program KB ini sudah dimulai sejak tahun 1957 namun, masih menjadi urusan
kesehatan dan belum menjadi urusan kependudukan. Namun sejalan dengan banyak nya
pertumbuhan penduduk di Indonesia serta tingginya angka kematian ibu dan kebutuhan akan
kesehatan reproduksi, KB dilakukan sebagai salah satu cara untuk menekan pertumbuhan
jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak. UU No. 52 tahun 2009
mendukung program KB sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan
berkualitas.

Penerapan Teori dalam KB ini adalah jadi ketika disimpulkan dari Teorinya Yusuf Qardhawi
bahwa beliau membolehkan penggunaan KB. Karena menggunakan metode ijtihad qiyas
yaitu menyamakan hukum yang sudah ada hukumnya sejak dulu dan konteksnya hampir
sama. Disamakan hukumnya disini dengan hukum azl yang sudah ada sejak zaman rasulullah
SAW. Akan tetapi dalam KB ini juga ada syarat atau ketentuannya yang diperbolehkan, jadi
tidak hanya semata mata diperbolehkan tetapi harus memenuhi syarat.

Pendapat Penulis :
Menurut saya, pada zaman sekarang ini banyak sekali perkara perkara yang belum memiliki
hukum, dan juga banyak yang menentukan hukum tanpa berijtihad atau mengkajinya. Hal ini
perlu dihindarkan agar tidak terjadi perpecahan antara masyarakat akibat suatu permasalahan
yang belum memiliki hukumnya. Maka dari itu setiap permasalahan yang belum memilki
hukumnya hendaknya dicari tahu terlebih dahulu atau mengkajinya.

KESIMPULAN :

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, KB diperbolehkan dengan syarat atau
dengan niat yang baik. Bukan hanya niat untuk tidak memiliki anak. Tetapi untuk manfaat
yang baik. Disebutkan juga oleh banyak pendapat para ulama bahwa membolehkan
menggunakan KB. 

Metode ijtihad yang dipakai adalah berupa Qiyas,yaitu menggabungkan atau menyamakan
artinya menetapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa
sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek
dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. 

Muhammad Yusuf Alqardhawi memandang bahwasanya program KB diperbolehkan dengan


dasar kebolehan praktek azl (coitus Interruptus) yang sudah ada pada zaman nabi Muhammad
SAW. 

Pendapat dari berbagai ulama pun menjelaskan bahwa hukum KB ini disamakan dengan Azl
pada zaman Nabi Muhammad SAW , yang hukumnya diperbolehkan dengan tujuan yang
tidak menyalahi syari'at. Ada juga beberapa ulama yang berpendapat makruh, ataupun haram
dan itu ada sebab nya tersendiri.

Anda mungkin juga menyukai