Anda di halaman 1dari 3

Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Suami (Asep) : Lilis Sriyati Munthe

Istri (Siti) : Mima Utami Rahayu

Bidan (Tanti) : Miftahuliah Haniifah Yustanti

Mertua (Sri) : Marliana

Polisi (Juli) : Maghfirotul Mahrid Dzikar

Seorang laki-laki dan perempuan dijodohkan oleh kedua orang tua masing-masing tanpa
adanya persetujuan dari salah satu pihak yaitu pihak laki-laki.

Seiring berjalannya waktu, istri mengalami kekerasan, intimidasi, dan penderitaan yang
dilakukan oleh suaminya.

Asep : Siti…..bikinin kopi, buruan (nada keras).

Siti : Ya mas, sebentar (pergi ke dapur).

10 Menit kemudian

Asep : Siti lama banget, mana kopinya!!!! (gebrak meja)

Siti : Ya mas, sabar. Ini kopinya (menyodorkan kopi panas)

Asep : Sudah, saya tidak mau. Tidak berguna kamu menjadi istri (menghempaskan kopi
panas yang dipegang Siti dan pergi).

Siti : Aww panas (menahan sakit dan menangis).

Mertua : Ini kok berantakan, gelas pecah, kopi dimana-mana, gimana sih kamu jadi istri gak
becus sama sekali, kalau kerja yang bener, cepat bereskan! ( marah dan pergi ).

Siti selalu mendapatkan siksaan dan penderitaan yang dilakukan oleh suami dan mertuanya.
Setiap hari ia selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel, mencuci,
memasak, menyetrika dan lain-lain layaknya seorang pembantu.

Siti sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suami dan mertuanya. Sehingga ia memutuskan
untuk mengkonsultasikannya kepada seorang bidan di daerahnya.
Siti : Assalamualaikum bu bidan Tanti…

Bidan : Waalaikumsalam, iya bu mari masuk (menghampiri Siti dan merangkul).

Siti : Iya bu terimkasih.

Bidan : Silahkan duduk bu. Sebelumnya dengan ibu siapa?

Siti : Nama saya Siti, bu bidan.

Bidan : Oh….dengan ibu Siti. Iya bu ada yang bisa saya bantu?

Siti : (terdiam sejenak lalu meneteskan air mata)

Bidan : (mengelus pundak ibu Siti) jika ibu sedang ada masalah, ibu dapat menceritakannya
ke saya. Saya menjamin kerahasiaan ibu akan aman karena saya telah disumpah untuk
menjaga kerahasiaan klien dengan sebaik-baiknya. Jadi ibu bisa menceritakan semuanya
yang membuat ibu sedih dan kita bersama-sama mencari jalan keluarnya.

Siti : jadi begini bu bidan… saya selalu mendapatkan perilaku yang tidak baik dari suami
dan mertua saya. Saya tidak diperlakukan layaknya sebagai istri, namun saya dijadikan
seperti pembantu. Saya harus melayani suami dan mertua setiap saat. Saya tidak diizinkan
untuk keluar rumah, saya harus memasak, menyetrika, mencuci, menyapu, mengepel, dan
melakukan pekerjaan lainnya. Selain itu saya tidak boleh telat satu menit pun dalam
melakukan kegiatan tersebut. Jika saya telat saya akan mendapatkan kekerasan dari suami.
Saya tidak kuat dengan semua perlakuan tersebut.

Bidan : oh..jadi itu bu masalah yang ibu hadapi saat ini. Begini bu, ibu jangan pernah takut
kepada siapapun termasuk kepada suami dan mertua ibu jika memang apa yang dilakukan
suami dan mertua ibu kepada ibu sudah tidak wajar. Ibu bisa meminta bantuan kepada saya,
nanti saya akan bertindak sesuai apa yang harus saya lakukan bu. Bu, kita sebagai perempuan
patut untuk dilindungi, dijaga, dan disayang oleh suami kita. Ketika ibu mendapatkan
intimidasi tersebut bisa dilaporkan ke pihak yang berwenang. Negara kita adalah Negara
hukum, siapapun yang melakukan kekerasan akan mendapatkan imbalannya. Jadi ibu Siti
jangan takut ataupun bersedih lagi ya bu.

Saya bisa membantu ibu dengan melaporkan masalah ibu kepada pihak yang berwenang bu,
apakah ibu bersedia?

Siti : Kalau memang pilihan tersebut baik untuk saya, saya setuju bu bidan karena saya
seorang istri yang dianggap seperti budak, dan tidak pernah mendapatkan rasa peduli dan
kasih sayang dari suami saya. Saya juga tidak pernah dihargai bu, apa saja yang saya lakukan
untuk suami saya pasti selalu salah. Selain itu badan saya sering disiksa bu bidan.

Bidan : iya bu, jadi pilihan ibu adalah setuju kalau ibu melaporkan apa yang dilakukan
suami ibu kepada pihak yang berwenang, nanti saya urus ya bu ke pihak yang berwenang.
Nanti ibu jangan takut, ibu Siti ceritakan saja semua ke pihak yang berwanang jangan ada
yang disembunyikan. Ingat, ibu tidak sendirian, ada keluarga ibu dan ada saya yang nantinya
mendmpingi ibu. Nanti di persidangan saya yang akan menjadi saksi ibu.

Siti : ya bu bidan terimakasih ya bu, ibu telah mendengar keluh kesah saya, semoga
dengan pilihan ini masalah saya terselesaikan dengan baik. Alhamdulillah bu bidan saya
sudah merasa lega.

Bidan : alhamdulilah saya juga ikut lega dan senang bu.

Siti : yasudah bu bidan saya pamit dulu ya bu.

Bidan : ya bu, ibu nanti kalau di rumah jangan takut lagi ya bu, tetap tegar dan tabah, nanti
setelah saya urus, saya akan hubungi ibu. Hati hati di jalan ya bu.

Siti : Baik bu bidan terimakasih.

Keesokan harinya bidan Tanti menemui polisi dan melapor kejadian yang dialami oleh
pasiennya yaitu ibu Siti dengan jelas. Setelah melapor kejadian tersebut polisi melakukan
penyelidikan ke rumah ibu Siti dan bapak Asep. Setelah polisi melakukan identifikasi dan
penyelidikan kepada ibu Siti dan bapak Asep akhirnya terkuak apa yang dilakukan oleh
bapak Asep, karena bapak Asep juga telah mengakui semua perbuatannya bahwa dia
melakukan penyiksaan kepada istrinya, bapak Asep dikenai hukuman 5 tahun penjara.

Sekarang ibu Siti hidup dengan damai tanpa ada penyiksaan dan intimidasi lagi, beliau hidup
dengan tenang aman, berkat bidan Tanti yang telah memberikan jalan keluar kepada ibu siti.

Anda mungkin juga menyukai