Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

INFERTILITAS DAN KB DALAM PANDANGAN SYARIAT DAN MEDIS

Dosen : Dr. Sri Susanti, M.Ag

Oleh:
ANDIK RONI RISDIANTO
NIM : 19631899

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
INFERTILITAS DAN KB DALAM PANDANGAN SYARIAT DAN
MEDIS

Anak adalah rezeki yang dianugrahkan


langsung dari Allah‫ﷻ‬, tidak melalui dukun atau
paranormal. Itulah takdir yang hanya Allah‫ﷻ‬
berikan melalui berbagai ikhtiar yang dilakukan
manusia. Artinya, selama manusia mau berusaha
menuju takdirnya maka Allah‫ﷻ‬ akan
mendekatkan tujuan yang ingin dicapai terhadap
manusia itu. Di sisi lain, kita dapat berusaha
“mengatur” kelahiran sesuai dengan syari’at Allah
‫ﷻ‬.
Islam sangat menganjurkan umatnya
memperbanyak keturunan. Selain agar mengisi
alam semesta ini dengan orang-orang shalih dan
beriman juga Rosulullah berbangga dengan jumlah
umatnya yang banyak pada hari kiamat. Namun,
bukan berarti penganjuran itu hanya terfokus pada
jumlahnya yang banyak, tapi juga kualitasnya. 
Sehingga menjadi kewajiban orang tua setelah
memperbanyak keturunan adalah mendidiknya
dengan pendidikan yang baik.
Diantara metode untuk mengoptimakan
pendidikan anak adalah dengan mengatur jarak
kelahiran anak. Hal ini penting mengingat bila setiap
tahun melahirkan anak, akan membuat sang ibu
tidak punya kesempatan untuk memberikan
perhatian kepada anaknya. Bukan hanya itu, nutrisi
dalam bentuk ASI yang sangat dibutuhkan pun akan
berkurang. Padahal secara alamiyah, seorang bayi
idealnya menyusu kepada ibunya selama dua tahun
meski bukan sebuah kewajiban.
Dengan alasan inilah, atau berbagai jenis
alasan lain, juga karena masyhurnya program KB ini
di seluruh dunia tak terkecuali Indonesia,
mendorong banyak pasangan suami istri memilih
bergabung dalam program KB untuk mengatur jarak
kelahiran atau membatasi  jumlah anak mereka.
Hanya saja, banyak yang kemudian melakukannya
namun tidak berlandaskan hukum Islam. Berangkat
dari problematika tersebut, di dalam makalah ini
penulis memilih untuk mengkaji bagaimana
pandangan Islam dalam perkara  ini. Sehingga
dengan ini ummat tidak lgi keliru dalam
menyikapinya dan tidak lagi ragu, apakah harus
melakukannya ataukah memilih meninggalkannya.
Pengertian KB (Keluarga Berencana)
Secara etimologi istilah KB berasal dari kata
keluarga dan berencana. Apabila kata ini dipisah,
maka “keluarga” mempunyai arti tersendiri, demikian
juga dengan kata “berencana”. Yang dimaksud di
sini ialah unit terkecil di dalam masyarakat yang
anggota-aggotanya adalah ayah dan ibu atau ayah,
ibu dan anak. Satuan kekerabatan yang sangat
mendasar dalam masyarakat.
Secara terminologi keluarga berencana adalah
upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan dan bantuan sesuai hak reproduksi
untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Di dalam Islam terdapat dua hal yang berkaitan
dengan KB :
Pertama, Tahdid an-Nasl (pembatasan keturunan)
yaitu menghentikan proses kelahiran secara mutlak
dengan membatasi jumlah anak. Dapat dilakukan
dengan alamiah atau mengguanakan alat-alat
kontrasepsi yang beragam.
Kedua, Tanzhim an-Nasl (pengatauran atau
penjarangan kelahiran) yaitu mengguanakan
sarana-sarana atau metode yang dapat mencegah
kehamilan dalam masa yang temporal, berkala atau
sementara dan tidak dimaksudkan untuk pemutusan
keturunan selamanya. Tetapi dilakukan tujuan
kemaslahatan yang di sepakati oleh suami dan istri
.
Tujuan Pelaksanaan KB
Secara umum istilah KB dikenal di kalangan
ulama kontemporer dengan sebutan tahdid an-nasl.
Jika ditinjau dari pelaksanaannya, KB memiliki
beberapa tujuan, diantaranya membatasi keturunan
dan mengatur jarak kelahiran. Berangkat dari tujuan
itu para ulama membaginya ke dalam dua istilah.
Yaitu tahdid an-nasl dan tanzhim an-nasl.
Sebagian ulama mendefinisikan tahdid an-
nasl sebagai upaya pencegahan kehamilan secara
total setelah memiliki anak dalam jumlah tertentu
atau untuk pemandulan permanen. Dan ada pula
yang menyamakan antara tahdid dan tanzhim yaitu
sebagai upaya yang dilakukan dalam rangka
menyedikitkan keturunan.
Adapun menurut Dr. Muhammad Abdul Hamid
an-Naqib, bahwa at-tanzhim berasal dari
kata nizham, dan at-tahdid berasal dari kata al-had.
Sehingga maksud dari at-tanzhim adalah
menjadikan sesuatu teratur. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Dr. Mahmud Akam bahwa tidak
termasuk kategori dharurah jika maksud akhirnya
adalah untuk menyedikitkan anak. Namun, kadang
kala tujuannya adalah demi kesehatan anak dan ibu,
terkadang untuk memaksimalkan pendidikan, atau
tujuan-tujuan lain.
Adapun tahdid an-nasl adalah menghentikan
keturunan dalam batasan tertentu atau jumlah
tertentu. Namun terkadang pula keputusan suami
istri untuk menghentikan kehamilan disebabkan
suatu penyakit yang menimpa si istri, atau melewati
usia tertentu, atau setelah memiliki 4 orang anak
dan berbagai bentuk lainnya.
Sedangkan man’u al-hamli adalah wasilah
atau perantara untuk mencapai salah satu dari
keduanya sebagaimana pendapat kebanyakan
pengkaji dalam permasalahan ini, bahwa man’u al-
hamli tidak termasuk dari keduanya ditilik dari teori
dan penerapannya. Bukan juga sebagai sasaran
dan tujuan, melainkan perantara untuk mencapai
sebuah tujuan.
Hukum Melakukan KB
Pada dasarnya, Islam sangat menganjurkan
umatnya untuk memperbanyak keturunan. Diantara
hadits  yang menerangkan hal tersebut adalah
hadits riwayat Ma’qal bin Yasar ketika datang
seorang laki-laki meminta pendapat Rasulullah
‫ ﷺ‬mengenai calon istrinya yang memiliki
nasab yang baik dan cantik namun mandul, maka
beliau mengatakan “jangan” lalu ia bertanya untuk
kedua kalinya, maka Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:
‫ الولود فإني مكاثر بكم األمم‬B‫ الودود‬B‫تزوجوا‬

“Nikahilah wanita yang penyayang dan banyak anak


(subur), karena sesungguhnya aku akan bebangga
banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat
terdahulu.”  (HR: an-Nasa’i, Abu Dawud).
Dalam hadits di atas sangat jelas sekali bahwa
Islam menganjurkan umatnya untuk memperbanyak
keturunan. Sehingga upaya-upaya yang dilakukan
untuk menyedikitkan keturunan sangat tidak sejalan
dengan syari’at bertanasul
KB Dengan Tujuan Tahdid
Di dalam kitab Fiqih an-Nawazil dijelaskan
bahwa apabila melakukan KB dalam rangka
membatasi keturunan secara mutlak  hukumnya
adalah haram, baik penerapan yang bersifat umum
kepada masyarakat atau yang bersifat
perorangan. Kecuali bagi orang yang berada pada
suatu keadaan yang mengharuskannya melakukan
hal itu.] Sebab memperbanyak keturunan
merupakan sebuah perintah  yang sangat dianjurkan
di dalam Islam. Dan nasl adalah salah satu
dari dharuriyatul khamsah yang telah disepakati
kewajiban menjaganya oleh para ulama.
Syaikh Abdullah bin Abdul Aziz bin Bazz dalam
fatwanya ketika ditanya, Apa hukum KB?
Beliau menjawab, Ini adalah permasalahan yang
muncul sekarang, dan banyak pertanyaan muncul
berkaitan dengan hal ini. Permasalahan ini telah
dipelajari oleh Haiah Kibaril Ulama’ (Lembaga Riset
Ulama’ di Saudi) didalam sebuah pertemuan yang
telah lewat dan telah ditetapkan keputusan, yang
ringkasnya adalah tidak boleh mengkonsumsi pil-pil
untuk mencegah kehamilan. Karena Allah Ta’ala
Subhanahu Wa Ta’ala mensyari’atkan untuk hamba-
Nya sebab-sebab untuk mendapatkan keturunan
dan memperbanyak jumlah umat. Rosulullah
‫ ﷺ‬bersabda:
‫ األنبياء يوم القيامة‬: ‫ وفي رواية‬.‫تزوجوا الولود الودود فإني مكاثر بكم األمم يوم القيامة‬

Artinya: “Nikahilah wanita yang banyak anak lagi


penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-
lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang
lain di hari kiamat (dalam riwayat yang lain: dengan
para nabi di hari kiamat”.
Karena umat itu membutuhkan jumlah yang
banyak, sehingga mereka beribadah kepada Allah
Ta’ala, berjihad di jalan-Nya, melindungi kaum
Muslimin dengan izin Allah‫ﷻ‬, dan Allah‫ﷻ‬
akan menjaga mereka dari tipu daya musuh-musuh
mereka. Maka wajib untuk meninggalkan perkara ini
(membatasi kelahiran), tidak membolehkannya dan
tidak menggunakannya kecuali darurat. Jika dalam
keadaan darurat maka tidak mengapa, seperti:

1. Sang istri tertimpa penyakit didalam rahimnya


atau anggota badan yang lain, sehingga
berbahaya jika hamil, maka tidak mengapa
(menggunakan pil-pil tersebut) untuk keperluan
ini.
2. Demikian juga, jika sudah memiliki anak
banyak, sedangkan istri keberatan jika hamil
lagi, maka tidak terlarang mengkonsumsi pil-pil
tersebut dalam waktu tertentu, seperti setahun
atau dua tahun dalam masa menyusui,
sehingga ia merasa ringan untuk kembali
hamil, sehingga ia bisa mendidik dengan
selayaknya.

Adapun jika penggunaanya dengan maksud dalam


berkarir atau supaya hidup senang atau hal hal lain
yang serupa dengan itu, sebagaimana yang
dilakukan kebanyakan wanita zaman sekarang,
maka hal ini tidak boleh.
Abdul Aziz bin as-Sadiq mengatakan bahwa
hal yang melatarbelakangi penerapan dan anjuran
KB secara umum di negeri-negeri Eropa adalah
kehkawatiran mereka atas perekonomian negara
dan kemiskinan yang melanda. Dan ini tentu
bertentangan dan tidak sejalan dengan ajaran Islam
secara umum. Salah dalam memahami takdir dan
kerena kedangkalan akallah menyebabkan mereka
berburuk sangka kepada Allah.[  Padahal Allah
Ta’ala menegaskan bahwa Dia-lah yang
menanggung rejeki seluruh hamba-Nya.
Sebagaimana tertera dalam firman Allah ‫ ﷻ‬:
ِ ْ‫َو َما مِنْ دَا َّب ٍة فِي اأْل َر‬
‫اب‬BB‫ ٌّل فِي ِك َت‬B‫ ُك‬B‫ َت ْودَ َع َها‬B‫م مُسْ َت َقرَّ َها َوم ُْس‬Bُ َ‫ َو َيعْ ل‬B‫ض إِاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُ َها‬
‫ين‬
ٍ ‫م ُِب‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan
Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS: Hud: 6)
Allah juga membantah orang-orang jahiliyah
sebelum Islam yang membunuh anak-anaknya
disebabkan  kekhawatiran mereka akan kemiskinan
dan memperingatkan kaum muslimin dari perbuatan
tersebut. Sebab perbuatan tersebut mengandung 
banyak tindak kejahatan. diantaranya,  membunuh
jiwa yang diharamkan, berprasangka buruk kepada
Allah dan termasuk menjelek-jelekkan Allah. Allah
‫ ﷻ‬berfirman:
‫ان خ ِْط ًئا َك ِبيرً ا‬
َ ‫م َك‬Bْ ‫م َوإِيَّا ُك ْم إِنَّ َق ْتلَ ُه‬Bْ ‫َواَل َت ْق ُتلُوا أَ ْواَل َد ُك ْم َخ ْش َي َة إِ ْماَل ٍق َنحْ نُ َنرْ ُزقُ ُه‬

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu


karena takut miskin. Kamilah yang memberi rejeki
kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka
itu suatu dosa yang besar.” (QS: al-Isra’ : 31)
Sejalan dengan itu, banyak hadits-hadits yang
menganjurkan untuk menikahi wanita yang subur
dan tidak menikahi wanita-wanita yang mandul.
Oleh karena itu, ajakan dan anjuran membatasi
keturunan yang diterapkan secara umum kepada
seluruh kalangan tanpa adanya pengecualian dan
alasan-alasan tertentu  adalah tidak boleh secara
syar’i. Sebab hal ini bertentangan dengan aqidah
dan syari’at Islam. Dan merupakan kesesatan yang
nyata.
Adapun pertentangannya  dengan aqidah
Islam adalah bahwa seorang muslim diwajibkan
menyerahkan urusan rezeki sepenuhnya kepada
Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah ‫ ﷻ‬:
ُ ُ
ِ ‫ق َو َما أ ِري ُد أَنْ ي ُْط ِعم‬Bٍ ‫ َما أ ِري ُد ِم ْن ُه ْم مِنْ ِر ْز‬.‫ون‬
‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬
ِ ‫س إِاَّل لِ َيعْ ُب ُد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


agar mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak
menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka agar
mereka memberi makan kepada-Ku.” (QS: adz-
Dzariyat: 56-57)
Barang siapa membatasi keturunan dengan
menggugurkan kandungan, maka sungguh ia telah
melakukan tiga kejahatan itu atau sebagiannya. Dan
barang siapa mencegah kehamilan dengan tanpa
menggugurkannya maka dia mendapatkan dosa dari
berburuk sangka kepada Allah‫ﷻ‬. Sedangkan
pertentangannya dengan hukum Islam adalah,
bahwasanya Islam mencintai umat yang banyak.
Dan pembatasan keturunan secara umum akan
menyedikitkan jumlah yang akhirnya  akan berefek
pada lemahnya kaum muslimin.
Hal ini terbukti bahwa setelah orang-orang
Eropa  memilih membatasi keturunan mereka dalam
beberapa kurun waktu, mereka kembali dan
menyerukan untuk memperbanyak keturunan
setelah mereka menyadari bahwa membasi
keturunan sangat berpengaruh pada lemahnya
kekuatan pertahanan negara  disebabkan sedikitnya
jumlah  penerus mereka. terlebih dari kalangan para
pasukan, sementara peperangan selalu mengintai
dan mencerai-berai mereka. maka musnahlah
kekuatan besar mereka, sebagaimana yang telah
diketahui.
Mencegah kehamilan permanen atau
sterilisasi yang dikenal dalam bahasa arab dengan
istilah at-ta’qim ad-da’im hukumnya sama.
berdasarkan banyaknya dalil yang melarang
kebiri. Diantaranya, firman Allah ‫ﷻ‬,
ْ‫ق هَّللا ِ َو َمن‬B َ B‫م َف َلي َُغ ِّيرُنَّ َخ ْل‬Bْ ‫ر َّن ُه‬B ِ B‫ان ا ْن َع‬
َ B‫ام َوآَل ُم‬B َ B‫م َوآَل ُم‬Bْ ‫لَّ َّن ُه ْم َوأَل ُ َم ِّن َي َّن ُه‬B ‫ض‬
َ ‫م َف َل ُي َب ِّت ُكنَّ آ َذ َ أْل‬Bْ ‫ر َّن ُه‬B ِ ُ ‫َوأَل‬
‫ م ُِبي ًنا‬B‫ون هَّللا ِ َف َق ْد َخسِ َر ُخسْ َرا ًنا‬ ِ ‫ان َولِ ًّيا مِنْ ُد‬ َ ‫َي َّت ِخ ِذ ال َّشي‬
َ ‫ْط‬

“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka,


dan akan membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka dan menyuruh mereka (memotong
telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-
benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka
(mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
meubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata.” (QS: An-Nisa’: 119).
Bahwasanya merubah ciptaan Allah ‫ﷻ‬
adalah tipu daya dan misi setan kepada para
pengikutnya. Dan hal itu adalah haram. sedangkan
sterilisasi adalah bentuk dari merubah ciptaan, yaitu
dengan menghilangkan kemampuan memiliki anak.
Meskipun sejatinya ia hanya sebagai fasilitas
modern untuk tidak bertanasul, namun hukumnya
tetap haram.
 Imam an-Nawawi berkata, “pengebiran yang
dilakukan terhadap manusia adalah haram, baik
kepada anak kecil ataupun orang dewasa.”
Juga tertera dalam sabda Rosulullah ‫ﷺ‬.
‫ْن‬
ِ ‫ان ب‬BB َ ‫ َعلَى ع ُْث َم‬-‫ص‬- ‫ل هللا‬Bُ ‫ َر َّد َرس ُْو‬:‫ يقول‬-‫رضي هللا عنه‬-‫حديث سعد بن أبي وقاص‬
‫ص ْي َنا‬ ْ ‫ َولَ ْو أَذ َِن لَ ُه‬،‫َم ْظع ُْو ِن ال َّت َب ُّت َل‬
َ ‫الخ َت‬

 “Rasulullah sholallahu alaihi wa salam membatah


Utsman bin Madh’un rodhiyallahu anhu yang akan
membujang, seandainya Beliau mengijinkan, maka
kami pasti akan melakukan kebiri”. (HR:
Muslim) Bukhari 5074.
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa larangan ini
menunjukkan atas pengharaman.
Larangan ini juga berlaku pada pemakaian
alat-alat modern yang digunakan untuk mencegah
kehamilan permanen beserta segala
motifnya, kecuali karena pertimbangan medis yang
mendesak.
Adapun keadaan dharurat yang
mengharuskan pencegahan kehamilan permanen
atau sterilisasi adalah ketika seorang wanita
menderita suatu penyakit yang telah divonis oleh
seorang dokter yang terpercaya. Yang apabila ia
hamil dikhawatirkan akan berujung pada kematian.
Dan hal ini diperbolehkan ketika tidak didapati
jalan lain atau metode pengobatan lain yang
memiliki resiko lebih rendah.

2. KB dengan tujuan tanzhim


Syaikh Fauzan bin Ali Fauzan dalam fatwanya
ketika ditanya kapan syara’ membolehkan
mengkonsumsi pil-pil pencegah kehamilan dengan
tujuan untuk menjaga dan memperhatikan
pendidikan anak-anaknya yang masih kecil beliau
menjawab, tidak boleh mengkonsumsi pil-pil
pencegah kehamilan kecuali karena darurat, dengan
adanya ketetapan dari dokter bahwa kehamilan
tersebut akan menyebabkan kematian sang ibu.
Adapun mengkonsumsi pil-pil penunda
kehamilan, maka tidak mengapa jika diperlukan,
seperti:

 Kondisi kesehatannya tidak memungkinkan


untuk hamil berturut-turut dalam selang waktu
yang dekat, atau
 Hamil akan membahayakan anak yang sedang
ia susui. Dan pil tersebut tidak menghentikan
kehamilan, tetapi hanya menunda kehamilan,
maka tidak mengapa sesuai dengan kebutuhan
tersebut. Dan hal ini dilakukan setelah
berkonsultasi dengan dokter yang ahli dalam
masalah ini.

Syaikh bin Bazz di dalam kitab fatwanya


mengatakan,] “ Tidak mengapa memakai alat
kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran  untuk
menghindari kemudharatan. Akan tetapi, hal itu
hendaknya dilakukan pada masa menyusui (tahun
pertama dan kedua) hingga tidak menyebabkan
kemudharatan untuk kehamilan berikutnya, juga
agar tidak berefek buruk pada pendidikan anak-
anaknya. Jika kehamilan yang berurutan (dalam
waktu dekat) memberikan kemudharatan pada
pendidikan anak dan kesehatan dirinya, maka tidak
mengapa mengatur jarak kehamilan satu atau dua
tahun selama masa menyusui.
Dalam kitab al Islam Aqidah Wa
Syari’ah,] syeikh Mahmud Syalthut  memberi ulasan
dalam pembahasan mengatur jarak keturunan
memulai dengan dalil dari Al-Qur’an surat al-
Baqarah ayat 233:
‫اع َة‬
َ ‫ض‬َ َّ‫ْن لِ َمنْ أَ َرادَ أَنْ ُي ِت َّم الر‬ ِ ‫َات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْواَل َدهُنَّ َح ْولَي‬
ِ ‫ْن َكا ِملَي‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
“Para ibu hendaklah menyusui anaknya selama dua
tahun  yaitu bagi yang ingin menyempurnakan
penyusuannya”. (QS. al-Baqarah: 233)
Ini adalah bimbingan Allah ‫ ﷻ‬untuk para
ibu, supaya mereka menyusui anak-anaknya
dengan sempurna, yaitu 2 tahun penuh. Jika kedua
orang tuanya telah bersepakat untuk menyapihnya
kurang dari dua tahun, maka tidak mengapa jika
tidak membahayakan anaknya.
Melalui ayat tersebut syari’at islam ingin
memberitahukan bahwa masa menyusui yang ideal
adalah 2 tahun. Dimana pada masa itu seorang ibu
menyusukan anaknya secara sempurna dan bersih.
Hal tersebut diperkuat dengan surat al-Ahqaf ayat
15:
َ ‫ِصالُ ُه َثاَل ُث‬
‫ون‬ َ ‫ان ِب َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسا ًنا َح َملَ ْت ُه أ ُ ُّم ُه ُكرْ هًا َو َو‬
َ ‫ض َع ْت ُه ُكرْ هًا َو َحمْ لُ ُه َوف‬ َ ‫ اإْل ِ ْن َس‬B‫ص ْي َنا‬
َّ ‫َو َو‬
‫َشهْرً ا‬

“Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat


baik kepada kedua orangtuanya, ibunya telah
mengandungnya dengan susah payah dan
melahirkan dengan susah payah pula. Masa
mengandung sampai menyapihnya adalah selama
30 bulan.” (QS. al-Ahqaf: 15)
Imam Qurthubi di dalam tafsirnya mengatakan
bahwa: jika hamilnya 6 bulan maka masa
menyusuinya adalah 24 bulan, jika hamilnya 7 bulan
maka masa menyusuinya adalah 23 bulan, jika
hamilnya 8 bulan maka masa menyusuinya adalah
22 bulan dan seterusnya.
Pada tahun 1953 M Lajnah Fatawa al-Azhar
menetapkan bahwa penggunaan obat-obatan untuk
mencegah kehamilan sementara tidaklah haram,
sebagaimana pendapat Syafi’iyah. Terlebih apabila
dihawatirkan kehamilan yang berturut-turut tanpa
ada jeda normal akan membahayakan seorang ibu.
berdasarkan firman Allah ‫ﷻ‬,
‫ي ُِري ُد هَّللا ُ ِب ُك ُم ْاليُسْ َر َواَل ي ُِري ُد ِب ُك ُم ْالعُسْ َر‬

“… Allah menghendaki kemudahan bagimu dan


tidak menghendaki kesusuahan bagimu…”(QS: Al-
Baqarah: 185)
Berbeda apabila penggunaan obat tersebut
untuk mencegah kehamilan permanen maka itu
diharamkan.
Syaikh Muhammad Abu Zahrah mengatakan bahwa
hukum mencegah kehamilan yang bersifat umum
adalah makruh dan meninggalkannya lebih afdhal.
Jika ia memiliki penghalang yang mengharuskannya
melakukan hal itu, maka mencegah kehamilan
mubah baginya, sebagai rushah yang bersifat
fardiyah (perorangan), Sebab di dalam fiqih Islam
tidak ada rukhshah yang diberlaukan secara umum
bagi setiap ummat dan setiap iklim, akan tetapi
rukhshah itu berlaku atas perorangandan karena
penerapan hukum fiqih yang bersifat umum akan
berbeda antara satu orang dengan yang lain.
Penerapannya sesuai keadaan setiap oknum. hal ini
juga sebagaimana yang dikatakan oleh syaikh al-
Buthi

Metode KB saat Ini


a. Kontrasepsi alami
1. Metode Azl (senggama terputus)

 Motivasi: Mengatur jarak kelahiran


 Unsur pembunuhan : sebagian ulama
mengatakan ada unsur pembunuhan karena
penumpahan seperma terjadi di luar vagina
yang tidak memungkinkan seperma untuk
hidup. Tetapi, sebagian yang lain mengatakan
tidak termasuk unsur pembunuhan.
 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: tidak ada karena tidak merubah
sistem reproduksi.
 Efek samping: relatif tidak ada (tidak tuntasnya
keluar seperma, tetapi masih dianggap ringan)
 Unsur penzaliman trhadap salah satu pihak:
ada yang mengatakan bisa mengurangi
kenikmatan istri, tetapi jika istri ridha hal itu
tidak masalah.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan
etika Islam (dilakukan mandiri oleh laki-laki).

Hukum azl menurut pendapat ulama


yang rajih (unggul) adalah boleh. Tetapi, tidak tidak
melakukan azl adalah jauh lebih baik. Walaupun
demikin, larangan ini tidak sampai pada derajat
makruh tanzihi yang dilarang.

2. Metode Penyusuan

 Motivasi: melakukan perintah penyusuan


dalam Al-Qur’an sekaligus mendapatkan
manfaat mangatur jarak kelahiran.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: tidak ada. Masa tidak subur karena
penyusuan sifatnya hanya sementara.
 Efek samping: relatif aman, meskipun
beberapa ibu ada yang mengalami luka atau
trauma pada puting susu, mastitis (infeksi
kelenjar payudara), dan sebagainya.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:
tidak ada. Justru hadirnya masa tidak subur
merupakan bonus unruk bisa melakukan
hubungan seksual secara maksimal.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan
Islam. Dilakukan mandiri oleh kaum wanita.

Hukum metode penyusuan adalah sunah.

3. Metode pantang berkala seksual (KB kalender,


suhu basal badan, dan lendir serviks)

 Motivasi: mengatur jarak kelahiran.


 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: tidak ada.
 Efek samping: tidak ada.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:
ada jika waktu pantang berkala terlalu lama.
Hal ini berdampak relatif bagi masing-masing
psikologi yang di timbulkan.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan
Islam.

Hukum metode yang menggunakan pantang berkala


seksual adalah boleh.
b. Kontrasepsi buatan
Metode kontrasepsi laki-laki

1. Kondom

 Motivasi: pengatur jarak kelahiran.


 Unsur pembunuhan: sebagian kondom saat ini
menggunakan spermisida Nonoksinol
9[50] spermisida (spermicide) diartiakan
sebagai bahan yang merusak spermatozoa.
Namun, para ulama berbeda pendapat apakah
merusak dalam spermatozoa ini dikategorikan
pembunuhan atau bukan.
 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: tidak ada.
 Efek samping: tidak ada. Efek samping
sistemik bagi tubuh. Namun, beberapa ada
yang alergi terhadap kondom berbahan lateks
dan iritasi lokal karena spermaticid.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:
relatif dan bergantung kondisi individu.
 Cara pemakaian: tidak bertentangan dengan
Islam jika pemasangannya dilakukan sendiri.

Mengenai hukum kondom, sampai saat ini ulama


membolehkan. Saran penulis harus memilih kondom
yang tidak mengandung spermaticid. Ini karena ada
sebagian ulama berpendapat bahwa mematikan
sperma termasuk pembunuhan. Sedangkan
hukum spermaticid menurut pendapat para ulama
adalah tidak membolehkannya.

2. Vasektomi

Pemotongan saluran keluarnya sperma (saluran vas


deferens). Dengan memotong vas deferens, sperma
tidak mampu diejakulasikan. Pria menjadi tidak
subur setelah vas deferens bersih dari sperma yang
memakan waktu 3 bulan[51].
 Motivasi: pemutusan keturunan secara
permanen.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: ada. Ini karena pengembalian
kesuburan dengan prosedur ini hanya 50%
mencapai kehamilan. Reversi
vaskotomi dilakukan dengan reanastomosis
vas deferens. Namun, prosedur ini beresiko
menimbulkan antibody anti sperma yang
menyebabkan jumlah sperma rendah sehingga
kehamilan sulit dicapai.
 Efek samping:

Efek samping jangka pendek akibat tindakan


operasi adalah infeksi dan pembengkakan testis.
Efek samping jangka Panjang adalah insidensi
kanker testis dan kangker prostat meningkat pada
pria yang pernah menjalani vasektomi.

 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:


tidak ada. Karena, tidak mengganggu
hubungan seksual.
 Cara pemakaian: dilakukan dengan operasi
baik anestesi local maupun umum yang
memperlihatkan aurat kepada orang lain dalam
kondisi tidak darurat.

Para ulama sepakat mengharamkannya karena


selama ini yang terjadi adalah pemandulan.
3. Suntik KB

Saat ini sedang dilakukan penelitian terhadap


kontrasepsi hormonal pria yang mengandung
testosteron dan progesteron. Suntikan testosteron
enantat 200 mg per minggu akan
menyebabkan azoospermia dan aligo spermina.
Motivasi: bisa mengarah kepada pembatasan
keturunan yang menyebabkan laki-laki menjadi
mandul.

 Unsur pembunuhan: tidak ada.


 Unsur pembatasan permanen atau semi
permanen: ada. Hal tersebut dapat
mengakibatkan alat reproduksi tidak befungsi
dan mengakibatkan tidak menghasilkan
keturunan.
 Efek samping: masih dalam pengembangan.
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:
tidak ada.
 Cara pemakaian: penyuntikan bisa dilakukan
tanpa harus memperhatiakan aurat.

Metode ini masih dalam pengembangan dan belum


beredar di pasaran. Namun, tetap memasukannya
agar bisa dijadikan sebagai bahan antisipasi
bahwasannya pada masa mendatang akan selalu
ada pengambangan metode kontrasepsi baru yang
makin efektif, mudah penggunaannya, serta minimal
efek sampingnya. Kita harus senatiasa waspada
serta membekali diri untuk memahami sistem
reproduksi diri kita sendiri.
Metode kontrasepsi wanita
Banyak sekali metode kontrasepsi yang
diperuntukan bagi wanita. Kita bahas metode yang
lazim di gunnakan saja.

1. Kontrasepsi Hormonal

Termasuk di dalamnya antaralain pil, suntik,


susuk/norplant/implanon. Ketiganya mempunyai
mekanisme yang sama:

 Menghambat atau menekan ovulasi


(pengeluaran sel telur dari tempatnya,
yaitu ovarium).
 Membuat dinding endometrium tidak kondusif
untuk inplantasi (tempat tumbuhnya janin).
 Membuat lendir serviks menjadi kental
sehingga tidak dapat ditembus oleh sperma.
 Motivasi: untuk pengaturan kelahiran yang
bersifat sementra.
 Unsur pembunuhan: tidak ada.
 Unsur pembatasan pemanen atau semi
permanen: akan ada keterlambatan menstruasi
dan kesuburan. Namun, sebagian wanita akan
kembali hamil dalam 1 tahun setelah sntikan
dihentikan.[53] Respons pengembalian
kesuburan sangat tergantung pada individu.
Bebrapa kasus yang ditemukan, beberapa di
antaranya terpaksa mengalami infertilitas
sekunder karena kontrasepsi ini. Meskipun
secara teori tidak ada pembatasan secara
permanen, kontrasepsi hormonal mempunyai
efektivitas cukup baik hingga mencapai 99%.
Jika pemakaian dilakukan terus menerus bisa
mengarah pada pembatasan secara
permanen.
 Efek samping: ada. Beberapa efek sampig
yang umum terjadi karena kontrasepsi hrmonal
adalah gangguan menstruasi, mual, sakit
kepala, pertumbuhan jerawat, pertambahan
berat badan, depresi, peningkatan tekanan
darah (hipertensi), serta berkurangnya libido.

Penggunaan kontrasepsi yang lama dapat


menyebabkan disfungsi seksual pada wanita.
Tidak semua wanita bisa mengunakan kontrasepsi
hormonal karena dikhawatirkan akan ada resiko
yang lebih berat, seperti tromboembolisme vena
dan arteri yang menimbulkan gangguan serius,
migrain, dan kanker payudara. Jika ada beberapa
kondisi yang tidak diperbolehkan, baik secara relatif
maupun mutlak harus didiskusikan terlebih dahulu
kepada dokter atau petugas medis yang berkopeten
sebelum pemakaian.

 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:


ada. Yakni istri dengan berkurangnya libidonya.
 Cara pemakaian: penyuntikan bisa dilakukan
tanpa harus memeperlihatkan aurat.

Hukum metode ini adalah boleh. Tetapi syaikh


Utsaimin melarang pemakaian yang terus menerus
karean bisa menjadi KB permanen dan
menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi
wanita.

2. Mekanisme AKDR, IUD (Intra Uterine Divice)

kerjanya ialah menciptakan lingkungan yang tidak


konsusif karena adanya reaksi benda asing. Kondisi
ini menyebabkan penyerbukan leukosit yang dapat
menghancurkan sperma, ovum bahkan blastocysta.

 Motivasi: mengatur kalahiran.


 Unsus pembunuhan: ada. Dalam beberapa
kondisi bisa mengarah terjadinya abortus
(setelah calon janin berada dalam tahap awal).
 Unsur pembatasan: ada. Bersifat semi
permanen. Pemakaian AKDR bervariasi
waktunya ada 3 tahun, 5 tahun, dan 8 tahun.
Jika pemakaiannya minimal 5 tahun ke atas
dan tidak ada pertimbangan kondisi darurat
maka penggunaan AKDR dengan tujuan
mengatur jarak kehamilan bisa menjadi
pembatas keturunan. Ini tidak sesuai dengan
jarak yang diperintahkan dalam Al-Qur’an, yaitu
2 tahun.
 Efek samping: ada. Bisa ditemukan pada
beberapa orang. Biasanya beruapa rasa nyeri
dan kejang di perut, menorargie (pendarahan),
infeksi, proforasi rahim, kehamilan
ektopik (kehamilan diluar rahim), dan abortus
(keguguran).
 Unsur penzaliman terhadap salah astu pihak:
sebagian orang yang mrengalami hal tersebut.
Istri mempunyai risiko untuk menanggung
terjadinya efek samping tersebut. Suami
merasakan adanya ganguan saat
bersenggama kareana benang AKDR yang
keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau
terlalu Panjang.
 Cara pemakaian: tidak sesuai dengan syari’at
Islam karena harus memperlihatkan aurat
wanita dalam kondisi tidak darurat, meskipun
yang melihat seorang wanita.

Jadi, hukum AKDR/ IUD adalah tidak boleh.

3. Sterilisasi

Mekanisme kerjanya adalah memotong atau


mengikat saluran tuba fallopi (saluran telur) untuk
menghambat pembuahan antara sperma dan sel
telur.

 Motivasi/niat/tujuan: pemutusan keturunan


secara permanen.
 Unsur pembunuhan (ta’qil): tidak ada
 Unsur pembatasan (tahdid): ada. Biasanya
dilakukan untuk tujuan permanen. Meskipun
sebenarnaya seterilasi wanita di
pertimbangkan secara irreversibel, namaun hal
ini sangat tergantung usia wanita dan teknik
yang digunakan. Pengembalian kesuburan
untuk amil kembali adalah 50% dan 90%
tergantung teknik yang digunakan. Metode
sterilisasi yang paling mudah dikembalikan
adalah pemasngan hulka atau klip
filshie karena alat ini mendatarkan tuba falopi
yang kemudian dapat dikembangkan
lagi. Kautr dan diatrmi adalah yang paling sulit
dikembalikan. Cincin falopi dapat
menyebabkan sebagian tuba falopi mengalami
nerkosis yang membuat pengembalian
kesuburan lebih sulit dilakukan.[55]

Oleh karena itu, jika anda dalam kondisi darurat


terpaksa mempergunakan ini, tanyakan secara jelas
kepada dokter sehingga anda tidak terjebak kepada
pembatasan secara permanen.
Efek samping: sterilisasi adalah kontrasepsi yang
cukup efektif, tetapi jika gagal ada peningkatan
resiko kehamilan ektopik (di luar rahim). Sebagian
wanita akan merasa berduka karena kehilangan,
nyeri menstruasi, dan nyeri bahu yang bersifat
sementara pasca oprasi.[56]
 Unsur penzaliman terhadap salah satu pihak:
tidak ada.
 Cara pemakaian: sterilisasi wanita biasanya
dilakukan pembedahan dengan anestesi

Kesimpulan hukum sterilisasai wanita adalah haram


karena pembatasan keturunan permanen.
Kesimpulan Dan Penutup
Dari penjelasan yang telah kami paparkan diatas,
bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-
hadits Rosulullah serta pendapat para Ulama’ Salaf
dan Ulama’ mu’ashirin di zaman ini, dapat kami
simpulkan:

1. Para Ulama’ sepakat bahwa melakukan KB


bagi seorang wanita untuk menghindari
kehamilan, dengan tujuan karena takut untuk
memberi rezeki (kehidupan) kepadanya dan
khawatir akan miskin atau karena seorang istri
ingin mengembangkan karirnya maka ini
adalah bentuk keharaman. Dan diperbolehkan
melakukan KB (bahkan dianjurkan) bila ada
darurat yang yang akan membahayakan istri
bila ia hamil (sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh para Ulama di atas), dengan
petunjuk tim medis yang memahami hal itu.
2. KB dalam Islam adalah merencanakan jumlah
keturunan semaksimal mungkin dengan tetap
memerhatikan jarak kelahiran sesuai syari’at.
3. Dibolehkannya melakukan KB (non permanen)
bagi seorang wanita dengan tujuan untuk
menjaga jarak kehamilan, sehingga lebih bisa
menjaga kesehatan istri dan anak-anak yang
dimilikinya.
4. Tidak boleh berkeyakinan bahwa KB adalah
penghalang terjadinya kehamilan, karena Allah
‫ ﷻ‬telah mentakdirkan setiap sesuatu, dan
apa yang telah Allah ‫ ﷻ‬takdirkan pasti
akan terjadi hingga hari kiamat.
5. Menghalangi terjadinya kehamilan bila hal itu di
butuhkan (bahkan dianjurkan karena adanya
madharat) tidak sebatas hanya dengan
melakukan ‘Azl bagi suami terhadap istrinya,
namun dibolehkan menggunakan obat-obat
(pil-pil), kondom dan lainnya bila hal itu tidak
mendatangkan madhorot bagi si wanita yang
memakainya. Wallahu A’lam Bishshawab.

Anda mungkin juga menyukai