Masalah tentang bayi tabung ini memunculkan banyak pendapat, boleh atau tidak? Misalnya
Majlis Tarjih Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung
dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi nomor 514 tanggal 1
September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di
Amman tahun 1986 mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari isteri sendiri.
Pengambilan sel telur dilakukan dengan dua cara, cara pertama : indung telur di pegang dengan
penjepit dan dilakukan pengisapan. Cairan folikel yang berisi sel telur di periksa di mikroskop
untuk ditemukan sel telur. Sedangkan cara kedua ( USG) folikel yang tampak di layar ditusuk
dengan jarum melalui vagina kemudian dilakukan pengisapan folikel yang berisi sel telur seperti
pengisapan laparoskopi.
pendapat ulama
·Yusuf Qardawi mengatakan dalam keadaan darurat atau hajat melihat atau memegang aurat
diperbolehkan dengan syarat keamanan dan nafsu dapat dijaga. Hal ini sejalan dengan kaidah
ushul fiqih:
“ Kebutuhan yang sangat penting itu diperlakukan seperti keadaan terpaksa ( darurat). Dan
keadaan darurat itu membolehkan hal-hal yang dilarang”.
·Menurut hemat penulis adalah keadaan seperti ini di sebut dengan keadaan darurat , dimana
orang lain boleh melihat dan memegang aurat besar wanita. Karena belum ditemukan cara lain
dan kesempatan unutuk melihat dan memegang aurat wanita itu ditujukan semata- mata hanya
untuk kepentingan medis yang tidak menimbulkan rangsangan.
pendapat ulama
·Ulama Hanabilah mengharamkan onani, kecuali khawatir berbuat zina atau terganggu
kesehatannya, sedang ia tidak punya istri atau tidak mampu kawin. Yusuf Qardawi juga
sependapat dengan ulama Hanabilah.
·Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa istimna’ pada prinsipnya diharamkan, namun istimna’
diperbolehkan dalam keadaan tertentubahkan wajib, jika dikhawatirkan jatuh kepada perbuatan
zina. Hal ini didasari oleh kaidah ushul adalah:
Ada 2 hal yang menyebutkan bahwa bayi tabung itu halal, yaitu:
Sperma tersebut diambil dari si suami dan indung telurnya diambil dari istrinya kemudian
disemaikan dan dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
Sperma si suami diambil kemudian di suntikkan ke dalam saluran rahim istrinya atau
langsung ke dalam rahim istrinya untuk disemaikan.
Hal tersebut dibolehkan asal keadaan suami isteri tersebut benar-benar memerlukan inseminasi
buatan untuk membantu pasangan suami isteri tersebut memperoleh keturunan.
Sebaliknya, Ada 5 hal yang membuat bayi tabung menjadi haram yaitu:
Sperma yang diambil dari pihak laki-laki disemaikan kepada indung telur pihak wanita
yang bukan istrinya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya.
Indung telur yang diambil dari pihak wanita disemaikan kepada sperma yang diambil dari
pihak lelaki yang bukan suaminya kemudian dicangkokkan ke dalam rahim si wanita.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari sepasang suami istri,
kemudian dicangkokkan ke dalam rahim wanita lain yang bersedia mengandung
persemaian benih mereka tersebut.
Sperma dan indung telur yang disemaikan berasal dari lelaki dan wanita lain kemudian
dicangkokkan ke dalam rahim si istri.
Sperma dan indung telur yang disemaikan tersebut diambil dari seorang suami dan
istrinya, kemudian dicangkokkan ke dalam rahim istrinya yang lain.
Jumhur ulama menghukuminya haram. Karena sama hukumnya dengan zina yang akan
mencampur adukkan nashab dan sebagai akibat, hukumnya anak tersebut tidak sah dan nasabnya
hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Sesuai firman Allah dalam surat (At-Tiin:
4) adalah:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya”
“Tidak boleh orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menyirami air spermanya kepada
tanaman orang lain ( vagina perempuan bukan istrinya). HR. Abu Daud At- Tarmidzi yang
dipandang shahih oleh Ibnu Hibban”.
HINDU
Memiliki keturunan dengan program bayi tabung di mata agama Hindu tidak dibenarkan.
Seorang laki-laki dan perempuan yang menikah diharapkan untuk memiliki keturunan dengan
cara yang alami yang sesuai dengan ajaran agama. Mereka diharapkan menjadi calon ayah dan
calon ibu yang baik bagi anak-anak mereka yang mereka miliki dengan cara yang alami dan
penuh kasih. Memiliki anak merupakan impian setiap pasangan setelah menikah sehingga setiap
pasangan diharapkan untuk berusaha dan berdoa dengan tekun untuk mendapatkan keturunan
dan melakukan dharma terhadap orang tua dan calon anak dengan memberikan pendidikan dan
kasih sayang yang cukup kepada anak-anak mereka. Namun yang paling disarankan oleh agama
Hindu adalah memiliki keturunan dengan dengan cara yang alami yakni dengan melakukan
hubungan suami istri dan dengan penuh kasih bukan dengan melakukan program bayi tabung.
Bayi tabung bagi orang Hindu dianggap menyulitkan dalam kehidupan di masyarakat dan tidak
samskara. Jadi pasangan yang ingin memiliki anak diharapkan bisa mendapatkan anak dengan
cara yang alami. Memiliki keturunan bagi seorang pemeluk agama hindu memang diwajibkan
karena menurut mereka memiliki keturunan adalah salah satu cara untuk membayar hutang
kepada orang tua yaitu dengan mempunyai keturunan, tapi tidak dengan melakukan program
bayi tabung.
BUDHA
Untuk memiliki anak dengan cara bayi tabung di mata agama Budha ini tidaklah bertentangan
dengan ajaran agama. Karena menurut agama Budha seperti halnya kita memberikan kesempatan
berbuat baik seperti membiarkan seorang tamu untuk berkunjung kerumah kita.
KRISTEN
Bayi tabung di mata agama Kristen ini tidak tidak dilarang oleh gereja. Gereja memperbolehkan
pasangan suami istri yang mendambakan memiliki anak dengan menggunakan metode bayi
tabung. Hal ini diperbolehkan asalkan dilakukan dengan metode dan jalur yang benar yang tidak
menyalahi pada etika dan aturan agama.
SOSIAL
ETIK
Dari aspek etik (moral)
Jika dilihat dari sudut pandang etika, kasus inseminasi buatan (bayi tabung) ini sangat terlihat
ketidaksesuainnya dengan budaya ketimuran, khususnya Indonesia sendiri. Sebagian agamawan
menolak Fertilisasi invitro pada manusia, sebab mereka berasumsi bahwa kegiatan tersebut
termasuk Intervensi terhadap “karya Illahi”. Dalam artian, mereka yang melakukakan hal
tersebut berarti ikut campur dalam hal penciptaan yang tentunya itu menjadi hak prioregatif
Tuhan. Padahal semestinya hal tersebut bersifat natural, bayi itu terlahir melalui proses alamiah
yaitu melalui hubungan sexsual antara suami-istri yang sah menurut agama.
BUDAYA
Sedangkan menurut perspektif budaya, banyak negara- negara yang menggunakan teknik bayi tabung
seperti negara Inggris untuk mengatasi terjadinya kemandula. Namun di Indonesia jarang sekali adanya
teknik tersebut. Hal ini kemungkinan besar banyaknya biaya yang akan dikeluarkan maupun sesuksesan
dalam praktek bayi tabung akan berjalan lancar. Selain itu adanya kesadaran yang berangkat dari
kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati, yang kemudian diproses oleh akal untuk
menentukan sikap mana yang benar dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau relitas.