DI SUSUN OLEH :
ARIN NASRIKHUSNA
DENI RAHMAWATI
EKO TOTOK M.
PRODI S1 KEPERAWATAN
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Tidak mengherankan bahwa Islam telah memandang keluarga sebagai suatu unit dasar
kemasyarakatan dari masyarakat Islam, dan telah menekankan bahwa pembentukan keluarga
adalah tanggung jawab setiap pasangan. Hubungan keluarga sangat ditekankan dalam fiqih
Islam untuk mencapai kehidupan sejahtera dan bermanfaat bagi para anggotanya. Hak-hak
anak khusus telah ditekankan sebagai pembangunan masyarakat masa depan dan pembela
Islam.
Hasil capaian pionir Islam tidak akan menjadi kejutan hebat bagi kaum Muslim.
Mereka tahu bahwa Islam bukan hanya agama peribadatan melainkan juga sebuah sistem
kemasyarakatan, kultur, dan peradaban. Hukum Islam amat komprehensif dan mengayomi
kebutuhan, kegiatan, dan keprihatinan manusia. Islam mempertimbangkan pula masalah
perencanaan keluarga secara obyektif dan penuh kasih sayang bagi kaum mukminin, sebagai
agama kemudahan (yusr) dan bukan kesulitan (‘usr), dan telah mensponsori perencanaan
manusia dalam segala urusan individual, komunal, dan sosial, tidak terkecuali perencanaan
kelahiran.
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit)
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu
bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-
keluarga yang hidup pada bangsa tersebut. KB berarti suatu tindakan perencanaan pasangan
suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan
negara.
Sedangkan masalah aborsi sejak sekitar tahun 1920-an sudah menjadi suatu kasus
yang hangat dibicarakan. Negara yang pertama melegalisasikan aborsi adalah Rusia pada
tahun 1920. Sekarang ini sudah banyak negara-negara yang melegalisasi aborsi dengan
syarat-syarat yang bervariasi. Bahkan di beberapa negara, aborsi sudah menjadi bagian dari
program Keluarga Berencana, sehingga ketika Konperensi Kependudukan diadakan pada
bulan September 1994 di Cairo telah diusulkan agar aborsi dimasukkan sebagai salah satu
cara untuk mengendalikan pertumbuhan dan pertambahan penduduk, sebagai bagian dari
program Keluarga Berencana.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Hukum KB
Di dalam al-Qur’an dan Hadits, yang merupakan sumber pokok hukum Islam dan
yang menjadi pedoman hidup (way of life) bagi umat Islam. Tidak ada nash yang sharih
(clear statement) yang melarang ataupun yang memerintahkan ber-KB secara eksplisit.
Karena itu, hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam (qaidah fiqhiyah)
yang menyatakan:
Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, kecuali/sehingga ada dalil yang
menunjukkan keharamannya.
Selain berpegangan dengan kaidah hukum Islam tersebut di atas, kita juga bisa
menemukan beberapa ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi yang memberikan indikasi, bahwa pada
dasarnya Islam membolehkan orang ber-KB. Bahkan kadang-kadang hukum ber-KB itu bisa
berubah dari mubah (boleh) menjadi sunah, wajib, makruh atau haram, seperti halnya hukum
perkawinan bagi orang Islam, yang hukum asalnya juga mubah. Tetapi hukum mubah ini bisa
berubah sesuai dengan situasi dan kondisi individu Muslim yang bersangkutan dan juga
memperhatikan perubahan zaman, tempat, dan keadaan masyarakat/negara. Hal ini sesuai
dengan kaidah hukum Islam yang berbunyi:
Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat, dan
keadaan.
Tetapi hukum ber-KB bisa menjadi makruh bagi pasangan suami istri yang tidak
menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri tersebut tidak ada hambatan/kelainan
untuk mempunyai keturunan. Sebab hal yang demikian itu bertentangan dengan tujuan
perkawinan menurut agama, yakni untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia dan untuk
mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai generasi
penerus.
Hukum ber-KB juga menjadi haram (berdosa), apabila orang melaksanakan KB
dengan cara yang bertentangan dengan norma agama. Misalnya vasektomi (sterilisasi suami)
dan abortus (pengguguran).
Adapun ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil untuk dibenarkan ber-KB
antara lain adalah sebagai berikut:
C. KB menurut Medis
Dokter Amru Sofian SpOG (K) Onk (konsultan tumor kandungan) yang akan
memngulas bagaimana KB menurut medis. Di awali dengan berbicara Kb menurut medis,
oleh Dokter Amru, beliau memaparakan mulai dari definisi Kb itu sendiri, bahwa Kb adalah
keluarga berencana, yang mana pastinya memiliki tujuan kesejahteraan keluarga, setiap orang
dalam hidupnya perlu perencanaan yang baik, termasuk dalam hal memiliki anak. Ada
bebrapa hal yang di paparkan yakni mengenai 3 hal yang menjadi dasar keluarga berencana:
1. Merencanakan kapan memiliki anak
2. Merencanakan jumlah anak
3. Merencanakan jarak kehamilan
Secara cukup detil beliau memaparkan mulai dari berbagai macam metode Kb yang
ada, kemudian bagaimana menggunakannya , hingga efek samping pada penggunanya.
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa pada dasarnya untuk setiap orang pengguna Kb
memiliki kondisi berbeda, perbedaan itu misalnya dari sisi kesehatan maupun ketahanan
fisik, di sebabkan adanya perbedaan itulah setiap pengguna Kb harus lebih dulu memeriksa
kesehatannya atau berkonsultasi dengan dokter yang ahli dalam bidang tersebut, sebab jika
hal itu di abaikan akan mengakibatkan kerugian terhadap pengguna kb itu sendiri.
D. Pengertian Aborsi
Aborsi atau Abortus dalam bahasa latin, adalah berhentinya kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Ada pula berbagai istilah aborsi
dalam ilmu kedokteran untuk membedakan sebab dan proses aborsi.
Spontaneous Abortion adalah kandungan yang gugur karena trauma kecelakaan atau
sebab-sebab alami yang tidak disengaja atau memang sudah alamiah mengalami
keguguran
Induced Abortion atau Procured Abortion adalah pengguran kehamilan yang
disengaja . istilah lainnya adalah Therapeutic Abortion yaitu pengguguran yang
dilakukan karena dapat mengancam rohani atau fisik si ibu. Biasanya dilakukan pula
karena korban pemerkosaan.
Eugenic Abortion adalah pengguguran yang dilakukan karena janin mengalami cacat
yang dapat membahayakan jika terus dilakukan.
Aborsi yang legal, yang dilakukan karena alasan yang logis dan etis, maka diperbolehkan
asalkan atas naungan hukum yang berlaku. Untuk pelaksanannya butuh perlindungan hukum
dan diketahui saksi juga pihak yang resmi seperti :
Permasalahan aborsi yang merupakan keguguran atau pengguguran erat kaitannya dengan
proses membunuh jiwa seseorang. Dalam hal ini perlu kiranya kita mengetahui bagaimana
islam dalam menempatkan pembunuhan terhadap jiwa manusia.
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan
yang benar “ (Qs Al Isra : 33 )
Allah melarang manusia untuk membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah. Dalam kondisi
dan konteks yang normal tentu membunuh adalah suatu perbuatan keji dan dosa besar karena
telah menghilangkan hak orang lain untuk hidup, beribadah dan beramal baik di dunia.
Padahal di muka bumi terdapat tujuan penciptaan manusia sebagai orang yang akan
mengabdi kepada Allah. Hakikat penciptaan manusia pun adalah untuk bisa mengumpulkan
pahala dan amalan yang baik untuk di akhirat.
Dalam konteks yang lain pembunuhan bisa saja dilakukan dalam konteks yang
dibenarkan misalnya konteks peperangan, mempertahankan keamanan diri, dan juga
melawan kejahatan. Untuk itu, secara umum pembunuhan adalah langkah yang tidak
dibenarkan dan tidak bisa sembarangan. Pertanggungjawabannya sangat berat karena
menyangkut hidup seseorang.
“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia telah membunuh
manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.”
(QS. Al Maidah:32)
Membunuh seorang manusia tentunya berefek bukan hanya pada satu orang saja. Satu
manusia bisa terikat kondisi dan ketergantungan dari pihak yang lain. Misalnya saja dengan
istri dan anaknya, dengan keluarga, dengan pekerjaan, dan dengan hal-hal lainnya.
Membunuh satu orang tentu berefek pada orang banyak, karena pastinya manusia memiliki
fungsi satu sama lain. Sedangkan menyelamatkan nyawa berlaku yang sama. Menyelematkan
nyawa berarti membuat seseorang tetap dalam fungsinya, memberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri, dan beramal baik.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang
memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah dosa yang besar.” (QS Al Isra’ : 31)
Islam melarang untuk membunuh anak dikarenakan takut miskin atau melarat. Banyak orang
tua yang ketika mengetahui dirinya tengah mengandung dan akan memiliki anak kemudian
mereka menggugurkan kandungannya dan membunuh janin yang ada dalam tubuhnya.
Hal ini dilarang oleh Allah sebagaimana disampaikan di dalam ayat tersebut. Tentunya
anak adalah aset keluarga terlebih ia diciptakan memiliki fungsi dan tujuan. Orang tua
bertugas untuk mendidiknya dengan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam.
Persoalan rezeki tentu Allah akan selalu memberikan jalan-jalannya.
“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah murka kepadanya dan
melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang besar” (Qs An Nisa’ : 93 )
Allah memberikan balasan neraka bagi mereka yang membunuh seseorang mukmin dengan
sengaja. Hal ini tentu agar manusia berhati-hati dan tidak asal-asalan dalam melakukan
sesuatu yang berakibat pada emosi diri dan membunuh seseorang. Setan selalu menggoda
manusia hingga dia habis nyawannya di muka bumi dan tidak berkesempatan kembali untuk
beribadah kepada Allah SWT.
Allah mengharamkan manusia untuk membunuh jiwa yang diharamkan Allah apalagi yang
bertentangan dengan fungsi agama. Apalagi dengan alasan yang tidak dibenarkan
sebagaimana aborsi yang dilakukan secara sengaja seperti : membunuh anak karena takut
miskin, anak hasil pergaulan bebas yang haram, atau ketidaksiapan ibu atau ayahnya
menghadapi anak dalam keluarganya. Hal-hal tersebut tentu tidak dibenarkan.
Dalam hal lain, islam masih mempertimbangkan persoalan aborsi jika memang menyangkut
keselamatan ibu, keselamatan janin, kesehatan orang tuanya, dan memang hal-hal yang
ilmiah dipertimbangkan dari aspek medis atau kedokteran. Jika aborsi dilegalkan dan
diperbolehkan tentu dampaknya sangat negatif. Akan banyak orang yang membunuh dan
membiarkan bayinya terbunuh begitu saja. Padahal, janin adalah calon khalifah fil ard
nantinya. Sedangkan jika dilegalkan, maka perzinahan akan semakin banyak, pergaulan
bebas semakin meluas.
Itu pun tidak asal-asala, pertimbangannya harus ketat dan benar-benar dipertimbangkan
keseluruhan aspek. Mulai dari ibu, janin, dampak kedepan, dampak jangka pendek, dan
berbagai aspek kesehatan lainnya
Macam-Macam Aborsi
Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi, yaitu :
1. Aborsi Spontan / alamiah adalah aborsi yang berlangsung tanpa tindakan apapun.
Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma
2. Aborsi Buatan / sengaja / Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan
sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu
akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi
(dalam hal ini dokter, bidan, atau dukun beranak)
3. Aborsi Terapeutik / Abortus Provokatus Therapeuticum adalah pengguguran kandungan
buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil
tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang
dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya. Tetapi, ini semua
atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa.
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah: Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: PT Toko Gunung
Agung, Cet. 2, 1994), hal. 54.
https://dalamislam.com/hukum-islam/aborsi-dalam-pandangan-islam