ATRESIA ANI
KELOMPOK 2
A. Latar belakang
Atresia ani adalah salah satu malformasi Saya kongenital
yang lebih umum di sebabkan oleh perkembangan tidak normal.
Formasi mal ini dapat berkisar darSaya stenosis anal sederhana
hingga mencangkup anomali komplek genitourinariSaya dan
organ pelvik yang mungkin memerlukan perawatan ekstegang
untuk review, kandung dan fungsi seksual. Atresia ani dapat terjadi
dalam isolaya atau sebagian dari asosiasi VACTREL (Ruas,
Aakhir, Kardial, esofagus, Rakhir, Lengan). (Wong, 2013).
Insidensi rata-tikusA sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000
kelahiran hidup. Insidensi Atresia Ani DSaya Amerika Serikat 1
kasus setiap 3000 kelahiran Hidup. Di dunia, insidensi Bervariasi
Dari 0,4 -3,6 per 10.000 kelahiran Hidup. Insidensi Tertinggi
terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup.
Kejadian di Amerika Serikat 600 anak lahir dengan atresia ani.
Data yang diperoleh kejadian padaresi ani timbul dengan
perbandingan 1 dari 5000 kelahiran.
Di Indonesia atresia ani merupakan masalah kesehatan
masyarakpada yang cukup besar. Dari berbagai penelitian yang
ada frekuensSaya penderita atresia ani berkisar semutara 5-25%.
Penelitian dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan angka
yang sangat bervariasi tergantung pada tingkat Atresia ani DSaya
tiap-tiap daerah. Direktur Kesehatan Kelurga Kementerian
Kesehatsebuah, dr Eni Gustina MPH, mengatakan bahwa dari 494
kasus fitur bawaan di Indonesia yang dilaporkan hingga Desember
2016 lalu, fitur Bawaan Talipes Equino-Varus (CTEV) atau juga
disebut dengan kaki HAI pada masyarakat awam, posisi kasus
terbanyak di Indonesia yakni sekitar 102 kasus (20,6 persen).
Disusul kemudian dengan Atresia Ani atau lahir tanpa anus
sebanyak 50 kaskita (10,1%), dan Gastroskisis atakamu fitur pada
dinding perut sebanyak 27 kasus (5,5).
B. Rumusan masalah
1. Apa itu definisi atresia ani
2. Bagaimana klasifikasi atresia ani
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi atresia ani
4. Apa saja etiologi atresia ani
5. Apa saja manifestasi klinis atresia ani
6. Bagaimana patofisiologi atresia ani
7. Bagaimana penatalaksanaan atresia
8. Apa saja pemeriksaan penunjang atresia ani
9. Apa saja komplikasi atresia ani
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan atresia ani
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi atresia ani
2. Untuk mengetahui klasifikasi ani
3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi atresia dini
4. Untuk mengetahui etiologi atresia
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis atresia ani
6. Untuk mengetahui patofisiologi atresia ani
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan ani
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang atresia ani
9. Untuk mengetahui komplikasi atresia ani
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan atresia ani
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi atresia
Atresia ani adalah kelainan congenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputi anus, rectum, atau keduanya, Betz (2012).
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum, Purwanto (2011).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus. Donna L. Wong (2013).
Jadi pengertian atresia ani adalah kelainan bawaan, tidak adanya
lubang tempat buang air besar / anus.
B. Klasifikasi atresia ani
Terdapat bebrapa klasifikasi yaitu :
a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga
feses tidak dapat keluar.
b. Membran usus atresia adalah terdapat membrane pada anus
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantra rectum
dengan anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rectum
C. Anatomi dan fisiologi atresia ani
Pencernaan adalah proses pemecahan molekul-molekul zat makanan dari
yang lebih besar menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga dapat
diserap oleh dinding usus halus. Proses pencernaan makanan dibantu oleh
HCl, garam empedu dan berbagai enzim pencernaan yang disekresikan
oleh kelenjar pencernaan. Selain kelenjar pencernaan, proses ini juga
memerlukan alat-alat pencernaan.
D. Etiologi atresia ani
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun
ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan
oleh :
a. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik.
b. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
c. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
d. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli
masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi
penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai gen
carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua yang
menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 % - 30 %
dari bayi yang mempunyai sindrom genetik, abnormalitas kromosom,
atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani
(Purwanto, 2001).
E. Manifestasi klinis atresia ani
Menurut Ngastiyah (2011), gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani
atau anus, imperforate tejadi dalam waktu 24-48 jam. Gejala ini dapat
berupa :
a. Perut kembung
b. Muntah
c. Tidak bisa buang air besar
d. Pada pemeriksaan radiologi denagn posisi tegak serta terbalik dapat
dilihat sampaidimana terdapat penyumbatan
e. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium
(mengeluarkan tinja yang menyerupai pita)
f. Perut membuncit
g. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
h. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi
i. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya
j. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak
ada fistula)
k. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam
l. Pada pemeriksaan rectal touché adanya membrane anal
m. Perut kembung
F. Patofisiologi atresia ani
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara
komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik, sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik
bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi
kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi
atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi
dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada
uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui
anus sehingga menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi. Putusnya saluran pencernaan dari atas
dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus. Atresia
ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
a. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
b. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
c. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara
kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
Pathway
G. Penatalaksanaan atresia ani
1. Penatalaksanaan Medis
Ada dua beeberapa penatalksanaan antara lain :
a. Pemedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit
prosedur pengobatanya.Untuk kelainan dilakukan kolostomi
beberapa lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus
permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada
bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12
bulan dimaksudkan untuk member waktu pada pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah Berat badan dan bertambah
baik status nutrisiny. Gangguan ringan diatas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula,
bila ada harus di tutup kelainan membrane mukosa hanya
memerlukan tindakan pembedahan yang minimal membrane
tersebut dilubangi dengan hemostratau skapel
b. Pengobatan
a. Aksisi membrane anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan
setelah 3bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuatan anus
permanen)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Kepada orang tua diberitahukan mengenai kelainan pada anaknya dan
keadaan tesebut dapat diperbaiki dengan jalan operasi. Operasi akan
dilakukan 2 tahap yaitu tahap pertama hanya dibuatkan anus buatan
dan setelah umur 3 bulan dilakukan operasi tahapan ke 2, selain itu
diberitahukan perawatan anus buatan dalam menjaga kebersihan
untuk mencegah infeksi serta memperhatikan kesehatan bayi.
H. Pemeriksaan penunjang atresia ani
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
b. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
c. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam
sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti
obstruksi oleh karena massa tumor.
d. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
e. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
f. Pemeriksaan fisik rectum
Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
selang atau jari.
g. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius.
I. Komplikasi atresia ani
Adapun komplikasi yang dapat terjadi antra lain:
a. Asidosis hiperkioremia
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
d. Komplikasi jangka panjang : Eversi mukosa anal, stenosis (akibat
kontriksijaringan perut dianastomosis)
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
g. Prolaps mukosa anorectal
h. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dean infeksi
J. Konsep asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien
b. Riwayat keperawatan
1. Riwayat keperawatan/kesehatan sekarang
2. Riwayat kesehatan masa lalu
c. Riwayat psikologis
Koping keluarga dalam menghadapi masalah
d. Riwayat tumbuh kembang
1. BB lahir abnormal
2. Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh
kembang pernah mengalami trauma saat sakit
3. Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
4. Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
e. Riwayat sosial Hubungan sosial
f. Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi
1. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
2. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya intake, muntah.
3. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentangpenyakit dan prosedur perawatan.
Post Operasi
A. Kesimpulan
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi
membrane yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rectum, Purwanto (2011).
Atresia ani merupakan kelainan bawaan (congenital), tidak adanya
lubang atau saluran anus. Donna L. Wong (2013).
Jadi pengertian atresia ani adalah kelainan bawaan, tidak adanya
lubang tempat buang air besar / anus.
Atresia ani dalam beberapa klasifikasi dan memiliki etiologi disertai
dengan patofisiologi dan mempunyai manifestasi klinis
Atresia ani memiliki konsep asuhan keperawatan yang dimulai
dengan pengkajian, diagnose keperawatan , intervensi keperawatan ,
implementasi dan evaluasi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Maka dari itu kami sebagai penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi perbaikan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan
dan bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan bagi para pembaca lain
padaumumnya.
DAFTAR PUSTAKA