Anda di halaman 1dari 4

KB DAN PELAYANAN KONTRASEPSI

NAMA : SITI INDRIYANI


NPM : 201560411032

RANGKUMAN PERSPEKTIF KB DALAM HUKUM ISLAM SERTA PRO DAN


KONTRA YANG TERJADI DI MASYRAKAT

Keluarga berencana merupakan suatu slogan di era modern yang mendoktrin anggota
masyarakat untuk melakukan perencanaan jumlah anak yang akan dilahirkan dalam suatu
rumah tangga. Untuk itu dilakukan penanggulangan kehamilan dengan Program KB ini.
Program ini dilakukan dengan alat teknologi kedokteran yang modern maupun dengan cara
tradisional. Dalam kajian fiqih Islam sendiri pernah terjadi bagaimana perilaku pencegahan
kehamilan dengan cara ‘Azl, walaupun hal tersebut menuai kontroversi dan perbedaan
pandangan dari para ahli fikih. Perilaku ini dianggap oleh sebagian ahli sebagai perilaku KB
alami yang dibolehkan.

Tidak diragukan lagi, bahwa tujuan pokok perkawinan ialah menjaga kelangsungan
hidup generasi manusia. Sedang kelangsungan jenis manusia ini hanya mungkin dapat
dilakukan dengan berlangsungnya keturunan. Islam sendiri sangat suka terhadap banyaknya
keturunan dan memberkati setiap anak, baik laki-laki ataupun perempuan. Namun dibalik itu
Islam juga memberi kemudahan kepada setiap muslim untuk mengatur keturunannya itu
apabila didorong oleh alasan kuat.

Agama Islam merupakan Rahmatal li ‘alamin, dengan adanya kemajuan teknologi


dan ilmu pengetahuan yang pesat di kalangan masyarakat Islam ini, Islam mengajukan untuk
tetap berpegang teguh pada Sumber Hukum Islam yaitu Alquran dan Hadis. Masyarakat
Islam sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari dunia, ia tidak dapat melepaskan diri
dari persoalan-persoalan yang menyangkut kedudukan hukum suatu persoalan. Persoalan-
persoalan baru yang status hukumnya sudah jelas dan tegas dinyatakan secara eksplisit dalam
Alquran dan Hadis, yang diyakini tidak akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan
masyarakat Islam. Akan tetapi, bagi persoalan-persoalan yang belum jelas status hukumnya
dalam kedua sumber hukum Islam itu. Di sinilah ijtihad berperan untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan hukum yang baru tersebut.
Tidak hanya itu kb juga di perkuat dengan dasar hukum sebagai berikut :

Dasar Hukum KB (Family Planning)


1. Dasar Yuridis Formal:
Dasar pelaksanaan KB yang bersumber dari perundang-undangan yang
berlaku.
a) Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
b) Undang-undang No. 5 Tahun 1074 Tentang Pokok-pokok Pemerintah di daerah.
c) UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa.
d) UU RI No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera.
e) Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan
Keluarga Berencana.
f) Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 1996 Tentang Pembangunan Keluarga

2. Dasar Agama/Religius (Al-Quran dan Al-Hadits)


Dasar hukum KB yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran banyak
sekali ayat yang berkaitan dengan KB diantaranya:
a) Q. S. An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar.”

b) Q. S. Al-Qashash ayat 77

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.”
c) Q. S. Al-Baqarah ayat 233

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada
para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak
ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak
ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

PRO :
Terkait alat kontrasepsi dan KB dengan mencegah kehamilan maka Imam Ghazali
berpandangan dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin yakni, menggunakan alat kontrasepsi atau
KB bahwa boleh (tidak dilarang), karena alasan tertentu, kesukaran yang dialami ibu
disebabkan sering melahirkan. Diantara alasan yang mendorong bolehnya menggunakan alat
kontrasepsi atau KB adalah:
(1) untuk menjaga kesehatan si ibu, karena sering melahirkan,
(2) untuk menghindari kesulitan hidup karena banyak anak, dan
(3) untuk memenuhi kelangsungan hidu si ibu dan keluarga.
Syaikh Abu Muhammad bin Shalih bin Hasbullah dalam bukunya, mengatakan bahwa
termasuk azl’ adalah alat atau segala macam sarana yang digunakan oleh wanita untuk
mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Baik itu berupa pil atau yang lainnya. Hukumnya
boleh, dengan catatan, pencegahan ini hanya berlaku sementara (tidak selamanya), dan tidak
karena takut miskin atau takut rizkinya menjadi sempit. Jika penggunaan kontrasepsi ini
dengan alasan karena takut miskin, takut tidak dapat membiayai kehidupan anak-anak, dsb,
maka ini hukumnya haram secara mutlak. Karena telah termasuk di dalamnya berprasangka
buruk kepada Allah.
KONTRA :
dalam hadis Rasulullah Saw. menganjurkan agar setiap laki-laki menikahi
perempuan-perempuan yang subur untuk melahirkan keturunan:
“Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak banyak karena
sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu di hadapan para Nabi
nanti pada hari kiamat"
Hadis ini mengandung anjuran untuk memperbanyak keturunan, karna dari banyak
nya keturunan dapat bangga pada hari kiamat nanti dihadapan nabi nabi. yang mana
ditekankan pada hadist ini untuk menikahi perempuan yang mempunyai keturunan, tanpa
harus menggunakan alat kontrasepsi dan KB.
Menurut Syekh Abdullah bin Baaz, Keluarga Berencana dengan mencegah kehamilan
adalah dilarang (haram). Ia berpendapat bahwa membatasi keturunan itu bertentangan dengan
kemaslahatan umat Islam karena menjadikan sedikit dan lemahnya kaum muslimin.
Adapun menggunakan alat-alat kontrasepsi atau sarana lain yang mengakibatkan alat-
alat reproduksi tidak berfungsi dan mengakibatkan tidak dapat menghasilkan keturunan, baik
pada pria maupun wanita, dengan persetujuan ataupun tidak, dengan motivasi agama atau
lainnya, maka hukumnya haram, dan para ulama sepakat mengharamkannya. Contoh yang
diharamkan adalah fasektomi (pemutusan saluran sperma) dan tubektomi (pemutusan saluran
telur).

KB berasal dari kata keluarga dan berencana. Apabila kata ini dipisah, maka
“keluarga”mempunyai arti tersendiri, demikian juga dengan kata “berencana”. Yang
dimaksud keluarga di sini ialah unit terkecil di dalam masyarakat yang anggota-anggotanya
adalah ayah dan ibu, atau ayah, ibu dan anak.

Dasar hukum KB Family Planning ada dua macam yaitu: Hukum Yuridis dan Hukum
religius atau agama Adapun hukum KB dalam pandangan Islam, yaitu, Pada zaman
Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau mencegah kehamilan di tengah-
tengah kaum muslimin. Tidak ada upaya dan usaha yang serius untuk menjadikan al-‘azl
sebagai amalan yang meluas dan tindakan yang populer di tengah-tengah masyarakat
Pandangan ulama tentang KB sendiri, memberikan jawaban yang berbeda. Beberapa ulama
tidak membolehkan dengan alasan yang kuat berdasarkan dalil Alquran QS. Al-Isra’ ayat 31.
Sebagian ulama membolehkan jika memang dalam keadaan yang membahayakan nyawa
seseorang. Hendaknya slogan Keluarga Berencana ini bisa tetap kita jalankan guna menjaga
keutuhan dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai