Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MODELLING MEDIA VIDEO TERHADAP PENINGKATAN

KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK RETARDASI MENTAL USIA 5-7


TAHUN DI SLB N SEMARANG
Noer Elok Faikoh*),Dera Alfiyanti**), Ulfa Nurullita***)

*) Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang,


**) Dosen Universitas MuhammadiyahSemarang,
***) Dosen Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRAK

Retardasi mental adalah kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-
kanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan di bawah normal. Anak-anak dengan
retardasi mental membutuhkan perhatian yang sangat besar, salah satu bentuk kemandirian yang tidak
bias dilakukan anak retardasi mental adalah toilet training. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh modelling media video terhadap peningkatan kemampuan toilet training pada anak dengan
retardasi mental di SLB N Semarang. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan one group pre
and post. Jumlah sampel 30 responden dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pemberian modeling media video didapatkan 15 anak
(50%) mampu dan 15 anak (50%) tidak mampu. Sedangkan setelah dilakukan intervensi didapatkan
peningkatan sebanyak 26 anak (86,6 %) mampu dan 4 anak (13,4%) tidak mampu. Pada karakteristik
responden anak retardasi mental pada jenis kelamin terdapat 14 anak (46,7%) laki-laki dan 16 anak
(53,3%) perempuan. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar terapi modeling video ini dapat
diterapkan, dikembangkan dan dijadikan mata ajar atau terapi untuk melatih ketrampilan dalam
meningkatkan toilet training.

Kata kunci : Anak retardasi mental, toilet training, dan modeling media video

ABSTRACT

Mental retardation is a cognitive weakness or inability to appear in childhood (before 18 years) phase
is characterized by below-normal intelligence. Children with mental retardation requires great
attention, a form of independence that is not biased done mentally retarded child is toilet training.
This study aims to determine the effect of modeling video media to the increased ability of toilet
training in children with mental retardation in SLB N Semarang. The design of this study using the
approach of one group pre and post. Total sample of 30 respondents with a purposive sampling
technique. The results of this study show before granting intervention modeling video media obtained
15 children (50%) and 15 children were able (50%) can not afford. Meanwhile, after the intervention
obtained an increase of 26 children (86.6%) were able and 2 children (6.7%) was not able to. On the
characteristics of mental retardation in children respondent gender with 14 children (46.7%) men and
16 children (53.3%) women. Recommendations resulting from this study is that treatment can be
applied to video modeling, developed and used as a teaching or therapy eye to train skills in
improving toilet training.

Keywords: Children with mental retardation, toilet training, and modeling of video media

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 1


PENDAHULUAN

Anak adalah individu yang berada dalam hanya mengajarkan para siswa hanya sebatas
rentang perubahan masa perkembangan mulai pemahaman tentang cara toilet training yang
dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau benar atau dengan kata lain menggunakan
toodler (1-2,5 tahun), usia pra-sekolah (2,5-5 tekhnik lisan. Hasil observasi terhadap 3 siswa
tahun), usia sekolah (5-11 tahun), usia remaja usia 5-7 tahun, pada tanggal 7 Januari 2013,
(11-18 tahun) (Hidayat, 2009, hlm 6). menunjukkan 2 dari 3 siswa, masih harus
dilakukan pendampingan dan masih harus
Seorang anak membutuhkan bebas dari dibantu oleh orangtuanya dalam melakukan
penyakit agar dapat bertumbuh dan toilet training
berkembang dengan baik, namun pada
kenyataannya tidak semua anak dapat melalui Toilet Training pada anak merupakan cara
masa tumbuh kembangnya dengan optimal untuk melatih anak agar mampu mengontrol
karena mengalami gangguan pada proses buang air kecil dan buang air besar (Hidayat,
tumbuh kembangnya. Gangguan-gangguan 2008, ¶2). Toilet training diharapkan dapat
tersebut dapat berupa gangguan bicara, melatih anak untuk mampu BAK dan BAB di
gangguan pendengaran, keadaan cacat pada tempat yang telah ditentukan. Selain itu, toilet
anak sindrom down, palsi serebralis, autisme, training juga mengajarkan anak dapat
retardasi mental, dan lain-lain. Menurut membersihkan kotoran sendiri dan memakai
American Association on Menthal Retardation kembali celananya (Mufattahah, 2008, ¶4).
(AAMR), retardasi mental adalah kelemahan
atau ketidakmampuan kognitif yang muncul Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan
pada masa kanak-kanak (sebelum 18 tahun) oleh Keen dan Crusscelly (2007) dalam toilet
ditandai dengan fase kecerdasan di bawah training for children with autism : the effect of
normal (IQ 70-75 atau kurang), dan disertai video modelling menunjukkan bahwa model
keterbatasan lain yaitu : berbicara dan video dapat meningkatkan pencapaian BAK
berbahasa, ketrampilan merawat diri, siang hari dikalangan anak-anak dengan
ketrampilan sosial, penggunaan sarana autisme. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
masyarakat, kesehatan dan keamanan, Ammelda tahun 2004 dengan judul "Pengaruh
akademik fungsional, bekerja dan rileks, dan modelling media video dan gambar terhadap
lain-lain (Soetjiningsih, 2006,¶2). peningkatan kemampuan toilet training pada
anak usia toddler" didapatkan rata-rata tingkat
Menurut Bank Dunia dan badan kesehatan kemampuan toilet training sebelum pemberian
dunia (WHO), Tercatat sebanyak 15 persen intervensi sebesar 9.47 dan sesudah diberikan
dari penduduk dunia atau 785 juta orang intervensi pada kelompok eksperimen
mengalami gangguan mental dan fisik (9 April didapatkan rata-rata tingkat kemampuan toilet
2012, www.psikologizone.com). Statistik training sebesar 11.93.
menunjukkan bahwa di Indonesia didapatkan
10-30 dari 1.000 penderita yang mengalami Berdasarkan fenomena di SLB N Semarang
tuna grahitamelalui data demologi dilaporkan tentang masih banyaknya kasus anak dengan
bahwa 34-39% pengunjung Puskesmas usia 5- retardasi mental yang belum dapat mandiri
15 tahun menunjukkan gangguan mental dalam toilet training dan melihat keefektifan
emotional (Muttaqin, 2008, hlm 426). modelling media video dalam melatih toilet
training pada anak terbukti dengan penelitian
Anak-anak dengan retardasi mental yang sudah pernah dilakukan untuk anak
membutuhkan perhatian yang sangat besar, dengan usia toddler maupun dengan anak
karena selain mereka memiliki fungsi autisme, maka peneliti tertarik untuk
intelektual dibawah normal, mereka juga tidak melakukan penelitian tentang Pengaruh
bisa mandiri. Berdasarkan hasil observasi dan modelling media video terhadap peningkatan
wawancara yang dilakukan peneliti di SLB N kemampuan toilet training pada anak dengan
Semarang pada salah satu seorang terapis pada retardasi mental di SLB N Semarang.
tanggal 20 Desember 2013, didapatkan data
bahwa sebagian besar anak retardasi mental
belum dapat melakukan toilet training secara
mandiri, disamping itu guru dan terapis juga

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 2


METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam Tabel 5.2
penelitian ini adalah eksperimen semu, d uji
wilcoxonpendekatan one group pre and postest Distribusi frekuensi kemampuan toilet
(Notoatmojo, 2005, hlm.164). Tekhnik training anak retardasi mental sebelum
pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan intervensi pemberian modelling
menggunakan tekhnik purposive sampling. mediavideo pada bulan April 2014 (n=30)
Alat pengumpulan data berupa lembar
observasi terkait toilet training berupa 9 Penilaian Frekuensi Persentase
pernyataan yang sebelumnya telah di uji expert
dengan salah satu terapis di SLB N Semarang. Mampu 15 50%
Tidak 15 50%
Mampu
HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 5.2 di atas didapatkan hasil
bahwa sebagian besar jumlah responden
a) Jenis kelamin mampu melakukan toilet training sebelum
Berdasarkan data yang telah didapat di SLB N dilakukan intervensi pemberian modelling
Semarang, karakteristik responden media video adalah berjumlah 15 anak ( 50
berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel %).
5.1
Tabel 5.1 c). Penilaian kemampuan toilet training
Distribusi frekuensi karakteristik jenis Setelah dilakukan Intervensi modelling media
kelamin responden penelitian di SLB N video
Semarang (n=30) Gambaran skor kemampuan toilet training
sebelum dilakukan intervensi modelling media
Jenis Jumlah Presentase video didapatkan nilai minimum 0, maximun
kelamin % 7, mean 5.07, standar deviasi 1.530. Hasil
pengkategorian terhadap kemampuan toilet
Laki-laki 14 46.7 training anak retardasi mental di SLB N
Perempuan 16 53.3 Semarang setelah diberikan intervensi
modelling media video diperoleh sebagai
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan berikut :
bahwa karakteristik jenis kelamin responden
sebagian besar adalah perempuan yaitu Tabel 5.3
berjumlah 16 anak (53.3 %). Distribusi frekuensi kemampuan toilet
training anak retardasi mental setelah
b). Penilaian kemampuan toilet training dilakukan intervensi pemberian
Sebelum dilakukan Intervensi modelling media modelling media video
video pada bulan April 2014 (n=30)
Gambaran skor kemampuan toilet training
sebelum dilakukan intervensi modelling media
video didapatkan nilai minimum 0, maximum
6, mean 3.50 dan standar deviasi 1.253. Hasil
Penilaian Frekuensi Persentase
pengkategorian terhadap kemampuan toilet
training anak retardasi mental di SLB N Mampu 26 86.6%
Semarang sebelum diberikan intervensi Tidak 4 13.4%
modelling media video diperoleh sebagai Mampu
berikut :

Berdasarkan tabel 5.3 di atas didapatkan hasil


bahwa sebagian besar jumlah responden
mampu melakukan toilet training setelah
dilakukan intervensi pemberian modelling

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 3


media video adalah berjumlah 26 anak (86.6 sebelum dilakukan intervensi pemberian
%). Artinya, terdapat peningkatan kemampuan modelling media video didapatkan hasil nilai
anak retardasi mental dalam melakukan toilet minimum 0, maximum 6, mean 3.50 dan
training setelah diberikan intervensi berupa standar deviasi 1.253. Data yang diperoleh
modelling media video. sebanyak 15 responden (50%) berada dalam
kategori mampu, dan 15 responden (50%)
Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan berada dalam kategori tidak mampu.
oleh peneliti, didapatkan hasil nilai pretest
sebesar 0,00 dan nilai postest sebesar 0,00 Penelitian selaras yang dilakukan oleh Renny
maka dapat disimpulkan jenis data Panjaitan (2013) yang berjudul „ Meningkatan
berdistribusi tidak normal . Untuk melihat Kemampuan Toilet Training Melalui Analisis
perbedaan tingkat kemampuan toilet training Tugas Pada Anak Tunagrahita Sedang‟
sebelum dan sesudah pemberian intervensi mengatakan bahwa anak-anak retardasi mental
modeling media video pada anak retardasi belum mampu dalam membuka celana, mereka
mental d SLB N Semarang di uji dengan perlu bantuan orang lain. Untuk jongkok di
wilcoxon. Uji wilcoxon dilakukan karena data atas kloset pada posisi yang benar anak juga
setelah diuji normalitas ternyata data perlu dipandu oleh orang lain. Mengambil air
berdistribusi tidak normal. Berdasarkan <0,05 dengan mengggunakan gayung anak juga
) maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga belum mampu, sedangkan pada kemampuan
dapat disimpulkan hasil ada pengaruh membasuh kelamin sehingga bersih dan
modelling media video terhadap peningkatan menyiram kloset anak belum mampu begitu
toilet training pada anak retardasi mental usia juga dengan mencuci atau membilas tangan
5-7 tahun di SLB N Semarang. dengan menggunakan sabun anak juga belum
mampu. Untuk memakai celana juga anak
perlu dibantu oleh orang lain.

PEMBAHASAN
Penelitian lain juga dilakukan oleh N.H Azrin
Retardasi mental adalah ketidakmampuan anak and R.M Fox (2013) dengan judul „A Rapid
yang ditandai dengan keterbatasan sebelum Method Of Toilet Training The
anak berusia 18 tahun. Berdasarkan hasil Institutionalized Retarded’ didapatkan hasil
penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin kemampuan toilet training responden sebelum
perempuan sebanyak 16 responden (53.3 %) pelatihan sebesar 1.9 % kemudian setelah
dan laki-laki sebanyak 14 responden (46.7%). mendapatkan pelatihan kemampuan toilet
Artinya dalam penelitian yang dilakukan oleh training responden didapatkan peningkatan
peneliti, didapatkan data bahwa sebagian besar menjadi 2.3 %. Pada penelitian ini sebagian
responden berjenis kelamin perempuan. Hal besar mereka tidak mampu untuk dalam item
ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang membuka celana luar dan celana dalam,
dilakukan oleh Elisabeth (2008) dengan judul „ membersihkan / cebok setelah BAK/BAB,
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua menyiram kotoran, memakai celana dalam dan
dengan Status Personal Hygiene Anak luar kembali, hingga mencuci tangan setelah
Retardasi Mental Ringan dan Sedang di SLB BAK/BAB.
N II Yogyakarta‟ yaitu didapatkan data jumlah
responden paling banyak berjenis kelamin Hal ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih,
laki-laki yaitu sebanyak 33 responden (70.2%) (2006, ¶2) yang mengatakan bahwa anak
sedangkan responden perempuan hanya retardasi mental pada umumnya mempunyai
berjumlah 14 responden (29.8%). gangguan atau keterbatasan dalam merawat
dirinya sendiri, contohnya berpakaian, makan,
Gangguan yang dialami oleh penyandang mandi, dan bagaimana bertoilet training.
retardasi mental diantaranya adalah tentang Anak-anak tersebut juga memerlukan latihan
ketrampilan merawat diri, oleh karena itu yang terus-menerus dan berulang agar mereka
mereka sangat memerlukan pembelajaran dapat melakukan toilet training secara
perawatan diri, salah satunya toilet training. mandiri. Toilet training pada anak juga dapat
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
didapatkan hasil bahwa kemampuan anak
retardasi mental dalam bertoilet training

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 4


minat, pengalaman, dan juga lingkungan si media video dengan peningkatan kemampuan
anak (Hidayat, 2008, ¶15). toilet training anak retardasi mental usia 5-7
tahun di SLB N Semarang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
setelah memberikan intervensi berupa Hal ini sejalan dengan penelitian yang
modelling media video selama tiga hari dilakukan oleh Sapto Haryoko (2008) yaitu
berturut turut terhadap kemampuan anak dengan judul „ Efektifitas Pemanfaatan Media
retardasi mental didapatkan nilai minimum 0, Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi
maximun 7, mean 5.07, standar deviasi 1.530. Program Pembelajaran‟ didapatkan hasil
Kemampuan toilet training terdapat bahwa modelling media audio-visual
peningkatan hasil yaitu dari yang semula 15 merupakan intervensi yang efektif dan berhasil
responden (50%) meningkat menjadi sebanyak di gunakan untuk mendukung metode
26 responden (86.6%). Artinya memiliki pembelajaran siswa, yaitu dengan hasil belajar
selisih peningkatan sebesar 36.6%. Anak siswa sebelum eksperimen yaitu sebesar 69.33
mulai mampu melihatkan perkembangannya % kemudia meningkat setelah eksperimen
dalam bertoilet training setelah mereka yaitu sebesar 86.00 %.
menonton video kemudian mempraktekannya,
walaupun sepenuhnya belum ada yang dapat Modelling media video merupakan metode
melakukan toilet training secara mandiri, belajar yang mudah. Pesan yang disampaikan
dalam modelling media video lebih konsisten
mereka harus tetap di antar oeh gurunya.
dan dapat di ulang-ulang. Selain itu, media
Hasil observasi yang dilakukan peneliti video dapat dikombinasikan dengan animasi
setelah diberikan terapi berupa modelling dan pengaturan kecepatan untuk
media video, didapatkan data bahwa mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke
responden mengalami peningkatan waktu. Materi yang memerlukan visualisasi
kemampuan pada item membuka celana seperti mendemonstrasikan hal-hal seperti
dalam, menyiram kotoran, memakai celana gerakan motorik tertentu, ekspresi wajah,
dalam dan celana luarnya kembali, dan juga ataupun suasana lingkungan tertentu adalah
mencuci tangan dengan sabun setelah paling baik disajikan melalui pemanfaatan
BAK/BAB. teknologi video dibandingkan dengan media
lainnya (Daryanto, 2011, hlm.80-81).
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Ammelda tahun 2004 dengan Charlop et al (2002) juga menyampaikan
judul "Pengaruh Modelling Media Video dan bahwa modelling media video juga terbukti
Gambar Terhadap Peningkatan Kemampuan menjadi intervensi yang cukup efektif untuk
Toilet Training Pada Anak Usia Toddler" mengajarkan berbagai ketrampilan bagi para
didapatkan rata-rata tingkat kemampuan toilet penyandang cacat (depelpmental disibilities).
training sebelum pemberian intervensi sebesar Penelitian yang dilakukan oleh Benamao et al
9.47 dan sesudah diberikan intervensi pada (2002) yang berjudul „Assesing change in
kelompok eksperimen didapatkan rata-rata early intervention programs for children with
tingkat kemampuan toilet training sebesar autism’ yang mengajarkan tentang ketrampilan
11.93. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hidup yaitu mengatur meja, memeras jeruk dan
peningkatan dalam melakukan toilet training membuat surat pada tiga penyandang autisme
pada anak-anak usia toddler setelah mereka dengan menggunakan modelling media video,
menonton video tentang toilet training. ternyata didapatkan hasil setelah satu bulan di
tindak lanjut, ternyata ketiga anak autisme
Penelitian lain yang dilakukan oleh Keen dan tersebut masih mampu melakukan ketrampilan
Crusscelly (2007) dalam Toilet Training For yang diajarkan.
Children With Autism : the effect of video
modelling menunjukkan bahwa model video Dalam penelitian ini terbukti modelling media
dapat meningkatkan pencapaian BAK siang video dapat menarik minat dan fokus
hari dikalangan anak-anak dengan autism. responden untuk menonton video yang
Setelah peneliti melakukan uji wilcoxon dan disajikan peneliti. Responden terlihat senang,
didapatkan nilai p value 0,00 (α= >0,05) yang dan antusias dalam memperhatikan setiap
artinya terdapat pengaruh antara modelling adegan atau ketrampilan toilet training yang
diperagakan oleh model dalam video lalu

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 5


kemudian mempraktekan apa yang mereka
lihat. Bahkan tidak jarang diantara mereka A. Saran
yang meminta memutar video secara berulang 1. Bagi guru dan terapis SLB N
hingga mereka mengingat dan dapat Semarang
memahami bagaimana cara bertoilet training. Bahwa terapi modelling media
Kemampuan bertoilet training responden video ini dapat diterapkan,
dalam penelitian ini juga meningkat setelah dikembangkan dan dijadikan
diberikan intervensi modelling media video. mata ajar atau terapi oleh para
Anak retradasi mental lebih mudah dan tertarik guru maupun terapis untuk
diajarkan toilet training dengan menggunakan melatih berbagai macam
video daripada diajarkan dengan cara lisan. ketrampilan selain untuk
meningkatkan toilet training.
Selain itu, para guru dan
terapis juga harus
SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang


“pengaruh modelling media video terhadap memperhatikan masalah toilet
peningkatan kemampuan toilet training pada training dan selalu melatih
anak retardasi mental usia 5-7 tahun di SLB N anak retardasi mental agar
Semarang” yang dilaksanakan mulai bulan dapat melakukan toilet
November 2013 sampai bulan Mei 2014 maka training secara mandiri
dapat disimpulkan sebagai berikut : 2. Bagi pendidikan perawat
Agar modelling media video
1. Karakteristik anak retardasi ini dapat dijadikan mata ajar
mental yang menjadi dalam dunia pendidikan
responden dalam penelitian ini keperawatan sebagai media
adalah sebagian besar berusia yang efektif dan tepat untuk
6 tahun yaitu sebanyak 17 melatih ketrampilan
anak (56.7%), dan sebagian perawatan diri khususnya
besar berjenis kelamin toilet training, yang ditujukan
perempuan yaitu sebanyak 16 kepada anak dengan retardasi
anak (53.3%). mental atau anak dengan
2. Kemampuan anak retardasi berkebutuhan khusus lainnya.
mental dalam melakukan toilet 3. Bagi peneliti selanjutnya
training sebelum diberikan Diharapkan untuk peneliti
terapi modelling media video selanjutnya, agar lebih
didapatkan 15 anak (50%) memikirkan dan
mampu melakukan toilet merencanakan lebih matang
training. dalam melakukan waktu
3. Kemampuan anak retardasi penelitian agar dapat tepat
mental dalam melakukan toilet waktu dan mendapatkan hasil
training setelah diberikan yang maksimal, dikarenakan
terapi modelling media video kelas di SLB N Semarang
terdapat peningkatan yaitu mempunyai jumlah yang tidak
menjadi 26 anak (86.6%). sedikit, dan memiliki jadwal
4. Terdapat pengaruh antara kegiatan yang berbeda pada
pemberian terapi atau setiap kelas di setiap harinya.
intervensi modelling media Kemudian peneliti selanjutnya
video terhadap peningkatan juga diharapkan memberikan
kemampuan toilet training intervensi modelling media
pada anak retardasi mental di video terhadap anak retardasi
SLB N Semarang dengan mental secara bertahap agar
menggunakan uji wilcoxon lebih optimal dalam melatih
yaitu didapatkan p value 0,00 toilet training atau
(α=>0,05). ketrampilan lainnya.

Pengaruh Modeling Media Video Terhadap…( N. E. Faikoh, 2014) 6


DAFTAR PUSTAKA eprints.uny.ac.id/4339/1/Sapto.%20
06204241038.pdf diunduh pada
Ammelda (2004). Pengaruh modelling media
tanggal 15 Juni 2014
video dan gambar terhadap
peningkatan kemampuan toilet Daryanto (2011). Menyusun modul bahan ajar
training pada anak usia toddler. untuk persiapan guru dalam
http://www.kla.or.id/index.php?o mengajar. Yogyakarta: garamedia
ption&=id=120:toilet+training+p
ada+anak+toodler=543:itemid
diunduh pada tanggal 8 Desember
2013 Hidayat, Alimul.(2008). Pengantar ilmu
kesehatan anak untuk pendidikan
Azrun N.H dan Fox R.M (2013). A Rapid kebidanan. Jakarta : Salemba
Method Of Toilet Training The Medika
Institutionalized Retarded
eprints.php.ac.id/4339/1/9086.%2 Hidayat (2009). Pengantar Ilmu Pengantar
006204241038.pdf diunduh pada Anak 1. Jakarta :Salemba
tanggal 15 Juni 2014 Medika

Benamao et al (2002). Assesing Change in Keen, D, Braningan, K L, Crusskelly, M


Early Intervention programs for (2007) Toilet Training For
Children with Autism. Children with autism: The
http://www.pathfindersforautism. effects of video modelling, hlm
org/articles/view/video di unduh 291-303 http://www98 gnffi
pada tanggal 7 Desember 2013 th.edu.au/dspace/bitstream/handle
/10072/16968/47013_1.pdf?seque
Charlop, Freman (2002) Toilet Training For nce=1 diunduh pada tanggal 7
Children with autism: The Desember 2013
effects of video modelling, hlm
291-303 http://www98 gnffi Mufattahah (2011). Pengertian Toilet
th.edu.au/dspace/bitstream/handle Training.
/10072/16968/47013_1.pdf?seque http://www.kla.or.id/index.php?O
nce=1 diunduh pada tanggal 7 ption
Desember 2013 &view=article&id=129:toilet+trai
ning+pada+anak=543:article&ite
Elisabeth (2008). Hubungan Antara Pola Asuh mid diunduh pada tanggal 6
Orang Tua dengan Status Personal Desember 2013
Hygiene Anak Retardasi Mental
Ringan dan Sedang di SLB N II Psikologizon (2012).
Yogyakarta. http//.psikologizon.com/2012/9/4.
http://www.academia.edu/5988992/J html diunduh pada tanggal 4
urnal_Elisabeth_BX_Dasilva Desember 2103
diunduh pada tanggal 17 Juni 2014
Notoatmojo. (2005). Metodologi penelitian
Haryoko, Sapto (2008). Efektifitas kesehatan. Jakarta : Renika Cipta
Pemanfaatan Media Audio-Visual
Sebagai Alternatif Optimalisasi Panjaitan, Reni (2013). Meningkatan
Program Pembelajaran. Kemampuan Toilet Training

7 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…,No…


Melalui Analisis Tugas Pada
Anak Tunagrahita Sedang.
Journal.uad.ac.id.index.php/articl
e/9087/2/pgf diunduh pada
tanggal 15 Juni 2014

Soetjiningsih. (2006). Tumbuh kembang anak.


Jakarta : EGC

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol…,No…

Anda mungkin juga menyukai