Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PELAYANAN KESEHATAN ANAK

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN KELAINAN


BAWAAN ATRESIA DUODENI

Nama : Shiva Nabilah

Nim : 1610104117

Kelas : 3B

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan
Kesehatan Anak tentang “Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Kejang”. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Yogyakarta, Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................i

Daftar Isi ......................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ......................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................1

C. Tujuan.....................................................................2

Bab II Isi

A. Definisi dari atresia duodeni ........................................3


B. Etiologi dari atresia duodeni.........................................3
C. Perkembangan embriologi atresia duodei .....................4
D. Patogrnesis atresia duodeni ...........................................5
E. Manifestasi klinis atresia duodeni..................................5
F. Pemeriksaan diagnostik atresia duodeni........................6
G. Komplikasi atresia duodeni...........................................7
H. Penata laksanaannya ....................................................7

Bab III Penutup ..............................................................................8

Daftar Pustaka ................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usus manusia secara umum terdiri atas usus besar dan usus halus. Segmen pada
usus halus terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum merupakan bagian
pertama dari usus setelah lambung.Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau
tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari usus halus) sehingga tidak dapat dilalui
makanan yang akan ke usus. Atresia duodenum merupakan salah satu abnormalitas usus
yang biasa didalam ahli bedah pediatric

Duodenal atresia terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. Beberapa penelitian juga
menyebutkan insiden dari duodenal atresia mencapai 1 dari 2000 kelahiran sampai 1
dari 40.000 kelahiran3. Sepertiga neonatus yang lahir dengan duodenal atresia disertai
dengan down sindrom.4 Disamping itu, juga terdapat penyakit lain yang menyertai
seperti penyakit jantung

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari atresia duodeni
2. Apa etiologi dari atresia duodeni
3. Bagaimana perkembangan embriologi atresia duodei ?
4. Bagaimana patogrnesis atresia duodeni
5. Bagaimana manifestasi klinis atresia duodeni
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik atresia duodeni
7. Apa komplikasi atresia duodeni
8. Bagaimana penata laksanaannya
1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa definisi dari atresia duodeni


2. Untuk mengetahui apa etiologi dari atresia duodeni
3. Untk mengetahui bagaimana perkembangan embriologi atresia
duodeni
4. Untuk mengetahui bgaimana patogrnesis atresia duodeni
5. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis atresia duodeni
6. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik atresia duodeni
7. Untuk mengetahui apa komplikasi atresia duodeni
8. Untuk mengetahui bagaimana penata laksanaannya

2
BAB II

ISI

A. Definisi Atresia Duodeni

Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang


baik. Pada kondisi ini deodenum bisa mengalami penyempitan secara komplit
sehingga menghalangi jalannya makanan dari lambung menuju usus untuk
mengalami proses absorbsi. Apabila penyempitan usus terjadi secara parsial,
maka kondisi ini disebut dengan doudenal stenosis
Atresia duodenum adalah buntunya saluran duodenum yang biasanya
terjadi pada ampula veteri.

B. Etiologi Atresia Duodeni

Penyebab yang mendasari terjadinya atresia duodenal sampai saat ini


belum diketahui. Atresia duodenum diduga timbul dari kegagalan rekenalisasi
lumen setelah fase padat pada perkembangan usus selama kehamilan minggu ke-
4 dan minggu ke-5. Atresia duodenal sering ditemukan bersamaan dengan
malformasi pada neonatus lainnya, yang menunjukkan kemungkinan bahwa
anomali ini disebabkan karena gangguan yang dialami pada awal kehamilan.
Pada beberapa penelitian,anomali ini diduga karena karena gangguan pembuluh
darah masenterika.Gangguan ini bisa disebabkan karena volvulus,
malrotasi,gastrokisis maupun penyebab yang lainnya. Insiden atresia duodeni
banyak terjadi pada bayi prematur

3
C. PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI DUODENUM

Deodenum dibentuk dari bagian akhir usus depan dan bagian


sefalik dari usus tengah. Titik pertemuan kedua bagian ini terletak tepat di
sebelah distal pangkal tunas hati. Ketika lambung berputar, duodenum
mengambil bentuk melengkung seperti huruf C dan memutar ke kanan.
Perputaran ini bersama-sama dengan tumbuhnya kaput pankreas,
menyebabkan duodenum membelok dari posisi tengahnya yang semula ke
arah sisi kiri rongga abdomen. Deodenum dan kaput pankreas ditekan ke
dinding dorsal badan, dan permukaan kanan mesoduodenum dorsal
menyatu dengan peritonium yang ada didekatnya. Kedua lapisan tersebut
selanjutnya menghilang dan duodenum serta kaput pankreas menjadi
terfikasasi di posisi retroperitonial. Mesoduodenum dorsal menghilang
sama sekali kecuali didaerah pilorus lambung, dengan sebagian kecil
duodenum ( tutup duodenum)yang tetap intraperitonial.

Selama bulan ke dua, lumen duodenum tersumbat oleh ploriferasi


sel di dindingnya. Akan tetapi, lumen ini akan mengalami rekanalisasi
sesudah bulan kedua. Usus depan akan disuplai oleh pembuluh darah yang
berasal dari arteri sefalika dan usus tengah oleh arteri mesenterika
superior, sehingga duodenum akan disuplai oleh kedua pembuluh darah
tersebut

4
D. Patogenesis Atresia Duodeni

Ada faktor intrinsik serta ekstrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya


atresia duodenal. Faktor intrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya anomali
ini karena kegagalan rekanalisasi lumen usus. Duodenum dibentuk dari bagian
akhir foregut dan bagian sefalik midgut. Selama minggu ke 5-6 lumen tersumbat
oleh proliferasi sel dindingnya dan segera mengalami rekanalisasi pada
minggu ke 8-10. Kegagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia duodenum
Pada beberapa kondisi, atresia duodenum dapat disebabkan karena faktor
ekstrinsik. Kondisi ini disebabkan karena gangguan perkembangan struktur
tetangga, seperti pankreas. Atresia duodenum berkaitan dengan pankreas
anular.Pankreas anular merupakan jaringan pankreatik yang mengelilingi
sekeliling duodenum, terutama deodenum bagian desenden. Kondisi ini akan
mengakibatkan gangguan perkembangan duodenum.

E. Manifestasi Klinis Atresia Duodeni

Pasien dengan atresia duodenal memiliki gejala obstruksi usus. Gejala


akan nampak dalam 24 jam setelah kelahiran. Pada beberapa pasien dapat timbul
gejala dalam beberapa jam hingga beberapa hari setelah kelahiran. Bayi sering
muntah berwarna hijau (mengandung empedu) yang proyektil segera setelah
lahir. Muntah neonatus akan semakin sering dan progresif setelah neonatus
mendapat ASI. Karakteristik dari muntah tergantung pada lokasi obstruksi. Jika
atresia diatas papila, maka jarang terjadi. Apabila obstruksi pada bagian usus
yang tinggi, maka muntah akan berwarna kuning atau seperti susu yang
mengental.Apabila pada usus yang lebih distal, maka muntah akan berbau dan
nampak adanya fekal.
5
Pada anak dengan atresia, biasanya akan memiliki mekonium yang
jumlahnya lebih sedikit, konsistensinya lebih kering, dan berwarna lebih abu-
abu dibandingkan mekonium yang normal. Berat badan menurun dan sukar
bertambah, perut kembung didaerah epigastrium.
Anak dengan atresi duodenum juga akan mengalami aspirasi gastrik
dengan ukuran lebih dari 30 ml. Pada neonatus sehat, biasanya aspirasi gastrik
berukuran kurang dari 5 ml. Aspirasi gastrik ini dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan pada jalan nafas anak. Pada beberapa anak, mengalami demam.
Kondisi ini disebabkan karena pasien mengalami dehidrasi. Apabila temperatur
diatas 103ºF,maka kemungkinan pasien mengalami ruptur intestinal atau
peritonitis.

F. Pemeriksaan Diagnostik Atresia Duodeni


1. Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda jika
obstruksi tidak lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam
usus bagian bawah.
2. Dapat ditegakkan dengan foto polos abdomen 3 posisi, secara klasik
akan terlihat suatu gelembung ganda pada film tegak yang merupakan
udara dalam duodenum yang mengembung naik ke puncak. Selain itu isi
duodenum dapat membentuk satu garis batas permukaan saluran udara.
Pada atresia yang sempurna tidak akan terlihat udara dibagian abdomen

6
G. Komplikasi
Pada peristiwa atresia duodeni biasanya akan diikuti adanya obstruksi-
obstruksi,yang lain seperti :
1. Obstruksi lumen oleh membrane utuh, fail fibrosa yang menghubungkan
dua ujung kantong duodenum yang buntu pendek, atau suatu celah antara
ujung-ujung duodenum yang tidak bersambung. Penyebab obstruksi
yang tidak lazim adalah jaringan “windscocle” yakni suatu flap jaringan
yang dapat mengembang yang terjadi karena anomaly saluran empedu.
2. Atresia membranosa adalah bentuk yang paling sering obstruksinya
terjadi di sebelah distal ampula vateri pada kebanyakan penderita.
3. Obstruksi duodenum dapat juga disebabkan oleh kompresi ekstrinsik
seperti pancreas anular atau oleh pita-pita laad pada penderita malrotasi.

H. Penatalaksanaan
1. Pengobatan awal bayi dengan atresia duodenum meliputi dekompresi
naso atau arogastrik dengan penggantian cairan secara intravena.
2. Ekokardiogram dan foto rontgent dada serta tulang belakang harus
dilakukan untuk mengevaluasi anomaly yang lain karena 1/3 bayi dengan
atresia duodenum mempunyai anomaly bawaan yang dapat mengancam
kehidupan.
3. Koreksi definitive atresia duodenum biasanya ditunda untuk
mengevaluasi dan mobati anomaly lain yang berakibat fatal.
4. Duodenoduodenostomi yaitu operasi perbaikan atresia duodenum. Usus
proksimal yang melebar dapat dikecilkan secara perlahan dalam upaya
memperbaiki peristaltic
5. Pemasangan pipa gastrostomi dipasang untuk mengalirkan lambung dan
melindungi jalan nafas.
6. Dukungan nutrisi intravena atau pipa jejunum transanastomosis
diperlukan sampai bayi mulai makan per oral.

6
7. Jika obstruksi disebabkan oleh pipa ladd dengan malrotasi, operasi
diperlukan tanpa boleh ditunda. Setelah lipatan atau pita peritoneum
yang tidak normal dipisahkan, seluruh usus besar diletakkan di dalam
perut sebelah kiri, setelah mula-mula membuang appendiks dan usus
halus diletakkan di sebelah kanan posisi janin tidak berputar (non rotasi).
8. Apendektomi dilakukan menghindari salah diagnose apendisitis di
kemudian hari.
9. Memasang kateter nasogastrik berujung balon ke dalam jejerum sebelah
bawah obstruksi, balon ditiup dan dengan pelan-pelan menarik
kateternya. Ini dilakukan jika terjadi malrotasi yang muncul bersama
dengan obstruksi duodenum intrinsic seperti membrane atau stenosis.
10. Pada pancreas anular paling baik ditangani dengan
duodenoduodenostomi tanpa memisah pancreas, dengan meninggalkan
sependek mungkin bagian lingkungan yang tidak berfungsi. Obstruksi
duodenum diafragmatika dikelola dengan diodenoplasti karena ada
kemungkinan bahwa duktus koledokus dapat bermuara pada diafragma
sendiri.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Atresia duodeni adalah Suatu kondisi dimana duodenum (bagian pertama


dari usus halus) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak berupa saluran
terbuka dari lambung yang tidak memungkinkan perjalanan makanan dari
lambung ke usus. Atresia esophagus merupakan kelainan congenital dengan
variasi fistula trakeaesophageal maupun kelainan congenital lainnya. Atresia
esophagus dapat dicurigai sejak kehamilan, dan didiagnosa segera setelah bayi
lahir.
Bahaya utama pada atresia esophagus adalah resiko aspirasi, sehingga
perlu dilakukan suction berulang. Penatalaksanaan pada atresia esophagus utama
adalah pembedahan, tetapi tetap dapat meninggalkan komplikasi lebih lanjut
yang berhubungan dengan gangguan motilitas esophagus.

B. SARAN

Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang maksimal


terhadap penderita atresia duodeni dan esophagus. Sehingga dapat
meminimalisirkan komplikasi-komplikasi yang terjadi pada bayi baru lahir yang
mengalami atresia duodeni dan

8
DAFTAR PUSTAKA

1. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82539&val=970
2. https://emedicine.medscape.com/article/935748-overview#a2
3. Sudarti. 2010. Kelainan Dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.
Yogyakarta.
4. Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan
Balita. Nuha Medika. Yogyakarta.
5. Ngatsiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Peenerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
6. Vivian Nanny Lia Dewi. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Salemba Medika.jakarta

Anda mungkin juga menyukai