Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak permasalahan baru muncul pada saat ini, yang mana hukumnya masih
membuat bingung masyarakat akan hal itu. Diantara permasalahan yang baru
muncul adalah Keluarga Berencana (KB) dan Aborsi.Banyak dari masyarakat
yang bertanya-tanya bagaimana hukum KB, dan Aborsi. Bahkan banyak dari
mereka yang tidak mengerti apa yang dimaksud dengan KB dan Aborsi.

KB dan aborsi semuanya merupakan cara untuk mencegah kehamilan. Akan


tetapi aborsi dilakukan saat si wanita terlanjur hamil dan ingin menggugurkan
kehamilannya. Sedangkan KB dilakukan hanya untuk mencegah kehamilan saja
dan akibatnya tidak akan terlalu fatal bagi pelakunya.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang


dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana, dan bagaimana


pandangan hukum Islam terhadap Keluarga Berencana?
2. Apa yang dimaksud dengan Aborsi, dan bagaimana pandangan hukum
Islam terhadap Aborsi
C. Tujuan Penulisan

Sebagaimana rumusan yang telah dirumuskan, maka tujuan penulisan


sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana dan


pandangan islam terhadap Keluarga Berencana
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Aborsi dan pandangan
islam terhadap Abors
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Keluarga Berencana (KB)


1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris Family Planning yang dalam pelaksanaannya di Negara Barat
mencakup dua macam metode (cara), yaitu1
a. Planning Parenthood
Yaitu suatu perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-
anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan
rasa gembira dan syukur2. Adapun dalam istilah Bahasa Arab yaitu
‫( تَ ْن ِظ ُم النَّ ْس ِل‬mengatur keturunan)
b. Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak, atau
menjarangkan kelahiran, sesuai dengan situsi dan kondisi suami istri.
Hal ini lebih mirip dengan istilah Bahasa Arab : ‫تَحْ ِديْ;; ُ;د النَّ ْس;; ِل‬
(membatasi keturunan)3
Menurut Muhammad Syaltut, jika program KB itu dimaksudkan
sebagai usaha pembatasan anak dalam jumlah tertentu, misalnya
hanya 3 anak untuk setiap keluarga dalam segala situasi dan kondisi
tanpa kecuali, maka hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam,
hukum alam, dan hikmah Allah menciptakan manusia agar
berkembang biak dan dapat memanfaatkan karunia Allah untuk
kesejahteraan hidupnya.Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
memiliki banyak keturunan,yang diharapkan kebermanfaatannya,
bukan justru malah mengacaukan dan memperburuk wajah Islam
1
Mahjuddin. Masail Al-Fiqh. (Jakarta: Kalam Mulia. 2014), hlm. 71
2
Maslani dan Hasbiyallah. Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah, (Bandung : Sega Arsy. 2009),
h. 59
3
Mahjuddin, loc, cit, hlm 71
3

dan umat Islam. Seperti banyak umat Islam yang berada pada
kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan. Diantara penyebabnya
adalah jumlah populasi manusia yang semakin banyak tanpa diiringi
kualitas. Sehingga Negara tidak mampu memberikan fasilitas
kehidupan yang layak bagi pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
masyarakat.
Islam pada hakikatnya menghendaki umatnya memiliki
keturunan yang baik secara fisik maupun psikis. Pendidikan,
kesehatan dan ekonomi anak-anak terjamin sampai hari tuanya4
2. Hukum Keluarga Berencana (KB)
Pelaksanaan KB dibolehkan dalam ajaran Islam karena
pertimbangan ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Artinya dibolehkan
bagi orang-orang yang tidak sanggup membiayai kehidupan anak,
kesehatan dan pendidikannya. Bahkan menjadi dosa baginya, jikalau ia
melahirkan anak yang tidak terurusi masa depannya, yang akhirnya
menjadi beban yang berat bagi masyarakat, karena orang tuanya tidak
menyanggupi biaya hidupnya, kesehatan dan pendidikannya 5. Hal ini
berdasarkan pada sebuah ayat al-Quran Surat An-Nisa ayat 9, yang
berbunyi:
;‫ض; َع; ا;فً; ا; َ;خ; ا;فُ; و;ا; َع; لَ; ْي; ِه; ْم; فَ; ْل; يَ; تَّ; قُ; و‬
ِ ;ً‫ش; ا;لَّ; ِذ; ي; َ;ن; لَ; ْ;و; تَ; َر; ُك; و;ا; ِم; ْ;ن; َ;خ; ْل; فِ; ِه; ْم; ُذ; ر;ِّ; ي;َّ; ة‬
;َ ;‫َ;و; ْل; يَ; ْ;خ‬

;‫هَّللا َ; َ;و; ْل; يَ; قُ; و;لُ; و;ا; قَ; ْ;و; اًل َس; ِد; ي; ًد; ا‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9)

Ayat ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya


kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan

4
Maslani dan Hasbiyallah, loc,cit, hlm. 59-60
5
Mahjuddin, loc, cit, hlm 74
4

makanan yang bergizi, menjadi tanggung jawab orang tuanya. Maka


disinilah peranan KB untuk membantu orang-orang yang tidak mampu
menyanggupi hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari bila
meninggalkan keturunannya6.

Rasulullah saw bersabda, yang berbunyi:

ً‫ك َأ ْغثِيَا َء خَ ْي ٌر ِم ْن َأ ْن تَ َذ َرهُْ;م عَالَة‬


َ َ‫ك َأ ْن تَ َذ َر َو َرثَت‬
َ َّ‫ِإن‬
َ َّ‫يَتَ َكفَّفُوْ نَ الن‬
)‫اس (متفق عليه‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu


dalam keadaan kecukupan daripada meninggalkan mereka menjadi beban
tanggungan orang banyak (H.R. al-Bukhari dan Muslim dari Saad bin
Abi Waqqash r.a.)7

Hadits ini memberi petunjuk bahwa faktor kemampuan suami istri


untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaknya dijadikan
pertimbangan mereka yang ingin menambah jumlah anaknya.KB juga
diperbolehkan dalam rangka menyiapkan generasi-generasi yang kuat
iman, fisik dan psikisnya. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

‫اَ ْل ُمْؤ ِمنُ ْالقَ ِويُّ خَ ْي ٌر‬


‫ْف‬ َّ ‫َوَأ َحبُّ ِإلَىﷲ ِمنَ ْال ُمْؤ ِم ِن ال‬
;ِ ‫ض ِعي‬

“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih disukai Allah
daripada orang mukmin yang lemah (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)

Hadits ini memberi petunjuk/peringatan kepada kita, bahwa Islam


lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Dan yang dimaksud dengan
orang mukmin yang kuat disini ialah orang mukmin yang mempunyai
kekuatan mental maupun fisik, moral maupun materiil, sehingga dapat
benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri8
6
Ibid, hlm, 75
7
Masjfuk Zuhdi. Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung. 1997), hlm, 61

8
Ibid, hlm, 62
5

Hukum ber-KB bisa menjadi boleh kalau seorang Muslim


melaksanakan KB dengan motivasi yang hanya bersifat pribadi
(individual motivation), misalnya untuk menjarangkan kehamilan atau
untuk menjaga kesehatan. Tetapi kalau seorang ber-KB disamping punya
motivasi yang bersifat pribadi, juga ia punya motivasi yang bersifat
kolektif dan nasional, seperti untuk kesejahteraan masyarakat/Negara,
maka hukumnya bisa sunnah atau wajib, tergantung pada keadaan
masyarakat dan Negara, misalnya mengenai kependudukannya, apakah
sudah benar-benar overpopulated (terlalu padat penduduknya), atau
mengenai wilayahnya untuk tanah pemukiman, tanah
pertanian/industry/pendidikan dan sebagainya sudah benar-benar
overloaded (terlalu sarat/penuh dan berat), sehingga wilayah yang
bersangkutan itu tidak mampu mendukung kebutuhan hidup
penduduknya secara normal9.

Tetapi hukum ber-KB bisa menjadi makruh bagi pasangan suami


istri yang tidak menghendaki kehamilan si istri, padahal suami istri
tersebut tidak ada hambatan/kelainan untuk mempunyai keturunan.
Sebab hal yang demikian itu bertentangan dengan tujuan perkawinan
menurut agama, yakni untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia
dan untuk mendapatkan keturunan yang sah yang diharapkan menjadi
anak yang shaleh sebagai generasi penerus.

Hukum ber-KB akan menjadi haram (berdosa), apabila orang


melaksanakan KB dengan cara yang bertentangan dengan norma agama.
Misalnya dengan cara vasektomi (sterilisasi suami) dan abortus
(pengguguran)10

Dasar hadits yang memperbolehkan menggunakan alat kontrasepsi


adalah hadits yang bersumber dari jabir

9
Ibid, hlm, 57
10
Ibid, hlm, 58
6

‫ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُوْ ِل اﷲ ص م َو ْالقُرْ ۤانُ يَ ْن ِز ُل‬


ِ ‫ ُكنَّانَع‬,‫ال‬
َ َ‫ع َْن َجابِ ٍر ق‬
)‫(متفق عليه‬

Diriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata, “Kami melakukan


azal (coitus interuptus) di masa Rasulullah pada waktu ayat-ayat al-
Quran masih diturunkan dan tidak ada satu ayatpun yang melarangnya.
(Hadits Riwayat al-Bukhari dan Muslim), dan menurut lafal Muslim,
Kami melakukan azal di masa Rasulullah dan hal ini diketahui Nabi, dan
Nabi tidak melarangnya11

Pandangan ulama yang membolehkan ber-KB

1) Imam Ghazali, KB dibolehkan dengan motif yang dibenarkan,


seperti untuk menjaga kesehatan si Ibu, untuk menghindari kesulitan
hidup, karena banyak anak, dan untuk menjaga kecantikan si Ibu
2) Syekh al-Hariri (Mufti besar Mesir), KB diperbolehkan yaitu untuk
menjarangkan anak, untuk menghindari suatu penyakit bila ia
mengandung, untuk menghindari kemudharatan bila ia mengandung
dan melahirkan, untuk menjaga kesehatan si Ibu.
3) Syekh Mahmud Syaltut, dibolehkan KB dengan motif bukan
pembatasan kelahiran tetapi untuk mengatur kelahiran.12

Sedangkan ulama yang mengharamkan KB adalah:

1) Abu Ala al-Maududi Menurut pendapatnya, pada hakikatnya KB


adalah untuk menghindari dari keturunan kehamilan dan kelahiran
seorang anak manusia. Larangan ini didasarkan kepada firman Allah
swt:

ٍ ‫ اَل‬%‫ ِإ ْم‬%‫ن‬%ْ %‫ ِم‬%‫ ْم‬%‫ ُك‬%‫ اَل َد‬%‫و‬%ْ ‫ َأ‬%‫ا‬%‫و‬%ُ‫ ل‬%ُ‫ ت‬%‫ ْق‬%َ‫ اَل ت‬%‫و‬%َ
ُ %‫ ا‬%َّ‫ ِإ ي‬%‫و‬%َ %‫ ْم‬%‫ ُك‬%ُ‫ ق‬%‫ ُز‬%‫ر‬%ْ %َ‫ ن‬%‫ن‬%ُ %‫ح‬%ْ %َ‫ ن‬%ۖ %‫ق‬
;ْ%‫ م‬%‫ه‬

11
Ibid, hlm, 62
12
Maslani dan Hasbiyallah, op, cit, hlm, 66
7

dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut


kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka (QS: al-Anam : 151)

3. Macam-Macam Alat Kontrasepsi

Ada beberapa alat kontrasepsi dalam pelaksanaan program Keluarga


Berencana (KB) yang dikenal di Indonesia pada saat ini, yaitu13:

Alat Kontrasepsi yang dibolehkan

a. Untuk wanita, seperti:

1) Pil, berupa tablet yang berisi bahan progestin dan progenteron yang
bekerja pada tubuh wanita untuk mencegah terjadinya ovulasi dan
melakukan perubahan pada endomestrium.
2) Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh wanita yang
dikenal dengan cairan devofropeta, netden, dan noristerat. Kontra
indikasi tidak disuntikan kepada wanita yang sedang hamil,
mengidap tumor ganas, berpenyakit jantung, paru-paru, liver,
hipertensi dan diabetes.
3) Susuk KB, yaitu berupa lepemorgestrel, yang terdiri dari enam
kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan bagian dalam kira-
kira 6 sampai 10 cm dari lipatan siku.
4) IUD (Intra Uterine Device)/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim), terdiri dari livesslov (spiral), multiload dan cover terbuat
dari plastic halus dengan tembaga tipis.
5) Cara-cara tradisional dan metode sederhana; misalnya minum jamu
dan metode klender.

Semua alat tersebut digunakan oleh perempuan (istri) dan


dibolehkan karena sifatnya yang permanen, jika tidak lagi menggunakan
alat tersebut, seorang istri dapat kembali hamil dan melahirkan seperti
semula.
13
Ibid, hlm, 61-63
8

b. Untuk pria, seperti:

1) Kondom
2) Coitus interrptus (azal)

ُ ‫ ُكنَّانَ ْع ِز ُل َعلَى َع ْه ِد َر‬,‫عَنْ َجابِ ٍر قَا َل‬


‫س ْو ِل اﷲ ص م‬
)‫َوا ْلقُ ْر ۤانُ يَ ْن ِز ُل (متفق عليه‬

“Diriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata, “Kami melakukan azal


(coitus interuptus) di masa Rasulullah pada waktu ayat-ayat al-Quran
masih diturunkan dan tidak ada satu ayatpun yang melarangnya”. (Hadits
Riwayat al-Bukhari dan Muslim), dan menurut lafal Muslim, Kami
melakukan azal di masa Rasulullah dan hal ini diketahui Nabi, dan Nabi
tidak melarangnya.

Hadits ini menerangkan bahwa boleh melakukan cara kontrasepsi


berupa coitus interruptus, karena tidak ada ayat yang melarangnya,
padahal ketika Sahabat melakukannya, al-Quran masih selalu turun.
Karena itu, seandainya perbuatan itu dilarang oleh Allah, maka pasti ada
ayat yang turun untuk mencegah perbuatan itu. Begitu juga halnya sikap
Nabi ketika mengetahui, banyak diantara Sahabat yang melakukan hal
tersebut, maka beliaupun tidak melarangnya, pertanda bahwa melakukan
azal (coitus interruptus) dibolehkan dalam Islam untuk ber-KB14.

Alat kontrasepsi yang haram, yaitu15;

a. Untuk wanita

1) Ligasi tuba, yaitu mengikat saluran kantong ovum


2) Tubektomi, yaitu mengangkat tempat ovum

b. Untuk pria

14
Mahjuddin, op, cit, hlm. 76-78
15
Maslani dan Hasbiyallah, loc,cit, hlm. 62-63
9

1) Vasektomi, yaitu mengikat atau memutuskan saluran sperma dari


buah zakar.

Ketiga cara diatas disebut dengan sterilisasi atau pengakhiran


kesuburan. Hukum sterilisasi ini adalah haram karena mengakibatkan
seseorang tidak dapat mempunyai anak lagi (pemandulan selama-
lamanya).

Tetapi kalau kondisi kesehatan istri atau suami yang terpaksa, seperti
untuk menghindari penurunan penyakit dari bapak/ibu terhadap anak
keturunannya yang bakal lahir atau terancamnya jiwa si ibu bila ia
mengandung atau melahirkan bayi, maka sterilisasi dibolehkan oleh Islam
karena dianggap darurat.

B. Abortus

1. Pengertian Aborsi/Abortus

Istilah abortus dalam bahasa Arab disebut “Ijhadh, yang memiliki


beberapa sinonim yakni; isqath (menjatuhkan), ilqa (membuang), tharah
(melempar) dan imlash (menyingkirkan).

Sedangkan istilah abortus dalam bidang kesehatan yaitu berakhirnya


suatu kehamilan (oleh akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan
tersebut mencapai usia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
untuk hidup di luar kandungan.16

Abortus terbagi dua, yaitu: (1) Abortus Spontan yaitu abortus yang
terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri
kehamilan tersebut yang biasanya disebut dengan keguguran; (2) Abortus
buatan yakni abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang
bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan yang biasa disebut juga
dengan pengguguran, aborsi atau abortus provokatus.17

16
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal cetakan ke-6. 2006.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 145
10

Dalam hukum pidana Islam, aborsi yang dikenal sebagai suatu


tindak pidana atas janin atau pengguguran kandungan terjadi apabila
terdapat suatu perbuatan maksiat yang mengakibatkan terpisahnya janin
dari ibunya.

Definisi aborsi secara etimologi dan terminologi, yakni :

a. Adapun secara etimologi : Aborsi adalah menggugurkan anak,


sehingga dia tidak hidup.
b. Adapun secara terminologi : Aborsi adalah praktek seorang wanita
yang menggugurkan janinnya, baik dilakukan sendiri ataupun orang
lain.

Aborsi secara umum adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh


akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk
hidup di luar kandungan.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis


aborsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan moral dan
kemanusiaan dengan kata lain tidak semua aborsi merupakan kejahatan.
Aborsi yang terjadi secara spontan keguguran akibat kelainan fisik pada
perempuan atau akibat penyakit biomedis internal, yang dalam hal ini
tidak terjadi kontroversi di masyarakat atau di kalangan fuqaha, sebab
terjadinya keguguran bukan atas dasar kesengajaan, dan merupakan
kehendak diluar kemampuan manusia. Aborsi yang dilakukan sengaja
termasuk pada pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia jelas
merupakan suatu dosa besar.

Merujuk pada surat Al-Maidah ayat 32 yaitu:

17
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal cetakan ke-6. 2006.
Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 145
11

ٰ
‫ا ٍد فِي‬% ‫س‬ َ َ‫س َأ ْو ف‬ ً ‫س َراِئي َل َأنَّهُ َمنْ قَتَ َل نَ ْف‬
ٍ ‫سا بِ َغ ْي ِر نَ ْف‬ ْ ‫ِمنْ َأ ْج ِل َذلِ َك َكتَ ْبنَا َعلَ ٰى بَنِي ِإ‬
‫ ْد‬% َ‫ا ۚ َولَق‬%%‫اس َج ِمي ًع‬َ َّ‫ا الن‬%%َ‫ا َأ ْحي‬%%‫ا َف َكَأنَّ َم‬%%‫ا َو َمنْ َأ ْحيَا َه‬%%‫اس َج ِمي ًع‬َ َّ‫ َل الن‬% َ‫ا قَت‬%%‫ض فَ َكَأنَّ َم‬ ِ ‫اَأْل ْر‬
ٰ
َ‫ ِرفُون‬%%%‫س‬ ْ ‫ض لَ ُم‬ ِ ‫ َد َذلِ َك فِي اَأْل ْر‬%%%‫ت ثُ َّم ِإنَّ َكثِي ًرا ِم ْن ُه ْم بَ ْع‬ ِ ‫ا‬%%%َ‫لُنَا بِا ْلبَيِّن‬%%%‫س‬
ُ ‫ ا َء ْت ُه ْم ُر‬%%%‫َج‬
Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani
Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat
kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul
Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (Q.S Al-Maidah : 32).

2 Aborsi dalam Pandangan Islam

Aborsi menurut pandangan agama-agama sebelum Islam termasuk


tindakan yang diharamkan. Dalam agam Yahudi aborsi dianggap haram,
tidak diperbolehkan dan pelakunya mendapatkan hukuman. Akan tetapi
hukumannya tidaklah ditetapkan.

Dr. Abdurrahman Al-Baghdadi (1998) dalam bukunya Emansipasi


Adakah Dalam Islam halaman 127-128 menyebutkan bahwa aborsi dapat
dilakukan sebelum atau sesudah ruh (nyawa) ditiupkan. Jika dilakukan
setelah ditiupkannya ruh, yakni setelah 4 bulan masa kehamilan, maka
semua ulama fiqih sepakat akan keharamannya. Akan tetapi para ulama
berbeda pendapat mengenai praktek borsi yang dilakukan sebelum 4
bulan masa kehamilan. Sebagian membolehkan dan sebagian lain
mengharamkannya.

Diantara ulama yang membolehkan praktek aborsi sebelum


peniupan ruh, antara lain Muhammad Ramli (w. 1596 M) dalam kitabnya
An Nihayah dengan alasan karena belum ada makhluk yang bernyawa.
12

Ada pula yang memandangnya makruh, denganalasan karena janin


sedang mengalami pertumbuhan. Adapun salah satu ulama yang
mengharamkan aborsi sebelum peniupan ruh antara lain Ibnu Hajar (w.
1567 M) dalam kitabnya At Tuhfah dan Al Ghazali dalam kitabnya Ihya`
Ulumuddin.

Abdul Qadim Zallum dan Abdurrahman al-Bahgdadi


mengungkapkan bahwa pendapat yang lebih kuat (rajih) adalah jika
aborsi dilakukan setelah 40 hari atau 42 hari dari usia kehamilan dan
pada saat permulaan pemebentukan janin, maka hukumnya haram.
Dalam hal ini hukumnya sama dengan hukum keharaman aborsi setelah
peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan pengguguran kandungan yang
usianya belum mencapai 40 hari, maka hukumnya sama dengan hukum
keharaman aborsi setelah peniupan ruh ke dalam janin. Sedangkan
pengguguran kandungan yang usianya belum mencapai 40 hari, maka
hukumnya boleh (Jaiz). Pendapat ini didasarkan kepada sabda Rasulullah
Saw:

Jika nutfah (gumpalan darah) telah lewat 42 malam, maka Allah


mengutus seorang malaikat padanya, lalu dia membentuk nutfah tersebut;
dia membuat pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya dan
tulang belulang. Lalu malaikat itu bertanya (kepada Allah), Yaa
Tuhanku, apakah dia (akan Engkau tetapkan) menjadi laki-laki atau
perempuan? maka Allah kemudian memberi keputusan...(HR. Muslim
dari Ibnu Masud ra).

Alasan dibolehkannya aborsi pada janin yang usianya belum


mencapai 40 hari, maka hukumnya boleh dikarenakan bahwa apa yang
ada dalam rahim belum menjadi janin karena dia masih berada dalam
masa tahapan sebagai nutfah, belum sampai pada fase penciptaan yang
menunjukkan ciri-ciri sebagai manusia. Selain itu, penguguran nutfah
sebelum menjadi janin, dari segi hukum dapat disamakan dengan azal
yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kehamilan.
13

Walaupun begitu, pendapat ini tidak boleh dijadikan alasan bagi


para wanita yang diakibatkan pergaulan bebas, mereka mengetahui
tanda-tanda kehamilan dengan telat bulan dan kemudian mengkonsumsi
obat telat bulan. Dengan tujuan tidak terjadi kehamilan di luar nikah.
Tetapi harus memperhatikan hukum keharaman aborsi ini dalam firman
Allah Swt:

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”(QS.Al-Isra, 31-
32)

ٍ ‫م ِمنْ ِإ ْماَل‬%ْ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْواَل َد ُك‬


‫ق نَ ْحنُ نَ ْر ُزقُ ُك ْم‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut


kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.
(Q.S. al-Anam : 151).

Abu Fadl mengatakan bahwa janin dibawah 4 bulan dalam Islam


mempunyai hak-hak yang harus diberikan oleh orangtuanya. Sehingga
aborsi sebelum 4 bulan tetap diharamkan. Lebih lanjut beliau
mengungkapkan hak-hak yang harus diberikan kepada janin:

1. Hak untuk hidup


2. Hak untuk mendapat waris
3. Dan penguburan bayi

Dengan demikian, seluruh ulama sepakat bahwa pengguguran


kandungan sesudah janin diberi nyawa, hukumnya haram dan suatu
tindakan kriminal. Karena perbuatan tersebut dianggap sebagai
pembunuhan terhadap orang hidup yang wujudnya telah sempurna. Para
ulama juga berpendapat apabila menurut medis janin yang ada di dalam
14

rahim ibu akan membahayakan keselamatan si ibu maka syariat islam


memerintahkan untuk mengambil salah satu tindakan darurat seperti
aborsi.18

Dalam keputusan fatwa MUI tanggal 29 Juli 2000 menetapkan


bahwa:

a. Aborsi sesudah nafk al-ruh hukumnya adalah haram, kecuali jika ada
alasan secara medis, seperti untuk menyelamatkan jiwa si ibu.
b. Aborsi sejak terjadinya pembuahan ovum, walaupun sebelum nafkh
al-ruh, hukumnya adalah haram, kecuali ada alasan medis atau alasan
lain yang dibenarkan oleh syarat islam
c. Mengharamkan semua pihak untuk melakukan, membantu, atau
mengizinkan praktik aborsi.

Keputusan ini didasarkan bahwa janin adalah makhluk yang telah


memiliki kehidupan yang harus dihormati; menggugurkannya berarti
menghentikan (menghilangkan) kehidupan yang telah ada; dan ini
hukumnya haram, berdasarkan sejumlah dalil, antara lain:

ٍ ‫م ِمنْ ِإ ْماَل‬%ْ ‫َواَل تَ ْقتُلُوا َأ ْواَل َد ُك‬


‫ق نَ ْحنُ نَ ْر ُزقُ ُك ْم‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut


kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada
mereka.”(Q.S. al-An’am : 151)

ْ‫ق َواَل يَ ْزنُونَ َو َمن‬ َ ‫آخ َر َواَل يَ ْقتُلُونَ النَّ ْف‬


ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل بِا ْل َح‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ اَل يَ ْدعُونَ َم َع هَّللا ِ ِإلَ ًها‬
٦٨ : ‫ق َأثَا ًما ﴿سورة الفرقان‬ َ ‫﴾يَ ْف َع ْل َذلِ َك يَ ْل‬

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta


Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang
melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Q.S. al-Furqan : 68)
18
Hasbiyallah. Masail Fiqhiyah. (Jakarta: Depag. 2009), hlm 162
15

Menurut Imam al-Ghazali dari kalangan Syafii, jika nutfah


(sperma) telah bercampur dengan ovum dan siap menerima kehidupan,
maka merusanya dipandang sebagai tindak pidana yang artinya haram
melakukannya.Membolehkan aborsi sebelum nafkh al-ruh dapat
menimbulkan banyak dampak negatif, di samping dampak positif, seperti
dalam kaidah fiqih:Menghindarkan kerusakan (hal-hal negatif)
diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatan.19

3 Dampak Aborsi Bagi Kesehatan

Ada dua macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

1) Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik

Brain Clowes dalam bukunya Facts of life menyebutkan beberapa


resiko yang akan dihadapi oleh wanita yang melakukan aborsi, yaitu:

a. Kematian mendadak karena pendaharan hebat


b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius di sekitar kandungan
d. Rahim yang sobek
e. Kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
f. Kanker payudara karena ketidakseimbangan hormon ostrogen pada
wanita
g. Kanker indung telur
h. Kanker leher rahim/ kanker cervic
i. Kanker hati
j. Kelainan pada placenta/ ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan
berikutnya
k. Menjadi mandul/ tidak mampu memiliki keturunan lagi
l. Infeksi rongga panggul

19
Ibid, hlm, 165
16

m. Infeksi pada lapisan rahim

2) Resiko gangguan psikologis

Resiko aborsi bukan saja pada aspek fisik tetapi juga memiliki
dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai post-abortion
syndrome (sindrom paksa aborsi). Seperti:

a. Kehilangan harga diri (82%)


b. Berteriak-teriak histeris (51%)
c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)
e. Mulai mencoba menggunakan obat-obatan terlarang (41%)
f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

20
Ibid, hlm, 164
17

1. KB dibolehkan dengan tujuan bukan untuk pembatasan keturunan tetapi


pengaturan jarak kelahiran, kesehatan dan pendidikan. dengan
menggunakan alat kontrasepsi yang sifatnya sementara seperti: pil, suntik,
susuk, IUD, kondom, dan azal, sedangkan Islam mengharamkan alat
kontrasepsi yang sifatnya pemandulan selama-lamanya atau sterilisasi,
seperti ligase tuba, tubektomi, dan vasektomi. Tapi sterilisasi dibolehkan
bila semata-mata kerena alasan medis.
2. Aborsi atau abortus yaitu mengakhiri masa kehamilan baik dengan sengaja
ataupun dengan tidak disengaja. Aborsi yang tidak disengaja atau dengan
alamiah biasa disebut dengan keguguran. Sedangkan aborsi yang disengaja
memiliki dua hukum. Aborsi yang dilakukan karena alasan medis seperti
bayi akan terlahir cacat atau tidak akan selamat maka boleh melakukan
aborsi. Akan tetapi jika aborsi yang dilakukan karena alasan malu atau
tidak mau bertanggung jawab atas kehamilannya maka aborsi ini
diharamkan.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal cetakan ke-6.
2006. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Hasbiyyallah. 2009. Masail Fiqhiyyah. Jakarta: Depag.


18

Mahjuddin. 2014. Masail Al-Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia

Maslani dan Hasbiyallah. 2009. Masail Fiqhiyah Al-Hadisyah. Bandung: Sega


Arsy

Zuhdi, Masjfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai