Anda di halaman 1dari 23

Hukum KB

Menurut Islam
Disusun Oleh:

01 Aisyah Chumairo
02 Haura Salsabila
Rahayu
25000122120023 25000122120015

03 Hutresia Allya Fadilla

25000122120049
Keluarga Berencana
Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi. Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta
keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari
kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan
merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO

Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah
anak dalam keluarga. Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
KB Menurut
Perspektif
Ulama
Ada dua permasalahan dalam hal KB menurut prespektif Mahmud Syaltut yaitu:
Tahdid an-nasl
Menurut prespektif Mahmud Syaltut bahwa Tahdid an-nasl yang bertujuan untuk membatasi jumlah
kelahiran, sehingga Negara-negara tertinggal dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi, karena jumlah
penduduk tidak seimbang dengan kesediaan bahan pangan merupakan pemikiran yang tidak tepat. Allah
SWT telah menciptakan makanan yang cukup untuk seluruh manusia dan keturunannya, walaupun
  ‫َوـ َمـا ِم ْن َدـاــۤبّ َ ـٍة ِـفـــىالْا ْ َِر‬
jumlahnya sangat banyak dan terus berkembang hal ini berdasarkan firman Allah SWT: ‫ض‬
‫اِـلَّا َعلَىاــل ّ ٰ ِهـ ِر ْزـ ُق َهـا‬
Artinya: ”Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah
rezekinya.” Q.S Hud (11):6.
 
Kekurangan bahan makanan menyebabkan manusia takut untuk memiliki banyak anak, sehingga banyak
orang tua membunuh anaknya karena takut akan kemiskinan. Ketakukan memiliki banyak anak merupakan
ketakutan yang sudah terjadi semenjak zaman jahiliyah. Dimana orang-orang jahiliyah membunuh anak-
ۗ ٍ ‫َوـل َا َتــــ ْقتُل ْ ُٓوـا ا َ ْول َا َدـك ُـ ْمـ ِّم ْناِـ ْمـل‬
anak mereka karena khawatir akan kemiskinan. Hal ini sebagaimana firman Allah: ‫َاق‬

ُ ‫ح ُن َنــ ْر ُزـ ُقك ُْم َوـاِيَّا‬


‫ـه ْم‬ ْ ‫َنــ‬
Artinya: “Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan. Kami yang memberi rizki
kepadamu dan kepada mereka.” Q.S Al-An’am(6): 151.
 
Tanzhim an-nasl
Mahmud Syaltut berpendapat bahwasannya tanzhim an-nasl merupakan suatu solusi untuk
mencegah sesuatu yang membahayakan yang akan terjadi, sehingga keturunan yang dilahirkan merupakan
keturunan yang kuat dan sehat. Tanzhim an-nasl dengan tujuan mengatur kelahiran yang tidak menyalahi
alam dan tidak menyelisihi pemahaman masyarakat, sehingga syariat tidak akan melarangnya
walaupun tidak menganjurkannya dan menghasungnya.
Tanzhim an-nasl yang bertujuan menjarangkan kelahiran akan memungkinkan orang tua untuk
dapat menyusui anaknya secara sempurna selama dua tahun, hal ini sebagaimana firman Allah SWT:‫َوـال ْ َوـالِ ُٰدت‬

َ ‫اد ا َْن ُّيــ ِت ّمَ اــل َّرـ َضا‬


‫ـع َة‬ َ ‫ ُيـــ ْر ِض ْع َنا َ ْول َا َدـ ُهَّن َح ْولـَي ِْنك َـاـ ِمـل َي ِْن ِلـــ َم ْنا َ َر‬ 
Artinya: “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui
secara sempurna.” Q.S Al-Baqarah (2): 233.
Fungsi
dan
Tujuan
KB
1. Menjarangkan anak untuk memungkinkan
penyusuan dan menjaga kesehatan ibu dan anak.

2. Pengaturan masa hamil agar terjadi pada


waktu yang aman.

3. Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk


keperluan keluarga, melainkan juga untuk
kemampuan fisik, finansial, pendidikan, dan
pemeliharaan anak itu.
FUNGSI DAN TUJUAN KB MENURUT UU
RI.NO 52 TAHUN 2009
1. Mengatur kehamilan yang sesuai dengan keinginan.

2. Menjaga kesehatan dan mengurangi angka kematian ibu


dan bayi.

3. Mengembangkan kualitas informasi dan konseling


pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.

4. Mengembangkan partisipasi dan kesertaan pria dalam


praktek KB.

5. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai usaha untuk


menjarangkan jarang kehamilan.
Macam-
Macam
KB
1. Pil KB berupa tablet yang berisi bahan progestin dan progesteren yang bekerja dalam tubuh
wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endomentrium.
Evektivitasnya cukup tinggi, sekitar 95 %.
2. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan ke dalam tubuh wanita yang dikenal cairan Devo
Provera, Net Den dan Noristerat efektivitasnnya mencapai 99 %. Cara kerjanya yaitu
menghalangi terjadinya ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin
terjadi.
3. Susuk KB, yaitu berupa levemorgestrel, terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan di bawah
kulit lengan bagian dalam kira-kira 6 sampai 10 cm dari lipatan siku.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim), terdiri atas lippessloop (spiral), multi load dan
cooper-T terbuat dari plastik halus dililit dengan tembaga tipis. Cara kerjanya adalah
membuat lemah daya sperma untuk membuahi sel telur wanita karena penyempitan akar
regangan spiral dan pengaruh dari tembaga yang melilit pada plastik itu. Efektifitasnya
mencapai 98% dan bertahan lama, ekonomis dan reversible.
5. Sterilisasi (Vasektomi/Tubektomi), vasektomi yaitu operasi pemutusan atau
pengikatan saluran/pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan
kelenjar prostat (gudang sperma menjelang ejakulasi) bagi laki-laki, atau tubektomi
dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk ke
dalam rongga rahim, dan akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
6. Alat kontrasepsi lainnya seperti kondom, diafragma, tablet vaginal, dan akhir-akhir
ini ada lagi semacam tisu yang dimasukkan ke dalam vagina.
Dasar Hukum KB (Family
Planning)
Dasar Yuridis Formal
1. Dasar pelaksanaan KB yang bersumber dari perundang-undangan yang berlaku.
2. Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 Tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
3. Undang-undang No. 5 Tahun 1074 Tentang Pokok-pokok Pemerintah di daerah.
4. UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Desa.
5. UU RI No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
6. Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 Tentang Penyelenggaraan Pembangunan.
7. Instruksi Presiden RI No. 3 Tahun 1996 Tentang Pembangunan Keluarga.
Dasar Agama/Religius (Al-Quran dan Al-Hadits)
Dasar hukum KB yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang
berkaitan dengan KB diantaranya:
1. Q. S. An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucaapkan perkataan benar.
2. Q. S. Al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Q. S. Al-Baqarah ayat 233
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”
Hukum Islam
dalam Pandangan
Islam
Islam sebagai agama secara substansial telah menawarkan konsep HAM di dalam ajarannya. Imam al-
Ghazali, merumuskan bahwa ada 5 (lima) hak dasar yang melekat dalam diri manusia yang disebut al-
Kulliyyat al-Khamsah,lima hak dasar yang meliputi: hak atas kesanggupan hidup (hifzh al-nafs), hak atas
kepemilikan harta benda (hifzh almal), hak atas kebebasan berpikir (hifzh al-aql), hak atas keberlajutan anak
keturunan (hifzh al-nasl), serta hak atas kebebasan beragama (hifzh al-din). Lima hak ini merupakan
penjabaran dari cita kemaslahatan (mashlahah).

Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau mencegah kehamilan di tengah-tengah
kaum muslimin. Tidak ada upaya dan usaha yang serius untuk menjadikan al-‘azl sebagai amalan yang
meluas dan tindakan yang populer di tengah-tengah masyarakat. Sebagian sahabat Rasulullah SAW yang
melakukannya pun tidak lebih hanya pada kondisi darurat, ketika hal itu diperlukan oleh keadaan pribadi
mereka. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW tidak menyuruh dan tidak melarang ‘azl. Pada masa
sekarang ini, manusia banyak menciptakan alat untuk mencegah dan menghentikan kehamilan.

Pada hakikatnya, KB tidak bertujuan untuk membatasi kehamilan dan kelahiran yang dipandang sangat
bertentangan dengan eksistensi dan esensi perkawinan itu sendiri, melainkan hanya mengatur kehamilan dan
kelahiran anak. Sehingga bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan
mencegah kemadharatan, maka tidak diragukan lagi kebolehannya dalam Islam.
1. Pada dasarnya, agama Islam memperbolehkan manusia melakukan
pengaturan kelahiran anak dengan tujuan yang positif seperti untuk
Fatwa Majelis menjaga kesehatan ibu dan anak serta dilakukan dengan cara-cara

Ulama Indonesia yang baik dan tidak menimbulkan bahaya


2. Pemandulan dengan melakukan Vasektomi (pemotongan/penutupan
Tahun 2000 saluran air mani laki-laki) atau Tubektomi (pemotongan/penutupan
menyatakan saluran telur pada wanita) dengan tujuan untuk membatasi kelahiran

bahwa; anak adalah perbuatan haram


3. Tubektomi dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan medis dari
dokter yang profesional yang bersifat amanah, bahwa apabila yang
bersangkutan hamil atau melahirkan akan membahayakan jiwanya
dan atau anaknya.
Terima
Kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik

Anda mungkin juga menyukai