Anda di halaman 1dari 16

SEMINAR KEBIDANAN DALAM ISLAM

KELUARGA BERENCANA

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
TAHUN 2022
Kelompok 7
Eka Abelian Putri Kelana (1810106032)
Susi Wahyuningsih (1810106033)
Wening Rizki Anggita Ramadani (1810106034)
Nafsul Mutmainatu Asykura Nikmah (1810106035)
Ristiya Putri Milanda (1810106036)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi masalah jumlah
dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk mengatasi
peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program Keluarga Berencana. Esensi tugas
program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan fertilitas agar dapat
mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan bagi rakyat dan
bangsa Indonesia.
Namun pro dan kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya melaksanakan Keluarga
Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang diangkat oleh sebagian para ahli agama di
Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga pelaksanaan program KB masih harus dilihat dari pandangan
hukum islam. Padahal telah jelas disebutkan bahwa tujuan umum untuk tiga tahun kedepan mewujudkan
visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi
pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.
B. Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :

01
Mengetahui definisi tentang
Keluarga Berencana,makna
Keluarga Berencana, dan Metode/
Alat Kontrasepsi serta Hukum
Penggunaannya
03 Mengetahui metode KB yang
diperbolehkan dan
dilarang oleh Islam
yang

02 Mengetahui pandangan hukum


Islam tentang Keluarga Berencana
meurut pandangan Al-Qur’an, Al
Hadist dan ulama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah


mempunyai perencanaan yang kongkrit mengenai kapan
anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut
dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan berapa
anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
B. Pandangan Hukum Islam
tentang Keluarga
1. Hukum Ber-KBBerencana
: KB secara
prinsipil dapat diterima oleh
Islam
2. Makna Keluarga Berencana : KB disini
mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl
(pengaturan keturunan)

3. Metode/ Alat Kontrasepsi dan Hukum Penggunaannya :


Ada lima 5 persoalan yang terkait dengan penggunaan alat
kontrasepsi, yaitu :
1. Cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau
menggugurkan kehamilan (isqat al-haml)?
2. Sifatnya, apakah ia hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat
pemandulan permanen (ta’qim)?
3. Pemasangannya, Bagaimana dan siapa yang memasang alat kontrasepsi
tersebut? (Hal ini berkaitan dengan masalah hukum melihat aurat orang lain).
4. Implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.
5. Bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
C. KB Menurut Pandangan Islam
 
1. Pandangan Al-Qur’an
Tentang Keluarga 2. Pandangan al-Hadits Tentang
● Surat An-Nisa’ ayat 9: Berencana
●Selain ayat diatas masih banyak ayat yang Keluarga Berencana
● Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB diantaranya bahwa suami istri mempertimbangkan
tentang biaya rumah tangga selagi
ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: keduanya masih hidup, jangan sampai
14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7. anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian
●Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik
pengaturan kelahiran anak hendaknya
kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dipikirkan bersama.
dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga
kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan
anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.
3. Menurut Pandangan Ulama’
● Ulama’ yang memperbolehkan : ● Ulama’ yang melarang

adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al- Selain ulama’ yang memperbolehkan ada
Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang para ulama’ yang melarang diantaranya
membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-
dengan ketentuan antara lain, untuk Maududi. Mereka melarang mengikuti
menjaga kesehatan si ibu, menghindari KB karena perbuatan itu termasuk
kesulitan ibu, untuk menjarangkan
anak. Mereka mendasarkan membunuh keturunan seperti firman
pendapatnya pada surat al-Mu’minun Allah: “Dan janganlah kamu membunuh
ayat: 12, 13, 14. anak-anak kamu karena takut
(kemiskinan) kami akan memberi rizkqi
kepadamu dan kepada mereka”.
D. Hukum Keluarga Berencana
● Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang

melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit. Tetapi dalam al-Qur’an

ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti

program KB, yakni karena hal-hal berikut:

● Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.

● Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan

● Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran

anak terlalu dekat


E. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

● Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang


diperbolehkan oleh syara’ antara lain, menggunakan pil, AKDR.
suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara
ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. 

 Alasan tidak diperbolehkannya KB


Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara
yang tidak dibenarkan dalam syariat islam.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen hukumnya haram.
Antara lain :

Vasektomi Tubektomi Histerektomi

Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya sebagai


bentuk pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan sabda Rasulullah :
Tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau
mengebiri dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai
mengubah firth kejadian manusia yang dilarang dalam islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

●Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat dalam


pelaksanaan program Making Pregnancy Safer sehingga Keluarga Berencana merupakan upaya
pelayanan kesehatan preventive yang paling dasar dan utama. Namun dalam pelaksanaannya,
timbul perdebatan dari kaum ulama Islam serta pihak-pihak yang bersangkutan terhadap jalannya
program KB ini yang mempertimbangkan tentang hokum penggunaan alat kontrasepsi / ber-KB
dari sudut pandang hukum Islam. Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela
serta tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka
bimbingan, pendidikan serta pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya
sendiri dapat menghargai dan, menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama
untuk me­ningkatkan kesejahteraan hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga
berencana tidak hanya menyangkut masalah tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi
berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat.
TERIMAKASI
H
;)

Anda mungkin juga menyukai