KELUARGA BERENCANA
Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi masalah jumlah
dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk mengatasi
peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program Keluarga Berencana. Esensi tugas
program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan
bangsa Indonesia.
Namun pro dan kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya melaksanakan Keluarga
Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang diangkat oleh sebagian para ahli agama di
Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga pelaksanaan program KB masih harus dilihat dari pandangan
hukum islam. Padahal telah jelas disebutkan bahwa tujuan umum untuk tiga tahun kedepan mewujudkan
visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi
pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
B. Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
01
Mengetahui definisi tentang
Keluarga Berencana,makna
Keluarga Berencana, dan Metode/
Alat Kontrasepsi serta Hukum
Penggunaannya
03 Mengetahui metode KB yang
diperbolehkan dan
dilarang oleh Islam
yang
adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al- Selain ulama’ yang memperbolehkan ada
Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang para ulama’ yang melarang diantaranya
membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-
dengan ketentuan antara lain, untuk Maududi. Mereka melarang mengikuti
menjaga kesehatan si ibu, menghindari KB karena perbuatan itu termasuk
kesulitan ibu, untuk menjarangkan
anak. Mereka mendasarkan membunuh keturunan seperti firman
pendapatnya pada surat al-Mu’minun Allah: “Dan janganlah kamu membunuh
ayat: 12, 13, 14. anak-anak kamu karena takut
(kemiskinan) kami akan memberi rizkqi
kepadamu dan kepada mereka”.
D. Hukum Keluarga Berencana
● Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang