Anda di halaman 1dari 18

KELUARGA BERENCANA (KB)

MENURUT PANDANGAN ISLAM

1. A. pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang kongkrit
mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira
dan syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan
kemampuannya dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.[1]

1. B. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam
kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9:

‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقوهللاا واليقولوا سديدا‬

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB diantaranya ialah
surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.

Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan dalam
KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan
biaya hidup brumah tangga.

1. C. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana

Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari
pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi
keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan
demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.[2]
D. Hukum Keluarga Berencana

1. a. Menurut al-Qur’an dan Hadits

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau
memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum
Islam, yaitu:

‫اال صل فى األشياء االباحة حتى يدل على الدليل على تحريمها‬

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program
KB, yakni karena hal-hal berikut:

• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

)195 : ‫وال تلقوا بأيديكم إلى التهلكة (البقرة‬

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.

• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits
Nabi:

‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬

“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

 Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat
sebagai mana hadits Nabi:

‫وال ضرر وال ضرار‬

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

1. b. Menurut Pandangan Ulama’

1) Ulama’ yang memperbolehkan

Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut,
Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan
ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan
anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan
karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka
mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.

2) Ulama’ yang melarang

Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr.
Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk
membunuh keturunan seperti firman Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan memberi
rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

E. Macam-macam Alat Kontrasepsi

Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya ialah:

 Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah
terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
 Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi
ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan lendir
serlak sehingga memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
 Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan
bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.
 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat
dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya
sperma untuk membuahi sel telur wanita.
 Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran
pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang
sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada
wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini
akan menjadi mandul selamanya.

Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan
kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut
dsb.[5]

F. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

1) Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan
asal tidak membahayakan nyawa sang ibu.[6] Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

) ‫ فلم ينهها (رواه مسلم‬.‫ م‬.‫كنا نعزل على عهد وسول هللاا ص‬

Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.

2) Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau
merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi,
tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk
menghasilakn keturunan.[7]

[1] Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (PT Toko Gunung Agung : Jakarta. 1997), h. 54

[2] M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1997), h. 29

[3] Drs. Musthafa Kamal, Fiqih Islam (Citra Karsa Mandiri: Yogyakarta. 2002), h. 293
[4] Prof. Abdurrahman Umran, Islam dan KB (PT Lentera Basritama: jakarta. 1997),h. 99

[5] Dr. H. Chuzamah, T. Yangro dkk. (ed), Problematika Hukum Islam Kontemporer (Pustaka
Firdaus: Jakarta. 2002), h. 164-165

[6] Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan (Mizan: Bandung.
1997), h. 70

[7] Luthfi As-syaukani, Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer (Pustaka Hidayah: Bandung.
1998), h. 157

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang


Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi masalah
jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk
mengatasi peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program Keluarga Berencana.
Esensi tugas program Keluarga Berenacana (KB) dalam hal ini telah jelas, yaitu menurunkan
fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagian dan kesejahteraan
bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Program KB menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kependudukan dan
peran serta masyarakat melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB
adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. Paradigma baru program Keluarga
Brencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi
visi untuk mewujudkan “Keluarga Berencana tahun 2015”.
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah
anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan taqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Namun pro dan kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya melaksanakan
Keluarga Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang diangkat oleh sebagian para ahli
agama di Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga pelaksanaan program KB masih harus dilihat dari
pandangan hukum islam. Padahal telah jelas disebutkan bahwa tujuan umum untuk tiga tahun
kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi
yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk mencapai keluarga berkualitas
tahun 2015.
2.
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu : 1.

Mengetahui definisi tentang Keluarga Berencana,makna Keluarga Berencana, dan Metode/ Alat
Kontrasepsi serta Hukum Penggunaannya 2.

Mengetahui pandangan hukum Islam tentang Keluarga Berencana meurut pandangan Al-
Qur‟an, Al Hadist dan ulama.
3.

Mengetahui cara KB yang diperbolehkan dan yang dilarang oleh Islam

ii
2) Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara‟, yaitu d
engan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori
ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang
tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
Alasan diperbolehkannya KB Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada
nash yang sharih secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB. Mereka juga beralasan
dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain, sebagai berikut: a.

Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan. b.

Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang dapat menular. c.

Untuk melindungi kesehatan ibu. d.

Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak. e.

Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu. Secara umum lembaga-
lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB. Majelis Ulama Indonesia menjelaskan,
bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga Berencana. Argumen yang membolehkannya adalah
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, pendidikan anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan
sholeh. Majelis Tarjih Muhamadiyah memandang KB sebagai jalan keluar dari keadaan mendesak,
dibolehkan sebagai hukum pengecualian, yakni: a.

Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. b.

Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban mencukupi keperluan hidup
keluarga dan anak-anaknya. c.

Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak. Ulama-ulama NU termasuk
memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip kemaslahatan keluarga (Mashalihul Usrah) bagi
pengembangan kemaslahatan umum (al-mashalihul
„Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam pengertian pengaturan jarak
kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang. Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban
negara. Contohnya sebelum tahun 1990 diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk Indonesia
tahun 2000 akan mencapai 285 juta jiwa. Namun dengan program KB, sensus pada tahun itu
menunjukkan jumlah penduduk hanya 205 juta jiwa. Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan
sumber

ii
daya lain yang semestinya digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus digalakkan
oleh pemerintah.
b. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya ialah:
1.

Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah terjadinya
ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
2.

Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu menghalangi ovulasi,
menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga
memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.
3.

Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan bagian
dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.
4.
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat dari plastik
harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk
membuahi sel telur wanita.
5.

Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran pembuluh yang
menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang
diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium
tidak dapat masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.
Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan
kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.

ii
BAB III

PENUTUP
A.

Kesimpulan Berdasarkan visi dan misi yang telah sampaikan dalam pembahasan makalh ini, Program
Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meingkatkan kualitas
penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat dalam
pelaksanaan program
Making Pregnancy Safer
sehingga Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan
preventive
yang paling dasar dan utama. Namun dalam pelaksanaannya, timbul perdebatan dari kaum ulama
Islam serta pihak-pihak yang bersangkutan terhadap jalannya program KB ini yang
mempertimbangkan tentang hokum penggunaan alat kontrasepsi / ber-KB dari sudut pandang hukum
Islam. Program keluarga berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak bertentangan dengan
agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Dengan demikian maka bimbingan, pendidikan serta
pengarahan amat diperlukan agar masyarakat dengan kesadarannya sendiri dapat menghargai dan,
menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah utama untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Oleh karena itu pelaksanaan program keluarga berencana tidak hanya menyangkut masalah
tehnis medis semata-mata, melainkan meliputi berbagai segi penting lainnya dalam tata hidup dan
kehidupan masyarakat. 2. Kesimpulan Demikian makalah ini penulis buat. Menyadari bahwa tugas
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang
konstruktif selalu diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penggarapan tugas makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan berbagai pihak yang membutuhkan.
Wassalamu‟alaikum Wr,Wb

ii
DAFTAR PUSTAKA
1.

Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi,


Masail Fiqhiyah
(PT Toko Gunung Agung : Jakarta. 1997), h. 54 2.

M. Ali Hasan,
Masail Fiqhiyah
(PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1997), h. 29 3.
Prof. Abdurrahman Umran,
Islam dan KB
(PT Lentera Basritama: jakarta. 1997),h. 99 4.

Drs. Musthafa Kamal,


Fiqih Islam
(Citra Karsa Mandiri: Yogyakarta. 2002), h. 293 5.

Dr. H. Chuzamah, T. Yangro dkk. (ed),


Problematika Hukum Islam Kontemporer
(Pustaka Firdaus: Jakarta. 2002), h. 164-165 6.

Abul Fadl Mohsin Ebrahim,


Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi Kemandulan
(Mizan: Bandung. 1997), h. 70 7.

Luthfi As-syaukani,
Politik, Ham dan Isu-isu Fiqih Kontemporer
(Pustaka Hidayah: Bandung. 1998), h. 157

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat yang telah diberikan
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kami tentang
“Pandangan Islam Mengenai
KB
”.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Muhajir sebagai dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Agama, serta tidak lupa terima kasih juga untuk teman-teman yang telah
bekerjasama dengan baik dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini tentunya belum cukup
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari pembaca yang bersifat
membangun.Penulis berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Raha, November 2013 Penulis

KELUARGA BERENCANA DAN ALAT KONTRASEPSI DALAM ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Keluarga Berencana (KB) menjadi salah satu isu Kontrofersial dalam diskursus pemikiran
islam modern. Ada sejumlah persoalan yang muncul terkait dengan masalah Islam dan KB, mulai dari
masalah hukum ber-KB, makna KB apakah pengaturan keturunan (Tanzim al-nasl) atau pembatasan
keturunan (Tahdid al-nasl)?, motivasi ber-KB, persoalan alat kontrasepsi (cara kerja dan hukum
penggunaannya), hingga KB dan hak reproduksi perempuan. KB sendiri bukan lagi persoalan suatu
Negara, tetapi sudah menjadi persoalan internasional. Oleh karenanya, ia selalu menarik untuk dikaji
Sudah banyak studi yang dilakukan oleh para ulama dan lembaga-lembaga keislaman
mengenai KB dalam berbagai perspektif. Para ulama berbeda pendapat dalammenyikapi KB.
Perbedaan pendapat terjadi karena tidak adanya nash (Al-Qur’an dan Hadis) yang secara eksplinsit
melarang atau membolehkan ber-KB. Itulah sebabnya hingga kini masih muncul kontroversi seputar
KB dalam wacana intelektual islam.
Untuk mendapat gambaran yang komprehensif tentang bagaimana sesungguhnya pandangan
islam terhadap KB memang tidak ada jalan lain kecuali harus kembali kepada sumber ajaran islam
yang paling otoritatif, yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Namun karena tidak ada penjelasan yang eksplisit,
maka harus dilakukan kajian yang lebih mendlam atas kedua sumber tersebut dengan cara
mengidentifikasi semua ayt-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis nabi yang terkait dengan permasalahan
KB untuk kemudian ditarik pesan-pesan substantive serta semangat ajaran (maqashid al-syari’ah)
yang dikandung kedua sumber tersebut. Dengan begitu akan terlihat secara utuh sikap islam
sesungguhnya terhadap KB.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian keluarga berencana?


2. Bagaimana hukum Ber-KB
3. Apa HUkum penggunaan alat kontrasepsi?
4. Apa sajakah macam dari alat kontrasepsi?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah “keluarga berencana dan penggunaan alat
kontrasepsi” adalah agar mahasiswa mengetahui hukum-hukum dari keluarga berencana dan
penggunaan alt kontrasepsi, serta dapat mengetahui hal-hal atau batasan-batasan apa sajakah yang ada
dalam keluarga berencana dan alat kontrasepsi.

D.Metode Pembuatan Makalah


Adapun metode yang kami gunakan dalam membuat makalah ini adalh dengan kaji pustaka,
yaitu mencari dan membaca buku-buku yang terkait dalam materi yang akan kami sajikan, kemudian
dari materi tersebut kami susun sehingga menjadi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Keluarga Berencana

1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Menurut para ulama yang membolehkan tentang ber-KB, mereka menerangkan bahwa Keluarga
Berencana (KB) yang di bolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau
usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karenasituasidan kondisi tertentu
untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat, maupun negara. Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Penggunaan istilah
“keluarga berencana” juga sama artinya dengan istilah yang umum di pakai di dunia internasional
yakni family planning atau planned parenthood, seperti yang di gunakan oleh International Planned
Parenthood Federation (IPPF), nama sebuah organisasi internasional yang berkedudukan di London.
KB juga dapat berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan
kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan
kemampuannya serta sesuai situasi-kondisi masyarakat dan Negara. Dengan begitu, KB berbeda
dengan birth control, yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl). Istilah birth
control dapat berkonotasi negatif karena bias berarti aborsi dan sterilisasi (pemandulan).

1.2. Hukum Ber-KB


Sebenarnya tidak ada ayat Al-Qur’an maupun Hadis Nabi yang secara tegas berbicara tentang
KB. Dengan diamnya kedua sumber ajaran islam ini, mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum KB
harus di kembalikan kepada hukum asal sesuai dengan kaidah fiqih yang berlaku bahwa “pada
dasarnya segala sesuatu/perbuatan adalah boleh kecuali ada dalil yang menunjukan keharamannya”.
Akan tetapi sebagian ulama lain,seperti Abu A’la Al-maududi, menolak KB karena bertentangan
dengan sejumlah ayat Al-Qur’an dan Hadis. Penolakan tersebut di dasarkan pada beberapa alas an.
Pertama, pengendalian jumlah anak yang di dasari oleh motivasi takutkekurangan rezeki bertentangan
dengan keimanan bahwa Allah telah menentukan rezeki kepada semua makhluk-Nya. Di samping itu,
melakukan KB dengan motivasi ekonomi idientik dengan praktik pembunuhan anak-anak perempuan
yang dilakukan masyarakatArab pra-islam. Hal ini jelas bertentangn dengan firman Allah Swt.:

Artinya:
“… dan janganlah kamu membunuh anak-anakkamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi
rezeki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan keji, baik
yang nyata maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang di haramkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan suatu (sebab) yang benar. Demikian itu di perintahkan oleh tuhan-
Mu kepadamu supaya kamu memahami”.[QS. Al-An’am[6]:151]
Artinya:
“sesungguhnya Tuhan-Mu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan
menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui dan Maha Melihat akan hamba-hambanya.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi
rezeki kepadamereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar”.[QS. Al-Isra [17]:30-31]

Artinya:
“… barang siapa yang bertaqwakepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezeki dari jalan yang tiada di sangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah telah
menentukan kadar (ketentuan) bagi setiap sesuatu”.[QS. Al-Thalaq[65]:2-3]

Artinya:
“dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi/menanggung
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semua itu
tertulis dalamkitab yang nyata (lauh mahfuz)”. [QS. Hud [11]:6]

Pesan yang sama juga dapat ditemukan dalam QS. Al-Taqwir [81]:8-9, QS. Al-Nah [16]:57-59
dan 72, QS Al-An’am [6]:137 dan 140, dan QS Al-Mumtahanah [60]:13
Ayat-ayat Al-Qur’an yang di jadikan dasar penolakan KB di atas di kritisi oleh mayoritas ulama
dengan argumentasi sebagai berikut :
1. ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah telah menentukan rezeki setiap makhluk-Nya
memang sesuatu yang harus di yakini oleh setiaporang yang beriman. Namun demikian, itu berarti
seseorang terlepas begitu saja tanpa berusaha (QS. Al-Rad [13]: 10) dan perencanaan jauh ke depan
(QS. Al-Qashash [28]:77 dan Al Hasyr [59]:18). Berusaha, menjaga harta dan merencanakan masa
depan bukanlah perbuatan yang di larang agama dan tidak pula bertentangan dengan ayat diatas,
bahkan di perintahkan oleh agama (QS Al-Isra [17]:26,27, dan 29). Oleh karena itu, dalam konteks ini
KB tidak bertentangan dengan ayat tersebut.
2. larangan Al-Qur’an membunuh anak di tujukan kepada tindakan pembunuhan anak yang sudah
lahir, sebagaimana yang dipraktikan pada masyarakat pra-islam. Selain itu, ayat-ayat tersebut juga
dapat dipahamisebagai larangan melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak di dasari oleh
alas an medis yang dapat diterima secara syar’i. sementara KB, dalam arti pencegahan kehamilan,
tidaklah masuk dalam ayat di atas. Berdasarkan hal tersebut, tidaklah relevan jika ayat-ayat tersebut di
jadikan dasar untuk menharamkan KB.
KB, menurut ulama yang menerimanya, merupakan salah satu bentuk usaha manusia dalam
mewujudkan keluarga yang sejahtera dan bahagia guna menghasilkan generasi yang kuat di masa
yang akan dating. Kb sesungguhnya merupakan pemenuhan dari seruan QS Al-nisa [4]:9 yang
berbunyi:

Artinya:
“Dan hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka…”

Ayat ini mengingatkan setiap orang tua untuk tidak meninggalkan keturunannya dalam keadaan
lemah sehingga menjadi beban orang lain. Salah satu cara agar dapat meninggalkan keturunan yang
kuat, orang tua harus memberikan nafkah, perhatian dan pendidikan yang cukup.apabila orang tua
memilikianak yang banyak dan tidak sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, maka di
khawatirkan anak-anaknya akan terlantar dan menjadi orang lemah. Di samping itu, dalamsurat Al-
Kahfi [18]:46 Allah menjelaskan bahwa harta dan anak merupakan perhiasan dunia. Suatu perhiasan
seharusnya terdiri atas yang baik dan terbaik. Apabila perhiasan itu adalah anak, maka anak tersebut
haruslah anak yang baik, bahkan terbaik, dan mampu membangun dirimya, masyarakatnya, agamanya
dan negaranya. Oleh karena itu, anak haruslah mendapat pendidikan, kesehatan, bekal materil maupun
spiritual. Untuk mewujudkan keinginan tersebut seharusnya di sesuaikan antara jumlah anak dan
kemampuan ekonomi orang tua.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di simpulkan bahwa KB secara prinsipil dapat diterima
oleh islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syariat islam yaitu mewujudkan
kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat yang mencegah
timbulnya kemudlaratan. Berdasarkan hasil penelitian, setiap tahun ada ±500.000 perempuan
meninggal dunia akibat berbagai masalah kehamilan dan persalinan. KB bias mencegah sebagian
besar resiko kematian itu. KB dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat:
1. kehamilan terlalu dini : perempuan yang hamil tatkala umurnya bekum mencapai 17 tahun terancam
kematian pada waktu melahirkan karena tubuhnya belum matang untuk melakukan persalinan. Risiko
yang sama juga mengancam bayi yang di kandungnya.
2. kehamilan terlalu tua : perempuan yang usianya terlalu tua untuk mengandung dan melahirkan juga
terancam resiko kematian dan dapat menimbulkan problem-problem kesehatan lainnya.
3. kehamilan terlalu berdekatan jaraknya : kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan
kekuatan tubuh perempuan. Kehammilan dengan jarak yang berdekatan dengan kehammilan lainnya
mengundang bahaya kematian ibu.
4. terlalu sering hamil dan melahirkan : pendarahan hebat dan berbagai macam problem kesehatan
yang mengancam kematian ibu dapat terjadi pada ibu yang terlalu sering hamil dan melahirkan.
Melihat fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemashlahatan dan mencegah
kemudlaratan, tidak di ragukan lagi kebolehan KB dalam islam. Namun persoalannya kemudian
adalah : sejauh mana ia di bolehkan? Dan apa pula batasannya? Persoalan ini akan terjawab dalam
penjelasan berikut.

Sejauh dengan pengertian yang telah kami utarakan di atas bahwa KB merupakanpengaturan
kehamilan (tanzim al-nasl), bukan pembatasan keturunan (Tahdid al-nasl) dalam arti pemandulan
(ta’qim) dan aborsi (isqot al-haml), KB tidak dilarang. Pemandulan diharamkan oleh islam karena
bertentangan denmgan sabda Rasulullah Saw.: “tidaklah termasuk golongan kami (umat islam) orang
yang mengebiri orang lain atau mengebiri dirinya sendiri”. Demikian pula dengan tindakan aborsi,
yaitu pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Pemandulan dan aborsi yang diharamkan Islam di sini adalah tindakan pemandulan atau aborsi
yang tidak didasari oleh alasan medis yang yang syar’i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar
indikasi medis (abortus artificialis therapicus), seperti aborsi karena untuk menyelamatkan jiwa ibu
atau karena analisis medis melihat adanya kelainan dalam kehamilan,dibolehkan, bahkan diharuskan.
Begitu pula dengan pemandulan, jika itu dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis,
seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil dan/atau melahirkan, maka
hukumnya mubah.
Dalam pandangan Mahmud Syaltut, ahli fiqih Mesir, KB dalam arti mengatur jarak interval
kehamilan berdasarkan alasan tertentu,seperti kesehatan ibu atau anak,dapat diterima oleh Islam. Hal
itu didasarkan pada pesan QS Al-Baqarah [2]:233 serta Hadis Rasul yang berbunyi : “Saya pernah
menginginkan untuk melarang ghirah (berhubungan badan ketika istri sedang menyusui), namun
setelah itu saya melihat bangsa Persia dan Romawi melakukannya dan anak-anak mereka tidak
mengalami bahaya ghilah tersebut” (HR. Muslim). Menurut Syaltut, untuk memenuhi anjuran ayat
dan Hadis itu, orang tua harus mengatur jarak kehamilan satu dengan kehamilan lainnya.
Sementara itu,Yusuf Qordlawi, ulama Islam kontemporer, berpendapat bahwa melaksanakn
program KB harus didasarkan pada alasan-alasan tertentu:

1. kekhawatiran terhadap terganggunya kehidupan dan kesehatan ibu dan/atau anak (QS.Al-
Baqarah[2]:195 dan an-nissa [4]:29)
2. kekhawatiran terhadap bahaya (mudlarat)dalam urusan dunia akan mempersulit ibadah (QS.
Al-baqarah [2]:185
3. kekhawatiran akan peringatan Allah kepada manusia bahwa dunia adalah permainan yang
melalaikan atau melengahkan hati dari mengingat Allah. Di antara permainan dunia adalah
harta dan anak. Dunia tidak lain adalah kesenangan yang menipu. Oleh karena itu kebanggaan
kepada anak harus di sesuaikan dengan kemampuan memeliharanya agar orang tua tidak
sampai melalaikan Allah (QS. Al-Hadid[57]:20 dan Al-Munafiqun [63]:4). Demikian
peringatan Allah lainnya bahwa istri, harta, dan anak merupakan fitnah (cobaan). Oleh
karenanya anak-anak harus dibina, dididik, dan diarahkan. Untuk itu perlu perhatian khusus
dari orang tua harus mamppu memberikan perhatian dan mampu bertahan dari pengaruh
buruk yang ditimbulkan oleh jumlah anak yang dimiliki (QS. Al-Thalaq [65]:14-15)
4. kekhawatiran terhadap terganggunya kesehatan dan pendidikan anak. Al-Qur’an mengajarkan
kepada manusia agar berdo’a supaya di anugerahi istri dan anak sebagai penyenang hati
(qurrah a’yun). Namun demikian, untuk mewujudkan keinginan tersebut, di samping berdo’a
manusia harus berusaha membina dan mendidik anak yang dimiliki. Dan untuk membina
anak dibutuhkan kemampuan, baik materil maupun spiritual. (QS. Al-Furqan [25]:74)

kebolehan KB dalam batas pengertian di atas sudah banyak di fatwakan, baik oleh individu ulama
maupun lembaga-lembaga keislaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ini sudah mendekati ijma’. Lembaga fiqih islam (Majma Al-Fiqih Al-Islami), tempat
berhimpunnya para ulama dari Negara-negara organisasi konferensi islam, dalam surat keputusan
No.39(1/5) memfatwakan kebolehan pembatasan kelahiran sementara dengan maksud memperjarak
waktu kehamilan atau menghentikannya sementara waktu karena ada kebutuhan yang diakui syara’
sesuai dengan waktu yang dikehendaki suami-istri dan atas kesepakatan dan kerelaan mereka berdua.
Fatwa yang sama juga dikeluarkan berbagai lembaga fiqih dan ulama di berbagai dunia islam
lainnya,seperti Dar Al-Ifta Mesir, Majlis Ulama Indonesia (MUI)juga telah mengeluarkan fatwa
serupa dengan musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan, dan Pembangunan
tahun 1983. betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al nasl di atas,secara praktis KB masih memiliki persoalan hukum. Hal itu terkait dengan
masalah metode/alat kontrasepsi yang digunakannya.

2. Penggunaan Alat Kontrasepsi

2.1. Hukum Penggunaan Alat Kontrasepsi

Ada lima persoalan hukum yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Pertama,
masalah cara kerjanya, apakah mencegah kehamilan (man’u al-haml) atau menggugurkan kehamilan
(isqot al-haml)? Kedua, sifatnya apakah hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat
pemandulan permanent (Ta’qim). Ketiga, masalah pemasangannya, bagaimana dan siapa yang
memasang alat kontrasepsi tersebut? Hal ini berkaitan dengan hokum melihat aurat orang lain.
Keempat, implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya. Kelima, masalah bahan yang
digunakan untuk membuat alat kontrasepsi tersebut.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya mencegah kehamilan
(man’ual al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat dipasang sendirioleh yang
bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memendang auratnya, tetapi dalam keadaan
darurat dibolehkan. Selain itu, bahan pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal
serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
2.2. Metode/Alat Kontrasepsi
Ada berbagai metode yang dapat dilakukan dalam ber-KB, baik dari tekhnik bersenggama
maupun dengan menggunakan alat kontrasepsi. Hingga kini, paling tidak, ada 5 macam metode KB
yang di jalankan. Berikut ini penjelasan kelima metode kontrasepsi tersebut dan pandangan ulama
fiqih mengenai hukum melakukannya

1. Metode Perintang

Metode perintang bkerja dengan cara menghalangi sperma agar tidak bertemu dengan sel telur.
Metode ini tidak mengubah cara kerja tubuh penggunanya.maupun pasangannya. Efek sampingnya
sangat sedikit dan aman digunakan, terutama bagi ibu yang sedang menyusui. Alatkontrasepsi yang
banyak digunakan adalah kondom, diafragma, dan spermisida.
Kondom, terutama untuk laki-laki, banyak digunakan di Indonesia. Berbentuk kantong kecil
terbuat dari lateks yang membungkus alat kelamin pria. Cara kerjanya mencegah kehamilan dan
penggunaannya tidak membutuhkan orang lain. Selain itu tidak adanya ditemukan efek samping bagi
penggunaannya, bahkan dapat mencegah penularan lewat hubungan seksual. Tidak ditemukan
pendapat ulama yang mengharamkannya.
Diafragma berbentuk seperti mangkok ceper yang terbuat dari karet lunak. Alat ini bekerja
dengan cara menutupi mulut rahim sehingga sperma, meski mungkin masukke vagina, tak bisa
meneruskan perjalanannya menuju rahim. Karena cara kerjanya yang mencegah kehamilan, tidak ada
persoalan hukum dalam penggunaannya.
Spermisida memiliki berbagai macam bentuk, baik busa, tablet, krim ataupun jeli. Dipakai
sebelum berhubungan dengan cara dioleskan kedalam vagina. Cara kerjanya membunuh sel sperma
pria sebelum memasuki rahim. Jika tidak ada efek samping yang membahayakan yang
ditimbulkannya, maka alat kontrasepsi ini dapat digunakan atas kerelaan istri sebagai penggunanya.
2. Metode Hormonal
Metode hormonal dilakukan dengan cara memakai obat-obatan yang mengandung dua hormon,
yaitu estrogen dan progestin. Di gunakan oleh pihak perempuan dan kandungan dua hormon tersebut
serupa dengan hormon-hormon alamiah yang dihasilkan tubuh wanita, yaitu estrogen dan
progesterone. Ada tiga jenis alat KB yang biasa di gunakan dengan metode ini, yaitu pil pengendali
kehamilan yang harus di minum setiap hari, suntikan yang diberikan beberapa bulan sekali dan susuk
yang berbentuk enam tabung yang sangat kecil dan lunak yang dimasukan ke bawah permukaan kulit
sebelah dalam lengan. Pada umumnya jenis pil dan beberapa jenis suntikan mengandung kedua
hormon di atas. Namun ada pula pil, beberapa jenis suntikan yang hanya mengandung hormon
progestin.
Berbeda dengan metode perintang, metode hormonal merubah proses kerja tubuh. Dengan metode
hormonal indung telur (ovarium) perempuan dihalangi sehingga tidak melepas sel telur kedalam
rahim. Selain itu, metode ini juga menyebabkan lender di mulut rahim menjadi sangat kental,
sehingga menghalangi sperma untuk dapat masuk.
Dilihat dari cara kerjanya, alat kontrasepsi ini tidak bermasalah karena ini hanya mencegah
kehamilan yang bersifat sementara. Penggunaannyapun mudah dan dapat dilakukan sendiri atau
dengan bantuan orang lain (tenaga medis) tanpa melihat aurat besar. Persoalannyaterletak pada
implikasi kesehatan dan bahan yang digunakannya. Tidak semua perempuan dapat menggunakan
metode hormonal karena dapat membawa efek samping yang membahayakan, misalnya perempuan
yang mengidap penyakit kanker payudara. Oleh karenanya, ia baru boleh digunakan jika mendapat
rekomendasi dari tenaga medis. Persoalan lain adalah pada bahan pembuatannya. Pada umumnya
obat-obatan yang bersifat hormonal menggunakan bahan-bahan yang diambil dari unsure hewani,
meskipun ada juga yang dibuat dari unsure kimiawi-sintetik. Sepanjang bahan yang digunakan dari
unsure yang halal dan tidak membawa dampak kesehatan yang membahayakan maka metode
hormonal dapat digunakan dengan syarat atas kesepakatan suami-istri.
3. Metode yang Dilakukan dengan Jalan Memasukan Alat ke dalam Rahim (IUD)
Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalam rahim untuk mencegah pembuahan sel telur
oleh sperma. Biasanya disebut spiral atau dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan Intra Uterine
Devices (IUD). Spiral terbuat dari bahan plastic atau plastic bercampur tembaga yang dapat
digunakan sampai 10 tahun. Ia dapat dig anti atau dikeluarkan dari rahim, yang berarti termasuk
dalam kategori alat kontrasepsi sementara. Hal yang perlu di cermati dalam alat kontrasepsi ini adalah
efek sampingnya terhadap kesehatan pemakainya. Untuk itu, akseptor harus berkonsultasi terlebih
dahulu dengan tenaga medis untuk mengetahui betul kelemahan dan efek yang di timbulkan serta
keamananya jika ia menggunakan alat tersebut. Apalagi membawa mudlarat bagi kesehatan dirinya
tidak di benarkan penggunaannya dalam hukum islam.
Terhadap penggunaan spiral/IUD, ulama dan ahli kedokteran berbeda pendapat dalam duaaspek,
yaitu cara kerja dan pemasangan alat.
Pertama,dari segi cara kerjanya. Dr.Ali Akbar, yang dikenal sebagai ahli kedokteran dan agama,
menyimpulkan bahwa cara kerja spiral/IUD tidak bersifat contraceptive (mencegah
kehamilan)melainkan abortive (menggugurkan kehamilan). Oleh karenanya, ia haramdigunakan.
Pendapat serupajuga di kemukakan Prof. Muhammad Toha yang menyimpulkan bahwa IUD dalam
rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur dan 94% dari wanita pemakai IUD tidak menjadi hamil
karena melalui mekanisme kontranidasi (menghalang-halangi sel telur yang telah dibuahi menempel
di dinding rahim). Pendapat kedua ahli tersebut dibantah oleh banyak ahli kedokteran. Prof. Dr.
Muhammad Djuwari, misalnya,menolak jika kontranidasi disebut sebagai aborsi (abortus provocatus)
Akar persoalan munculnya perbedaan pendapat ini terletak pada penentuan waktu kapan
seseorang disebut hamil, apakah ketika terjadi pertemuan sperma dengan sel telur yang kemudian
mengalami pembuahan atau ketika terjadi implantasi (menempelnya sel telur yang sedang berbuah
pada dinding rahim). Sebagian ulama menetapkan waktu kehamilan dimulai ketika terjadi pertemuan
antara sel sperma pria dengan sel telur wanita. Namun, tampaknya pandangan ini telah berubah.
Dunia kedokteran telah menetapkan bahwa kehamilan dimulai ketika terjadi implantasi. Pandangan
ahli kedokteran ini juga telah disepakati Komisi Fatwa MUI. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa
kontranidasi bukan aborsi
Kedua, dari segi pemasangannya. Ulama juga berbeda pendapat dalam hal
pemakaian/pemasangan IUD kepada akseptor. MUI sendiri memiliki dua fatwa yang “berbeda” dalam
hal ini. Fatwa pertama tahun 1972 menyatakan bahwa haram pemkaian spiral selama masih ada obat-
obat dan alat kontrasepsi lain. Keharaman ini dikarenakan pemasangan dan pengontrolan IUD oleh
para dokter ataupun tenaga medis karena harus melihat aurat besar (mughallazah) akseptor. Pendapat
ini didasarkan pada QS.Al-Nur [24] 30-31 dan Hadis Nabi Saw. Yang berbunyi: “tidak boleh laki-laki
melihat aurat laki-laki lain dan tidak boleh perempuan melihat aurat perempuan lainnya dan
janganlah bersentuhan laki-laki dalam satu kain dan jangan pula perempuan dengan perempuan
lain”.
Fatwa kedua MUI dikeluarkan dalam musyawarah nasional ulama tahun 1983 yang menyatakan:
“penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) dalam pelaksanaan KB dapat dibenarkan jika
pemasanngan dan pengontrolannya dilakukan oleh tenaga medis dan/atau tenaga medis wanita atau
jika terpaksa dapat dilakukan oleh tenaga medis pria dengan didampingi suami atau wanita lain”
Dalam kajian fiqih, perubahan fatwa semacam itu sangat mungkin terjadi, jika illat hukum (alasan
yang menjadi dasar penetapan hukum) berubah karena adanya perubahan zaman, waktu, situasi, dan
kondisi. Kaidah fiqih menyatakan:

“hukum itu berputar (bergantung) pada ada atau tidak adanya illat”

“hukum itu berubah karena perubahan zaman, tempat, dan keadaan”


Terhadap perbedaan ulama (ijtihad) dalam masalah IUD, umat islam dapat memilih diantara
kedua pendapat tersebut, yang menurut mereka lebih kuat dan lebih mashlahat. Kedua pendapat yang
berbeda itu tidaklah salaing membatalkan karena kaidah fiqih mengatakan bahwa “sebuah ijtihad
tidak dapat dibatalkan dengan ijtihad yang lain”
4. Metode KB Alamiah
Metode alamiah adalah metode yang tidak menggunakan alat, bahan kimia, maupun obat-obatan,
ada berbagai cara yang dipakai dalam metode ini:
Memberi ASI selama 6 bulan. Ini sejalan dengan QS.Al-Baqarah [2]:233, Al-Ahqaf [46]:15 dan
luqman [31]:14
Metode pengecekan lender atau metode pengamatan irama, biasanya disebut dengan metode/system
kalender, yaitu metode berpantang hubungan (atau memakai metode perintang) pada hari-hari subur
istri. Cara mengetahui masa subur istri dengan menghitung siklus bulanan istri atau dengan mengecek
lender (cairan)dari vagina istri setiap hari.
‘Azl/coitus interruptus (senggama terputus).senggama terputus merupakan metode kontrasepsi yang
telah dikenal umat manusia sejak berabad-abad yang lampau.

5. Metode Permanen

Sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang bersifat permanent lewat jalan operasi tubuh, laki-laki
atau perempuan, agar steril dan tidak bisa lagi memiliki anak untuk selamanya (mandul). Meski
menjalani operasi, sterilisasi tidak mempengaruhi kemampuan seksual kedua pasangan. Ada dua cara
yang digunakan, vasektomi dan tubektomi.
Vasektomi adalah sterilisasi untuk laki-laki yang dilakukan dengan cara operasi untuk memotong
saluran pembawasperma dari kantongnya (zakar) ke penis. Sementara tubektomi adalah sterilisasi
pada perempuan yang dilakukan lewat operasi dengan cara membuat dua irisan kecil dibawah perut,
lalu saluran telurnya di ikat atau dipotong supaya sel telur tidak bisa menju rahim.
Para ulama, sebagaimana telah dijelaskan di atas, sepakat mengharamkan metode yang berdampak
terjadinya pemandulan yang permanent (Ta’qim), vasektomi maupun tubektomi, kecuali dalam
keadaan darurat (emergency), seperti terancamnya jiwa ibu apabila ia hamil atau melahirkan.

6. Metode Darurat

Metode darurat adalah metode menghindari kehamilan setelah terlanjur terjadinya hubungan
suamiistri tanpa pelindung. Metode ini mengupayakan agar sel telur yang telah dibuahi oleh sperma
jangan sampai menempel ke dinding rahim dan berkembang menjadi janin. Caranya dengan
meminum pil KB darurat yang mengandung hormon estrogene dan progestin, seperti pil mifepristone,
segera setelah terjadinya hubungan. Pil ini hanya memiliki pengaruh jika diminum dalam waktu 48
jam setelah terjadinya hubungan.
Jika mengacu pada pendapat dunia kedokteran kontemporer dan komisi fatwa MUI bahwa
kehamilan baru dimulai setelah terjadinya implantasi (menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada
dinding rahim) maka cara kerja kontanidasi seperti pada pil KB darurat ini tidaklah termasuk dalam
kategori aborsi. Namun, suatu hal yang perlu dicermati adalah bahan yang digunakan untuk
pembuatannya karena ia bersifathormonal, yang pad umumnya di ambil dari unsure hewani.
BAB III
KESIMPULAN

1. KB berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya
serta sesuai situasi-kondisi masyarakat dan Negara. Dengan begitu, KB berbeda dengan birth control,
yang artinya pembatasan/penghapusan kelahiran (tahdid al-nasl). Istilah birth control dapat
berkonotasi negatif karena bias berarti aborsi dan sterilisasi (pemandulan).
2. Al-Qur’an dan Hadis sebenarnya tidak menjelaskan tentang maslah KB, sehingga para ulama harus
malakukan pengkajian sedam-dalamnya mengenai hal ini
3. terdapat dua pendapat tentang ber-KB, di satu pihak memperbolehkan, dan di satu pihak tidak.
4. Ada lima persoalan hukum yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi, yakni mengenai:
masalah cara kerjanya, sifatnya, penggunaannya, akibatnya, dan bahan yang digunakannya
5. Ada 6 macam metode yang dilakukan dalm ber-KB yaitu
a. Metode Perintang
b. Metode Hormonal
c. IUD
d. Metode KB alamiah
e. Metode Permanen (sterilisasi)
f. Metode darurat
DAFTAR PUSTAKA

Mahjuddin.2003.Masailul Fiqhiyah.Jakarta:Kalam Mulia


Umran, Abd Al-Rahim.1997.Islam Dan KB.Jakarta:Lentera
Yakub, Aminudin.2003.KB dalam Polemik:Melacak Pesan Substantif Islam. Jakarta:PBB UIN

Anda mungkin juga menyukai