Disusun Oleh
Syifa Fitria (P07124119096)
Disetujui dan diterima pengambilan kasus untuk laporan kompetensi dengan judul
“Pemberian Obat secara Intramuskular (IM) Pada Akseptor KB Suntik 1 Bulan
Di Puskesmas Astambul Tahun 2021”
Nama : Ny. H
Umur : 32 tahun
Alamat : Pasar Jati
Komariah, Amd.Keb
Nip. 196908081989032010
i
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS
Disetujui dan diterima pengambilan kasus untuk laporan kompetensi dengan judul
“Pemberian Obat secara Intramuskular (IM) Pada Akseptor KB Suntik 1 Bulan
Di Puskesmas Astambul Tahun 2021”
Nama : Ny. H
Umur : 32 tahun
Alamat : Pasar Jati
Yuniarti, SKM.,M.PH
Nip.197206091997032002
ii
LEMBAR KONSUL LAPORAN TINDAKAN
KOMPETENSI
2.
3.
4.
5.
Disetujui Oleh
Pembimbing Lahan Praktik
Komariah, Amd.Keb
Nip. 196908081989032010
iii
LEMBAR KONSUL LAPORAN TINDAKAN
KOMPETENSI
2.
3.
4.
5.
Disetujui Oleh
Pembimbing Praktik
Yuniarti, SKM.,M.PH
Nip.197206091997032002
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan KDK yang
berjudul “Pemberian Obat Secara Intramuskular (IM) Pada Kasus KB” ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas
pengambilan kasus pada Praktik Keterampilan Dasar Kebidanan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapa Akhmad Rizani,S.KM,MPH
selaku Dosen Pembimbing dan saya mengucapkan terima kasih juga kepada Ibu
Komariah, Amd selaku Pembimbing Praktik Lapangan yang telah membantu
menyelesaikan laporan ini dengan baik.
Saya menyadari, laporan yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan laporan ini.
Syifa Fitria
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intramuskular (IM), rute IM memungkinkan adsorbsi obat yang lebih
cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot.
Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke
pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam 10-30 menit, guna memperlambat adsorbsi dengan maksud
memperpanjang kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam
minyak umpamanya suspense penicilin dan hormone kelamin.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan injeksi intramuskular?
2. Apa tujuan pemberian injeksi intramuskular?
3. Jelaskan lokasi pemberian injeksi intramuskular?
4. Jelaskan indikasi dan kontrandikasi injeksi intramuskular?
5. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan injeksi
intramuskular?
6. Golongan obat yang tergolong dari injeksi intramuskular?
7. SOP pemberian obat secara intramuskular?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari injeksi intramuskular
2. Untuk mengetahui tujuan pemberian injeksi intramuskular
3. Untuk mengetahui lokasi pemberian injeksi intramuskular
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian injeksi
intramuskular
vii
BAB II
TINJAUAN TEORI
viii
femur lateral menjadi 3 bagian, lalu pilih area tengah untuk lokasi injeksi.
Untuk melakukan injeksi ini pasien dapat diatur miring atau duduk.
a. Pada orang dewasa m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah
paha bagian luar. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit
diatasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat.
b. Indikasi : Bayi dan anak-anak
c. Dosis obat 1 – 4 ml (1 – 3 ml u/ bayi)
d. Langkah:
1) Posisikan os telentang atau duduk.
2) Temukan trochanter terbesar dan kondilus femur lateral. Area
suntik : 1/3 tengah dan aspek antero lateral paha.
3) Volume ideal antara 1 – 5 ml (untuk bayi 1 - 3 ml).
2. Ventrogluteal
Posisi klien berbaring miring, telentang, atau telentang dengan lutut
atau panggul miring dengan tempat yang diinjeksi fleksi. Area ini juga
disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak dipilih untuk injeksi
muscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan saraf
besar. Area ini ini jauh dari anus sehingga tidak atau kurang
terkontaminasi.
a. Indikasi : Orang dewasa dan anak-anak
b. Dosis obat 1 – 3 cc, 20 – 23 gauge, 1 – ½ inch jarum.
c. Langkah :
1) Posisikan os telentang lateral
2) Letakan tangan kanan anda pada pinggul kiri pasien pada
trochanter mayor atau sebaliknya, posisikan jari telunjuk sehingga
menyentuh SIAS (Spina Iliaca Anterior Superior). Kemudian
gerakkan jari tengah anda sejauh mungkin menjauhi jari telunjuk
sepanjang crista iliaca. Maka jari telunjuk dan jari tengah anda
akan membentuk huruf V. Suntikan jarum ditengah-tengah huruf
V, maka jarum akan menembus M.Gluteus Medius.
ix
3) Volume suntikan ideal antara 1 – 4 ml
4. Dorsogluteal
Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, penyuntikan harus teliti dan
hati- hati sehingga injeksi tidak mengenai saraf skiatik dan pembuluh
darah. Lokasi ini dapat digunakan pada orang dewasa dan anak-anak diatas
usia 3 tahun, lokasi ini tidak boleh digunakan pada anak dibawah 3 tahun
karena kelompok usia ini otot dorsogluteal belum berkembang. Salah satu
cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah membagi area glutael menjadi
kuadran-kuadran. Area glutael tidak terbatas hanya pada bokong saja
tetapi memanjang kearah Kristal iliaka. Area injeksi dipilih pada kuadran
x
area luar atas.
Perlu diingat :
a. Paling mudah dilakukan, namun angka terjadinya komplikasi paling
tinggi.
b. Hati-hati terhadap nervus sciatus dan arteri glutea superior.
c. Volume suntikan ideal adalah antara 2-4 ml.
d. Minta pasien berbaring ke samping dengan lutut sedikit fleksi.
e. Indikasi : dosis 1 – 3 cc, (≤ 5 cc), 20 – 23 gauge, 1 – ½ inch jarum,
sudut 90⁰
f. Kontra Indikasi: anak < 2 tahun atau os berbadan kurus
5. Rectus Femoris
Pada orang dewasa, m. rectus femoris terletak pada sepertiga
tengah paha bagian depan. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit
di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum
mencapai kedalaman yang tepat. Volume injeksi ideal antara 1-5 ml
(untuk bayi antara 1-3 ml). Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya
sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan
riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk
menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa kemana-mana.
xi
E. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Injeksi
Intramuskular
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
maka kita harus memperhatikan beberapa hal berikut ini :
1. Tempat injeksi
2. Jenis spuit dan jarum yang digunak
3. Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4. Kondisi atau penyakit klien.
5. Obat yang tepat dan benar.
6. Dosis yang diberikan harus tepat.
7. Pasien yang tepat.
8. Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
xii
H. Sop Pemberian Obat Melalui Injeksi Intramuskular (IM)
1. Alat dan Bahan
a. Sarung tangan 1 pasang
b. Spuit dengan ukuran sesuai kebutuhan
c. Semprit dan Jarum steril 1 (21-23G dan panjang 1 – 1,5 inci untuk
dewasa; 25- 27 G dan panjang 1 inci untuk anak-anak)
d. Bak spuit 1
e. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
f. Perlak dan pengalas
g. Obat sesuai program terapi
h. Bengkok 1
i. Buku injeksi/daftar obat
2. Cara Kerja
a. Siapkan peralatan ke dekat pasien
b. Pasang sketsel atau tutup tirai untuk menjaga privasi pasien
c. Cuci tangan
d. Gunakan sarung tangan
e. Kaji adanya alergi
f. Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis,pasien,
cara pemberian dan waktu)
g. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
h. Letakkan perlak dan pengalas dibawah daerah yang akan di injeksi
i. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian
pasien
j. Mematahkan ampula dengan kikir
k. Memakai handscoon dengan baik
l. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dengan advice dokter dengan
teknik septic dan aseptic
m. Menentukan daerah yang akan disuntik
1) Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
xiii
2) Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
3) Pada Daerah Ventro Gluteal (M. Gluteus Medius)
4) Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
5) Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)
n. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik
o. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
injeksi.
p. Mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri
(tangan yang tidak dominant)
q. Tusukkan jarum ke dalam otot dengan jarum dan kulit membentuk
sudut 90o
r. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam pembuluh darah yang ditandai
dengan darah masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada darah
berarti jarum mengenai pembuluh darah, maka cabut segera spuit dan
ganti dengan spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar darah maka
masukkan obat secara perlahan-lahan
s. Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum keluar
tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
t. Lakukan masase pada tempat bekas suntikan (pada injeksi suntikan
KB maka daerah bekas injeksi tidak boleh dilakukan masase, karena
akan mempercepat reaksi obat, sehingga menurunkan efektifitas obat.
u. Rapikan pasien dan bereskan alat (spuit diisi dengan larutan chlorine
0,5% sebelum dibuang)
v. Lepaskan sarung tangan rendam dalam larutan chlorine
w. Cuci tangan
xiv
xv
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Rabu, 2 Juni 2021
Pukul : 09.30 WITA
B. Identitas
ISTRI SUAMI
Nama Ny. H Tn. M
Umur 32 tahun 34 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMP SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Suku/Bangs Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
a
Alamat Pasar jati
C. Prolog
Ibu datang ke Puskesmas Astambul untuk suntik KB 1 bulan. Ibu
sudah memiliki 2 orang anak dan tidak pernah keguguran. Anak pertama
lahir tahun 2002 sekarang berumur 18 tahun, anak kedua lahir pada tahun
2014 sekarang berumur 6 tahun. Ibu tidak memiliki riwayat hipertensi,
diabetes melitus, dan kanker payudara.
D. Data Subjektif
Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang KB suntik 1 bulan.
E. Data Objektif
xvi
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 110/80
mmHg, N 85 x/m, R 22 x/m, BB 54 kg, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik.
F. Analisa
Akseptor KB suntik 1 bulan
G. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam
keadaan sehat.
TD : 110/80 mmHg R : 22 x/m
N : 85 x/m BB : 54 kg
Hasil : Ibu sangat senang dirinya dalam keadaan baik
2. Melakukan informed concent tentang prosedur penyuntikan KB 1
bulan
Hasil : Ibu menyutujui tindakan yang akan dilakukan
3. Memposisikan ibu denga cara membaringkan ibu di bed, dapat tidur
berbaring miring kanan/kiri, dan dapat juga tidur dengan posisi
tengkurap.
Hasil : Ibu dalam posisi miring ke kiri
4. Memberitahukan ibu bahwa akan disuntik, aseptic lokasi penyuntikan.
Hasil : Ibu mengetahui bahwa akan disuntik
5. Melakukan penyuntikan dengan cara intramuskular dengan sudut 90o
pada daerah Ventro Gluteal (M. Gluteus Medius) dengan mengangkat
daging sedikit dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan yang tidak
dominan.
Hasil : Dilakukan penyuntikan
6. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa
apakah jarum sudah masuk kedalam pembuluh darah yang ditandai
dengan darah masuk ke dalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada darah
berarti jarum mengenai pembuluh darah, maka cabut segera spuit dan
xvii
ganti dengan spuit dan obat yang baru). Jika tidak keluar darah maka
masukkan obat secara perlahan-lahan.
Hasil : Tidak ada darah yang masuk ke dalam spuit
7. Tarik jarum keluar setelah obat masuk (pada saat menarik jarum keluar
tekan bekas suntikan dengan kapas alcohol agar darah tidak keluar)
Hasil : Penyuntikan telah selesai
8. Membereskan alat
Hasil : Alat sudah dibereskan
9. Memberitahukan ibu tentang kunjungan ulang selanjutnya pada
tanggal 30 juni 2021.
Hasil : Ibu mengerti tentang jadwal kunjungan ulang
10. Melakukan pendekomentasian di buku register akseptor KB dan Kartu
KB milik akseptor.Tindakan sudah dilakukan
xviii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Injeksi intramuskuler ( IM ) adalah pemberian obat / cairan dengan cara
dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus) dengan sudut 90o.
Pemberian obat dengan intramuscular bertujuan agar absorpsi obat lebih
cepat disbanding dengan pemberian secara subcutan karena lebih banyaknya
suplai darah di otot tubuh .
B. Saran
Semoga dengan adanya laporan cara pemberian obat secara intramuskular
ini dapat menambah pengetahuan kita dalam melakukan pemberian obat
secara IM.
xix
xx
DAFTAR PUSTAKA
vii