Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Dosen Pengampu : Ns. Rokhaidah, M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :

1. Nur’aini (1910701001)
2. Anggita Astagina (1910701003)
3. Shinta Nazila (1910701007)
4. Dhea Ananda (1910701019)
5. Taqiyyah Dhiya Z. (1910701021)
6. Jihan Ayu Pramu Sinta (1910701028)
7. Berlian Rahmah Pertiwi (1910701030)
8. Aulia Nurshafira Rahayu (1910701032)
9. Roosmalinda Rezki Amalia (1910701035)

PROGRAM STUDI D–III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan
Kejang Demam.”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Asuhan Keperawatan Kejang Demam.”
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Jakarta, 1 Oktober 2020

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………......i
KATA PENGANTAR………………………………………………………................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………....................1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………..………….............1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………..…….……..2

BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penyakit Atresia Ani………………………………………………3
2.2 Etiologi dan Klasifikasi Penyakit ………..……………………………………3
2.3 Manifestasi Klinik …………………………………………………………….4
2.4 Patofisiologi dan Patoflow Penyakit ……………………………………….....5
2.5 Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Diagnostik ……………………………6
2.6 Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Atresia Ani ………………………….7

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………......14
3.2 Saran………………………………………………………….…………...........14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………............iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atresia ani merupakan kondisi yang cukup jarang terjadi. Kondisi ini hanya terjadi pada 1
dari 5.000 kelahiran dan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Atresia ani perlu mendapatkan
penanganan segera untuk mencegah komplikasi. Penyebab terjadinya atresia ani belum diketahui
secara pasti. Atresia ani terjadi secara acak dan bisa dialami oleh siapa saja. Namun, ada dugaan
yang mengaitkan kondisi dengan kelainan genetik.

Atresia ani juga sering muncul bersamaan dengan kondisi VACTREL, yaitu kelompok
kelainan kongenital yang dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh. VACTREL adalah
singkatan dari vertebral defects, anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal
anomalies, dan limb defects.

Saat janin mengalami kelainan atau gangguan perkembangan saluran pencernaan,


kehamilan juga bisa terganggu. Salah satu kondisi yang sering berkaitan dengan atresia ani
adalah terjadinya polihdramnion. Polihidramnion adalah kondisi berlebihnya kadar cairan
ketuban yang bisa diketahui saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan.

1.2 Rumusan Masalah


1 Pengertian Penyakit Atresia Ani
2 Etiologi dan Klasifikasi Penyakit
3 Manifestasi Klinik
4 Patofisiologi dan Patoflow Penyakit
5 Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Diagnostik
6 Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Atresia Ani

1.3 Tujuan Penulisan


1 Mengetahui dan Memahami Pengertian Penyakit Atresia Ani
2 Mengetahui dan Memahami Etiologi dan Klasifikasi Penyakit
3 Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinik

1
4 Mengetahui dan Memahami Patofisiologi dan Patoflow Penyakit
5 Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Diagnostik
6 Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Atresia Ani

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Atresia Ani


Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga Atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus. Istilah
atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya tidak ada dan trepsis yang berarti
makanan dan nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya
atau tertutupnya lubang yang normal.

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi
anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan
bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah
tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suradi, 2001).

Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).

2.2 Etiologi dan Klasifikasi Penyakit


A. Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Putusnya saluran penceraan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik diaderahusus, rectum bagian


distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antra minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan

3
B. Klasifikasi

Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu :


1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.

Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :

1. Anomali rendah / infralevator


Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal
dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan
saluran genitourinarius.
2. Anomali intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal
berada pada posisi yang normal.
3. Anomali tinggi / supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya
berhubungan dengan fistula genitourinarius –retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan).
Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm

2.3 Manifestasi Klinik


-Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi mekonium.
Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi.

-Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula
rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula
rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala yang
akan timbul :

4
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

2.Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.

3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya,

4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tidak ada fistula),

5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

6. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membran anal.

7. Perut kembung

2.4 Patofisiologi dan Patoflow Penyakit


A. Patofisiologi
Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, sehingga
anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari bagian belakang
berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi
stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak
ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan
fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas
pada uretra dan vagina. Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga
menyebabkan fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi. Putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
1. Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis) dengan jarak
antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya
disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
2. Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.

3. Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rektum paling jauh 1 cm

5
B. Patoflow

2.5 Pemeriksaan Penunjang/Pemeriksaan Diagnostik


1. Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
Pemeriksaan radiologis Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
2. Sinar X terhadap abdomen Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan
untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dari sfingternya.
3. Ultrasound terhadap abdomen Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama
dalam sistem pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena
massa tumor.
4. CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.

6
5. Pyelografi intra vena Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter
6. Pemeriksaan fisik rektum Kepatenan rektal dapat dilakukan colok dubur dengan
menggunakan selang atau jari.
7. Rontgenogram abdomen dan pelvis Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya
fistula yang berhubungan dengan traktus urinarius.

2.6 Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Atresia Ani


A. Pengkajian

1. Biodata
- Nama : An.B
- Tempat,tanggal lahir : Jakarta, 07 September 2020
- Umur : 4 minggu 3 hari
- Jenis kelamin : Perempuan
- Alamat : Jakarta
- Tanggal masuk rs : 07 Oktober 2020
- Ruang/Rs : R.Anggrek / Rs.UPNVJ

2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama : Distensi Abdomen
- Riwayat Kesehatan Sekarang : muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau terdapat dalam urine
- Riwayat Kesehatan Dahulu : muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir
- Riwayat Kesehatan Keluarga : kelainan kongenital bukan kelainan/penyakit menurun
sehingga belum tentu dialami oleh anggota keluarga lainnya

3. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah anus tampak
merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi terdengan

7
hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan
vagina
- Keadaan Umum : Klien lemah
- Tanda – tanda Vital
o Nadi : 110x/menit
o Tekanan Darah : Normal
o Suhu : 37,0 ° C
o Pernafasan : 32 kali/menit
o BB : 2500 gram
o PB : Normal
- Kepala : Kepala simetris, tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan/tumor, tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
- Mata : Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
- Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
- Mulut : Bibir simetris, tidak macrognatia, tidak macroglosus, tidak cheilochisis.
- Telinga : Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk
sempurna
- Leher : Tidak ada webbed neck.
- Thorak : Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel shest,
pernafasan normal
- Jantung : Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur
- Abdomen : Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor,
tidak terdapat perdarahan pada umbilicus
- Genetalia : Terdapat mekonium di vagina atau dalam urine
- Anus : Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus tertahan oleh
jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.

8
- Ektrimitas atas dan bawah : Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak
tangan maupun kaki dan kukunya tampak agak pucat 14. Punggung Tidak ada
penonjolan spina gifid

B. Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


1. Ibu pasien mengatakan anaknya 1. Kram/nyeri abdomen
muntah-muntah pada umur 24-48 2. Tidak terdapat lubang anus
jam kelahiran 3. Terdapat feses yang keluar bersama
2. Ibu klien mengatakan anaknya tidak urin
mengeluarkan mekonium melalui 4. Kulit perianal kemerahan
lubang anus 5. TTV :
3. Ibu pasien mengatakan klien tidak a. Nadi : 110x/menit
mampu mengontrol pengeluaran b. Tekanan Darah : Normal
fases c. Suhu : 37,0 ° C
d. Pernafasan : 32 kali/menit
e. BB : 2500 gram

C. Analisa Data

Data Masalah Etiologi


Ds :
- Ibu klien Gangguan eliminasi urine
Iritasi kandung kemih
mengatakan anaknya Dapus :
tidak mengeluarkan - Kategori : fisiologis
mekonium melalui - Subkategori :
lubang anus eliminasi
- Kode : Gangguan
Do : eliminasi urine –

9
- Fases keluar bersama D.0040
dengan urin - Hal : 96
- Tidak terdapat - SDKI
lubang anus
Ds :
- Ibu pasien Inkontinensia fekal Kehilangan fungsi
mengatakan klien Dapus : pengendalian sfinger rektum
tidak mampu - Kategori : Fisiologis
mengontrol - Subkategori :
pengeluaran fases Eliminasi
Do : - Kode : Inkontinensia
- Kulit perianal Fekal – D.0041
kemerahan - Hal : 98
- SDKI
Ds : Defisit nutrisi
- Ibu pasien Dapus : Ketidakmampuan
mengatakan - Kategori : Fisiologis mengabsorbsi nutrien
anaknya muntah- - Subkategori : Nutrisi
muntah pada dan Cairan
umur 24-48 jam - Kode : Defisit
kelahiran Nutrisi - D.0019
Do : - Hal : 56
- Kram/nyeri - SDKI
abdomen
- Anak menangis
- Menolak
pemberian ASI

10
C. Diagnosa Keperawatan

No Tanggal Ttd
Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan
teratasi
1 Gangguan eliminasi urine b.d Kel. 1
Iritasi kandung kemih d.d 7 Oktober 2020
Fases keluar bersama dengan
urin
Dapus :
- Kategori : fisiologis
- Subkategori : eliminasi
- Kode : Gangguan
eliminasi urine –
D.0040
- Hal : 96
- SDKI

2. Inkontensia Fekal b.d Kel. 1


Kehilangan fungsi
pengendalian sfinger rektum
d.d tidak mampu mengontrol
pengeluaran fases
Dapus :
- Kategori : Fisiologis
- Subkategori : Eliminasi
- Kode : Inkontinensia
Fekal – D.0041
- Hal : 98
- SDKI

3. Defisit nutrisi b.d Kel.1


Ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien d.d

11
kram/nyeri abdomen
Dapus :
- Kategori : Fisiologis
- Subkategori : Nutrisi
dan Cairan
- Kode : Defisit Nutrisi -
D.0019
- Hal : 56

C. Intervensi

no Nama diagnosa Tujuan dan keriteria Intervensi TTD


hasil
1. Gangguan eliminasi setelah dilakukan asuhan 1. Memantau tanda
urine b.d Iritasi keperawatan selama 2 x tanda vital dan
kandung kemih d.d 24 jam diharapkan tingkat distensi
Fases keluar gangguan elimnasi urine kandung kemih
bersama dengan dapat teratasi kriteria dengan palpasi dan
urin hasil: perkusi
•Kandung kemih 2. Periksa dan timbang
pasienkosong secara popok klien
penuh , 3. Melakukan
•Intake cairan penilaian pada
dalamrentang normal , fungsi kognitif
• tidak ada iskemi
2. Inkontensia Fekal setelah dilakukan asuhan 1. Intruksikan
b.d Kehilangan keperawatan 2 x 24 jam keluarga untuk
fungsi pengendalian diharapkan pengeluaran mencatat
sfinger rektum d.d defekasi terkontrol keluaran feses
tidak mampu dengan kriteria hasil 2. Jaga kebersihan
mengontrol defekasi lunak, feses baju dan tempat
pengeluaran fases berbentuk tidur

12
3. Evaluasi status
BAB secara
rutin
3. Defisit nutrisi b.d setelah dilakukan 1. Monitor
Ketidakmampuan Tindakan keperawatan mual muntah
mengabsorbsi sealam 2x 24 jam 2. Kaji
nutrien d.d diharap kebutuhan nutrisi kemampuan
kram/nyeri abdomen klien terpenuhi dengan klien untuk
kriteria hasil : mendapatka
- Mampu n nutrisi
mengindentifikasi yang
kebutuhan nutrisi dibutuhkan
- Tidak ada tanda 3. Monitor
tanda malnutrisi status gizi
4. Kolaborasi
dengan
dokter

BAB III
3.1 Kesimpulan

13
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi
anus, rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan
bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah
tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suradi, 2001).

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Putusnya saluran penceraan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur

b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu /3 bulan

c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik diaderahusus, rectum bagian


distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antra minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan

3.2 Saran
Diharapkan Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang konsep Asuhan Keperawatan
Atresia Ani.

DAFTAR PUSTAKA

14
Anggreani, Desi. 2018. Analisis Praktek Klinik Keperawatan Pada An. D Dengan Diagnosa Post
Op Tutup Kolostomi E.C Atresia Ani Dengan Intervensi Inovasi Bermain Boneka Tangan Dan
Bercerita Terhadap Penurunan Tingat Kecemasan Anak Diruang Picu Rsud. Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda. Kalimantan Timur: Umykt

Nanda NIC NOC.2015.Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis&Nanda NIC


NOC.Jogjakarta: Mediaction

Jurnal unimus.ac.id. Atresia Ani.Diakses dari


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-heldanilag-5416-2-babii.pdf

Pada Tanggal 6 Oktober 2020

15

Anda mungkin juga menyukai