ATHRESIA DUODENI
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Balita”
Dosen Pengampu : Ibu Tuti Karwati, S.ST, M.Kes
Disusun Oleh :
Resi Nurhayati
029BA19006
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,BAYI,DAN BALITA” ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah yang diampu oleh Ibu
Tuti Karwati, S.ST, M.Kes.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah “ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,DAN
BALITA” ini. Penyusun berharap semoga penyusunan makalah “ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,DAN BALITA” ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi para calon tenaga kesehatan, pembaca pada umumnya
dan khususnya bagi penyusun serta menjadi referensi untuk makalah-makalah
selanjutnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Atresia duodeni...................................................................3
B. Etiologi Atresia Duodeni......................................................................3
C. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni.......................................................3
D. Komplikasi............................................................................................4
E. Penatalaksanaan atau Pengobatan.........................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu
pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan
masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan
kesehatan semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai
tenaga profesional juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan kebidananan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki
secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan
penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO
menyatakan bahwa bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-
target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena bidan
merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama 24 jam secara
terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu
memberikan informasi tentang kesehatan.
Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari
organ-organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya
duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui
makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu
abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric. Atresia duodenal
ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40% dari
kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down.
B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk
merumuskan masalah diantaranya :
1. Apa pengertian dari Atresia Duodeni?
1
2. Jelaskan etiologi dari Atresia Duodeni!
3. Sebutkan Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!
4. Jelaskan Komplikasi Atresia Duodeni!
5. Jelaskan Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni!
6. Jelaskan Pemeriksaan Penunjang!
C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada
mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru
lahir
a. Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.
b. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Duodeni.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.
d. Untuk mengetahui Komplikasi Atresia Duodeni.
e. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia
Duodeni.
f. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam
atau sesudahnya.
b. Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu(biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j. Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.
k. Ikterik.
D. Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat
terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum),
gangguan motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.
4
Pembedahan suatu duodena-duodenostomi mengurangi penyempitan
obstruksi dan sisa ususdiperiksa karena sering kali ditemukan obstruksi
lanjut.
5
Perawatan Operasi
a) End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side
b) Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis dari
duodenum ke jejunum.Pankreas sendiri tidak diincisi.
c) Eksisi merupakan pilihan tepat bagi atresia duodenum yang berbentuk
diafragmatik, setelah identifikasi ampula vateri.
d) Deformitas “windsock” harus disangkakan dan dicari bagi semua
pasien dengan atresia duodenum yang berkelanjutan. Kateter
dimasukkan dari proksimal sampai distal untuk memastikan
patensinya.
e) Gastrostomy dilakukan jika gejalanya menetap serta perbaikan dini
tidak terjadi.
f) Akses pada vena sentral tatau transanastomosis tube ke dalam jejunum
diindikasikan baginutrisi pasca operasi pada pasien yang berat.
Perawatan pasca operasi
a) Dekompresi gaster dilakukan sampai duodenum benar-benar kosong,
selanjutnya dimulai feeding. Sebagian pasien dapat diberi makan
dalam seminggu setelah operasi.
b) TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.
c) Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan tidak
ada gangguan vaskuler.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola gelembung
ganda yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
b. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan
malrotasi.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka
dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke
usus.
Penyebab atresia duodeni :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4
dan ke-5 ).
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum
mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
Tanda dan Gejala Atresia Duodeni:
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24
jam atau sesudahnya.
b. BBL muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu (biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa
jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah
7
j. Polihidramnion terlihat pada 50% dengan atresia duodenal
k. Ikterik.
Masalah
a. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Prematuritas.
c. Anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal,
CNS, dan musculoskeletal.
Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit
melalui intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang
ditimbulkan oleh muntah - muntah.
b. Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
c. Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum
(duodenoduodenostomi).
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang
kelaianan bawaan dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum
sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bekal kita apabila sudah mengabdi
dimasyarakat atau di tempat pelayanan kesehatan, demi kesejahteraan
neonatus.
8
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong, Wim D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. ECG: Jakarta.
2. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : TIM
4. Betz, Cecily, dkk. 2000. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta :EGC