Nim : 1610104117
Kelas : 3B
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan
Kesehatan Anak tentang “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Kejang”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
C. Tujuan.....................................................................2
Bab II Isi
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus halus. Segmen pada
usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan bagian
pertama dari usus setelah lambung.Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau
tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui
makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus
yang biasa didalam ahli bedah pediatric
Duodenal atresia terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Beberapa penelitian juga
menyebutkan insiden dari duodenal atresia mencapai 1 dari 2000 kelahiran sampai 1
dari 40.000 kelahiran3. Sepertiga neonatus yang lahir dengan duodenal atresia disertai
dengan down sindrom.4 Disamping itu, juga terdapat penyakit lain yang menyertai
seperti penyakit jantung
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari atresia duodeni
2. Apa etiologi dari atresia duodeni
3. Bagaimana perkembangan embriologi atresia duodei ?
4. Bagaimana patogrnesis atresia duodeni
5. Bagaimana manifestasi klinis atresia duodeni
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik atresia duodeni
7. Apa komplikasi atresia duodeni
8. Bagaimana penata laksanaannya
1
C. Tujuan
2
BAB II
ISI
3
C. PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI DUODENUM
4
D. Patogenesis Atresia Duodeni
6
G. Komplikasi
Pada peristiwa atresia duodeni biasanya akan diikuti adanya obstruksi-
obstruksi,yang lain seperti :
1. Obstruksi lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan
dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara
ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi
yang tidak lazim adalah jaringan “windscocle” yakni suatu flap jaringan
yang dapat mengembang yang terjadi karena anomaly saluran empedu.
2. Atresia membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya
terjadi di sebelah distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.
3. Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik
seperti pancreas anular atau oleh pita-pita laad pada penderita malrotasi.
H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi
naso atau arogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
2. Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus
dilakukan untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan
atresia duodenum mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam
kehidupan.
3. Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk
mengevaluasi dan mobati anomaly lain yang berakibat fatal.
4. Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus
proksimal yang melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya
memperbaiki peristaltic
5. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan
melindungi jalan nafas.
6. Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis
diperlukan sampai bayi mulai makan per oral.
6
7. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi
diperlukan tanpa boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum
yang tidak normal dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan di dalam
perut sebelah kiri, setelah mula-mula membuang appendiks dan usus
halus diletakkan di sebelah kanan posisi janin tidak berputar (non rotasi).
8. Apendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di
kemudian hari.
9. Memasang kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah
bawah obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik
kateternya. Ini dilakukan jika terjadi malrotasi yang muncul bersama
dengan obstruksi duodenum intrinsic seperti membrane atau stenosis.
10. Pada pancreas anular paling baik ditangani dengan
duodenoduodenostomi tanpa memisah pancreas, dengan meninggalkan
sependek mungkin bagian lingkungan yang tidak berfungsi. Obstruksi
duodenum diafragmatika dikelola dengan diodenoplasti karena ada
kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara pada diafragma
sendiri.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
8
DAFTAR PUSTAKA
1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82539&val=970
2. https://emedicine.medscape.com/article/935748-overview#a2
3. Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.
Yogyakarta.
4. Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
5. Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Vivian Nanny Lia Dewi. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Salemba Medika.jakarta