Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UTS AGAMA ISLAM

Oleh

Nama : Rachmad Wira Oktatiandi


Kelas : B Indralaya
NIM : 03021181924002

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
KELUARGA BERENCANA (KB) DALAM PANDANGAN ISLAM

Indonesia merupakan Negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar serta menghadapi


masalah jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per
tahun. Untuk mengatasi peledakan yang tidak terkendali pemerintah mencetuskan program
Keluarga Berencana..Program KB menurut UU No.10 tahun 1992 (tentang kependudukan
dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kependudukan dan peran
serta masyarakat melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.Program
KB adalah bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan social budaya penduduk Indonesia agar
dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.Namun pro dan
kontra mengenai penggunaan alat kontrasepsi sebagai upaya melaksanakan Keluarga
Berencana masih menjadi salah satu topic utama yang diangkat oleh sebagian para ahli
agama di Indonesia seperti kaum ulama. Sehingga pelaksanaan program KB masih harus
dilihat dari pandangan hukum islam. Padahal telah jelas disebutkan bahwa tujuan umum
untuk tiga tahun kedepan mewujudkan visi dan misi program KB yaitu membangun kembali
dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk
mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

HukumKB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan maksud
menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan keturunan yang tangguh
sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya.
Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah manfaat yang dapat mencegah timbulnya
kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan
dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam.Para
ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang dibolehkan
syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan
kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi tertentu untuk
kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan
tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl
(pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan
(taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang
dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis
yang syari`i. Adapun aborsi yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk
menyelamatkan jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan,
dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika dilakukan dalam
keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan pada wanita yang terancam jiwanya
jika ia hamil atau melahirkan maka hukumnya mubah. Kebolehan KB dalam batas pengertian
diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke
Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan KB
dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI (Majelis Ulama
Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah Nasional Ulama
tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis
sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus
tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk
ber-KB.Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan dapat
dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak haram memandang
auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh memandang auratnya tetapi
dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan pembuatan yang digunakan harus
berasal dari bahan yang halal, serta tidak menimbulkan implikasi yang membahayakan
(mudlarat) bagi kesehatan.Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi
kriteria-kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara
substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu bentuk
implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah kemashlahatan, yaitu
menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan penuh rahmah. Selain itu,
kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-ketentuan seperti dijelaskan diatas,
sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat
nasional maupun Internasional (ijma’al-majami).

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan
dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:

‫وليخششش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواهللا واليقولوا سديدا‬
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal:
53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu dilaksanakan
dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan anak,
memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.

Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

)‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس (متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah
tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi
orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.

Diantara ulama’ yang membolehkan program KB adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri,
Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti
progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari
kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan
keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin
mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-
Mu’minun ayat: 12, 13, 14.

Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof.
Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu
termasuk membunuh keturunan seperti firman Allah:

‫وال تقتلوا أوالدكم من إملق نحن نرزقكم وإياهم‬


“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan
memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya.
Dari salah satu kasus yang telah dipaparkan diatas Banyak hal yang seyogyanya membuat
kita ragu tentang masalah KB ini. Untuk lebih mendalami Masalah ini berikut uraian – uraian
yang dapat disampaikan:

  Alasan tidak diperbolehkannya KB


Hukum KB bisa haram jika menggunakan alat atau dengan cara yang tidak dibenarkan dalam
syariat islam.
Ada beberapa ulama yang menolak KB dengan alasan antara lain, yaitu:
1. KB sama dengan pembunuhan bayi.
2. KB merupakan tindakan tidak wajar (non-alamiah) dan bertentangan dengan fitrah.
3. KB mengindikasikan pada ketidakyakinan akan perintah dan ketentuan Tuhan.
4. KB berarti mengabaikan doa Nabi agar umat islam memperbanyak jumlahnya.
5. KB akan membawa petaka konsekuensi-konsekuensi sosial.
6. KB adalah suatu jenis konspirasi Imperialis Barat terhadap negara-negara yang
berkembang.
7. KB dilakukan karena niat yang tidak baik misalnya takut mengalami kesulitan
ekonomi dan susah mendidik anak.
Para ulama sepakat bahwa menggunakan metode KB yang bersifat permanen hukumnya
haram. Metode permanen adalah metode yang bersifat mantap, yang meliputi tindakan :

1. Vasektomi atau vas Ligation

2. Tubektomi atau Tubal Ligation (operasi ikat saluran telur)

3. Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)

Ulama mengharamkan metode kontrasepsi permanent ini karena menilainya sebagai bentuk
pengebirian yang dilarang oleh Rasulullah saw. Sesuai dengan sabda Rasulullah : Tidaklah
termasuk golongan kami (umat islam) orang yang mengebiri orang lain atau mengebiri
dirinya sendiri. Disamping itu, tindakan sterilisasi juga dianggap sebagai mengubah firth
kejadian manusia yang dilarang dalam islam.
2)      Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah
atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara
lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang
tujuan pernikahan untuk menghasilakn keturunan.
  Alasan diperbolehkannya KB
Menurut kelompok ulama yang membolehkan, dari segi nash, tidak ada nash yang sharih
secara eksplisit melarang ataupun memerintahkan ber-KB.
Mereka juga beralasan dari sudut pandang ekonomi dan kesehatan, antara lain, sebagai
berikut:
a. Untuk memberikan kesempatan bagi wanita beristirahat antara dua kehamilan.
b. Jika salah satu atau kedua orang pasangan suami istri memiliki penyakit yang dapat
menular.
c. Untuk melindungi kesehatan ibu.
d. Jika keuangan suami istri tidak mencukupi untuk membiayai lebih banyak anak.
e. Imam al-ghazali menambahkan satu lagi, yaitu menjaga kecantikan ibu.
Secara umum lembaga-lembaga fatwa di Indonesia menerima dan membolehkan KB. Majelis
Ulama Indonesia menjelaskan, bahwa ajaran islam membenarkan Keluarga Berencana.
Argumen yang membolehkannya adalah untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, pendidikan
anak agar menjadi anak yang sehat, cerdas, dan sholeh. Majelis Tarjih Muhamadiyah
memandang KB sebagai jalan keluar dari keadaan mendesak, dibolehkan sebagai hukum
pengecualian, yakni:
a. Untuk menjaga keselamatan jiwa atau kesehatan ibu.
b. Untuk menjaga keselamatan agama, orang tua yang dibebani kewajiban mencukupi
keperluan hidup keluarga dan anak-anaknya.
c. Untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau pendidikan anak-anak.
Ulama-ulama NU termasuk memperbolehkan KB didasarkan pada prinsip kemaslahatan
keluarga (Mashalihul Usrah) bagi pengembangan kemaslahatan umum (al-mashalihul
‘Ammah). Sedangkan menurut ulama PERSIS, KB dalam pengertian pengaturan jarak
kelahiran hukumnya ibadah, dan tidak terlarang.
Bagi Negara, program KB dapat mengurangi beban negara. Contohnya sebelum tahun 1990
diprediksikan, tanpa program KB jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 akan mencapai 285
juta jiwa. Namun dengan program KB, sensus pada tahun itu menunjukkan jumlah penduduk
hanya 205 juta jiwa. Artinya, ada penghematan energi, pangan, dan sumber daya lain yang
semestinya digunakan oleh 80 juta jiwa. Oleh karena itu program KB terus digalakkan oleh
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai