“Pemberian Pada Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi Lahir dari Ibu yang
Disusun Oleh :
TAHUN 2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “Pemberian
Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi Lahir dari Ibu yang menderita HIV dan
AIDS” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan
Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Pemberian Asuhan pada
Neonatus dan Bayi dengan Tinggi Lahir dari Ibu yang menderita HIV dan AIDS. Penulis
menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir
kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan .....................................................................................................................2
D. Diagnosis HIV/AIDS...............................................................................................7
F. Penatalaksanaan.......................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................12
B. Saran .......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar
memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa
perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini
timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,
manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi
baru lahir.
Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari ibu ke
anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko penularan
di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat terjadi saat
Risiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam kandungan 6%
dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan
vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir.
1
B. Rumusan Masalah
4. Bagaimanakah diagnosisnya ?
6. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV/AIDS
AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh
infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,
dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,
penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,
hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kementerian Kesehatan
RI.2011)
AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan
tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus
yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang
3
HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih
tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T penolong (T helper),
atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga
dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam
materi genetik sel – sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel
– sel T4.
B. Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV melalui ASI merupakan faktor penting penularan pasca persalinan dan
meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat. ASI diketahui banyak mengandung HIV.
Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain :
3. Prematuritas dan
Kondisi kesehatan ibu juga menjadi pertimbangan karena Ibu yang terinfeksi HIV
memiliki risiko kematian lebih tinggi dari yang tidak menyusui. Beberapa badan dunia
seperti WHO, Unicef dan UNAIDS merekomendasikan untuk menghindari ASI yang
1. Selama kehamilan
a. Tingginya muatan virus (viral load) ibu (ibu baru terinfeksi HIV/AIDS lanjut)
4
d. Ibu menderita kekurangan gizi
2. Selama kelahiran/persalinan
WHO mengupayakan 4 prong/pilar untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke
Prong 2 : Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif
Prong 3 : Mencegah terjadinya penulisan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi
yang dikandungnya
Prong 4 : Memberikan dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV
Mencegah bayi agar tidak terinfeksi HIV tidak cukup hanya memfokuskan perhatian
kepada perempuan hamil yang telah terinfeksi HIV. Bagaimanapun penularan HIV dari ibu
ke bayi kemungkinan berawal dari seorang laki-laki HIV positif yang menularkan HIV
5
kepada pasangan perempuannya melalui hubungan seksual tak aman, dan selanjutnya
1. Saat hamil
Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah
sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk
menularkan HIV.
2. Saat melahirkan.
Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan
3. Setelah lahir.
Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI
untuk mengurangi resiko penularan, ibu dengan HIV positif bisa memberikan susu
formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun, pemberian susu formula harus sesuai
dengan persyaratan AFASS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable
mana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan AFASS, ibu HIV positif
6
Tabel : Waktu Dan Resiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi
WAKTU RESIKO
D. Diagnosis
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode
neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah pneumonia
ifeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau
Karena antibody ibu bisa dideteksi pada bayi sampai bayi berusia 18 bulan, maka tes
ELISA dan Western Blot akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes ini
berdasarkan ada atau tidaknya antibody terhadap virus HIV. Tes paling spesifik untuk
mengidentifikasi HIV adalah PCR pada dua saat yang berlainan.DNA PCR pertama diambil
saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitive selama periode satu bulan setelah
lahir.CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi
berusia empat bulan.Jika tes ini negative, maka bayi terinfeksi HIV.
Tetapi bila bayi tersebut mendapatkan ASI, maka bayi resiko tertular HIV sehingga tes
PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa
dilakukan pada bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain.
7
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan hitung limfosit
(1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C, E).Klasifikasi ini memungkinkan adanya
surveilans serta perawatan pasien yang lebih baik. Klasifikasi klinis dan imunologis ini
bersifat eksklusif, sekali pasien diklasifikasikan dalam suatu kategori, maka diklasifikasi ini
tidak berubah walaupun terjadi perbaikan status karena pemberian terapi atau factor lain.
penularan HIV dari ibu ke anak dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai wanita
terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah dengan HIV/AIDS dicegah supaya tidak hamil, apabila
sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila
ibu dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan bagi
3. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
4. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang
5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril
8
a. Stadium awal infeksi HIV, gejala-gejalanya :
1) Demam
2) Kelelahan
3) Nyeri sendi
4) Diare/mencret yang berkala/terus menerus dalam waktu yang lama (lebih dari 1
6) Keringat malam
Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi
9
3) Peradangan otak/selaput otak
Gejala umum yang sering ditemukan pada bayi dan anak dengan infeksi HIV
adalah :
c. Demam
d. Diare kronik
e. Kandidiasis oral yang sering kambuh (merupakan tanda yang muncul pertama pada
infeksi HIV)
2) Infeksi otak
F. Penatalaksanaannya
1. Penghisapan lendir bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut, melainkan
3. Pencegahan infeksi harus dilakukan agar bayi terhindar dari transmisi infeksi dari ibu ke
bayi.
4. Ibu bayi harus diberitahu agar menghindari bayinya terkena sekresi tubuhnya.
10
5. Pemilihan makanan bayi harus didahului dengan konseling tentang risiko penularan
HIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau sebelum
secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus didukung.
6. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu
psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan
kerahasiaan status HIV ibu dan bayi sangat penting dijaga. Dukungan juga harus
diberikan kepada anak dan keluarganya. Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu
dengan HIV akan bersikap optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan
ia akan bertindak bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan
anaknya, serta berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang
lain.
7. Dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat dan
BAB III
PENUTUP
11
A. Kesimpulan
Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari ibu ke
anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko penularan
di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat terjadi saat
Risiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam kandungan 6%
dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan
vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir.
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode
neonatal.
B. Saran
Resum kondisi bayi pasca persalinan harus dilakukan dengan baik. Ketidak akuratan
dalam proses pengkajian dapat menyebabkan tidak diketahuinya kelainan dan resiko
DAFTAR PUSTAKA
12
Anik Maryunani, Ummu Aeman. 2009. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi :
13