Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI BALITA DAN

ANAK PRA SEKOLAH

“Pemberian Pada Asuhan Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi Lahir dari Ibu yang

Menderita HIV dan AIDS”

Dosen Pengampu : Farida Nur K, S.Si.T.,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Ema Erlina (201801005)

2. Fitria Nur Zulaiha (201801006)

AKADEMI KEBIDANAN DUTA DHARMA PATI

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia-Nya sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini membahas tentang “Pemberian

Asuhan pada Neonatus dan Bayi dengan Resiko Tinggi Lahir dari Ibu yang menderita HIV dan

AIDS” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan

Balita yang diberikan oleh Farida Nur K, S.Si.T., M.Kes.

Makalah ini disusun agar pembaca lebih mendalami tentang Pemberian Asuhan pada

Neonatus dan Bayi dengan Tinggi Lahir dari Ibu yang menderita HIV dan AIDS. Penulis

menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang sekiranya dapat penulis gunakan sebagai masukan untuk perbaikan

makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Akhir

kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam

penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan

kemudahan bagi kita semua.

  Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2

C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3

A. Pengertian HIV dan AIDS.......................................................................................3

B. Cara Penularan HIV/AIDS......................................................................................4

C. Pencegahan penularan HIV/AIDS dari Ibu keAnak................................................5

D. Diagnosis HIV/AIDS...............................................................................................7

E. Tanda Dan Gejala HIV/AIDS..................................................................................9

F. Penatalaksanaan.......................................................................................................10

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................12

A. Kesimpulan..............................................................................................................12

B. Saran .......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini

sangat rawan oleh karena itu memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar

kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin

memerlukan berbagai perubahan biokimia . Namun, banyak masalah pada bayi baru lahir

yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia.

Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa

perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini

timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai,

manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi

baru lahir.

Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari ibu ke

anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko penularan

di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat terjadi saat

kehamilan maupun setelah masa persalinan.

Risiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam kandungan 6%

dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan

vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari HIV/AIDS ?

2. Bagaimanakah cara penularan HIV/AIDS ?

3. Bagaimanakah pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak ?

4. Bagaimanakah diagnosisnya ?

5. Bagaimanakah tanda dan gejalanya ?

6. Bagaimanakah penatalaksanaannya ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS

2. Untuk mengetahui cara penularan HIV/AIDS

3. Untuk mengetahui pencegahan penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak

4. Untuk mengetahui diagnosisnya

5. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya

6. Untuk mengetahui penatalaksanaannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS

AIDS adalah salah satu penyakit retrovirus epidemic menular, yang disebabkan oleh

infeksi HIV, yang pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler,

dan mengenai kelompok resiko tertentu, termasuk pria homoseksual, atau biseksual,

penyalahgunaan obat intra vena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya,

hubungan seksual dan individu yang terinfeksi virus tersebut. (Kementerian Kesehatan

RI.2011)

AIDS merupakan bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dan kelainan ringan dalam

respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan

dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas

yang jarang terjadi.(Nursalam. 2007.)

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian

menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi

untuk kekebalan tubuh.

Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang menunjukkan

kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit infeksi tertentu / keganasan

tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan) oleh virus

yang disebut dengan HIV. Sedang Human Imuno Deficiency Virus merupakan virus yang

menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian mengakibatkan AIDS.

3
HIV sistem kerjanya menyerang sel darah putih yang menangkal infeksi. Sel darah putih

tersebut termasuk dalam limfosit yang disebut dengan T4 atau sel T penolong (T helper),

atau juga sel CD 4. HIV tergolong dalam kelompok retrovirus sub kelompok lentivirus. Juga

dapat dikatakan mempunyai kemampuan mengopi cetak materi genetika sendiri didalam

materi genetik sel – sel yang ditumpanginya dan melalui proses ini HIV dapat mematikan sel

– sel T4.

B. Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV melalui ASI merupakan faktor penting penularan pasca persalinan dan

meningkatkan risiko transmisi dua kali lipat. ASI diketahui banyak mengandung HIV.

Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko transmisi HIV melalui ASI antara lain :

1. Mastitis atau luka pada puting

2. Luka di mulut bayi

3. Prematuritas dan

4. Fungsi kekebalan tubuh bayi

Kondisi kesehatan ibu juga menjadi pertimbangan karena Ibu yang terinfeksi HIV

memiliki risiko kematian lebih tinggi dari yang tidak menyusui. Beberapa badan dunia

seperti WHO, Unicef dan UNAIDS merekomendasikan untuk menghindari ASI yang

terkena HIV, jika alternatif susu lainnya tersedia secara aman.

Faktor resiko penularan HIV dari ibu ke bayi :

1. Selama kehamilan

a. Tingginya muatan virus (viral load) ibu (ibu baru terinfeksi HIV/AIDS lanjut)

b. Infeksi plasenta (virus, bakteri, parasit)

c. Ibu memiliki infeksi menular seksual (IMS)

4
d. Ibu menderita kekurangan gizi

2. Selama kelahiran/persalinan

a. Tingginya muatan virus (virus load) ibu

b. Ibu mengalami pecah ketuban dini

c. Persalinan yang invasive

3. Selama menyusui ASI

a. Ibu baru terinfeksi HIV

b. Durasi menyusui yang lama

c. Pemberian makanan campuran pada tahap awal

d. Ibu mengalami mastitis/abses pada payudara

e. Penyakit mulut pada bayi

C. Pencegahan Penularan HIV/AIDS Dari Ibu Ke Anak

WHO mengupayakan 4 prong/pilar untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke

bayi, yang dilaksanakan secara komprehensif yaitu :

Prong 1 : Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduktif

Prong 2 : Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif

Prong 3 : Mencegah terjadinya penulisan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi

yang dikandungnya

Prong 4 : Memberikan dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV

positif beserta bayi dan keluarganya.

Mencegah bayi agar tidak terinfeksi HIV tidak cukup hanya memfokuskan perhatian

kepada perempuan hamil yang telah terinfeksi HIV. Bagaimanapun penularan HIV dari ibu

ke bayi  kemungkinan berawal dari seorang laki-laki HIV positif yang menularkan HIV

5
kepada pasangan perempuannya melalui hubungan seksual tak aman, dan selanjutnya

pasangan perempuan itu menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya.

1. Saat hamil

Penggunaan antiretroviral selama kehamilan yang bertujuan agar vital load rendah

sehingga jumlah virus yang ada di dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk

menularkan HIV.

2. Saat melahirkan.

Penggunaan antiretroviral (Nevirapine) saat persalinan dan bayi baru dilahirkan dan

persalinan sebaiknya dilakukan dengan metode sectio caesar karena terbukti

mengurangi resiko penularan sebanyak 80%.

3. Setelah lahir.

Informasi yang lengkap kepada ibu tentang resiko dan manfaat ASI

untuk mengurangi resiko penularan, ibu dengan HIV positif  bisa memberikan susu

formula pengganti ASI, kepada bayinya. Namun, pemberian susu formula harus sesuai

dengan persyaratan AFASS dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu Acceptable

= mudah diterima, Feasible = mudah dilakukan, Affordable = harga terjangkau,

Sustainable = berkelanjutan, dan Safe = aman penggunaannya. Pada daerah tertentu di

mana pemberian susu formula tidak memenuhi persyaratan  AFASS, ibu HIV positif

harus mendapatkan konseling jika memilih untuk memberikan ASI eksklusif.

6
Tabel : Waktu Dan Resiko Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi

WAKTU RESIKO

Selama kehamilan 5-10%

Selama kelahiran/persalinan 10-20%

Selama menyusui 10-15%

Keseluruhan Resiko Penularan 25-45%

D. Diagnosis

Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode

neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah pneumonia

yang disebabkan Pneumocystis carinii. Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan

ifeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau

hepatosplenomegali (pembesaran hapar dan lien).

Karena antibody ibu bisa dideteksi pada bayi sampai bayi berusia 18 bulan, maka tes

ELISA dan Western Blot akan positif meskipun bayi tidak terinfeksi HIV karena tes  ini

berdasarkan ada atau tidaknya antibody terhadap virus HIV. Tes paling spesifik untuk

mengidentifikasi HIV adalah PCR pada dua saat yang berlainan.DNA PCR pertama diambil

saat bayi berusia 1 bulan karena tes ini kurang sensitive selama periode satu bulan setelah

lahir.CDC merekomendasikan pemeriksaan DNA PCR setidaknya diulang pada saat bayi

berusia empat bulan.Jika tes ini negative, maka bayi terinfeksi HIV.

Tetapi bila bayi tersebut mendapatkan ASI, maka bayi resiko tertular HIV sehingga tes

PCR perlu diulang setelah bayi disapih. Pada usia 18 bulan, pemeriksaan ELISA bisa

dilakukan pada bayi bila tidak tersedia sarana pemeriksaan yang lain.

7
CDC mengembangkan klasifikasi HIV pada bayi dan anak berdasarkan hitung limfosit

CD4+ dan manifestasi klinis penyakit.Pasien dikategorikan berdasarkan derajat imunosupresi

(1, 2, atau 3) dan kategori klinis (N, A, B, C, E).Klasifikasi ini memungkinkan adanya

surveilans serta perawatan pasien yang lebih baik. Klasifikasi klinis dan imunologis ini

bersifat eksklusif, sekali pasien diklasifikasikan dalam suatu kategori, maka diklasifikasi ini

tidak berubah walaupun terjadi perbaikan status karena pemberian terapi atau factor lain.

Menurut Depkes RI (2003), WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah

penularan HIV dari ibu ke anak dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai wanita

terinfeksi HIV/AIDS, apabila sudah dengan HIV/AIDS dicegah supaya tidak hamil, apabila

sudah hamil dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila

ibu dan anak sudah terinfeksi maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan bagi

ODHA dan keluarga.

Bayi yang beresiko  tertular HIV diantaranya :

1. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual

2. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti

3. Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena

4. Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang berulang

5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang tidak steril

E. Tanda Dan Gejalanya

1. Gejala infeksi HIV pada ibu (orang dewasa)

Terdapat 4 stadium penyakit AIDS, yaitu :

8
a. Stadium awal infeksi HIV, gejala-gejalanya :

1) Demam

2) Kelelahan

3) Nyeri sendi

4) Pembesaran kelenjar getah bening (dileher, ketiak, lipatan paha) Gejala-gejala

ini menyerupai influenza/monokleosis.

b. Stadium tanpa gejala

Stadium dimana penderita tampak sehat, namun dapat merupakan sumber

penularan infeksi HIV.

c. Stadium ARC (AIDS Related Complex) dengan gejala :

1) Demam >38 derajat Celcius secara berkala/terus menerus

2) Menurunnya berat badan >10% dalam waktu 3 bulan

3) Pembesaran kelenjar getah bening

4) Diare/mencret yang berkala/terus menerus dalam waktu yang lama (lebih dari 1

bulan) tanpa sebab yang jelas.

5) Kelemahan tubuh yang menurunkan aktivitas fisik

6) Keringat malam

d. Stadium AIDS, gejala-gejalanya :

Gejala klinis utama yaitu terdapatnya kanker kulit yang disebut sarcoma Kaposi

(tampak bercak kebiruan dikulit)

1) Kanker kelenjar getah bening

2) Infeksi penyakit penyerta, misalnya : pneumonia yang disebabkan oleh

pneumocystis carinii, TBC

9
3) Peradangan otak/selaput otak

2. Gejala infeksi HIV pada bayi dan anak

Gejala umum yang sering ditemukan pada bayi dan anak dengan infeksi HIV

adalah :

a. Gangguan tumbuh kembang

b. Berat badan menurun

c. Demam

d. Diare kronik

e. Kandidiasis oral yang sering kambuh (merupakan tanda yang muncul pertama pada

infeksi HIV)

f. Hepatosplenomegali (pembesaran kelenjar getah bening dan hati)

g. Gangguan neurologis seperti :

1) Keterlambatan perkembangan mental

2) Infeksi otak

3) Infeksi oportunisik (bersamaan penurunan imunitas)

F. Penatalaksanaannya

1. Penghisapan lendir bayi tidak boleh dilakukan dengan penghisap mulut, melainkan

dengan suction penghisap lendir yang dihubungkan dengan mesin penghisap.

2. Perlakukan bayi seperti individu yang tidak terinfeksi. 

3. Pencegahan infeksi harus dilakukan agar bayi terhindar dari transmisi infeksi dari ibu ke

bayi. 

4. Ibu bayi harus diberitahu agar menghindari bayinya terkena sekresi tubuhnya. 

10
5. Pemilihan makanan bayi harus didahului dengan konseling tentang risiko penularan

HIV melalui ASI. Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau sebelum

persalinan. Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat informasi

secara lengkap. Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus didukung. 

6. Upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu

melahirkan. Ibu akan hidup dengan HIV di tubuhnya. Ia membutuhkan dukungan

psikologis, sosial dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan

menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA. Faktor

kerahasiaan status HIV ibu dan bayi sangat penting dijaga. Dukungan juga harus

diberikan kepada anak dan keluarganya. Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu

dengan HIV akan bersikap optimis dan bersemangat mengisi kehidupannya. Diharapkan

ia akan bertindak bijak dan positif untuk senantiasa menjaga kesehatan diri dan

anaknya, serta berperilaku sehat agar tidak terjadi penularan HIV dari dirinya ke orang

lain.

7. Dengan pemberian obat-obat ARV, maka daya tahan tubuh anak dapat meningkat dan

mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal lainnya.

BAB III

PENUTUP

11
A. Kesimpulan

Di negara berkembang seperti Indonesia, risiko terjadinya penularan HIV dari ibu ke

anak diperkirakan sekitar 21% – 43%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan risiko penularan

di negara maju, yang bisa ditekan hingga sekitar 14%-26%. Penularan HIV dapat terjadi saat

kehamilan maupun setelah masa persalinan.

Risiko penularan terbanyak terjadi saat persalinan sebesar 18%, di dalam kandungan 6%

dan pasca persalinan sebesar 4%. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan

vagina yang mengandung HIV melalui paparan virus yang tertelan pada jalan lahir.

Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode

neonatal.

B. Saran

Resum kondisi bayi pasca persalinan harus dilakukan dengan baik. Ketidak akuratan

dalam proses pengkajian dapat menyebabkan tidak diketahuinya kelainan dan resiko

kelainan pada bayi.

DAFTAR PUSTAKA

12
Anik Maryunani, Ummu Aeman. 2009. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi :

Penatalaksanaan di pelayanan kebidanan. Jakarta: TIM

13

Anda mungkin juga menyukai