Disusun Oleh :
TAHUN 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang
“Pemberian Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Kelainan Bawaan Atresia Doudeni
Esofagus” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi, dan Balita yang diberikan oleh Farida Nur K, S.Si.T., M.Kes.
Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Pemberian Asuhan pada
Neonatus dan Bayi dengan Kelainan Doudeni Esofagus, penulis menyadari bahwa makalah
ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sekiranya dapat penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................................
A. ATRESIA DUODENI...................................................................................................
1. Pengertian................................................................................................................
2. Etiologi....................................................................................................................
4. Patofisiologis...........................................................................................................
5. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................
6. Komplikasi...............................................................................................................
7. Penatalaksanaan.......................................................................................................
B. ATRESIA ESOFAGUS
1. Pengertian ...............................................................................................................
2. Gambaran Klinis......................................................................................................
4. Etiologi ...................................................................................................................
6. Komplikasi...............................................................................................................
ii
7. Penatalaksanaan lebih lanjut....................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................11
B. Saran .............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Atresia adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-organ.
terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus. Atresia
duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah
pediatric. Atresia duodenal ini dijumpai satu diantara 300 - 4.500 kelahiran hidup. Lebih
dari 40% dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Atresia
fase padat intestinal bagian atas dan terdapat oklusi vascular di daerah duodenum dalam
masa perkembangan fetal. Setengah dari semua bayi baru lahir dengan atresia duedenal
juga mempunyai anomali kongenital pada sistem organ lainnya. Lebih dari 30% dari
kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down. Laporan lain menyebutkan
(33%), down syndrome (24%), pankreas annulare (33%) dan malrotasi (28%).
esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE) yaitu kelainan kongenital
dimana terjadi persambungan abnormal antara esofagus dengan trakea. Atresia esophagus
1
merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata sekitar 1
B. RUMUSAN MASALAH
6. Apa sajakah yang terkait dengan Atresia Duodeni dan Atresia Esophagus?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. ATRESIA DUODENI
1. Pengertian
Atresia duodeni adalah Suatu kondisi dimana duodenum ( bagian pertama dari
usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari
Atresia duodeni adalah obstruksi lumen usus oleh mambran utuh, tali fibrosa
yang menghubungkan dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu
2. Etiologi
b. Muntah banyak segera setelah lahir berwarna kehijauan akibat adanya empedu.
e. Hilangnya bising usus setelah beberapa kali buang air besar mekonium.
3
f. Berat badan menurun dan sukar bertambah.
h. Ikterik
4. Patofisiologi
Muntah dimulai setelah segera lahir dan secara berkembang menjadi buruk
dengan pemberian makanan. Feses akan terlihat seperti mekonium normal, tetapi pada
pemeriksaan tidak mengandug sel epitalium berlapis. Adanya sel epitel menunjukkan
Suatu suhu tubuh 390c merupakan indikasi peritonitis akibat ruptur dari atresia.
5. Pemeriksaan diagnostik
tidak lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.
b. Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik akan terlihat
suatu gelembung ganda pada film tegak yang merupakan udara dalam duodenum
yang mengembung naik ke puncak. Selain itu isi duodenum dapat membentuk
satu garis batas permukaan saluran udara. Pada atresia yang sempurna tidak akan
6. Komplikasi
Pada peristiwa atresia duodenum ini biasanya akan diikuti adanya obstruksi-
a. Obstruksi lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan dua
ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara ujung-ujung
duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi yang tidak lazim adalah
4
jaringan “windscocle” yakni suatu flap jaringan yang dapat mengembang yang
7. Penatalaksanaan
a. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi naso atau
b. Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus dilakukan
untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan atresia duodenum
memperbaiki peristaltic
g. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi diperlukan
tanpa boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum yang tidak normal
dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan di dalam perut sebelah kiri, setelah
5
mula-mula membuang appendiks dan usus halus diletakkan di sebelah kanan
hari.
obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik kateternya. Ini dilakukan
jika terjadi malrotasi yang muncul bersama dengan obstruksi duodenum intrinsic
B. ATRESIA ESHOPHAGUS
1. Pengertian
buntu 60% biasanya disertai dengan hidramnion. Atresia esophagus terjadi pada 1 dari
3000-4500 kelhiran hidup, sekitar sepertiga anak yang terkena lahir premature. Pada
lebih 85% kasus, fistula antara trakea dan esophagus distal menyertai atresia. Lebih
6
dengan kombinasi yang aneh. Gangguan pembentukan dan pergerakan lipatan
pasangan kranial dan satu lipatan kaudal pada usus depan dengan primitive
2. Gambaran Klinis
esophagus yang buntu, apabila terdapat fistula akan menyebabkan saliva mengalir
keluar atau masuk kedalam trakea. Hal ini akan lebih berbahaya apabila melalui
Kelainan ini biasanya baru diketahui setelah bayi berumur 2-3 minggu dengan
gejala muntah yang proyektil beberapa saat setelah minum susu. Pada pemeriksaan
fisik yang dilakukan setelah bayi minum akan ditemukan gerakan peristaltik
lambumg dalam usaha melewatkan makanan melalui daerah yang sempit di pylorus,
a. Kalasia
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus ( pada
persambungan dengan lambung ) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi
Penatalaksanaan :
Bayi harus dalam posisi duduk pada waktu diberi minum, dan jangan
dibaringkan segera setelah minum. Biarkan ia dalam sikap duduk agak lama,
baru kemudian dibaringkan miring kekanan dengan kepala letak lebih tinggi
b. Akalasia
7
Merupakan kebalikan dari kalasia, pada akalasia bagian distal esophagus tidak
dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau
adanya kartilago traken yang tumbuk ektopik pada esophagus bagian nawah.
Pada pemeriksaan mikroskopis ditemuka jaringa tulang rawan dalam lapisan otot
esophagus.
Penatalaksanaan :
harus dengan sendok sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi
duduk.
4. Etiologi
c. Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi saat lahir tidak bisa masuk kedalam
lambung.
e. Jika terjadi tersedak, sianosis, atau pada waktu berupaya menelan makanan.
b. Liur berbuih.
e. Saat bayi diberi minum bayi akan mengalami batuk seperti tercekik.
8
6. Komplikasi
b. Kelainan jantung.
e. Malformasi kardiovaskuler
fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrotomi tergantung pada jenis
kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu. Sebelum dilakukan operasi, bayi
kedalam paru.
9
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia duodeni adalah Suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama dari usus
halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran terbuka dari
lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari lambung ke usus. Atresia
maupun kelainan congenital lainnya. Atresia esophagus dapat dicurigai sejak kehamilan,
Bahaya utama pada atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga perlu dilakukan suction
berulang. Penatalaksanaan pada atresia esophagus utama adalah pembedahan, tetapi tetap dapat
meninggalkan komplikasi lebih lanjut yang berhubungan dengan gangguan motilitas esophagus.
B. Saran
komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir yang mengalami atresia duodeni dan
esophagus..
11
DAFTAR PUSTAKA
Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Peenerbit Buku Kedokteran EGC.
Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita.
Ai Yeyeh Rukiyah, S.Si.T.,Lia Yulianti, Am.Keb, MKM. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
12