Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ATHRESIA DUODENI
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah “Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Balita”
Dosen Pengampu : Ibu Tuti Karwati, S.ST, M.Kes

Disusun Oleh :

Resi Nurhayati
029BA19006

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


POLTEKES YAPKESBI SUKABUMI
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS,BAYI,DAN BALITA” ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah yang diampu oleh Ibu
Tuti Karwati, S.ST, M.Kes.
Penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna,
untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah “ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,DAN
BALITA” ini. Penyusun berharap semoga penyusunan makalah “ASUHAN
KEBIDANAN NEONATUS, BAYI,DAN BALITA” ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi para calon tenaga kesehatan, pembaca pada umumnya
dan khususnya bagi penyusun serta menjadi referensi untuk makalah-makalah
selanjutnya.

Sukabumi, Juli 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Atresia duodeni...................................................................3
B. Etiologi Atresia Duodeni......................................................................3
C. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni.......................................................3
D. Komplikasi............................................................................................4
E. Penatalaksanaan atau Pengobatan.........................................................4
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................7
B. Saran.....................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini, banyak sekali perubahan baik ilmu
pengetahuan, teknologi maupun perubahan pola pikir masyarakat. Tuntutan
masyarakat terhadap kualitas dan profesionalisme pemberian pelayanan
kesehatan semakin meningkat. Kebidanan sebagai profesi dan bidan sebagai
tenaga profesional juga dituntut untuk bertanggung jawab dalam memberikan
pelayanan kebidananan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki
secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya.
Tenaga bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan
penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO
menyatakan bahwa bidan merupakan “back bone” untuk mencapai target-
target global, nasional maupun daerah. Hal ini disebabkan karena bidan
merupakan tenaga kesehatan yang melayani pasien selama 24 jam secara
terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan dalam
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan membantu
memberikan informasi tentang kesehatan.
Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari
organ-organ. Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya
duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui
makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu
abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah pediatric. Atresia duodenal
ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40% dari
kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down.

B. Rumusan masalah
Untuk memudahkan dalam pembuatan makalah ini penulis mencoba untuk
merumuskan masalah diantaranya :
1. Apa pengertian dari Atresia Duodeni?

1
2. Jelaskan etiologi dari Atresia Duodeni!
3. Sebutkan Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni!
4. Jelaskan Komplikasi Atresia Duodeni!
5. Jelaskan Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia Duodeni!
6. Jelaskan Pemeriksaan Penunjang!

C. Tujuan Masalah
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan kemampuan kepada
mahasiswi untuk memahami kelainan kelainan yang terjadi pada bayi baru
lahir
a. Untuk mengetahui pengertian dari Atresia Duodeni.
b. Untuk mengetahui etiologi dari Atresia Duodeni.
c. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala dari Atresia Duodeni.
d. Untuk mengetahui Komplikasi Atresia Duodeni.
e. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dan Pengobatan dari Atresia
Duodeni.
f. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Atresia duodeni


Atresia duodeni merupakan suatu kondisi dimana duodenum (bagian
pertama dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak
berupa saluran terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan
makanan dari lambung ke usus.
Atresia Duodeni adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum
(bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang
akan ke usus.
Atresia Duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh membran utuh, tali
fibrosa yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu
pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung duodenum yang tidak
bersambung.
Atresia Duodeni adalah buntunya saluran pada duedenum yang biasanya
terjadi pada ampula arteri.

B. Etiologi Atresia Duodeni


Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenum masih belum
diketahui, tapi ada beberapa yang bisa menyebabkan atresia duodenum :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4 dan
ke-5 ).
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum
mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.

C. Tanda dan Gejala Atresia Duodeni

3
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24 jam
atau sesudahnya.
b. Muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu(biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah.
j. Polihidramnion terlihat pada 50 % dengan atresia duodenal.
k. Ikterik.

D. Komplikasi
Dapat ditemukan kelainan kongenital lainnya. Mudah terjadi dehidrasi,
terutama bila tidak terpasang line intravena. Setelah pembedahan, dapat
terjadi komplikasi lanjut seperti pembengkakan duodenum (megaduodenum),
gangguan motilitas usus, atau refluks gastroesofageal.

E. Penatalaksanaan atau Pengobatan


Pada penderita atresia duodeni ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-
satunya hanya dengan pembedahan.Prinsip terapi :
1. Perawatan pra bedah :
a) Perawatan prabedah neonatus rutin
b) Koreksi dehidrasi yang biasanya tidak pearah karena diagnosa dibuat
secara dini.
c) Tuba naso gastric dengan drainase bebas dan penyedotan setiap jam
2. Pembedahan

4
Pembedahan suatu duodena-duodenostomi mengurangi penyempitan
obstruksi dan sisa ususdiperiksa karena sering kali ditemukan obstruksi
lanjut.

3. Perawatan pasca bedah.


a) Perawatan pasca bedah neonatorum rutin.
b) Aspirasi setiap jam dari tuba gastrostomi yang mengalami drainase
bebas
c) Cairan intravena dilanjutkan sampai diberikan makanan melalui tuba.
Pemberian makanan transa nastomik yang berlanjut dengan kecepatan
maksimun 1 ml per menit dimulai dalam 24 jam pasca bedah dimulai dengan
dektrose dan secara berangsur-angsur diubahdalam jumlah dan konsistensinya
hingga pada sekitar 7 hari pasca bedah dimana diberikan susudengan
kekuatan penuh. Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit aspirat
lambungdapat diganti melalui transanastomik dan ini dapat meniadakan
kebutuhan untuk melanjutkan terapi intravena. Tidak jarang diperoleh volume
aspirat yang besar dalam beberapa waktu pasca bedah, sampai beberapa
minggu dalam beberapa kasus. Karena lambung yang berdilatasi
danduodenum bagian proksimal membutuhkan waktu untuk kembali pada
fungsi yang normal. Jika hal ini menurun maka penyedotan gastromi tidak
dilakukan terlalu sering dan makanan alternatif diberikan kedalam lambung
selama 24 jam. Pemberian makanan peroral dapat dilakukan secara
berangsur-angsur sebelum pengangkatan tuba gastromi berat badan bayi
dimonitor secaraseksama
 Persiapan operasi
a) Prinsip umum persiapan terapi pada neonatus.
b) Koreksi cairan dan elektrolit.
c) Pertimbangan khusus diberikan pada atresia duodenum : koreksi
emergensi tidak dibutuhkan kecuali diduga ada malrotasi- pada
obstruksi parsial yang lama, malnutrisi biasanya berat. Koreksi
melalui TPN selama seminggu atau lebih sebelum operasi.

5
 Perawatan Operasi
a) End-to-end anastomosis, juga bisa side-to-side
b) Annulare pancreas terbaik dilakukan by pass anastomosis dari
duodenum ke jejunum.Pankreas sendiri tidak diincisi.
c) Eksisi merupakan pilihan tepat bagi atresia duodenum yang berbentuk
diafragmatik, setelah identifikasi ampula vateri.
d) Deformitas “windsock” harus disangkakan dan dicari bagi semua
pasien dengan atresia duodenum yang berkelanjutan. Kateter
dimasukkan dari proksimal sampai distal untuk memastikan
patensinya.
e) Gastrostomy dilakukan jika gejalanya menetap serta perbaikan dini
tidak terjadi.
f) Akses pada vena sentral tatau transanastomosis tube ke dalam jejunum
diindikasikan baginutrisi pasca operasi pada pasien yang berat.
 Perawatan pasca operasi
a) Dekompresi gaster dilakukan sampai duodenum benar-benar kosong,
selanjutnya dimulai feeding. Sebagian pasien dapat diberi makan
dalam seminggu setelah operasi.
b) TPN atau makanan melalui jejunum terkadang dibutuhkan.
c) Antibiotik tidak diindikasikan jika operasi dilakukan steril dan tidak
ada gangguan vaskuler.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Dengan X-ray abdomen (USG prenatal) memperlihatkan pola gelembung
ganda yang berisi udara dalam usus bagian bawah.
b. Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan
malrotasi.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Atresia duodeni adalah kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka
dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke
usus.
 Penyebab atresia duodeni :
a. Gangguan perkembangan pada awal masa kehamilan (minggu ke-4
dan ke-5 ).
b. Gangguan pembuluh darah.
c. Banyak terjadi pada bayi prematur.
d. Banyak ditemukan pada bayi sindrom down.
e. Suplay darah yang rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum
mengalami penyempitan dan menjadi obstruksi.
 Tanda dan Gejala Atresia Duodeni:
a. Perutnya menggelembung (kembung) di daerah epigastrum pada 24
jam atau sesudahnya.
b. BBL muntah segera setelah lahir berwarna kehijau - hijauan karena
empedu (biliosa).
c. Muntah terus - menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa
jam.
d. Bayi muntah tanpa disertai distensi abdomen.
e. Tidak kencing setelah disusui.
f. Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium.
g. Pembengkakan abdomen pada bagian atas.
h. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar
mekonium.
i. Berat badan menurun atau sukar bertambah

7
j. Polihidramnion terlihat pada 50% dengan atresia duodenal
k. Ikterik.
 Masalah
a. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.
b. Prematuritas.
c. Anomaly yang berhubungan : trisomi 21 ( 33 % ), jantung, ginjal,
CNS, dan musculoskeletal.
 Penatalaksanaan
a. Perbaiki keadaan umum dengan cara memberikan cairan elektrolit
melalui intravena untuk mengatasi defisit cairan tubuh yang
ditimbulkan oleh muntah - muntah.
b. Pemasangan tuba orogastrik untuk mendekompresi lambung.
c. Dilakukan pembedahan untuk mengoreksi kebuntuan duodenum
(duodenoduodenostomi).

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kebidanan harus mempelajari tentang
kelaianan bawaan dan penatalaksanannya khususnya atresia duodenum
sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan bekal kita apabila sudah mengabdi
dimasyarakat atau di tempat pelayanan kesehatan, demi kesejahteraan
neonatus.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Jong, Wim D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 2. ECG: Jakarta.

2. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : TIM

3. Sudarti, M.KES, Khoirunnisa Endang, SST. Keb, Asuhan Kebidanan


Neonatus, Bayi dan Anak Balita.

4. Betz, Cecily, dkk. 2000. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta :EGC

5. Hidayat,Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta :


Salemba Medika.

6. Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak Bagian 2. Jakarta : Fajar Interpratama

Anda mungkin juga menyukai