Anda di halaman 1dari 9

PAPER

KEPERAWATAN ISLAMI II

“asuhan keperawatan pada pasien dengan kebutuhan


pembelajaran keluarga berencana menurut islam”

Dosen pembimbing:

Asyha, S, H, I, M.Pd, I

Disusun oleh:

Islamiyati (821181005)

Jabalul Rahman (821181007)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YARSI

PONTIANAK TAHUN AJARAN

2020/2021
A. Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) secara umum adalah upaya untuk
meningkatkan kepedulian dan peran masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, binaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera (UU No.10 tahun 1992). KB merupakan usaha
suami dan istri untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang dinginkan,
melalui usaha penggunaan alat kontrasepsi atau pencegahan kehamilan
dan perencanaan keluarga (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Kebutuhan belajar mengenai KB di dalam keluarga sangat penting
untuk meningkatkan tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga
mengenai KB, dan dapat membantu keluaga dalam mengambil keputusan
KB yang akan dipilih sesuai dengan kebenaran yang ada (Lucky & Titik,
2013).
Belajar adalah perubahan untuk memperoleh tingkah laku yang
lebih baik (Aunurahman, 2010).
Meningkatkan kebutuhan belajar dapat dilakukan suatu tindakan
pemberian konseling tentang pemilihan metode kontrasepsi yang tepat
untuk memberikan pemahaman bahwa penggunaan alat kontrasepsi yang
tepat dapat memberikan manfaat bagi kesehatan dirinya sendiri selain
untuk mengatur jarak kehamilan (Purwoastuti & Walyani, 2015).
B. Pengertian KB menurut islam
Pengertian keluarga di sini adalah suatu kesatuan sosial terkecil di
dalam masyarakat yang diikat oleh jalinan perkawinan yang sah yang
lazim disebut dengan keluarga inti atau nuclear family, yang terdiri dari
suami istri dan anak-anak, dan bukan extended family atau keluarga besar
yang mencakup keluarga lain terdekat. KB dalam istilah inggris disebut
dengan S family planning atau birth control ada juga yang menyebutnya
dengan planning parenthood. Sedangkan padanan Arabnya disebut, ‫النسل‬
‫ تحديد‬atau juga disebut ‫ل تنظيم‬CC‫ النس‬atau ‫ل تقليل‬CC‫النس‬Menurut WHO (World
Health Organization). (Emilia sari, 2019)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasutri untuk
mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Mahmud
Syaltut mendefinisikan KB sebagai pengaturan dan penjarangan kelahiran
atau usaha mencegah kehamilan sementara atau bahkan untuk selama-
lamanya sehubungan dengan situasi dan kondisi tertentu, baik bagi
keluarga yang bersangkutan maupun untuk kepentingan masyarakat dan
negara. (Emilia sari, 2019)
KB (Kontrasepsi) Ada dua hal yang pertama kali harus dapat
diketahui perbedaannya dengan jelas: yakni menunda kehamilan dan
membatasi kehamilan.Menunda kehamilan berarti mencegah kehamilan
sementara, untukmemberikan jarak pada kelahiran yang sebelumnya.
Sedangkan membatasi kehamilan atau membatasi kelahiran, berarti
mencegah kehamilan untuk selama-lamanya setelah mendapatkan jumlah
anak yang diinginkan. (Handayany.2013)
Pada permasalahan yang kedua, yakni membatasi kehamilan atau
membatasi kelahiran, dengan jalan mensterilkan rahim, dan pengangkatan
rahim, dengan tanpa sebuah alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat,
maka hal tersebut telah jelas keharamannya. Kecuali pada keadaan dimana
seorang wanita terkena kanker ganas atau yang semacamnya pada
rahimnya, dan ditakutkan akan membahayakan keselamatannya, maka
Insya Allah hal ini tidak mengapa.
Sedangkan pada permasalahan yang pertama, yakni mencegah
kehamilanuntuk menunda dan memberi jarak pada kelahiran yang
sebelumnya, berikut ulasannya:
1. Jarak kelahiran dan kehamilan kembali yang terlalu dekat
memang kurang baik dampaknya bagi anak, ibu, dan
janin.Mengapa? Pertama, anak akan kekurangan suplai ASI.
Ketika seorang ibu hamil kembali dan ada anak yang masih
berada dalam masa penyusuannya, maka produksi ASI yang
dihasilkannya akan berkurang. Menurut dokter, sekurang-
kurang 6 bulan jika Anda ingin hamil kembali setelah Anda
melahirkan. Dan jangan lupakan, bahwa anak-anak memiliki
hak untuk mendapatkan ASI terbaik dan pendidikan terbaik di
usia dininya.
2. Kedua, kondisi ibu belum pulih benar. Setelah hamil selama
lebih dari 9 bulan, kemudian melahirkan, maka seorang ibu
membutuhkan waktu untuk membuat tubuhnya kembali fit.
Apalagi jika masih ada bayi yang membutuhkan perhatian
ekstra seorang ibu. Inilah perjuangan seorang ibu, namun harus
pastikan juga anda tetap menjaga kesehatan anda dan keluarga
anda.
3. Ketiga, janin yang dikandung memiliki resiko lebih besar dan
lebih tinggi untuk lahir prematur, bayi meninggal, dan bayi
cacat lahir. Karena itu, tunggulah sampai setahun dua tahun
untuk kembali hamil. (Handayany.2013)

Untuk menjaga jarak kehamilan, ada wanita yang secara alami


tidak hamil kembali selama berbulan-bulan pasca melahirkan. Keadaan
alami ini bisa karena faktor menyusui, KB kalender, atau ‘azl. ‘Azl adalah
mengeluarkan sperma laki-laki di luar vagina wanita dengan tujuan untuk
mencegah kehamilan. Dari Jabir ra berkata: Kami melakukan ‘azl pada
masa nabi SAW dimana al-Qur’an masih terus diturunkan, dan hal
tersebut diketahui oleh nabi saw tetapi beliau tidak melarangnya. (HR. Al-
Bukhari (no. 5209) kitab an-Nikaah, Muslim (no. 1440) kitaban-Nikaah).
(Handayany.2013).

Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya,


mengatakan bahwa termasuk ‘azl adalah alat atau segala macam sarana
yang digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu
tertentu. Baik itu berupa pil atau yang lainnya. Hukumnya boleh, dengan
catatan, pencegahan ini hanya berlaku sementara (tidak selamanya), dan
tidak karena takut miskin atau takut rizkinya menjadi sempit. Jika
penggunaan kontrasepsi ini dengan alasan karena takut miskin, takut tidak
dapat membiayai kehidupan anak-anak, dsb, maka ini hukumnya haram
secara mutlak. Karena telah termasuk di dalamnya berprasangka buruk
kepada Allah, (Handayany.2013).

Terjemahannya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih sendiri


(belum menikah) di antara kalian, demikian pula orang-orang yang shalih
dari kalangan budak laki-laki dan budak perempuan kalian. Bila mereka
dalam keadaan fakir maka Allah akan mencukupkan mereka dengan
keutamaan dari-Nya.” (TQS An-Nuur [24]:32).

Terjemahannya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu


karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberikan rizki kepada
mereka dan juga kepadam” (QS. Al-Israa’: 31).

Beberapa alasan yang diperbolehkan untuk melakukan penundaan


kehamilan adalah:

1. Seorang wanita tertimpa penyakit di dalam rahimnya, atau


anggota badan yang lain, sehingga berbahaya jika hamil.
2. Jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan istri keberatan
jika hamil lagi, dengan niatan untuk memberikan pendidikan
usia dini bagi anak, sampai siap untuk hamil kembali.

Adapun jika penggunaannya dengan maksud berkonsentrasi dalam


berkarier atau supaya hidup senang atau hal-hal lain yang serupa dengan
itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang,
maka hal itu tidak boleh hukumnya. Hadis nabi yang artinya berbunyi:
“Menikahlah kalian dengan wanita yang penyayang lagi subur, karena
(padahari kiamat nanti) aku membanggakan banyaknya jumlah kalian di
hadapan umat-umat yang lain” (HR. Abu Dawud no. 2050),
(Handayany.2013).

Prinsip dari alat kontrasepsi ini adalah mengusahakan agar tidak


terjadi evolusi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi sel telur dengan
sperma. Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian pelaksanaannya dapat
dilakukan dengan berbagai metode dan cara, diantaranya adalah: AKDR
(Alat Kontrasepsi dalam Rahim), susuk KB, pil KB, suntikan KB, kondom
dan lain sebagainya. (Mukhoyyaroh, 2017)

Meskipun program KB telah diperbolehkan dalam islam, namun


tidak berarti dalam pelaksanaannya diperbolehkan menggunakan
sembarang alat kontrasepsi. Dalam islam alat kontrasepsi sebagaimana
yang sering digunakan dalam prigram KB, ada yang diperbolehkan dan
dilarang. (Mukhoyyaroh, 2017)

1. Cara yang diperbolehkan


Cara yang diperbolehkan; Diantara alat kontrasepsi yang
diperbolehkan adalaha;
Untuk wanita
a. IUD (ADR)
b. Pil
c. Obat suntik
d. Susuk, dan
e. Cara-cara tradisinal dan metode yang sederhana,
misalnya minum jamu.

Untuk pria

a. Kondom
b. Coitus interruptus (‘azl menurut islam) (Mukhoyyaroh,
2017)
Dalam sebuah riwayat hadist disebutkan bahwa coitus interruptus
diperbolehkan sebagaimana yang pernah dilakukan oleh sahabat:ِ‫ز ُل َعلَى َع‬
ِ ‫َّل‬Cl َ‫ ْ ِهد َر ُسو ِل‬Artinya: “kami melakukan azl
َّ ‫ ْنهَنَا‬. ‫ال‬
‫ ا نَ ْع‬-‫لم‬CC‫ه وس‬CC‫صلى َّلال علي‬- ‫ُكن‬
pada masa rasulullah Saw, sedangkan al-Qur’an masih tetap diturunkan”
(Mukhoyyaroh, 2017)

(HR. Bukhari) Azl menurut hadist tersebut diperbolehkan karena


pada waktu sahabat melakukannya tidak ada ayat yang melarangnya,
padahal al-Qur’an masih selalu turun. Jadi seandainya perbuatan tersebut
dilarang maka pasti akan ada ayat al-qur’an yang turun untuk
mencegahnya, begitu pula sikap Nabi yang tidak melarangnya. Hal
tersebut menunjukkan dibolehkannya caraCoitus Interruptus dalam islam.
(Mukhoyyaroh, 2017)

2. Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh


syara’, yaitu dengan cara merubah atau merusak organ
tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk
kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal
ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan
pernikahan untuk menghasilkan keturunan. (Mukhoyyaroh,
2017)

Sedangkan alat kontrasepsi yang dilarang dalam Islam


diantaranya adalah:
Untuk wanita
a. Menstrual Regulation (MR) atau pengguguran
kandungan yang masih muda
b. Aborsi atau pengguguran kandungan yang sudah
bernyawa Ligasi tuba (mengikat saluran kantong
ovum) dan tubektomi (mengikat tempatovum).
Kedua istilah ini disebut dengan sterilisasi.
(Mukhoyyaroh, 2017)

Untuk pria

Seperti vasektomi (mengikat atau memutus saluran


sperma dari buah zakar). Cara ini juga disebut dengan
sterilisasi. (Mukhoyyaroh, 2017)

Cara-cara tersebut tidak diperbolehkan dalam agama


islam karena memandang aspek moral dan penuh resiko.
MR dan aborsi dianggap sebagai tindakan kriminal karena
melenyapkan janin, sedangkan stetilisasi dilarang karena
sifatnya adalah permanen. (Mukhoyyaroh, 2017).
DAFTAR PUSTAKA

Mukhoyyaroh, 2017. KB Susuk Dalam Perspektif Islam. Universitas Pamulang:


Jurnal Studi Al-Qur’an; Vol. 13, No. 2. Membangun Tradisi Berfikir
Qur’ani doi:doi.org/10.21009/JSQ.013.2.06.

Emilia Sari, 2019. Keluarga Berencana Perspektif Ulama Hadis (Family


Planning Perspectives on Ulama Hadith). Jakarta: SALAM; Jurnal Sosial &
Budaya Syar-I FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 6 No. 1 (2019),
pp.55-70, DOI: 10.15408/sjsbsv6i1.10452.

Handayany, 2013. Kontrasepsi Dalam Kajian Islam. Fakultas Ilmu Kesehatan


UIN Alauddin MakassarJl. Sultan Alauddin: AL-FIKR Volume 17 Nomor 1
Tahun 2013.

Purwoastuti dan Walyani. 2015. Asuhan kebidanan masa nifas dan menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.

Yuhedi, Lucky Taufika dan Titik Kurniawati. 2013. Buku Ajar Kependudukan
dan Pelayanan KB. Jakarta: EGC.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai