Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEDOKTERAN ISLAM

“PERSPEKTIF ISLAM MENGENAI KELUARGA BERENCANA DAN


PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI”

Oleh : Kelompok 6
Ni Made Ayu Sri Lestari 17777007
Suganda Maulana 17777009
Ariqah Ghina Mardiah 17777011
Sitti Suhaddah 18777056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

PALU

2020
A. Pendahuluan

Anak adalah rezeki yang dianugrahkan langsung dari Allah, tidak melalui dukun atau
paranormal. Itulah takdir yang hanya Allah berikan melalui berbagai ikhtiar yang
dilakukan manusia. Artinya, selama manusia mau berusaha menuju takdirnya maka
Allah akan mendekatkan tujuan yang ingin dicapai terhadap manusia itu. Di sisi lain,
kita dapat berusaha “mengatur” kelahiran sesuai dengan syari’at Allah

Islam sangat menganjurkan umatnya memperbanyak keturunan. Selain agar mengisi


alam semesta ini dengan orang-orang shalih dan beriman juga Rosulullah berbangga
dengan jumlah umatnya yang banyak pada hari kiamat. Namun, bukan berarti
penganjuran itu hanya terfokus pada jumlahnya yang banyak, tapi juga kualitasnya. 
Sehingga menjadi kewajiban orang tua setelah memperbanyak keturunan adalah
mendidiknya dengan pendidikan yang baik.

Diantara metode untuk mengoptimakan pendidikan anak adalah dengan mengatur


jarak kelahiran anak. Hal ini penting mengingat bila setiap tahun melahirkan anak,
akan membuat sang ibu tidak punya kesempatan untuk memberikan perhatian kepada
anaknya. Bukan hanya itu, nutrisi dalam bentuk ASI yang sangat dibutuhkan pun
akan berkurang. Padahal secara alamiyah, seorang bayi idealnya menyusu kepada
ibunya selama dua tahun meski bukan sebuah kewajiban.

Namun sangat di sayangkan pengaturan jarak kelahiran itu sendiri masih menjadi
problem dilematis dalam keluarga muslim. Diantaranya dari segi hukum syar’i yang
tampak bertentangan dengan program negara, termasuk metode apa yang paling tepat
untuk digunakan. Perlu kita garis bawahi bahwa mengatur jarak kelahiran bukan
berarti membatasi. Slogan program KB “Dua anak cukup laki-laki dan wanita sama
saja” itu pemahaman yang telah mengakar di masyarakat. Hal tersebut telah
membentuk lingkungan yang berpaham keliru secara turun-temurun. Banyak yang
mengunakan alasan ekonomi untuk takut mempunyai banyak anak. Mereka takut
lapar atau menanggung biaya Pendidikan yang tinggi. Padahal anak bukalah
penyebab datangnya kemiskinan, namun sebaliknya.

Dengan alasan inilah, atau berbagai jenis alasan lain, juga karena masyhurnya
program KB ini di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia, mendorong banyak
pasangan suami istri memilih bergabung dalam program KB untuk mengatur jarak
kelahiran atau membatasi  jumlah anak mereka. Hanya saja, banyak yang kemudian
melakukannya namun tidak berlandaskan hukum Islam. Berangkat dari problematika
tersebut, di dalam makalah ini penulis memilih untuk mengkaji bagaimana pandangan
Islam dalam perkara  ini. Sehingga dengan ini ummat tidak lgi keliru dalam
menyikapinya dan tidak lagi ragu, apakah harus melakukannya ataukah memilih
meninggalkannya.

B. Pengertian KB (Keluarga Berencana)

Secara etimologi istilah KB berasal dari kata keluarga dan berencana. Apabila kata ini
dipisah, maka “keluarga” mempunyai arti tersendiri, demikian juga dengan kata
“berencana”. Yang dimaksud di sini ialah unit terkecil di dalam masyarakat yang
anggota-aggotanya adalah ayah dan ibu atau ayah, ibu dan anak. Satuan kekerabatan
yang sangat mendasar dalam masyarakat

Secara terminologi keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak
dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan
bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas

Di dalam Islam terdapat dua hal yang berkaitan dengan KB, pertama, Tahdid an-Nasl
(pembatasan keturunan) yaitu menghentikan proses kelahiran secara mutlak dengan
membatasi jumlah anak. Dapat dilakukan dengan alamiah atau mengguanakan alat-
alat kontrasepsi yang beragam. Kedua, Tanzhim an-Nasl (pengatauran atau
penjarangan kelahiran) yaitu mengguanakan sarana-sarana atau metode yang dapat
mencegah kehamilan dalam masa yang temporal, berkala atau sementara dan tidak
dimaksudkan untuk pemutusan keturunan selamanya. Tetapi dilakukan tujuan
kemaslahatan yang di sepakati oleh suami dan istri.

C. Tujuan Pelaksanaan KB

Secara umum istilah KB dikenal di kalangan ulama kontemporer dengan sebutan


tahdid an-nasl. Jika ditinjau dari pelaksanaannya, KB memiliki beberapa tujuan,
diantaranya membatasi keturunan dan mengatur jarak kelahiran. Berangkat dari
tujuan itu para ulama membaginya ke dalam dua istilah. Yaitu tahdid an-nasl dan
tanzhim an-nasl.
Sebagian ulama mendefinisikan tahdid an-nasl sebagai upaya pencegahan kehamilan
secara total setelah memiliki anak dalam jumlah tertentu atau untuk pemandulan
permanen. Dan ada pula yang menyamakan antara tahdid dan tanzhim yaitu sebagai
upaya yang dilakukan dalam rangka menyedikitkan keturunan.

Namun, kebanyakan dari para pengkaji dalam masalah ini menggunakan istilah
tahdid an-nasl sebagai pemberhentian kehamilan setelah memiliki anak dalam jumlah
tertentu. Dan menggunakan istilah tanzhim an-nasl untuk mencegah kehamilan pada
waktu-waktu tertentu saja atau pada satu keadaan dan tidak pada keadaan yang lain.
Adapun wasilah atau perantara dalam merealisasikan salah satu dari keduanya adalah
dengan man’u al-hamli. Istilah ini juga yang dugunakan oleh al-Majami’ al-Fiqhiyah.

Adapun menurut Dr. Muhammad Abdul Hamid an-Naqib, bahwa at-tanzhim berasal
dari kata nizham, dan at-tahdid berasal dari kata al-had. Sehingga maksud dari at-
tanzhim adalah menjadikan sesuatu teratur. Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr.
Mahmud Akam bahwa tidak termasuk kategori dharurah jika maksud akhirnya adalah
untuk menyedikitkan anak. Namun, kadang kala tujuannya adalah demi kesehatan
anak dan ibu, terkadang untuk memaksimalkan pendidikan, atau tujuan-tujuan lain.
Adapun tahdid an-nasl adalah menghentikan keturunan dalam batasan tertentu atau
jumlah tertentu. Namun terkadang pula keputusan suami istri untuk menghentikan
kehamilan disebabkan suatu penyakit yang menimpa si istri, atau melewati usia
tertentu, atau setelah memiliki 4 orang anak dan berbagai bentuk lainnya.

Sedangkan man’u al-hamli adalah wasilah atau perantara untuk mencapai salah satu
dari keduanya sebagaimana pendapat kebanyakan pengkaji dalam permasalahan ini,
bahwa man’u al-hamli tidak termasuk dari keduanya ditilik dari teori dan
penerapannya. Bukan juga sebagai sasaran dan tujuan, melainkan perantara untuk
mencapai sebuah tujuan.

D. Hukum Melakukan KB

Pada dasarnya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan.


Diantara hadits  yang menerangkan hal tersebut adalah hadits riwayat Ma’qal bin
Yasar ketika datang seorang laki-laki meminta pendapat Rasulullah mengenai calon
istrinya yang memiliki nasab yang baik dan cantik namun mandul, maka beliau
mengatakan “jangan” lalu ia bertanya untuk kedua kalinya, maka Rasulullah
bersabda:

‫تزوجوا الودود الولود فإني مكاثر بكم األمم‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak anak (subur), karena sesungguhnya
aku akan bebangga banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat terdahulu.” 
(HR: an-Nasa’i, Abu Dawud).

Dalam hadits di atas sangat jelas sekali bahwa Islam menganjurkan umatnya untuk
memperbanyak keturunan. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan untuk
menyedikitkan keturunan sangat tidak sejalan dengan syari’at bertanasul.
Permasalahan mengenai pengaturan kehamilan bukanlah hal baru, secara sekilas dan
tersirat Rasulullah dan para sahabatnya pernah membahas masalah ini yaitu dalam
permasalahan azl. Meski begitu, tidak ada dalil sharih yang menegaskan tentang
permasalahan ini. Sebab dalam azl sendiri para ulama berselisih pendapat tentang
kemubahannya. Banyak ulama yang berusaha mengkaji masalah yang berkaitan
dengan azl, namun tidak ada ijma’ yang menetapkan secara pasti hukum tersebut.
Sehingga pendapat ulama mengenai hal ini sangat bermacam-macam.

1. KB Dengan Tujuan Tahdid

Di dalam kitab Fiqih an-Nawazil dijelaskan bahwa apabila melakukan


KB dalam rangka membatasi keturunan secara mutlak hukumnya adalah
haram, baik penerapan yang bersifat umum kepada masyarakat atau yang
bersifat perorangan. Kecuali bagi orang yang berada pada suatu keadaan yang
mengharuskannya melakukan hal itu. Sebab memperbanyak keturunan
merupakan sebuah perintah yang sangat dianjurkan di dalam Islam. Dan nasl
adalah salah satu dari dharuriyatul khamsah yang telah disepakati kewajiban
menjaganya oleh para ulama.

Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Bazz dalam fatwanya ketika
ditanya, Apa hukum KB? Beliau menjawab, Ini adalah permasalahan yang
muncul sekarang, dan banyak pertanyaan muncul berkaitan dengan hal ini.
Permasalahan ini telah dipelajari oleh Haiah Kibaril Ulama’ (Lembaga Riset
Ulama’ di Saudi) didalam sebuah pertemuan yang telah lewat dan telah
ditetapkan keputusan, yang ringkasnya adalah tidak boleh mengkonsumsi pil-
pil untuk mencegah kehamilan. Karena Allah Ta’ala Subhanahu Wa Ta’ala
mensyari’atkan untuk hamba-Nya sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan
dan memperbanyak jumlah umat. Rosulullah bersabda:

‫ األنبياء يوم القيامة‬: ‫ وفي رواية‬.‫تزوجوا الولود الودود فإني مكاثر بكم األمم يوم القيامة‬

Artinya: “Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya
aku berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat
(dalam riwayat yang lain: dengan para nabi di hari kiamat”

Karena umat itu membutuhkan jumlah yang banyak, sehingga mereka beribadah
kepada Allah Ta’ala, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum Muslimin dengan izin
Allah, dan Allah akan menjaga mereka dari tipu daya musuh-musuh mereka. Maka
wajib untuk meninggalkan perkara ini (membatasi kelahiran), tidak membolehkannya
dan tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam keadaan darurat maka tidak
mengapa, seperti:

Sang istri tertimpa penyakit didalam rahimnya atau anggota badan yang lain,
sehingga berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa (menggunakan pil-pil tersebut)
untuk keperluan ini.

Demikian juga, jika sudah memiliki anak banyak, sedangkan istri keberatan jika
hamil lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil tersebut dalam waktu tertentu,
seperti setahun atau dua tahun dalam masa menyusui, sehingga ia merasa ringan
untuk kembali hamil, sehingga ia bisa mendidik dengan selayaknya.

Adapun jika penggunaanya dengan maksud dalam berkarir atau supaya hidup senang
atau hal hal lain yang serupa dengan itu, sebagaimana yang dilakukan kebanyakan
wanita zaman sekarang, maka hal ini tidak boleh.

Abdul Aziz bin as-Sadiq mengatakan bahwa hal yang melatarbelakangi penerapan
dan anjuran KB secara umum di negeri-negeri Eropa adalah kehkawatiran mereka
atas perekonomian negara dan kemiskinan yang melanda. Dan ini tentu bertentangan
dan tidak sejalan dengan ajaran Islam secara umum. Salah dalam memahami takdir
dan kerena kedangkalan akallah menyebabkan mereka berburuk sangka kepada
Allah. Padahal Allah Ta’ala menegaskan bahwa Dia-lah yang menanggung rejeki
seluruh hamba-Nya. Sebagaimana tertera dalam firman Allah :

ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اَأْلر‬


ٍ ِ‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ُك ٌّل فِي ِكتَاب ُمب‬
‫ين‬

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS:
Hud: 6)

Allah juga membantah orang-orang jahiliyah sebelum Islam yang membunuh anak-
anaknya disebabkan kekhawatiran mereka akan kemiskinan dan memperingatkan
kaum muslimin dari perbuatan tersebut. Sebab perbuatan tersebut mengandung
banyak tindak kejahatan. diantaranya, membunuh jiwa yang diharamkan,
berprasangka buruk kepada Allah dan termasuk menjelek-jelekkan Allah. Allah
berfirman:

ْ ‫ق نَحْ نُ نَرْ ُزقُهُ ْم َوِإيَّا ُك ْم ِإ َّن قَ ْتلَهُ ْم َكانَ ِخ‬


‫طًئا َكبِيرًا‬ ٍ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا َأوْ اَل َد ُك ْم َخ ْشيَةَ ِإ ْماَل‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang
memberi rejeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu suatu dosa
yang besar.” (QS: al-Isra’ : 31)

Sejalan dengan itu, banyak hadits-hadits yang menganjurkan untuk menikahi wanita
yang subur dan tidak menikahi wanita-wanita yang mandul. Oleh karena itu, ajakan
dan anjuran membatasi keturunan yang diterapkan secara umum kepada seluruh
kalangan tanpa adanya pengecualian dan alasan-alasan tertentu adalah tidak boleh
secara syar’i. Sebab hal ini bertentangan dengan aqidah dan syari’at Islam. Dan
merupakan kesesatan yang nyata.

Adapun pertentangannya dengan aqidah Islam adalah bahwa seorang muslim


diwajibkan menyerahkan urusan rezeki sepenuhnya kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana firman Allah :

‫ون‬ ْ ‫ق َو َما ُأ ِري ُد َأ ْن ي‬


ِ ‫ُط ِع ُم‬ ٍ ‫• َما ُأ ِري ُد ِم ْنهُ ْم ِم ْن ِر ْز‬.‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل ْن‬
ِ ‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-
Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka agar mereka memberi
makan kepada-Ku.” (QS: adz-Dzariyat: 56-57)

Barangsiapa membatasi keturunan dengan menggugurkan kandungan, maka sungguh


ia telah melakukan tiga kejahatan itu atau sebagiannya. Dan barang siapa mencegah
kehamilan dengan tanpa menggugurkannya maka dia mendapatkan dosa dari
berburuk sangka kepada Allah‫ﷻ‬. Sedangkan pertentangannya dengan hukum Islam
adalah, bahwasanya Islam mencintai umat yang banyak. Dan pembatasan keturunan
secara umum akan menyedikitkan jumlah yang akhirnya akan berefek pada
lemahnya kaum muslimin.

Hal ini terbukti bahwa setelah orang-orang Eropa memilih membatasi keturunan
mereka dalam beberapa kurun waktu, mereka kembali dan menyerukan untuk
memperbanyak keturunan setelah mereka menyadari bahwa membasi keturunan
sangat berpengaruh pada lemahnya kekuatan pertahanan negara disebabkan
sedikitnya jumlah penerus mereka. terlebih dari kalangan para pasukan, sementara
peperangan selalu mengintai dan mencerai-berai mereka. maka musnahlah kekuatan
besar mereka, sebagaimana yang telah diketahui.
Mencegah kehamilan permanen atau sterilisasi yang dikenal dalam bahasa arab
dengan istilah at-ta’qim ad-da’im hukumnya sama. berdasarkan banyaknya dalil yang
melarang kebiri. Diantaranya, firman Allah,

َ •‫ضلَّنَّهُ ْم َوُأَل َمنِّيَنَّهُ ْم َوآَل ُم َرنَّهُ ْم فَلَيُبَتِّ ُك َّن آ َذانَ اَأْل ْن َع ِام َوآَل ُم َرنَّهُ ْم فَلَيُ َغيِّر َُّن خَ ْل‬
َّ ‫ق هَّللا ِ َو َم ْن يَتَّ ِخ• ِذ‬
ِ ‫الش• ْيطَانَ َولِيًّ•ا ِم ْن د‬
‫ُون‬ ِ ‫َوُأَل‬
ِ ‫هَّللا ِ فَقَ ْد خ‬
‫َس َر ُخس َْرانًا ُمبِينًا‬

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-
angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga
binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”. Barangsiapa yang
menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata.” (QS: An-Nisa’: 119).

Bahwasanya merubah ciptaan Allah adalah tipu daya dan misi setan kepada para
pengikutnya. Dan hal itu adalah haram. sedangkan sterilisasi adalah bentuk dari
merubah ciptaan, yaitu dengan menghilangkan kemampuan memiliki anak. Meskipun
sejatinya ia hanya sebagai fasilitas modern untuk tidak bertanasul, namun hukumnya
tetap haram.[32] Imam an-Nawawi berkata, “pengebiran yang dilakukan terhadap
manusia adalah haram, baik kepada anak kecil ataupun orang dewasa.”

Juga tertera dalam sabda Rosulullah .

ْ ‫ َعلَى ع ُْث َمانَ ْب ِن َم‬-‫ص‬- ‫ َر َّد َرسُوْ ُل هللا‬:‫ يقول‬-‫رضي هللا عنه‬-‫حديث سعد بن أبي وقاص‬
ُ‫ َولَوْ َأ ِذنَ لَه‬،‫ظعُوْ ِن التَّبَتُّ َل‬
‫َص ْينَا‬ ْ
َ ‫الخت‬

“Rasulullah sholallahu alaihi wa salam membatah Utsman bin Madh’un rodhiyallahu


anhu yang akan membujang, seandainya Beliau mengijinkan, maka kami pasti akan
melakukan kebiri”. (HR: Muslim) Bukhari 5074.

Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa larangan ini menunjukkan atas pengharaman.


Larangan ini juga berlaku pada pemakaian alat-alat modern yang digunakan untuk
mencegah kehamilan permanen beserta segala motifnya, kecuali karena pertimbangan
medis yang mendesak.

Adapun keadaan dharurat yang mengharuskan pencegahan kehamilan permanen atau


sterilisasi adalah ketika seorang wanita menderita suatu penyakit yang telah divonis
oleh seorang dokter yang terpercaya. Yang apabila ia hamil dikhawatirkan akan
berujung pada kematian. Dan hal ini diperbolehkan ketika tidak didapati jalan lain
atau metode pengobatan lain yang memiliki resiko lebih rendah.

2. KB dengan tujuan tanzhim

Lajnah I’dad al-Manahij universitas terbuka Amerika Serikat menetapkan


pembolehan melakukan pencegahan kehamilan sementara dengan tujuan menjarak
satu kehamilan dengan kehamilan berikutnya atau menghentikannya untuk sementara
pada waktu-waktu tertentu apabila dalam keadaan darurat. Seperti apabila seorng ibu
hamil maka akan melemahkannya dan membahayakan kesehatannya atau dengan
pertimbangan ingin menyempurnakan penyusuan anak. Dengan alasan-alasan
tersebut, diperbolehkan mencegah kehamilan sementara. Namun tentunya atas
keputusan dan pertimbangan kedua suami istri dan dengan metode yang dibolehkan
oleh syar’i.

Syaikh Fauzan bin Ali Fauzan dalam fatwanya ketika ditanya kapan syara’
membolehkan mengkonsumsi pil-pil pencegah kehamilan dengan tujuan untuk
menjaga dan memperhatikan pendidikan anak-anaknya yang masih kecil beliau
menjawab, tidak boleh mengkonsumsi pil-pil pencegah kehamilan kecuali karena
darurat, dengan adanya ketetapan dari dokter bahwa kehamilan tersebut akan
menyebabkan kematian sang ibu. Adapun mengkonsumsi pil-pil penunda kehamilan,
maka tidak mengapa jika diperlukan, seperti:

Kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk hamil berturut-turut dalam selang


waktu yang dekat, atau

Hamil akan membahayakan anak yang sedang ia susui. Dan pil tersebut tidak
menghentikan kehamilan, tetapi hanya menunda kehamilan, maka tidak mengapa
sesuai dengan kebutuhan tersebut. Dan hal ini dilakukan setelah berkonsultasi dengan
dokter yang ahli dalam masalah ini.
Syaikh bin Bazz di dalam kitab fatwanya mengatakan,“ Tidak mengapa memakai alat
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran untuk menghindari kemudharatan. Akan
tetapi, hal itu hendaknya dilakukan pada masa menyusui (tahun pertama dan kedua)
hingga tidak menyebabkan kemudharatan untuk kehamilan berikutnya, juga agar
tidak berefek buruk pada pendidikan anak-anaknya. Jika kehamilan yang berurutan
(dalam waktu dekat) memberikan kemudharatan pada pendidikan anak dan kesehatan
dirinya, maka tidak mengapa mengatur jarak kehamilan satu atau dua tahun selama
masa menyusui.

Dalam kitab al Islam Aqidah Wa Syari’ah, syeikh Mahmud Syalthut memberi ulasan
dalam pembahasan mengatur jarak keturunan memulai dengan dalil dari Al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 233:

َ ‫ض ْعنَ َأوْ اَل َده َُّن َحوْ لَ ْي ِن َكا ِملَ ْي ِن ِل َم ْن َأ َرا َد َأ ْن يُتِ َّم الر‬
َ‫َّضا َعة‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ ْ‫َات يُر‬

“Para ibu hendaklah menyusui anaknya selama dua tahun yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuannya”. (QS. al-Baqarah: 233)

Ini adalah bimbingan Allah ‫ ﷻ‬untuk para ibu, supaya mereka menyusui anak-
anaknya dengan sempurna, yaitu 2 tahun penuh. Jika kedua orang tuanya telah
bersepakat untuk menyapihnya kurang dari dua tahun, maka tidak mengapa jika tidak
membahayakan anaknya.

Melalui ayat tersebut syari’at islam ingin memberitahukan bahwa masa menyusui
yang ideal adalah 2 tahun. Dimana pada masa itu seorang ibu menyusukan anaknya
secara sempurna dan bersih. Hal tersebut diperkuat dengan surat al-Ahqaf ayat 15:

‫صالُهُ ثَاَل ثُونَ َش ْهرًا‬ َ ‫ص ْينَا اِإْل ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه ِإحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو‬
َ ِ‫ض َع ْتهُ ُكرْ هًا َو َح ْملُهُ َوف‬ َّ ‫َو َو‬
“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya,
ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkan dengan susah
payah pula. Masa mengandung sampai menyapihnya adalah selama 30 bulan.” (QS.
al-Ahqaf: 15)

Mencegah kehamilan dalam masa tersebut memberikan waktu yang cukup untuk
istirahat bagi seorang ibu, dapat mengembalikan kekuatan dan vitalitas perempuan
disebabkan hamil dan kepayahan melahirkan. Serta memberi waktu yang cukup luang
untuk mendidik dan menumbuhkembangkan anak secara sungguh-sungguh dan giat
dengan susu murni. Maka inilah yang merupakan esensi dari memberi jarak
kelahiran.

Imam Qurthubi di dalam tafsirnya mengatakan bahwa: jika hamilnya 6 bulan maka
masa menyusuinya adalah 24 bulan, jika hamilnya 7 bulan maka masa menyusuinya
adalah 23 bulan, jika hamilnya 8 bulan maka masa menyusuinya adalah 22 bulan dan
seterusnya.

Pada tahun 1953 M Lajnah Fatawa al-Azhar menetapkan bahwa penggunaan obat-
obatan untuk mencegah kehamilan sementara tidaklah haram, sebagaimana pendapat
Syafi’iyah. Terlebih apabila dihawatirkan kehamilan yang berturut-turut tanpa ada
jeda normal akan membahayakan seorang ibu. berdasarkan firman Allah ,

‫ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesusuahan


bagimu…”(QS: Al-Baqarah: 185)

Berbeda apabila penggunaan obat tersebut untuk mencegah kehamilan permanen


maka itu diharamkan.
Syaikh Muhammad Abu Zahrah mengatakan bahwa hukum mencegah kehamilan
yang bersifat umum adalah makruh dan meninggalkannya lebih afdhal. Jika ia
memiliki penghalang yang mengharuskannya melakukan hal itu, maka mencegah
kehamilan mubah baginya, sebagai rushah yang bersifat fardiyah (perorangan), Sebab
di dalam fiqih Islam tidak ada rukhshah yang diberlaukan secara umum bagi setiap
ummat dan setiap iklim, akan tetapi rukhshah itu berlaku atas perorangan dan karena
penerapan hukum fiqih yang bersifat umum akan berbeda antara satu orang dengan
yang lain. Penerapannya sesuai keadaan setiap oknum. hal ini juga sebagaimana yang
dikatakan oleh syaikh al-Buthi.

3. Metode KB Hari Ini

a. Kontrasepsi alami

1. Metode Azl (senggama terputus)

 Motivasi: Mengatur jarak kelahiran


 Unsur pembunuhan : sebagian ulama mengatakan ada unsur pembunuhan
karena penumpahan seperma terjadi di luar vagina yang tidak memungkinkan
seperma untuk hidup. Tetapi, sebagian yang lain mengatakan tidak termasuk
unsur pembunuhan.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: tidak ada karena tidak
menubah sistem reproduksi.
 Efek samping: relatif tidak ada (tidak tuntasnya keluar seperma, tetapi masih
dianggap ringan)
 Unsur penzaliman trhadap salah satu pihak: ada yang mengatakan bisa
mengurangi kenikmatan istri, tetapi jika istri ridha hal itu tidak masalah.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan etika Islam (dilakukan mandiri
oleh laki-laki).

Hukum azl menurut pendapat ulama yang rajih (unggul) adalah boleh. Tetapi,


tidak tidak melakukan azl adalah jauh lebih baik. Walaupun demikin, larangan
ini tidak sampai pada derajat makruh tanzihi yang dilarang.

2. Metode Penyusuan

 Motivasi: melakukan perintah penyusuan dalam Al-Qur’an sekaligus


mendapatkan manfaat mangatur jarak kelahiran.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: tidak ada. Masa tidak subur
karena penyusuan sifatnya hanya sementara.
 Efek samping: relatif aman, meskipun beberapa ibu ada yang mengalami luka
atau trauma pada puting susu, mastitis (infeksi kelenjar payudara), dan
sebagainya.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: tidak ada. Justru hadirnya masa
tidak subur merupakan bonus unruk bisa melakukan hubungan seksual secara
maksimal.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan Islam. Dilakukan mandiri oleh
kaum wanita.

Hukum metode penyusuan adalah sunah.

3. Metode pantang berkala seksual (KB kalender, suhu basal badan, dan lendir
serviks)

 Motivasi: mengatur jarak kelahiran.


 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: tidak ada.
 Efek samping: tidak ada.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: ada jika waktu pantang berkala
terlalu lama. Hal ini berdampak relatif bagi masing-masing psikologi yang di
timbulkan.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan Islam.

Hukum metode yang menggunakan pantang berkala seksual adalah boleh.

b. Kontrasepsi buatan

Metode kontrasepsi laki-laki

1. Kondom

 Motivasi: pengatur jarak kelahiran.


 Unsur pembunuhan: sebagian kondom saat ini menggunakan spermisida
Nonoksinol 9 spermisida (spermicide) diartiakan sebagai bahan yang merusak
spermatozoa. Namun, para ulama berbeda pendapat apakah merusak dalam
spermatozoa ini dikategorikan pembunuhan atau bukan.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: tidak ada.
 Efek samping: tidak ada. Efek samping sistemik bagi tubuh. Namun, beberapa
ada yang alergi terhadap kondom berbahan lateks dan iritasi lokal
karena spermaticid.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: relatif dan bergantung kondisi
individu.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan Islam jika pemasangannya
dilakukan sendiri.

Mengenai hukum kondom, sampai saat ini ulama membolehkan. Saran


penulis harus memilih kondom yang tidak mengandung spermaticid. Ini
karena ada sebagian ulama berpendapat bahwa mematikan sperma termasuk
pembunuhan. Sedangkan hukum spermaticid  menurut pendapat para ulama
adalah tidak membolehkannya.

2. Vasektomi

Pemotongan saluran keluarnya sperma (saluran vas deferens). Dengan memotong vas


deferens, sperma tidak mampu diejakulasikan. Pria menjadi tidak subur setelah vas
deferens bersih dari sperma yang memakan waktu 3 bulan.

 Motivasi: pemutusan keturunan secara permanen.


 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: ada. Ini karena
pengembalian kesuburan dengan prosedur ini hanya 50% mencapai
kehamilan. Reversi vaskotomi dilakukan dengan reanastomosis vas
deferens. Namun, prosedur ini beresiko menimbulkan antibody anti sperma
yang menyebabkan jumlah sperma rendah sehingga kehamilan sulit dicapai.
 Efek samping:

Efek samping jangka pendek akibat tindakan operasi adalah infeksi dan
pembengkakan testis. Efek samping jangka Panjang adalah insidensi kanker testis dan
kangker prostat meningkat pada pria yang pernah menjalani vasektomi.

 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: tidak ada. Karena, tidak
mengganggu hubungan seksual.
 Cara pemakaian: dilakukan dengan oprasi baik anestesi local maupun umum
yang memperlihatkan aurat kepada orang lain dalam kondisi tidak darurat.

Para ulama sepakat mengharamkannya karena selama ini yang terjadi adalah
pemandulan.

3. Suntik KB
Saat ini sedang dilakukan penelitian terhadap kontrasepsi hormonal pria yang
mengandung testosteron dan progesteron. Suntikan testosteron enantat 200 mg per
minggu akan menyebabkan azoospermia dan aligo spermina.

 Motivasi: bisa mengarah kepada pembatasan keturunan yang menyebabkan


laki-laki menjadi mandul.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi permanen: ada. Hal tersebut dapat
mengakibatkan alat reproduksi tidak befungsi dan mengakibatkan tidak
menghasilkan keturunan.
 Efek samping: masih dalam pengembangan.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: tidak ada.
 Cara pemakaian: penyuntikan bisa dilakan tanpa harus memperhatiakan aurat.

Metode ini masih dalam pengembangan dan belum beredar di pasaran. Namun, tetap
memasukannya agar bisa dijadikan sebagai bahan antisipasi bahwasannya pada masa
mendatang akan selalu ada pengambangan metode kontrasepsi baru yang makin
efektif, mudah penggunaannya, serta minimal efek sampingnya. Kita harus senatiasa
waspada serta membekali diri untuk memahami sistem reproduksi diri kita sendiri.

Metode kontrasepsi wanita

Banyak sekali metode kontrasepsi yang diperuntukan bagi wanita. Kita bahas metode
yang lazim di gunnakan saja.

1. Kontrasepsi Hormonal

Termasuk di dalamnya antaralain pil, suntik,


susuk/norplant/implanon. Ketiganya mempunyai mekanisme yang sama:

 Menghambat atau menekan ovulasi (pengeluaran sel telur dari tempatnya,


yaitu ovarium).
 Membuat dinding endometrium tidak kondusif untuk inplantasi (tempat
tumbuhnya janin).
 Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga tidak dapat ditembus oleh
sperma.
 Motivasi: untuk pengaturan kelahiran yang bersifat sementra.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan pemanen atau semi permanen: akan ada keterlambatan
menstruasi dan kesuburan. Namun, sebagian wanita akan kembali hamil
dalam 1 tahun setelah sntikan dihentikan. Respons pengembalian kesuburan
sangat tergantung pada individu. Bebrapa kasus yang ditemukan, beberapa di
antaranya terpaksa mengalami infertilitas sekunder karena kontrasepsi ini.
Meskipun secara teori tidak ada pembatasan secara permanen, kontrasepsi
hormonal mempunyai efektivitas cukup baik hingga mencapai 99%. Jika
pemakaian dilakukan terus menerus bisa mengarah pada pembatasan secara
permanen.
 Efek samping: ada. Beberapa efek sampig yang umum terjadi karena
kontrasepsi hrmonal adalah gangguan menstruasi, mual, sakit kepala,
pertumbuhan jerawat, pertambahan berat badan, depresi, peningkatan tekanan
darah (hipertensi), serta berkurangnya libido.

Penggunaan kontrasepsi yang lama dapat menyebabkan disfungsi seksual


pada wanita.

Tidak semua wanita bisa mengunakan kontrasepsi hormonal karena


dikhawatirkan akan ada resiko yang lebih berat,
seperti tromboembolisme vena dan arteri yang menimbulkan gangguan serius,
migrain, dan kanker payudara. Jika ada beberapa kondisi yang tidak
diperbolehkan, baik secara relatif maupun mutlak harus didiskusikan terlebih
dahulu kepada dokter atau petugas medis yang berkopeten sebelum
pemakaian.

 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: ada. Yakni istri dengan
berkurangnya libidonya.
 Cara pemakaian: penyuntikan bisa dilakukan tanpa harus memeperlihatkan
aurat.

Hukum metode ini adalah boleh. Tetapi syaikh Utsaimin melarang pemakaian
yang terus menerus karean bisa menjadi KB permanen dan menimbulkan efek
samping yang berbahaya bagi wanita.

2. AKDR, IUD (Intra Uterine Divice)

Mekanisme kerjanya ialah menciptakan lingkungan yang tidak konsusif


karena adanya reaksi benda asing. Kondisi ini menyebabkan penyerbukan
leukosit yang dapat menghancurkan sperma, ovum bahkan blastocysta.

 Motivasi: mengatur kalahiran.


 Unsus pembunuhan: ada. Dalam beberapa kondisi bisa mengarah terjadinya
abortus (setelah calon janin berada dalam tahap awal).
 Unsur pembatasan: ada. Bersifat semi permanen. Pemakaian AKDR
bervariasi waktunya ada 3 tahun, 5 tahun, dan 8 tahun. Jika pemakaiannya
minimal 5 tahun ke atas dan tidak ada pertimbangan kondisi darurat maka
penggunaan AKDR dengan tujuan mengatur jarak kehamilan bisa menjadi
pembatas keturunan. Ini tidak sesuai dengan jarak yang diperintahkan dalam
Al-Qur’an, yaitu 2 tahun.
 Efek samping: ada. Bisa ditemukan pada beberapa orang. Biasanya beruapa
rasa nyeri dan kejang di perut, menorargie (pendarahan), infeksi, proforasi
rahim, kehamilan ektopik (kehamilan diluar rahim), dan abortus (keguguran).
 Unsur penzaliman terhadap salah astu pihak: sebagian orang yang mrengalami
hal tersebut. Istri mempunyai risiko untuk menanggung terjadinya efek
samping tersebut. Suami merasakan adanya ganguan saat bersenggama
kareana benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau
terlalu Panjang.
 Cara pemakaian: tidak sesuai dengan syari’at Islam karena harus
memperlihatkan aurat wanita dalam kondisi tidak darurat, meskipun yang
melihat seorang wanita.

Jadi, hukum AKDR/ IUD adalah tidak boleh.

3. Sterilisasi

Mekanisme kerjanya adalah memotong atau mengikat saluran


tuba fallopi (saluran telur) untuk menghambat pembuahan antara sperma dan
sel telur.

 Motivasi/niat/tujuan: pemutusan keturunan secara permanen.


 Unsur pembunuhan (ta’qil): tidak ada
 Unsur pembatasan (tahdid): ada. Biasanya dilakukan untuk tujuan permanen.
Meskipun sebenarnaya seterilasi wanita di pertimbangkan secara irreversibel,
namaun hal ini sangat tergantung usia wanita dan teknik yang digunakan.
Pengembalian kesuburan untuk amil kembali adalah 50% dan 90% tergantung
teknik yang digunakan. Metode sterilisasi yang paling mudah dikembalikan
adalah pemasngan hulka atau klip filshie karena alat ini mendatarkan tuba
falopi yang kemudian dapat dikembangkan lagi. Kautr dan diatrmi adalah
yang paling sulit dikembalikan. Cincin falopi dapat menyebabkan sebagian
tuba falopi mengalami nerkosis yang membuat pengembalian kesuburan lebih
sulit dilakukan.
 Oleh karena itu, jika anda dalam kondisi darurat terpaksa mempergunakan ini,
tanyakan secara jelas kepada dokter sehingga anda tidak terjebak kepada
pembatasan secara permanen.

Efek samping: sterilisasi adalah kontrasepsi yang cukup efektif, tetapi jika
gagal ada peningkatan resiko kehamilan ektopik (di luar rahim). Sebagian
wanita akan merasa berduka karena kehilangan, nyeri menstruasi, dan nyeri
bahu yang bersifat sementara pasca oprasi.

 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak: tidak ada.


 Cara pemakaian: sterilisasi wanita biasanya dilakukan pembedahan
dengan anestesi

Kesimpulan hukum sterilisasai wanita adalah haram karena pembatasan


keturunan permanen.

E. Kesimpulan Dan Penutup

Dari penjelasan yang telah kami paparkan diatas, bersumber dari ayat-ayat Al-
Qur’an dan hadits-hadits Rosulullah serta pendapat para Ulama’ Salaf dan
Ulama’ mu’ashirin di zaman ini, dapat kami simpulkan:

1. Para Ulama’ sepakat bahwa melakukan KB bagi seorang wanita untuk


menghindari kehamilan, dengan tujuan karena takut untuk memberi rezeki
(kehidupan) kepadanya dan khawatir akan miskin atau karena seorang istri
ingin mengembangkan karirnya maka ini adalah bentuk keharaman. Dan
diperbolehkan melakukan KB (bahkan dianjurkan) bila ada darurat yang yang
akan membahayakan istri bila ia hamil (sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh para Ulama di atas), dengan petunjuk tim medis yang memahami hal itu.
2. KB dalam Islam adalah merencanakan jumlah keturunan semaksimal
mungkin dengan tetap memerhatikan jarak kelahiran sesuai syari’at.
3. Dibolehkannya melakukan KB (non permanen) bagi seorang wanita dengan
tujuan untuk menjaga jarak kehamilan, sehingga lebih bisa menjaga kesehatan
istri dan anak-anak yang dimilikinya.
4. Tidak boleh berkeyakinan bahwa KB adalah penghalang terjadinya
kehamilan, karena Allah telah mentakdirkan setiap sesuatu, dan apa yang
telah Allah takdirkan pasti akan terjadi hingga hari kiamat.
5. Menghalangi terjadinya kehamilan bila hal itu di butuhkan (bahkan dianjurkan
karena adanya madharat) tidak sebatas hanya dengan melakukan ‘Azl bagi
suami terhadap istrinya, namun dibolehkan menggunakan obat-obat (pil-pil),
kondom dan lainnya bila hal itu tidak mendatangkan madhorot bagi si wanita
yang memakainya. Wallahu A’lam Bishshawab.

Anda mungkin juga menyukai