Anda di halaman 1dari 4

Nama : ekty lutfianti

Nim : 110119009

1. Tangisan Bayi Pertama Menurut Pandangan Islam dan Medis

a. Menurut pandangan islam

Tangisan bayi pertama menurut islam adalah berarti ia sudah mulai di ganggu oleh setan (merasa kaget).
Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul "Sabîlul Iddikâr wal I’tibâr bimâ
Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A’mâr" menjelaskan bahwa penyebab bayi menangis saat lahir
karena ditempeleng setan. Hal itu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits.
"Tidak ada seorang bayi yang terlahir tanpa mendapatkan tusukan dari setan sehingga bayi itu menangis
keras karenanya kecuali putra Maryam dan ibunya." (HR. Muslim). Setan melakukan hal tersebut sebagai
upaya untuk menggoda manusia dan merusak fitrahnya. Sebab setan telah bersumpah kepada Allah
akan menggoda Adam dan keturunannya sampai hari kiamat.

b. Menurut medis

Sedangkan menurut medis adalah karena selama masa kehamilan, suplai oksigen yang dibutuhkan oleh
bayi diberikan langsung di dalam rahim lewat plasenta. Itu sebabnya dalam perkembangan tubuh
mereka, paru-paru merupakan organ yang matang terakhir. Ketika dilahirkan, bayi seperti menyadari
bahwa suplai oksigen tidak lagi datang dari plasenta seperti biasa, kondisi ini akan membuat paru-paru
mulai bekerja. Mulai bekerjanya paru-paru ini pun ditandai dengan tangisan yang menandakan bayi
membutuhkan napas pertama mereka. Tangisan juga menjadi upaya dari bayi untuk mengeringkan
cairan amniotic yang selama ini menyelimuti mereka saat di dalam rahim. Karena saat dilahirkan, cairan
ini memang mengering, tapi ada beberapa yang masih tinggal di dalam saluran udara, paru-paru, rongga
hidung hingga mulut.

2. Mentahnik

Tahnik bayi adalah salah satu ajaran (sunnah) Rasulullah SAW ketika menyambut bayi yang baru lahir.

Tahnik bayi dilakukan dengan mengunyah kurma sampai halus, kemudian mengambil kunyahan kurma
tersebut dengan seujung jari, lalu ditempelkan dan gosokkan, sembari sedikit diputar atau dipijat pada
langit-langit mulut bayi. Dalil dari amalan tahnik bayi ini cukup banyak, di antaranya adalah hadits sahih
riwayat Imam Muslim,

"Dari Aisyah istri baginda Nabi SAW bahwa Rasulullah pernah dihadirkan kepadanya

beberapa bayi, maka Nabi pun mendoakan keberkahan dan mentahnik mereka."

Tahnik bayi yang dilakukan Rasulullah SAW kepada anak para sahabat untuk tujuan kesehatan, serta
membuat anak tersebut mendapatkan prebiotik dari metode tahnik.
3. Pandangan Islam dalam Menyapih Anak 2 Tahun

a. Berniat dan Berdoa

Ucapkan niat dalam hati kalau ingin menyapih Si Kecil sekitar 24 bulan (2 tahun) atau sesuai dengan
kondisi. Kemudian, berdoa agar proses menyapih Si Kecil dilancarkan dan dimudahkan oleh Allah SWT.

b. Rencanakan Waktu Manyapih yang Tepat

Menyapih adalah proses yang membutuhkan waktu. Jadi, perlu bersabar dengan proses yang dijalani
dan hargai setiap usaha ibu dan bayi saat melakukannya. Karena itu, bila berencana untuk menyapih
tepat di usia dua tahun, sebaiknya sudah lakukan usaha beberapa bulan sebelumnya. Dengan harapan ia
berhasil lepas ASI tepat di usia dua tahun. Atau bisa menyesuaikan dengan kondisi masing-masing.

c. Bicarakan dengan Anak dan Jujur

Selalu libatkan anak dalam proses menyapih. Misalnya, jelaskan padanya bahwa dia tidak bisa lagi
menyusui, karena dia semakin tumbuh dewasa. Biasanya konsep ingin menjadi 'dewasa' membuat anak
sangat terobsesi dan mungkin bisa memotivasinya untuk belajar menyapih. Ibu juga perlu memberitahu
anak mengapa ia harus disapih. Hal ini dilakukan agar mereka memiliki kontrol terhadap situasi tersebut,
dan mereka tahu mengapa harus melakukannya. Jelaskan dengan bahasa yang logis dan mudah
dimengerti oleh anak. Ibu juga harus jujur saat proses menyapih, tidak perlu membohongi anak misalkan
dengan menaruh sesuatu ke puting ibu agar saat anak menyusu merasa tidak nyaman.

d. Mulai Mengganti ASI dengan Susu Formula

Bila sudah masanya untuk disapih, bisa mulai mengenalkan susu formula padanya. Kenalkan susu
formula setidaknya 2 atau 3 bulan sebelum proses menyapih dimulai. Secara bertahap mulailah
mengurangi menyusui langsung dengannya.

e. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI yang Cukup

Bila anak sudah tidak mengonsumsi ASI, tentu saja kebutuhan makannya harus memenuhi kecukupan
gizi sesuai usia. Anak di bawah dua tahun masih membutuhkan asupan nutrisi yang optimal untuk
membantu menyempurnakan tumbuh kembangnya. Pastikan Ibu menyediakan MPASI yang bergizi
seimbang untuknya.

4. Pandangan Islam Terhadap Pengobatan Kemandulan

Hukumnya adalah boleh dan senatiasa di sarankan untuk bersabar dan berusaha melalui doa dan
perbuatan yaitu dengan melakukan pengobatan kepada dokter. Allah Ta’ala berfirman,

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki.

Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak
lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendakiNya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy Syura: 49-50). Allah-lah yang lebih tahu
siapa yang berhak mendapat bagian-bagian tadi. Allah pula yang mampu menentukan manusia itu
bervariasi (bertingkat-tingkat). Cobalah yang bertanya melihat pada kisah Yahya bin Zakariya dan ‘Isa bin
Maryam ‘alaihimash sholaatu was salaam. Kedua orang tuanya belum memiliki anak sebelumnya. Maka
bagi wanita yang bertanya hendaklah pun ia ridho pada ketentuan Allah dan hendaklah ia banyak
meminta akan hajatnya pada Allah. Di balik ketentuan Allah itu ada hikmah yang besar dan ketentuan
yang tiada disangka. Tidak terlarang jika wanita tersebut datang kepada dokter wanita spesialis untuk
bertanya perihal kehamilan, atau ia datang pada dokter laki-laki spesialis jika tidak mendapati
keberadaan dokter wanita. Moga saja dengan konsultasi semacam itu, ia mendapatkan solusi untuk
mendapatkan keturunan ketika sebelumnya tak kunjung hamil. Begitu pula untuk sang suami, hendaklah
ia pun mendatangi dokter laki-laki spesialis agar mendapatkan jalan keluar karena boleh jadi masalahnya
adalah pada diri suami. Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’, fatwa no. 8844.
Ditandatangani oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz selaku ketua dan Syaikh ‘Abdullah bin Ghudayan sebagai

anggota.

5. Pandangan Islam Terhadap Penderita HIV /IDS

Penderita HIV/AIDS di beri dukungan oleh keluarga dan kerabat serta senantiasa harus bersabar atas
musibah yang di dapatnya sebagai ujian hidup. Selain itu juga harus berobat berkonsultasi dengan bidan
dan dokter bagaimana atas penangannya dan pengobatanya misalkan meminum ARV. “Tidak selalu
penderita HIV-AIDS itu melanggar ajaran agama, karena penyakit ini bias tertular melalui jarum suntik,
hubungan seksual dengan salah satu penderita, misalnya dari suami yang terkena AIDS kepada istrinya.
Penularan juga dapat melalui ibu hamil yang menderita AIDS kepada janinnya,” papar Muh Habib. Oleh
karenanya dalam bersikap terhadap penderita ini kita harus proporsional, begitu pula materi dan
metode dalam memberikan advis atau konseling, akan berbeda tergantung penyebab permasalahannya.
Peran Penyuluh Agama yang berfungsi sebagai informatif, edukatif, konsultatif, dan advokatif dituntut
untuk selalu memperkaya ilmu, wawasan dan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Ditambahkan, sebagai
manusia beriman dan masyarakat religius, keterlibatan Kemenag dalam upaya penanggulangan dan
pencegahan penyakit ini sangat penting. Penyuluh Agama berkewajiban menyadarkan umat tentang
bagaimana menata kehidupan yang bersih, suci dan sehat sesuai tuntunan agama. Pesan moral kepada
korban yang tidak hanya menderita fisik tetapi juga batin sangat perlu dilakukan dalam upaya
membangkitkan spiritnya agar selalu sabar, tawakal, berdzikir dan berdo’a.

6. Gangguan Mens Menurut Pandangan Islam

Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa haid akan mulai dialami oleh perempuan pada usia sekitar 9–12
tahun. Sedangkan masa berhentinya ialah masa menopause. Para ulama memiliki perbedaan pendapat
mengenai masa siklus haid. Ada sekelompok ulama yang menyatakan bahwa haid terjadi selama satu
hari satu malam tanpa terputus pengalirannya dari rahim. Sedangkan para ulama lainnya menyatakan
bahwa haid terjadi selama 6–7 hari. Ada pula kelompok ulama yang menetapkan bahwa haid terjadi
selama
15 hari dan 15 malam. Selebihnya, mereka sependapat bahwa darah yang keluar dari rahim lebih dari 15
hari bukanlah haid, tetapi istihadah. Periode haid yang lazim pada perempuan adalah satu atau dua kali
dalam satu bulan. Kesepakatan para ulama ialah pada masa suci dari haid sedikitnya selama 15 hari.
Sehingga jika setelah 15 hari masih keluar darah maka wanita itu di wajibkan untuk melakukan sholat.

7. KB Menurut Islam

Hukum KB dapat berubah dari mubah menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram. Seorang muslim yang
melaksanakan KB dengan motivasi yang hanya bersifat pribadi seperti untuk menjarangkan kehamilan
atau kelahiran, atau untuk menjaga kesehatan seorang ibu, maka hukumnya boleh. Hukum KB juga
dapat menjadi makruh bagi pasangan suami istri yang tidak menghendaki kehamilan, meskipun suami
istri tersebut tidak ada hambatan atau kelainan untuk memiliki keturunan. Hal demikian itu yang
bertentangan dengan tujuan perkawinan dalam Islam, yaitu untuk menciptakan rumah tangga bahagia
dan untuk mendapatkan keturunan. Hukum KB bahkan juga bisa menjadi haram, apabila seseorang
melaksanakan KB dengan cara yang bertentangan dengan norma agama, misalnya dengan cara
vasektomi (sterilisasi suami) dan abortus (pengguguran kandungan)

Anda mungkin juga menyukai